You are on page 1of 6

Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC (planning, organizing,
actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Grant dan Massey, 1999 dikutip dari Nursalam, 2007).
Muninjaya (2004) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya
keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub unit departemen.
Fungsi Manajemen Keperawatan
Henry Fayol (1949 dalam Robins & Coulter, 2007) merupakan salah satu ahli yang pertama
kalinya mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan empat fungsi manajemen yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), mengarahkan (coordinating or
directing), dan pengendalian (controlling). Henry Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi
ini mencerminkan inti dari proses manajemen secara akurat.
Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima fungsi yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling). Bab ini akan membahas dan
menjelaskan fungsi manajemen menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam manajemen
keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat menggunakan data yang
valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber
yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari
perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel,
bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa perencanaan
merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode
yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti
arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup
proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah
disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang dan
merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk
mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg,
2000). Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan
yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang
akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur

pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga


dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins
& Coulter, 2007).
c. Pengaturan staf (Staffing)
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan.
Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan
untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok
pasien dalam situasi tertentu (Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan banyak
perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan
institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel (Swansburg, 2000).
d. Kepemimpinan (Leading)
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan mencapai
tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya kepemimpinan situasi kemungkinan dan
faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan.
Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk merangsang motivasi dengan
mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi,
autonomi, membuat keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000).
Fungsi kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi manajemen yang mengarahkan
dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut
Fayol dalam Robins & Coulter (2007) adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya
bekerja dan mencari berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya.
e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)
Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas.
Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang
menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi
pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan,
proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di dalam
manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut
kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja
tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses
pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.
3. Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun
1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus
menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data
kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian
keperawatan meliputi :
1) Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku, sistematis,diisi sesuai item
yang tersedia, aktual, dan valid
2) Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis, data sosial, dan data spiritual
3) Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan serta perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan
b. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari
masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat
aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila
masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
c. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
1) Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas
utama, masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah yang
mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas
waktu.
3) Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan,
melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/ keluarga,
menentukan alternatif tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan
yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan
nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah
dimengerti.
d. Standar IV: Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan
keluarganya. Kriteria: dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut
keadaan Bio-Psiko-sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang
akan dilakukan kepada pasien/ keluarga, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan
prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien,
melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada
masalah yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah
dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan, melaksanakan
tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.
e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien. Kriteria: setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi
hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan
sesuai dengan standar.
f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: dilakukan selama pasien
dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan
laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, menulisannya harus jelas dan
ringkas serta menggunakan istilah yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan,
setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan
tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan
pengaturan yang berlaku.
4. Model Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim
dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan
sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995).
a. Metode Kasus
Metode ini disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan metode paling
awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan
pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang
tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.
b. Metode Fungsional
Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus
pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan
tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini
dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang
jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian.
Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien
menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

Skema Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional


c. Metode Tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk
mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan
kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan
peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat
praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih
menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar
(Nursalam, 2007).
Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana
asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim
adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi
upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya
dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk
membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
Skema Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim
d. Keperawatan Primer
Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7
hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif,
individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas
setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain
memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan
kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer
merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung
jawab yang menyertainya.

Skema Sistem pemberian keperawatan Primary Nursing


e. Sistem Manejemen Kasus
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case
manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer
dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti :
1) Dengan dokter dan pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3) Dengan mengadakan diagnosa
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana
keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan
praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.

Skema Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus


f. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima Komponen dalam Model Praktek
Keperawatan Profesional : nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek
keperawatan profesional (MPKP), hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan
keperawatan, pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, sistem
kompetensi dan penghargaan.

You might also like