Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
NILUH PARMIASIH
(201101029)
DOSEN : Wahyu selfian S.Kep Ns
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
T.A 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan
perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan
gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga
kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah
salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa
untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus pendapat professional
menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap
ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari
semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah
perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin,
2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta.
Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena
bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia
sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat
(Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia
meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain,
seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu
makanan, dll (Verajanti, 2008).
B. Tujuan penulisan
o Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Attention
Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)
o Tujuan khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh, baik bio psiko, sosio
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan hiperaktivitas
kurang
perhatian
yang
sering
ditampakan
sebelum
usia
tahun
dan
B. Etiologi/Penyebab
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada
bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam ADHD. Faktor biologis
berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin.
Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan
social,
serta
mengontrol
aktifitas
fisik.
C. Psikopatologi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah
pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan
impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan
masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya
vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khususnya pekerjaan sekolah.
Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan
ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan
keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan
diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa
menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang
kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan (Martin, 1998).
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti
halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang
berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat
kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi
disfungsi metabolisme, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan
orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering
dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine.
Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita,
selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat.
Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat
gangguan ADHD (Klik dokter, 2008).
Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang
dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan
control aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD :
kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan
obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan
(premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan) (Klikdokter,
2008).
Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity
Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe
hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan
adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktif impulsif yang lebih
demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak
anak. Menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak
dialami oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak
perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih
banyak terjadi karena mereka lebih menunjukkan perilaku menantang dan agresif
dibandingkan dengan anak perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi atau tidak tertangkap
gejalanya karena guru-guru gagal dalam mengenali dan mencatat perilaku kurang
perhatian anak perempuan ADHD, kecuali dengan cara membandingkan dengan
simptom-simptom yang digunakan untuk mendiagnosis ADHD dapat pula memberi
sumbangan terhadap perbedaan jenis kelamin pada umumnya (Baihaqi dan Sugiarmin,
2006). Anak ADHD perempuan cenderung lebih memperlihatkan karakteristik
simptom-simptom kurang perhatian/tidak teratur dengan respons kognitif yang lambat,
misalnya pelupa, lesu darah, mengantuk, cenderung daycream, cemas, depresi dan
cenderung berperilaku hiperverbal dibandingkan hiperaktif (Baihaqi dan Sugiarmin,
2006).
Gangguan ADHD dapat merusak hidup anak, menghabiskan banyak energi,
menimbulkan rasa sakit secara emosional, menurunkan harga diri dan secara serius
merusak hubungan kekerabatan atau pertemaan. Banyak anak ADHD cenderung untuk
mengembangkan masalah emosional sekunder, namun ADHD itu sendiri dapat
berkaitan dengan faktor faktor biologis dans ecara primer bukan gangguan
emosional. Meskipun semikian, masalah emosional dan perilaku kerap kali dapat
terlihat pada anak ADHD karena adanya masalah yang dihadapi anak-anak di sekolah,
di rumah d`n di dalam lingkungan sosial mereka (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
D. Manifestasi Klinik
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1.
Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
2.
3.
4.
7.
aktivitas-aktivitas bermain
8.
lainnya
9.
10.
11.
12.
kepadanya
13.
kegiatan-kegiatan
yang
berbahaya
secara
fisik
tanpa
mempertimbangkan
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak
dengan ADHD antara lain :
1.
2.
organik
3.
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4.
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP).
Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua
terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
1. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah
2.
rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial
dan perilaku regulasi diri
3.
Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang
berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri
6.
7.
9.
10.
Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% - 70% protein dan
30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan malam 50% protein dan 50%
karbohidrat. Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks
sehingga tidak mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-kacangan,
dll.
2.
Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena anak
ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang bermanifestasi dalam bentuk
batuk, influenza karena alergi, dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG,
pewarna, pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
3.
donat, permen, soft drinks, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang
sangat berguna. Gula menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen.
Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi.
Kadar insulin yang tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat
memperparah keadaan anak ADHD.
4.
5.
Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan
konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice tidak
termasuk air, jadi hanya air yang dianggap air.
6.
prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur dan cuka dari anggur, strawberry,
blackberry, teh, ceri, nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari
wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk
mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
7.
magnesium, kalsium, amino acid chelates dan flavenoids. Pada anak ADHD sering
terdapat defisiensi zat-zat tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara
berlebihan.
