You are on page 1of 15

CASE PRESENTATION 1

Katarak Senilis Imatur

Oleh :
Ahmad Farid Wajdy
H1A011002

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia
menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan.
Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan
hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. 1

Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia (Klasifikasi


gangguan penglihatan yang digunakan adalah berdasarkan tajam penglihatan, low vision
jika tajam penglihatan berkisar <6/18 - 3/60 dan buta jika tajam penglihatan kurang dari
3/60.) pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau
39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision.
65% orang dengan gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50
tahun atau lebih.1

Gambar 1. Distribusi Gangguan Penglihatan Low Vision dan Kebutaan


Estimasi Global Tahun 20101

Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan


refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaukoma. Sebesar 18% tidak
dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak. 1

Gambar 2. Distribusi Penyebab Gangguan Penglihatan Estimasi Global Tahun 20101

Sedangkan penyebab kebutaan terbanyak di seluruh dunia adalah katarak, diikuti


oleh glaukoma dan Age related Macular Degene-ration (AMD). Sebesar 21% tidak dapat
ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak.

Gambar 3 . Distribusi Penyebab Kebutaan Estimasi Global Tahun 20101

Katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan salah satu penyebab kebutaan
terbanyak Indonesia6 maupun di dunia1,2. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1%/tahun
atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang penderita baru katarak. Penduduk
Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat
dibandingkan penduduk di daerah subtropis, sekitar 16-22% penderita katarak yang
dioperasi berusia di bawah 55 tahun1.

Katarak seringkali ditemukan pada pasien dengan usia lanjut, namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada kelompok usia lainnya. Pasien dengan katarak
biasanya mengeluhkan penurunan penglihatan secara progresif yang disertai
dengan adanya tampakan asap atau kabut pada penglihatannya.1,2,3
3

Penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak, tetapi banyak juga faktor


lain yang mungkin terlihat, antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik
(misalnya, diabetes), merokok, dan herediter. Katarak akibat penuaan merupakan
penyebab umum gangguan penglihatan. Banyak penderita katarak yang tidak
mengetahui jika ia menderita katarak. Hal ini terlihat pada tiga alasan terbanyak
penderita katarak belum operasi berdasarkan hasil Riskesdas 2013, yaitu 51,6%
karena tidak mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu
membiayai dan 8,1% karena takut operasi1,3.
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
badan lensa di dalam kapsul lensa yang merupakan suatu keadaan patologik
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa2. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang
dapat timbul pada berbagai usia. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan
serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam
perkembanannya dan telah memulai proses degenerasi.2,3
Penyebab terjadinya kekeruhan pada lensa ini dapat :2
1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
lensa.
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun sistemik.
Berdasarkan usia pasien katarak dapat dibagi dalam : (1)katarak kongenital
merupakan katarak yang terlihaat pada anak usia dibawah 1 tahun, (2)katarak
juvenil merupakan katarak yang terlihat pada anak usia diatas 1 tahun, (3)katarak
presenil merupakan katarak sesudah usia 30-40 tahun, (5)katarak senil merupakan
katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun2.
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kedua mata dapat terlihat
terllihat dengan derajat kekeruhan yang sama atupun berbeda. Proses degenerasi
pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.2.3

Tabel 2.1 Stadium Katarak Senil2


Kekeruhan
Besar lensa

Insipien
- Ringan
- Normal
- Normal

Imatur
Sebagian

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif

Lebih besar

Normal

Kecil

Normal
Cairan lensa
Iris
Normal
Bilik mata depan
Normal
Sudut bilik mata
- (-)
Penyulit
- (+)
Visus
- (-)
Bayangan iris

