: pengaruh pemberian terapi musik klasik mozart terhadap waktu
pulih sadar pasien kanker Payudara dengan anestesi general di Rsud Dr. Moewardi Surakarta : azhar putriayu nurzallah
Tempat
: Rsud Dr. Moewardi Surakarta
Kata Kunci
: kanker payudara, anestesi general, terapi musik klasik mozart,
waktu pulih sadar
Analisa Jurnal Mengunakan Pico
No 1
Criteria P
Jawaban Ya
Ya
ya
Pembenaran & Critical Thinking
Anestesi general merupakan teknik yang paling sering dipilih dalam melakukan tindakan operasi yang bertujuan menghilangkan rasa sakit saat tindakakan operasi diikuti dengan hilangnya kesadaran. Setiap pasien memiliki waktu pemulihan anestesi dan efek fisiologis yang berbeda-beda tergantung kondisi fisik, jenis pembedahan,jenis obat dan dosis obat yang digunakan. Umumnya pemulihan anesesi dilakukan di recovery room, untuk mempercepat pemulihan pasien di perlukan penangan terapi komplementer salah satunya menggunakan terapi musik klasik mozart. Desain penelitian ini adalah kuantitatif, metode quasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Peneliti memberikan intervensi kepada kelompok yang akan diberikan tindakan terapi music klasik mozart, terapi dilakukan pada responden dalam keadaan anastesi menggunakan Mp3 (dengan frekuensi 20 40 cps hertz). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 responden 15 kelompok kontrol dan 15 perlakuan Mendengarkan musik akan mengalihkan perhatian terhadap nyeri (distraksi) dan memberikan rasa nyaman dan rilek (relaksasi). Sesuai dengan teori menurut Campbell (2001) musik dapat digunakan sebagai terapi musik untuk meningkatkan kemampuan manusia terhadap berbagai jenis penyakit dan dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas didtraksi. Teknik distraksi dengan terapi musik akan membantu melepaskan endorfhin yang ada dalam tubuh. Mendengarkan musik klasik mozart dapat mengubah secara efektif ambang otak yang dalam keadaan stress menjadi lebih relaks, karena musik secara mudah dapat diterima oleh organ pendengaran. Saat pasien dalam keadaan relaks inilah pembuluh darah berdilatasi sehingga dapat menurunkan 29
30
tekanan darah, menstabilkan nadi dan frekuensi pernapasan.
(Sarayar,Mulyadi, & Henry., 2013) Menurut penelitian Firman Faradisi, 2012 dengan judul efektivitas terapi murotal dan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di pekalongan didapatkan hasil bahwa pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik. Terdapat pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap waktu pulih sadar pasien kanker payudara dengan anestesi general di RSUD Dr.Moewardi surakarta. Implikasi : 1. Bagi perawat : Saran, bagi tenaga kesehatan (perawat) dapat dijadikan terapi komplementer dengan menggunakan musik klasik mozart guna mempercepat proses pemulihan waktu sadar 4
Ya
pada pasien operasi dengan general anastesi
2. Bagi ruangan Dapat menjadi alternatif dalam tindakan keperawatan mandiri untuk mempercepat proses pemulihan pasien di recovery room 3. Bagi mahasiswa Dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dalam penanganan non-farmakoloi pemulihan waktu sadar
Kelebihan Jurnal ini :
1. Dalam jurnal ini sudah cukup banyak teori dan penelitian yang pendukung jurnal ini 2. Pengunaan terapi musik klasik ini cukup mudah untuk di terapkan pada pasien di recovery room dengan hanya menggunakan audio Kekurang Jurnal Ini : 1. Pada jurnal ini tidak ada disebutkan lamanya proses terapi yang dilakukan oleh peneliti. 2. Tidak di sebutkanya jenis GA apa yang di gunakan dalam penelitian Kesimpulan :
30
31
Mendengarkan musik akan mengalihkan perhatian terhadap nyeri (distraksi) dan
memberikan rasa nyaman dan rilek (relaksasi). Sesuai dengan teori menurut Campbell (2001) musik dapat digunakan sebagai terapi musik untuk meningkatkan kemampuan manusia terhadap berbagai jenis penyakit dan dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas didtraksi. Teknik distraksi dengan terapi musik akan membantu melepaskan endorfhin yang ada dalam tubuh. Seperti diketahui bahwa endorphin memiliki efek relaksasi dalam tubuh (Potter & Perry, 2006). Endorphin tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusa persepsi dan interpretasi sensori dalam otak. Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang (Guyton & Hall, 2008).