You are on page 1of 12

MODUL

PROSES KEPERAWATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK PADA LANSIA


Oleh: Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Ibu Sari (82 tahun) seorang penghuni PSTW X merupakan klien yang mendapatkan
penanganan atau recovering dari fraktur collum femur dextra tertutup karena terjatuh
sewaktu di kamar mandi. Kondisi klien saat ini bahwa klien menyatakan kesulitan dalam
menggunakan crutch atau walker untuk berjalan, khususnya ketika mau ke kamar mandi.
Klien tidak bahagia karena klien merasa tidak dapat lagi beraktivitas seperti biasanya dan
klien menyatakan orang-orang memandangnya aneh dan metertawakannya saat berjalan di
koridor PSTW seperti robot tua katanya. Ibu Sari dirawat dipanti X selama 2 tahun.
Keadaan Ibu Sari saat ini adalah dapat melakukan kemandirian semua aktivitas hidup,
kecuali mandi, berpakaian, kamar kecil dan satu tambahan. Hasil pengukuran SPMQE
didapatkan skor adalah 7. Hasil pengukuran MMSE didapatkan nilai 21. Pengukuran
tingkat depresi Back menunjukkan nilai 15. Hasil pengukuran APGAR lansia didapatkan
nilai 7.

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu:
1. Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia
2. Melakukan pemeriksaan fisik pada lansia
3. Menganalisis data hasil pengkajian keperawatan pasien lansia
4. Mengidentifikasi diagnosis keperawatan pasien lansia
5. Memprioritaskan masalah keperawatan pasien lansia
6. Melakukan

tindakan

keperawatan

dalam

berbagai

pendekatan

tindakan

keperawatan pasien lansia


7. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansia

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 1

B. Pengkajian
1. DATA BIOGRAFI
Nama

: Ibu Sari

Umur

: 82 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku

:-

Tempat & tanggal lahir

:-

Pendidikan terakhir

:-

Agama

:-

Status perkawinan

: Janda

Pekerjaan lalu

:-

Pekerjaan sekarang

:-

Alamat

:-

Hobby

:-

Orang yg mudah dihubungi :PSTW X


Alamat & telepon

:-

2. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah diderita (kapan, sebab kambuh) :
b. Status kesehatan setahun lalu :
Klien mengalami fraktur collum femur dextra tertutup
c. Status kesehatan 5 tahun lalu :
-

3. Status Kesehatan
a. Keluhan/masalah kesehatan saat ini :
Klien kesulitan dalam menggunakan crutch atau walker untuk berjalan,
khususnya ketika ke kamar mandi, orang-orang memandangnya aneh dan
metertawakannya saat berjalan, dan Ibu Sari tidak dapat beraktifitas seperti
biasanya.

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 2

b. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan cara perawatannya :


Ibu Sari mengalami keterbatasan pengetahuan terkait dengan peyakit yang
dideritanya.
4. Riwayat Keluarga
Genogram :

Tn. K

Tn. U

Ny. W

Tn. A

Tn. S 84 tahun

Ny. L

Ny. S 82 tahun
fraktur collum
femur dextra

5. Kebiasaan Sehari-hari
a. Istirahat tidur :
Akibat fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan
kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 2002).
b. Nutrisi (makan dan minum) :
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehariharinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa
membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi
komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan
terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 3

c. Kebersihan diri :
Perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna,
bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak
6. Kebiasaan sehari-hari
Kegiatan:
Kegiatan Ibu Sari di panti mengalami hambatan karena mengalami kesulitan dalam
berjalan, hal ini di sebabkan oleh fraktur collum femur dextra tertutup. Sehingga
bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain.
7. Psikososial
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Klien tidak
bahagia karena klien merasa tidak dapat lagi beraktivitas seperti biasanya dan klien
menyatakan orang-orang memandangnya aneh dan menertawakannya saat berjalan
di koridor PSTW seperti robot tua katanya
8. Spiritual
Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya
baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri
dan ketidakmampuannya.
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: baik

Tingkat kesadaran

: compos mentis

GCS

: 14

Tanda-tanda vital

: TD=

a. Kepala: tidak terdapat gangguan,

normo cephalik, simetris, tidak ada

penonjolan, tidak ada nyeri kepala


b. Mata-Telinga-Hidung

a) Penglihatan: Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena


tidak terjadi perdarahan)
b) Pendengaran: Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi atau nyeri tekan.
c) Hidung, pembau: Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung
Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 4

d)

Leher: Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,

reflek

menelan ada.
e) Dada dan punggung

a) Paru-paru :
1. Inspeksi: Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
2. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
3. Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
4. Perkusi: Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
b) Jantung, Abdomen dan pinggang

1. Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung


2. Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba
3. Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
f) Sistem Pencernaan
Abdomen:
1. Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
2. Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3. Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi: Peristaltik usus normal 20 kali/menit
g) Sistem Genetaurinariue
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
h) Ektremitas atas dan bawah
Gangguan ekstremitas bawah, kaki tetap terasa sakit dan Ibu S mengalami
kesulitan dalam menggunakan kruk.
10. Pengkajian secara umum
a. Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ ) = 7 (kesalahan penurunan
intelektual moderat)
b. Mini - Mental State Exam ( MMSE )

= 21 (gangguan kognitif
ringan)

c. Inventaris Depresi Beck

= 15 (deperesi ringan)

d. APGAR Keluarga

= 7 (normal)

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 5

11. Data Penunjang


a. Laboratorim

Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan


menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot
seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino
Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b. Radiologi

:-

c. EKG

:-

d. USG

:-

e. CT- Scan : Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
f. Obat - obatan : -

C. Analisis Data
NO

DATA (SIGN/SYMPTOM)

INTERPRETASI
(ETIOLOGI)

1.

Klien menyatakan kesulitan dalam


menggunakan crutch atau walker untuk
berjalan, khususnya ketika mau ke
kamar mandi.

Kerusakan
rangka
neuromuskuler

Gangguan
Mobilitas Fisik

2.

Klien mengatakan bahwa dia tidak


bahagia karena klien merasa tidak dapat
lagi beraktivitas seperti biasanya dan
klien menyatakan orang-orang
memandangnya aneh dan
metertawakannya saat berjalan di
koridor PSTW seperti robot tua

Perubahan
penampilan
sekunder akibat
kehilanagan
fungsi tubuh

Harga diri rendah


situasional

3.

Klien mengatakan bahwa dia dapat


melakukan kemandirian semua aktivitas
hidup, kecuali mandi, berpakaian,
kamar kecil dan satu tambahan

Kelemahan otot
sekunder akibat
fraktur collum
femur dextra

Defisit perawatan
diri

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

MASALAH
(PROBLEM)

Page 6

D. Diagnosis Keperawatan
a. Aktual
1. Hambatan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

kerusakan

rangka

neuromuskuler.
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan penampilan
sekunder akibat kehilangan fungsi tubuh
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat
fraktur collum femur dextra
b. Risiko: c. Sejahtera: d. Sindroma: -

E. Prioritas Masalah Keperawatan


Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler
F. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosis
1. Hambatan
mobilitas
fisik
berhubunga
n dengan
kerusakan
rangka
neuromusk
uler

Tujuan umum Tujuan khusus


Setelah
1. Klien dapat
dilakukan
memperagak
asuhan
an
keperawatan
penggunaan
diharapkan
alat
bantu
klien
dapat
dengan
meningkat
benar.
kemampuan
2. Klien
dalam
menujukan
berjalan/mobil
mobilitas
itas
yang aman

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Rencana
Rasional
1. Kaji cara berjalan 1. Mengetahui
klien
sejauh mana
kemampuan
klien dalam
mobilisasi.

2. Pastikan alat bantu 2. Alat bantu


yang
digunakan
yang benar
aman dan cocok.
akan
mempermuda
h klien dalam
mobilisasi
serta dapat
dapat
mengurangi
bahaya.
3. Ajarkan
klien 3. Penggunaan
bagaimana
cara
alat bantu
menggunakan alat
dengan benar
bantu
dengan
dapat
benar.
mengurangi
resiko
terjatuh.
Page 7

4. Berikan informasi 4. Klien akan


tentang
kondisi
lebih berhatiyang
dapat
hati dalam
membahayakan
berjalan
klien seperti lantai
apabila dia
basah, jalan tidak
tahu keadaan
rata.
yang dpat
mebahayakan
dirinya.
5. Lanjutkan
5. Secara
mobilisasi tanpa
bertahap
alat bantu secara
meningkatkan
bertahap apabila
kekuatan otot
klien
sudah
serta
mampu.
memberikan
rasa mandiri
pada klien
agar tidak
tergantung
pada alat
bantu.
2

Harga diri
rendah
situasional
berhubunga
n dengan
perubahan
penampilan
sekunder
akibat
kehilangan
fungsi
tubuh

Setelah
1. Klien dapat 1. Bina
hubungan
dilakukan
mengidentifi
saling percaya.
asuhan
kasi aspekkeperawatan
aspek positif
diharapkan
yang
klien
dapat
dimiliki.
mengekspresi 2. Klien dapat 2. Bantu
individu
akn
menganalisi
dalam
pandangan
s
perilaku
mengidentifikasi
positifdan
sendri dan
dan
memulai lagi
konsekuensi
mengekpresikan
tingkatan
nya.
persaannya.
fungsi
3. Bersama
klien
sebelumnya.
identifikasi
perilaku
yang
dilakukan
klien
dan konsekuensi
dari
perilaku
tersebut.
4. Identifikasi
dan
perkuat
hal-hal
positif
yang
dimiliki klien.

