You are on page 1of 4

ANASTESI LOKAL

3.1.1 Klasifikasi Teknik Anestesi Lokal


Berdasarkan area yang teranestesi, anestesi lokal dapat dibedakan menjadi :
1. Nerve Block
Larutan anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar batang saraf utama, sehingga mampu
menganestesi daerah yang luas yang mendapat inervasi dari percabangan saraf utama tersebut. Teknik
ini sering digunakan di rongga mulut khususnya di rahang bawah. Kerugian dari teknik ini adalah
bahwa biasanya pembuluh darah letaknya berdekatan dengan batang saraf, maka kemungkinan terjadi
penetrasi pembuluh darah cukup besar. Contoh : inferior alveolar nerve block.
2. Field Block
Larutan anestesi lokal disuntikkan pada atau disekitar cabang saraf terminal dengan tujuan
untuk memblokir semua persarafan sebelah distal dari tempat injeksi cairan anestesi. Efek anestesi
meliputi darah yang terbatas (tidak seluas pada teknik nerve block) contoh : injeksi di sekitar apeks
akar gigi rahang atas.
3. Lokal infiltrasi
Larutan anestesi lokal dituntikkan di sekitar ujung-ujung saraf terminal sehingga efek anestesi
hanya terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang akan dilakukan instrumentasi.
Teknik ini terbatas hanya untuk anestesi jaringan lunak.
4. Topikal anesthesia
Teknik ini dilakukan dengan cara mengoleskan larutan anestesi pada permukaan mukosa atau
kulit dengan tujuan untuk meniadakan stimulasi pada ujung-ujung saraf bebas (free nerve endings).
Anestesi topikal dapat digunakan pada tempat yang akan diinjeksi untuk mengurangi rasa sakit akibat
insersi jarum.
Berdasarkan tepat insersi jarum, teknik injeksi anestesi lokal dapat dibedakan menjadi:
1. Submucosal injection
Jarum diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah mukosa sehingga larutan
anestesi mengadakan difusi pada tempat tersebut.
2. Paraperiosteal injection
Jarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum, dan setelah diinjeksikan larutan
anestesi mengadakan difusi menembus periosteum dan porositas tulang alveolar.
3. Intraosseous injection
Injeksi dilakukan ke dalam struktur tulang, setelah terlebih dahulu dibuat suatu jalan masuk dengan
bantuan bur.
4. Interseptal injection
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous, dimana jarum disuntikkan ke dalam tulang
alveolar bagian interseptal diantara kedua gigi yang akan dianestesi. Teknik ini biasanya dilakukan
untuk mempermudah pelaksanaan injeksi intraosseous.
5. Intraperiodontal injection
Jarum diinjeksikan langsung pada periodontal membran dari akar gigi yang bersangkutan.
6. Pappilary Injection
Teknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang dilakukan pada papila interdental yang
melekat dengan periosteum. Teknik ini diindikasikan terutama pada gingivectomy, yang memerlukan
baik efek anestesi maupun efek hemostatis dari obat anestesi.
Anestesi lokal pada rahang atas dapat dilakukan dengan beberapa teknik injeksi diantaranya :
1. Lokal infiltration (submucous injection)
2. Field block (araperiosteal injection)
3. Anterior superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
4. Middle superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
5. Posterior superior alveolar nerve block
6. Infra orbital nerve block
7. Nasopalatine nerve block
8. Anterior palatine nerve block

3.1.2 Teknik Anastesi Blok


1. Teknik-teknik anastesi blok pada maksila :
a. Injeksi Zigomatik
Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal molar kedua atas.
Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih 20 mm. ujung jarum harus tetap
menempel pada periosteum untuk menghindari masuknya jarum ke dalam plexus venosus
pterygoideus. Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi akar
mesiobukal molar pertama atas. Karena itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi untuk prosedur
operatif atau ekstraksi, harus dilakukan injeksi supraperiosteal yaitu di atas premolar kedua. Untuk
ekstraksi satu atau semua gigi molar, lakukanlah injeksi n.palatinus major.
b. Injeksi Infraorbital
Pertama-tama tentukan letak foramen infraorbitale dengan cara palpasi. Foramen ini terletak
tepat dibawah crista infraorbitalis pada garis vertikal yang menghubungkan pupil mata apabila pasien
memandang lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang mempalpasi jangan dirubah dan tusukkan
jarum dari seberang gigi premolar ke dua, kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan bukal. Arahkan
jarum sejajar dengan aksis panjang gigi premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam
foramen infraorbitale di bawah jari yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2 cc anestetikum
dideponir perlahan-lahan.
Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median, dalam hal ini, bagian yang di tusuk
adalah pada titik refleksi tertinggi dari membran mukosa antara incisivus sentral dan lateral. Dengan
cara ini, jarum tidak perlu melalui otot-otot wajah.
Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi pemula sebaiknya
mengukur dulu jarak dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol bukal gigi premolar ke dua atas.
Kemudian ukuran ini dipindahkan ke jarum. Apabila ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai
pada titik perbatasan antara bagian yang runcing dengan bagian yang bergigi. Pada waktu jarum
diinsersikan sejajar dengan aksis gigi premolar kedua, ujungnya akan terletak tepat pada foramen
infraorbitale jika garis batas tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi premolar kedua. Jika foramen
diraba perlahan, pulsasi pembuluh darah kadang bisa dirasakan. (3)
c. Injeksi N. Nasopalatinus
Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada garis tengah rahang, di
posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju canalis
palatina anterior. Walaupun anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit
pada daerah titik suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Di
anjurkan juga untuk melakukan anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum sepertiga anterior palatum yaitu dari kaninus satu ke
kaninus yang lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi daerah kaninus, injeksi ini biasanya
lebih dapat diandalkan daripada injeksi palatuna sebagian pada daerah kuspid dengan maksud
menganestesi setiap cabang n.palatinus major yang bersitumpang.
d. Injeksi Nervus Palatinus Major
Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di
sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan anestetikum sedikit mesial dari
titik tersebut dari sisi kontralateral.
Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen palatinum majus (foramen
palatinum posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen.
Injeksi ke foramen atau deponir anestetikum dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan
menyebabkan teranestesinya n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan ini
akan menyebabkan timbulnya gagging. Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum dari tuber
maxillae sampai ke regio kaninus dan dari garis tengah ke crista gingiva pada sisi bersangkutan.
e. Injeksi Sebagian Nervus Palatinus
Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi ini digunakan
bersama dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.Kadang-kadang bila injeksi upraperiosteal dan