8.
Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari amalgam, kawat gigi
9.
Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang mempunyai
efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada anak ADHD terjadi
kekurangan aliran darah ke bagian-bagian otak.
2.
Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan
termasuk
program
pendidikan
khusus,
modifikasi
perilaku,
Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
2.
3.
Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu
untuk mencapai efek obat yang lengkap
Menurut Permadi (2007) kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani
ADHD aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi
tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan
nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi
efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD
menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda
jika pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia
ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat dibenarkan.
Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan penanganan
yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi ketagihan obat-obatan dan
minuman beralkohol (Permadi, 2007).
Ada banyak cara menangani ADHD tanpa obat dan tidak ada salahnya mencoba
penanganan tanpa obat lebih dahulu, atau memutuskan tidak menggunakan obat
sama sekali. Tetapi sebelum mengambil keputusan mengenai cara penanganan,
pastikan anda sudah mengetahui baik buruknya secara nyata, bukan hanya dari
mendengar saja. Pada umumnya obat yang digunakan dalam penanganan ADHD
sangat aman dan bermanfaat. Minta pendapat seorang dokter atau ahli farmasi
mengenai obat itu. Namun harus diingat pula bahwa semua obat ada efek
sampingnya, tetapi kalau digunakan dengan benar, efek samping itu tidak
berbahaya (Permadi, 2007).
Menurut Permadi (2007) pengobatan ADHD sama dengan kacamata bagi
penderita rabun dan bisa menolong sipenderita memusatkan perhatian. Tidak perlu
malu karena minum obat untuk ADHD. Obat itu tidak membuat penderita ADHD
merasa bodoh. Bicarakan kekawatiran anda mengenai pengobatan pada dokter dan
tanyakan si anak mengenai kekawatiran mereka.
Jenis Jenis Pengobatan :
1.
Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam
kelompok stimulan terdapat Adderall (gabungan garam dari amphtamine),
DextroStat (dextroamphetamine sulfate), dan Ritalin (methylphenidate HCL).
Stimulan bereaksi cepat dan efek sampingnya ringan. Disebut stimulan karena
bisa memberikan energi bagi mental untuk memusatkan perhatian pada apa yang
sedang dikerjakan. Pengobatan ada yang diberikan dalam dosis dobel dalam
sehari.
2.
3.
4.
F.Treatment (Penanganan)
Ada beberapa cara yang digunakan dalam memberi layanan kepada anak-anak
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan yang terstruktur dan stimulus yang terkendali
Dengan cara dinding dan langit-langit yang kedap suara, pemasangan karpet di
lantai, jendela ditutup dengan kain atau kaca baru, lemari dan rak buku ditata
sehingga isinya tidak tampak, tidak ada dekorasi pada papan tulis atau majalah
dinding, sediakan meja tulis yang tertutup de depan dan disampingnya sehingga
anak dapat bekerja sendiri tanpa gangguan, kegiatan sehari-hari berjalan secara
rutin dengan hanya sedikit variasi, tetapkanlah apa yang diharapkan dari anak dan
jelaskan hal itu serta pemberisn konsekuensi secara konsisten.
2. Modifikasi materi dan strategi pembelajaran
Pengaturan materi pembelajaran misalnya dengan memisahkan gambar dengan
bacaan atau soal matematika dengan penjelasannya masing-masing pada halaman
yang berbeda.
3. Modifikasi tingkah laku
4 . Impulsivitas
Jika cenderung mengikuti kemauan hatinya dan terbiasa bereaksi cepat tanpa
berfikir panjang dalam situasi social maupun tugas-tugas akademik. Impulsive
disebabkan oleh factor keturunan, cemas, factor budaya, disfungsi saraf, perilaku
yang dipelajari dari lingkungan dan factor ego serta super ego yang tidak
berkembang. Adapun beberapa metode untuk mengendalikan impulsive, yaitu:
1. Melatih verbalisasi aktivitasnya untuk mengendalikan perilakunya
2. Modifikasi tingkah laku.
3. Mengajarkan seperangkat keterampilan kepada anak seperti keterampilan
memusatkan
perhatian,
menghindari
gangguan/stimulant
pengganggu,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang lebih
dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita temui
dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD masih
merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia
pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti:
seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu bergerak;
atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan perhatian kepada
proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas; atau
seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke
hal lain.