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

1. Menjalin
hubungan
yang harmonis
antara klien
dengan
perawat.
2. Mengetahui
apa yang
sedang
dirasakan
klien.
3. Memberikan
pertimbangan
tentang
perilaku yang
dilakukan
klien.
4. Hal positif
dari klien
dapat
meningkatkan
harga diri
kien.

Page 8

5. Komunikasikan
bahwa
individu
dapat
mengatasi
perubahan
yang
ada

Defisit
perawatan
diri
berhubunga
n dengan
kelemahan
otot
sekunder
akibat
fraktur
collum
femur
dextra

Setelah
1. Tingkat
1. Kaji kemampuan
dilakukan
kemandirian
klien
untuk
asuhan
klien dalam
berpatisipasi
keperawatan
pemenuhan
dalam
setiap
diharapkan
ADL
aktivitas
klien
dapat
meningkat.
perawatan.
berpartisipasi
secara
aktif 2. Klien dapat 2. Tingkatkan
dalam
mendemonst
partisipasi klien
pemenuhan
rasikan
secara bertahap.
ADL
kebersihan
optimal
setelah
bantuan
dalam
3. Berikan privasi
perawatan
pada klien saat
diberikan
perawatan
dilakukan.
4. Minimalisir halhal yang dapat
mencederai klien
selama perawatan

5. Meberikan
dorongan
kepada klien
agar klien
dapat
berdaptasi
dengan
kondisi
sekarang.
1. Mengetahui
sejauh mana
kemampuan
klien dalam
melakukan
pemenuhan
ADL.
2. Secara
bertahap
mengurangi
ketergantunga
n klien dalam
pemenuhan
ADL.
3. Meberikan
rasa nyaman
pada klien.
4. Mencegah
klien agar
tidak
mengalami
cedera.

G. Tindakan Keperawatan
1. Intervensi keperawatan
2. Terapi alternative/komplementer: terapi akupuntur
3. Terapi modalitas
Bentuk terapi modalitas yang dapat diterapkan pada Ibu Sari yaitu:
1) Konseling
Perawat dapat memfasilitasi pemberian konseling pada Ibu sari apabila Ibu
Sari meminta diadakannya konseling pada perawat.

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 9

2) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan merupakan bentuk terapi dalam melakukan penataan
lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif.
Dalam kasus yang dialami Ibu Sari diketahui bahwa Ibu Sari mengalami
fraktur collum femur dextra tertutup yang di sebabkan karena terjatuh di kamar
mandi. Peran perawat dalam hal ini yaitu meningkatkan penggunaan
lingkungan panti menjadi lebih nyaman dan aman.
3) Terapi Perilaku
Dalam teori terapi perilaku, dikatakan bahwa perilaku timbul akibat dari
proses pembelajaran. Salah satu jenis teknik dasar yang digunakan dalam terapi
ini yaitu pengendalian diri.
Dalam kasus keluarga Ibu Sari mengalami gangguan dalam beraktifitas dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Peran perawat dalam mengatasi dan
mencegah terjadinya perilaku maladaptif yaitu dengan mengajarkan teknik
pengendalian diri. Perawat dapat memberikan latihan pada anggota panti untuk
lebih bisa menerima keadaan dari Ibu Sari. Apabila hal ini berhasil, maka
anggota panti sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku
negatif lainnya termasuk pertengkaran. Selain itu, penggunaan teknik
pengendalian diri ini akan menurunkan tingkat distress pada Ibu Sari terkait
dengan masalah yang dialaminya.

H. Catatan Keperawatan
No
1.

Tanggal
7 November
2011
(pukul
08.00)

Diangnosis
ke
1

Pelaksanaan
Telah
diajarkan
kepada ibu
Sari mengenai
bagaimana
cara
menggunakan
alat bantu
dengan benar.