zigomatik digunakan untuk prosedur dentistry operatif pada regio premolar atau molar atas, gigi
tersebut masih tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila dilengkapi dengan mendeponir sedikit
anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang perjalanan n.palatinus major.
2. Teknik-teknik anastesi blok pada mandibula :
a. Anestesi blok n.mentalis
Nervus mentalis merupakan cabang dari N.Alveolaris Inferior yang berupa cabang sensoris
yang berjalan keluar melalui foramen mentale untuk menginervasi kulit dagu, kulit dan membrana
mukosa labium oris inferior.
Teknik Anestesi Blok N.Mentalis
Tentukan letak apeks gigi-gigi premolar bawah. Foramen biasanya terletak di dekat salah satu
apeks akar gigi premolar tersebut. Ketika blok nervus maxilaris atau alveolaris inferior sukses, maka
tidak perlu dilakukan injeksi. Jarum pendek yang berukuran 25 gauge dimasukkan (setelah jaringan
yang akan dipreparasi diberikan antiseptik) dalam mucobuccal fold di dekat foramen mentale dengan
bevel di arahkan ke tulang. Foramen dapat diraba atau dapat terlihat dengan menggunakan sinar x dan
biasanya berada di antara gigi premolar. Pasien mungkin saja merasakan sakit ketika nervus telah
teraba pada foramen.5 Lakukan penembusan jaringan dengan kedalaman 5 mm, lakukan aspirasi dan
injeksikan anestetikum sebanyak 0,6 cc. Teknik ini menyebabkan efek anestesi pada jaringan buccal
bagian anterior di depan foramen, bibir bagian bawah, dan dagu.
Tariklah pipi ke arah bukal dari gigi premolar. Masukkan jarum ke dalam membrana mukosa
di antara kedua gigi premolar kurang lebih 10 mm eksternal dari permukaan bukal mandibula. Posisi
syringe membentuk sudut 450 terhadap permukaan bukal mandibula, mengarah ke apeks akar
premolar kedua. Tusukkan jarum tersebut sampai menyentuh tulang. Kurang lebih cc anestetikum
dideponir, ditunggu sebentar kemudian ujung jarum digerakkan tanpa menarik jarum keluar, sampai
terasa masuk ke dalam foramen, dan deponirkan kembali cc anestetikum dengan hati-hati.
Selama pencarian foramen dengan jarum, jagalah agar jarum tetap membentuk sudut 45o
terhadap permukaan bukal mandibula untuk menghindari melesetnya jarum ke balik periosteum dan
untuk memperbesar kemungkinan masuknya jarum ke foramen.
Injeksi ini dapat menganestesi gigi premolar dan kaninus untuk prosedur operatif. Untuk
menganestesi gigi insisivus, serabut saraf yang bersitumpang dari sisi yang lain juga harus di blok.
Untuk ekstraksi harus dilakukan injeksi lingual.
b. Teknik Anestesi Blok N. Bucalis
Teknik Injeksi N.Buccalis
Nervus buccal tidak dapat dianestesi dengan menggunakan teknik anaestesi blok nervus
alveolaris inferior. Nervus buccal menginervasi jaringan dan buccal periosteum sampai ke molar, jadi
jika jaringan halus tersebut diberikan perawatan, maka harus dilakukan injeksi nervus buccal. Injeksi
tambahan tidak perlu dilakukan ketika melakukan pengobatan untuk satu gigi. Jarum panjang dengan
ukuran 25 gauge digunakan (karena injeksi ini biasanya dilakukan bersamaan dengan injeksi blok
nervus alveolaris inferior, jadi jarum yang sama dapat digunakan setelah anestetikum terisi). Jarum
disuntikan pada membran mukosa bagian disto bucal sampai pada molar terakhir dengan bevel
menghadap ke arah tulang setelah jaringan telah diolesi dengan antiseptik. Jika jaringan tertarik
kencang, pasien lebih merasa nyaman. Masukkan jarum 2 atau 4 mm secara perlahan-lahan dan
lakukan aspirasi.4 Setelah melakukan aspirasi dan hasilnya negatif, maka depositkan anestetikum
sebanyak 2 cc secara perlahan-lahan.
Masukkan jarum pada lipatan mukosa pada suatu titik tepat di depan gigi molar pertama.
Perlahan-lahan tusukkan jarum sejajar dengan corpus mandibulae, dengan bevel mengarah ke bawah,
ke suatu titik sejauh molar ketiga, anestetikum dideponir perlahan-lahan seperti pada waktu
memasukkan jarum melalui jaringan.
Pasien harus berada dalam posisi semisupine. Operator yang menggunakan tangan kanan
berada dalam posisi searah dengan jarum jam delapan sedangkan operator yang kidal berada pada
posisi searah dengan jarum jam empat.
Injeksi ini menganestesi jaringan bukal pada area molar bawah. Bersama dengan injeksi
lingual, jika diindikasikan, dapat melengkapi blok n.alveolaris inferior untuk ekstraksi semua gigi