Bertambah

Normal

Berkurang

Terdorong

Normal

Tramulans

Dangkal

Normal

Dalam

Sempit

Normal

Terbuka

Glaukoma

Uveitis, glaukoma

<

<<

<<<

++

+/-

Diagnosis banding pasien dengan keluhan pandangan menurun secara


perlahan tanpa disrtai dengan adanya tanda-tanda kelainan pada daerah luar, hal
ini juga dapat terjadi karena glaukoma, retinopati, dan proses lain yang terjadi
pada jalur pengelihatan yang berjalan secara kronis4.
Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil
saraf optik, dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma disebabkan oleh
bertambahnya produksi cairan air mata oleh badan siliar atau berkurangnya
pengeluaran cairan air mata di daerah sudut bilik mata (celah pupil)4.
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang,
kelainan retina yang berhubungan dengan penurunan pengelihatan dapat berupa
retinopati akibat anemia, diabetes melitus, hipotensi, hipertensi dan retinopati
leukimia3,4.
Pemeriksaan kekeruhan pada lensa adalah dengan melakukan pemeriksaan
Tes Bayangan (shadow test), pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui derajat
kekeruhan lensa. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan penyinaran pada
daerah pupil dengan membuat sudut 450 dengan dataran iris, dengan loup dilihat
bayangan iris pada lensa yang keruh. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar
dan letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya (katarak
imatur), apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil berarti
lensa sudah penuh seluruhnya (katarak matur). Pada katarak hipermatur, lensa
sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga
bayangan iris pada lensa besar (pseudopositif).5

Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan pada katarak senil kecuali
tidakan bedah. Tindakan bedah dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada
katarak senil, seperti : katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari, katarak
matur, dan telah terdapat penyulit (glaukoma).3,4
Persiapan pasien dengan katarak yang akan dilakukan tindakan bedah
dilakukan sebagai berikut: uji anel positif (tidak ada obstruksi fungsi ekskresi
saluran lakrimal sehingga tidak ada dakriosistitis), tidak ada infeksi sekitar mata,
tekanan bola mata normal, tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 100
mmHg atau dibawahnya, gula darah terkontrol dan tidak ada batuk terutama saat
pembedahan.4
Metode yang umum dilakukan dalam pembedahan pasien katarak senil
adalah dengan meninggalkan bagian posterior kapsul lensa yang dikenal sebagai
ekstraksi katarak ekstrakapsuler. Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer,
bagian superior atau temporal, kemudian dibuat saluran kapsul anterior dan
nukleus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokuler ditempatkan
pada kantung kapsular yang sudah kosng yang disangga oleh kapsul posterior
yang utuh.2
Tehnik lain yang digunakan adalah fekoemulsifikasi dan ekstraksi lensa
intrakapsuler. Fekoemulsifikasi adalah teknik yang menggunakan vibrator
ultrasonik genggam untk menghancurkan nukleus yang keras hingga substansi
nukleus dan korteks dapat di inspirasi melalui insisi ukuruan 3 mm. jika
digunakan lensa intraokuler yang kaku, insisi dilebarkan sekitar 5 mm. Ekstraksi
katarak intrakapsuler adalah suatu tindakan mengangkat seluruh lensa berikut
kapsulnya.2

BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama

: Tn. M

Usia

: 70 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Mataram

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pedagang kaki lima

Tanggal pemeriksaan

: 20 Agustusi 2016

No. Rekam medis

: 160527

2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Penglihatan kedua mata kabur.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli mata RSUD Provinsi NTB dengan keluhan mata
kanan dan kiri kabur secara perlahan sejak satu tahun yang lalu, namun
pasien merasa keluhan mata kabur seperti melihat asap memberat sejak
tiga bulan terakhir, keluhan pandangan kabur anatara mata kanan dan kiri
sama berat. Keluhan mata kabur berlangsung secara terus menerus namun
dan mengganggu aktifitaas pasien, tidak ada rasa nyeri, keluhan mata
berair dan mata merah di sangkal, dan tidak didapatkan adanya riwayat
trauma pada mata.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi, adanya riwayat kencing
manis di sangkal, tidak ada riwayat memakai kacamata sebelumnya,
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada di keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa.Riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga juga disangkal.
7

E. Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya belum pernah berobat di RSUD Provinsi NTB terkait
keluhan pada mata.
F. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan, dingin, debu, serta
riwayat alergi obat tertentu.
G. Riwayat Sosisal
Pasien adalah seorang pedagang kaki lima di Baratais Mataram, pekerjaan
sebelumnya adalah sebagai petugas PLN dan bekerja dalam pemasangan
instalasi listrik yang bekerja didalam ruangan.
.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran/GCS
: Compos mentis / E4V5M6
B. Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Frekuensi napas : 24x/menit

Nadi

: 88x/menit

Suhu

: 37,2o C

C. Status Lokalis
No
1. Visus

Pemeriksaan

2.

Pinhole
Posisi Bola Mata

3.

Gerakan bola mata

4.

Lapang Pandang

Mata Kanan
6/24 sc

Mata Kiri
6/20 sc

6/24
Ortoforia

6/20
Ortoforia

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

5.

Palpebra
Superior

6.

Palpebra
Inferior

7.

Konjungtiva
Palpebra

8.

Superior
Konjungtiva

Edema
Hiperemi
Pseudoptosis
Entropion
Ektropion
Edema
Hiperemi
Entropion
Ektropion
Hiperemi
Cobble stone
Sikatrik
Benda Asing
Hiperemi

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Injeksi

(-)

(-)

Konjungtiva
Injeksi Siliar
Jaringan

(-)
(+)

(-)
(+)

fibrovaskuler
Edema
Bentuk
Kejernihan
Permukaan
Sikatrik
Arcus senilis
Kedalaman
Hifema

(-)
Cembung
Jernih
Licin
(-)
(+)
Kesan Dalam
(-)

(-)
Cembung
Jernih
Licin
(-)
(+)
Kesan Dalam
(-)

Coklat
Bulat dan regular
Bulat
(+)

Coklat
Bulat dan regular
Bulat
(+)

(+)

(+)

Keruh
(+)
Normal/palpasi
(-)

keruh
(+)
Normal/palpasi
(-)

Palpebra
9.

Inferior
Konjungtiva
Bulbi

10. Kornea

11. Bilik Mata


Depan
12. Iris
13. Pupil

Warna
Bentuk
Bentuk
Refleks
cahaya
langsung
Refleks
cahaya tidak

14. Lensa
15. TIO
16. Funduskopi

langsung
Kejernihan
Iris Shadow
Palpasi
Refleks

Fundus
4. Foto Mata Pasien
Gambaran mata kanan dan kiri pasien

Gambaran mata kanan pasien

Gambaran mata kiri pasien

10

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
SUBJECTIVE
Mata kanan dan kiri kabur secara perlahan dan merasa seperti melihat asap.
OBJECTIVE
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :

visus : VOD sc 6/24ph 6/24 dan VOS sc 6/20 ph 6/20


kedua lensa keruh dan iris shadow (+)

2. Analisa Kasus
A. Mata kabur perlahan seperti melihat asap
Pengelihatan kabur merupakan manifestasi yang paling sering dikeluhkan
oleh manula, hal ini berkaitan dengan usia seseorang. Pandangan kabur dapat
terjadi secara perlahan ataupun mendadak. Jaringan mata yang berkaitan dengan
pengelihatan turun dikaitkan dengan adanya kelainan pada media pengelihatan
yang terdiri dari kornea, lensa, dan badan saraf yang meneruskan pengelihatan.
Mata kabur perlahan tanpa mata merah dapat dapat disebabkan oleh beberapa
penyakit seperti kelainan refraksi, katarak, glaukoma, dan retinopati. Diagnosis
yang paling mendekati adalah katarak. Kelainan refraksi dapat disingkirkan,
karena pasien memiliki visus VOD 6/24 dan VOS 6/20, dimana penurunan visus
kedua mata ini tidak membaik dengan menggunakan pinhole sehingga keluhan
mata kabur akibat kelainan media refraksi dapat disingkirkan. Glaukoma dapat
disingkirkan karena tidak didapatkan penyempitan lapangan pandang maupun
peningkatan TIO pada pasien. Retinopati diabetik dapat disingkirkan karena
pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus namun dalam pemeriksaan
funduskopi sulit dilakukan karena terhalang oleh lensa yang keruh.
Gambaran seperti melihat asap adalah sebagai salah satu tanda akibat mata
kabur dan gejala ini umumnya sebagai salah satu tanda yang mengarahkan pada