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan masalah
dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak sejalan
dengan perkembangan usia anak. Jadi disini, ADHD lebih kepada kegagalan
perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam menghambat
monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi
selama ini. Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam
memelihara perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera
dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang (Barkley,
1998).
Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan
memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas. Penyebab ADHD yang
tepat belum diketahui dengan jelas, sering dianggap 'disfungsi otak minimal',
karena percaya ada kerusakan ringan pada otak. Mereka menemukan bahwa
struktur yang menghubungkan kedua belahan otak dan daerah yang mengendalikan
ingatan (memori) serta emosi berukuran lebih kecil pada penderita ADHD.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun telah
tersedia beberapa pilihan tritmen yang telah terbukti efektif untuk menangani
anak-anak dengan gejala ADHD. Strategi penanganan tersebut melibatkan aspek
farmasi, perilaku, dan metode multimodal. Metode perubahan perilaku bertujuan
untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial anak untuk mendukung perubahan
perilaku (AAP, 2001). Pihak yang dilibatkan biasanya adalah orang tua, guru,
psikolog, terapis kesehatan mental, dan dokter. Tipe pendekatan perilakuan
meliputi training perilaku untuk guru dan orang tua, program yang sistematik
untuk anak (penguatan positif dan token economy), terapi perilaku klinis (training
pemecahan masalah dan ketrampilan sosial), dan tritmen kognitif-perilakuan/CBT
(monitoring diri, self-reinforcement, instruksi verbal untuk diri sendiri, dan lainlain) (AAP, 2001). Metode farmasi meliputi penggunaan psikostimulan,
antidepresan, obat untuk cemas, antipsikotik, dan stabilisator suasana hati (NIMH,
2000). Harus diperhatikan bahwa penggunaan obat-obatan ini harus dibawah
pengawasan ketat dokter dan ahli farmasi yang terus-menerus melakukan evaluasi
terhadap efektivitas penggunaan dan dampaknya terhadap subjek tertentu.
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan anak pada retardasi mental maka disarankan :
1.
Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD dapat
melibatkan anak dalam brain Gym untik memfokuskan perhatian anak. Anak
ADHD mengalami kesulitan untuk fokus dan berlaku berlebihan (hiperaktif) yang
dapat mengganggu teman-temannya. Melihat dari permasalahan tersebut, maka
pada proyek tugas akhir ini, penulis ingin memberikan solusi dalam penyembuhan
anak ADHD melalui metode Brain Gym yang dipercaya dapat memberikan efek
baik kepada anak ADHD. Metode yang digunakan dari Brain Gym adalah metode
untuk latihan koordinasi otak. Latihan koordinasi otak ini ditujukan untuk melatih
fokus anak ADHD.
2.
Sekolah
Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk membantu
anak ADHD di sekolah. Komunikasi terbuka antara orangtua dan staf sekolah
dapat merupakan kunci keberhasilan anak. Para guru seringkali merupakan pihak
yang pertama dalam mengenali perilaku seperti ADHD serta dapat memberikan
informasi yang berguna kepada orangtua, penanggung-jawab, dan dokter yang
dapat
membantu
diagnosa
dan
pengobatan.
Para guru dan orangtua juga dapat bekerja-sama untuk pemecahan masalah dan
merencanakan cara-cara untuk membantu pelajaran anak baik di rumah maupun di
sekolah.
3.
Keluarga/Orang tua
Keluarga atau orang tua dalam membantu anak yang menderita ADHD harus
memberikan perawatan anak dengan metode yang berbeda dengan anak yang
normal. Oleh karena itu hendaknya orang tua atau keluarga menyusun kegiatan
sehingga anak mempunyai rutinitas yang sama tiap hari, mengatur kegiatan
harian, menggunakan jadwal untuk pekerjaan rumah, dan memperpertahankan
aturan secara konsisten dan berimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2006). Memahami Anak ADHD. Cetakan I. Bandung :
Penerbit PT Refika Aditama
Ginanjar,
A.S.
(2009).
Penanganan
Terpadu
Bagi
Anak
Autis.
Isaac, A. (2005). Panduan Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik (terjemahan). Edisi
3. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Martin, G. I. (1998). Terapi Untuk Anak ADHD (terjemahan). Cetakan II. Jakarta :
Penerbit BIP Kelompok Gramedia