pada sisi yang diinjeksi. In jeksi ini tidak selalu diindikasikan dalam pembuatan preparasi kavitas
kecuali jika kavitas bukal dibuat sampai di bawah tepi gingival.
3.1.3 Instrumen Untuk Anastesi Lokal
A. Syringe Anastesi (Syringe, Cartridge)
Syringe obat bius (gambar 1-15) dirancang untuk mendukung dan mengusir solusi anestesi
dari tabung kaca komersial yang disusun disebut carpuletm. (nama merek dagang, carpule). Jarum
cartridge yang tersedia untuk anestesi lokal memiliki cincin yang menangani ibu jari pada akhir luar
dan tombak pada akhir cartridge dari plunger. Seruit ini dirancang untuk melibatkan plunger karet
penyumbat cartridge. Cincin-ibu jari digunakan untuk menarik kembali plunger serta menentukan
apakah jarum telah menembus pembuluh darah. Prosedur ini disebut "aspirating" dan syringenya
adalah syringe aspirating.
B. Disposable Needles (Needles, Disposable)
Jarum sekali pakai dikemas untuk menjaganya dalam kondisi steril. Setelah digunakan, jarum
akan dibuang. Jarum ini melekat pada syringe yang dihubungkan oleh plastic-hub yang merupakan
bagian dari jarum sekali pakai. Umumnya jarum tersedia dalam ukuran 13/16 inci dan 1 3 / 8 inci.
Jarum sekali pakai selalu steril, selalu tajam, dan cenderung mudah patah daripada yang lain jarum.
Jarum hipodermik harus dibuang agar tidak dapat melukai operator maupun menguhindari
kejadianlain yang tidak diinginkan.
Faktor Penyebab Keefektifan Dan Kegagalan Dalam Anastesi Lokal
Faktor Penyebab Keefektifan dan Kegagalan Anestesi Lokal:
kadar obat dan potensinya
jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan local
kecepatan metabolisme
perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi anatomis saraf.
Adanya perbedaan sensitifitas serabut saraf
Pada umumnya serabut saraf kecil lebih peka terhadap anestesi local.
Serabut saraf terkecil yang tidak bermielin pada umumnya lebih cepat dihambat daripada serabut
bermielin.
Kepekaan serabut sasraf tidak tergantung dari fungsi serabut, dengan demikian serabut sensorik
maupun motorik yang sama besar tidak berbeda kepekaannya.
Serabut halus bermielin melebihi kepekaan serabut besar bermielin.
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi dibanding jaringan normal,
karena biasanya infeksi mengakibatkan asidosis metabolik lokal, dan menurunkan pH.
Anomali serabut saraf antar individu
Psikologis pasien
Tehnik Pencabutan
Pada dasarnya hanya ada 2 metode pencabutan . Metode pertama yang cukup memadai dalam
sebagian besar kasus biasanya disebut forceps extraction (pencabutan dengan tang) dan terdiri dari
pencabutan gigi atau akar dengan menggunakan tang atau bein atau kedua-duanya. Blade instrumentinstrumen ini ditekan masuk ke dalam membrane periodontal antara akar gigi dan dinding tulang
soket. Metode ini biasa disebut sebagai pencabutan intraalveolar
Metode pencabutan yang lain adalah memisahkan gigi atu akar dari perlekatannya dengan
tulang. Pemisahan ini dilakukan dengan mengambil sebagian tulang penyanngga akar gigi itu yang
mana kemudian dikeluarkan dengan bein dan/tang. Teknik ini lazimnya disebut surgical method
(metode pembedahan), tetapi karena semua pencabutan yang dilakukan merupakan prosedur bedah,
maka nama yang lebih baik dan lebih akurat adalah pencabutan trans-alveolar.

You might also like