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Evaluasi

Tanda
tangan

S: Ibu Sari mengeluh kesulitan


berjalan dan menggunakan alat
bantu walker atau crutch.
O: Kaki kanan ibu Sari yang sakit
tampak kaku.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan dengan latihan ROM
I: Lakukan ROM pada kaki kanan
ibu Sari yang sakit
E: kaki ibu Sari yang sakit masih
tampak kaku
R: kaji ulang
(Nama
&Paraf)
Page 10

Daftar Pustaka:
1. Allender, J.A. & Spardley, B.W. (2001). Community Health Nursing: Promoting and
Protecting the Publics Health. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
2. Anderson, E., & Mc Farlane, J. (2004). Community As Partner:Theory and Practice in
Nursing, 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
3. Ali Djumhana (1997) Penyakit Pada Lansia, Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK
UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung.
4. Annete G.Luecknotte (1996). Gerontologic Nursing. St.Louis : Mosby Book, Inc.
5. Chenitz,W.C,Stone,JT, and Salisbury, S.A. (1991). Clinical Gerontological Nursing: A
Guide to Advanced Practice. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
6. Clark, M.J.(2003). Community Health Nursing Caring for Populations, 4th Edition.
New Jersey : Pearson Education, Inc.
7. Edelman, C.L., & Mandle, C.L. (1994). Health Promotion Through the Lifespan.
Philadelphia : Mosby.
8. Ervin, N.F. (2002).

Advanced Community Health Nursing Practice Population-

Focused Care. New Jersey: Pearson Education, Inc.


9. Edmund H. Duthie (2001) Practice of Geriatrics, WB. Saunders Company,
Philadelphia.
10. Freeman, R., & Heirinch J. (1981). Community Nursing Practice. Philadelphia : W.B.
Saunders
11. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research
Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.
12. Giovella, E.C. and Beril C.W. (1993). Nursing Care of Aging Client : promoting
health adaption. Norwak : Appletion Century Croft.
13. Hidayat A. (2002) Andropause dan Menopause: Antara Keprihatinan, Tantangan dan
harapan, PERMI, Malang.
14. Higgs, Z.R., & Gutafson, D.D. (1985). Community as Client : Assessment and
Diagnosis. Philadelphia : F.A. Davis Co.
15. Hitchcock,JE., Scubert, PE., & Thomas, SA (1999). Community Health Nursing :
Caring in action. USA : Delmar Publisher
16. Indrawati Hadi (2001) Peran Puskesmas dalam Pembinaan Usia Lanjut, Dinas
Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 11

17. Karen K. Esbager (1989) Theories of Aging, CV. Mosby Company, Philadelphia.
18. Lueckenotte, MS, RN, CS, Annette G, (1996), Gerontologic Nursing, Mosby, St.
Louis, Missouri
19. Lucille,D.G. (1991).

The Aging Person a Holistic Perspective. St. Louis:The

C.V.Mosby Company.
20. Leininger, M.M., McFarland, M.R. (2002). Transcultural Nursing: Concepts,
Theories, Research, and Practice 3rd edition. The McGrwaw-Hill Companies.
21. Matteson, M.A and Mc. Connel, E.S. (1998). Gerontological Nursing : Concept and
Practice. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
22. Mooney, Ruth A. and Green Way, M.N. (1993). Gerontologic. Washington : Delmar
Publisher.
23. McEwen, M. (1998).

Community-Based Nursing : An Introduction, 1st

Edition.Pennsylvania : W.B. Saunders Company


24. Mc.Murray, A. (2003). Community Health and Wellness : a Sociological approach.
Toronto : Mosby
25. Nugroho Abikusna (2002) Health Promotional Needs of Older Person in South
Jakarta, Depts. Community Medicine and Medical Nutrition, Trisakti Uiversity,
Jakarta.
26. Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community health nursing: promoting the
health of population. (3rd Ed.), Philadelphia: Davis Company.
27. Pender, N.J., Carolyn, L.M., Mary, A.P. (2002). Health Promotion in Nursing
Practice. 4rd edition. Stamford: Appleton & Lange.
28. Roach, S. (2001). Introductory Gerontological Nursing. Philadelphia : Lippincott.
29. Stanhope, M. dan Lancaster, J. (1996). Community Health Nursing : Promoting
Health Of Agregates, Families And Individuals, 4 th ed. St.Louis : Mosby, Inc
30. Soejono.H.C.H (2001) Gejala dan Tanda Penyakit pada Lanjut Usia, Subbag, Geriatri
Penyakit dalam, FKUI-RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta.
31. Sugana (1997) Lanjut Usia dalam Kependudukan Indonesia, Perhimpunan
Gerontologi Indonesia Cabang Bandung, Bandung
32. Sahar Juniati, (2001) Keperawatan gerontik, Koordinator Keperawatan Komunitas,
Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Jakarta.
33. Utami Munandar (2002) Kemandirian Pada Usia Lanjut, Makalah Seminar
34. WHO, (1995), Quality Health Care for the Elderly, Manila Philippines, page:
Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document

Page 12

You might also like