11

diagnosis katarak. Pada pasien katarak terjadi kekeruhan lensa yang kemudian
mengakibatkan lensa tidak transparan, lensa yang normalnya bening sehingga
dapat dilalui berkas sinar dan dapat sampai ke retina, sedangkan pada penderita
katarak, terjadi kekeruhan lensa yang mengakibatkan terganggunya perjalanan
sinar menuju retina, sehingga sinar yang menuju ke retina tidak sepenuhnya
sampai, karena terhadang oleh kekeruhan lensa tersebut, dan hal inilah yang
menyebabkan keluhan penglihatan berkabut pada pasien dan pupil akan berwarna
putih atau abu-abu.
B. Lensa keruh dan iris shadow (+)
Biasanya lensa keruh disebabkan oleh penyakit katarak. Sedangkan untuk iris
shadow (+) merupakan tanda fisik yang dapat menerangkan tingkatan stadium
pada katarak senile. Iris shadow (+) dapat berarti pasien normal atau pasien
menderita katarak imatur.
.
C. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada katarak senile imatur. Diagnosa ini dipilih karena
pada pasien ditemukan gejala umum pada katarak yaitu mata kiri dan kanan kabur
dan nampak berasap tanpa disertai mata merah. Terdapat kekeruhan lensa dengan
iris shadow postif.
Diagnosis Kerja:
- Kataraksenile imatur okuli dextra et sinistra
D. Planning
A. Diagnostik
- Pemeriksaan slit lamp
- Pemeriksaan funduskopi
B. Tatalaksana
- Ekstraksi katarak + IOL (intraocular lens)
E. KIE
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga bahwa yang dialami
-

pasien adalah penyakit katarak.


Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai tatalaksana
penyakit ini adalah operasi.

12

Memberikan informasi kepada pasien bahwa setelah di operasi penglihatan

pasien akan menjadi lebih baik


Menjelaskan kepada pasien untuk tetap mengontrol tekanan darah untuk
mencegah terjadinya penyakit mata atau penyakit lainnya yang dapat

disebabkan oleh komplikasi hipertensi.


F. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Prognosis pengelihatan pasien dubia ad bonam
Prognosis nyawa (ad vitam)
Prognosis nyawa pasien ad bonam.

13

BAB IV
RINGKASAN AKHIR
Pasien berusia 70 tahun, datang dengan keluhan kedua mata kabur.
Mata kabur dikeluhkan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan pasien
dirasakan semakin menurun secara perlahan dan merasa seperti melihat
asap. Pemeriksaan fisik didapatkan VOD 6/24 dan VOS 6/20. Terdapat
kekeruhan pada kedua lensa mata dan iris shadow (+).
Pasien didiagnosa dengan katarak senile imatur okuli dekstra et
sinistra. Pasien direncanakan untuk pemeriksaan slitlamp, dan untuk
tatalaksana pasien,diakukan pembedahan ekstraksi katarak dan memberi
lensa intraokular. Prognosis pada penyakit ini adalah dubia ad bonam.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2014. Infodatin: Situasi Gangguan Penglihatan dan


Kebutaan. Jakarta: Kemenkes RI.
2. Riordan, Paul dkk.Vaughan & AsburyOftalmologi Umum, Jakarta: EGC.
2010.
3. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2008.
4. Ilyas, S., Yulianti R. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kempat. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.
5. Ilyas, S. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1983

15

You might also like