Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perkembangan dan pertumbuhan gigi dimulai sejak embrio manusia berusia
enam minggu dan terus berlanjut sampai gigi tersebut erupsi di rongga mulut,
kemudian beroklusi dengan antagonisnya. Pertumbuhan dan perkembangan gigi
terjadi melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi, proliferasi, histo-difrensiasi,
morfo-diferensiasi, aposisi, klasifikasi dan erupsi. Pada masing-masing tahap dapat
terjadi kelainan yang menyebabkan anomali gigi dalam variasi jumlah, ukuran,
bentuk, struktur, warna dan gangguan pada erupsi. Anomali ini kebanyakan terjadi
selama masa anak-anak.1
Perkembangan enamel normal terjadi dalam tiga tahap yaitu;
(1) tahap
pembentukan, terjadi deposisi matriks organik; (2) tahap kalsifikasi, selama masa ini
matriks mengalami mineralisasi; (3) tahap maturasi, kristal membesar dan matang. 1
Gangguan pengendapan matriks mengakibatkan hipoplasia yang ditandai dengan
adanya ketebalan enamel yang tidak teratur atau struktur tidak sempurna, kerusakankerusakan enamel dapat berupa pit atau groove kecil pada permukaan enamel sampai
menjadi kerusakan parah.2 Gangguan pada tahap kedua perkembangan gigi
menyebabkan hipomineralisasi, walaupun enamel memiliki ketebalan normal tetapi
sebagian lainnya memiliki mineralisasi yang buruk, sedangkan gangguan pada tahap
ketiga mengakibatkan pematangan kristal yang tidak sempurna. Pada keadaan lanjut,
gigi anterior dapat mengalami atrisi, morfologi pulpa mengalami pembesaran, hal ini
dapat melibatkan gigi sulung maupun gigi permanen. Pada sejumlah kasus dapat
terjadi diastema, hal ini dihubungkan dengan premature loss gigi atau enamel yang
tipis.2
Gangguan di dalam struktur jaringan yang timbul pada berbagai tahap
pembentukan dapat menjelaskan adanya variasi bentuk, ini dapat terjadi karena
beberapa sebab, salah satunya adalah faktor genetik atau keturunan.3 Kerusakan
terjadi pada enamel, dentin atau sementum, bisa terjadi secara bersamaan atau
masing-masing. Banyak faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perkembangan
gigi dan telah ditelaah oleh Pindborg (1982). Ameloblast yang merupakan sel
pembentuk enamel dapat menjadi peka misalnya apabila fluorosis dalam dosis sedikit
saja berlebih dapat menyebabkan adanya vakuolisasi di dalam sel-sel ini.3
Dalam penelitian yang dilakukkan oleh Witkof (1965) ditemukan 1:14.000
anak di Amerika Utara yang mengalami amelogenesis imperfekta, angka ini lebih
rendah dibandingkan dengan angka 1: 4000 pada anak-anak Swedia dan bahkan 1,4 :
1000 anak di Swedia Utara. Dari 425.000 anak usia 3 tahun-19 tahun di Swedia, 193
anak diduga mengalami amelogenesis imperfekta. Setelah diselidiki lebih mendalam,
63 anak dengan hipoplastik dan 42 anak dengan tipe hipokalsifikasi atau pengapuran.
Bentuk autosomal dominan jenis hipokalsifikasi mendominasi, sedangkan bentuk
hipomaturatif paling jarang dijumpai. Perawatan amelogenesis imperfeka dapat
terbatas pada enamel apabila pulpa tidak terlibat. Perawatan dilakukan untuk
menghilangkan rasa sakit, mengembalikan estetis dan efisiensi pengunyahan.2,3
Tujuan penulisan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai
amelogenesis imperfekta, yaitu kelainan struktur gigi akibat adanya gangguan pada
masa pertumbuhan dan perkembangan gigi.Selanjutnya dengan mengetahui diagnosa
dini secara tepat dari kelainan ini dapat segera dilakukan tindakan perawatan yang
akurat untuk mengurangi akibat-akibat yang mungkin timbul.
PENGERTIAN DAN ETIOLOGI
Amelogenesis imperfekta merupakan kelainan herediter yang terdapat pada
enamel gigi. Kelainan ini kemungkinan diturunkan pada anggota keluarga. Terdapat
laporan kasus dengan nilai 1:14.000 anak di Amerika yang mengalami amelogenesis
imperfekta yang bersangkutan dengan gen.3,4
PENGERTIAN
Amelogenesis imperfekta merupakan nama kumpulan untuk sejumlah
gangguan perkembangan enamel seluruhnya atau sebagian, menunjukkan hipoplasia,
hipomaturasi atau hipokalsifikasi. Amelogenesis imperfekta merupakan gangguan
amelogenesis
imperfekta
dibedakan
dua
tipe:
hipoplastik
dan
(1960) mencatat satu keluarga dengan kondisi seperti ini ditemukan pada 5 generasi :
21 orang anggota keluarga dari 50 anggotanya yang memiliki anomali ini. Weinmann
(1945) melaporkan satu keluarga dimana 3 generasinya memiliki kelainan ini.3
Dechaume, Chaput dan Diannet (1947) mencatat satu kasus pada seseorang
wanita tanpa ada riwayat keluarga kecuali sepupu dari orangtuanya. Cameron dan
Bradford (1957) melaporkan satu kasus dimana 3 dari 5 orang anak laki-laki
mengalami penyakit ini, ternyata orang tua dan kakek neneknya memiliki hal yang
serupa. Satu keluarga telah diperiksa secara perorangan, ternyata dari 7 anak, anak
laki-laki tertua dan termuda serta anak perempuan mengalami amelogenesis
imperfekta. Ayahnya juga memiliki anomali ini, ibu dan anak lainnya normal.
Banyak faktor baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui dapat menimbulkan
jejas pada sel ameloblast dan menyebabkan hipoplasia. Seperti Infeksi dan trauma
pada gigi susu dapat berakibat hipoplasia email pada gigi tetap penggantinya.
Defisiensi nutrisi dari vitamin A, C, D dapat menyebabkan hipoplasia sistemis.
Penderita dengan riwayat riketsia (kekurangan vitamin D) seringkali menunjukkan
hipoplasia berat.
Penyakit yang berhubungan dengan demam tinggi, terutama campak dan
cacar air dapat menyebabkan ceruk horizontal. Ceruk ini merupakan tempat
berkumpulnya sisa makanan dan bakteri. Menyebabkan warna coklat tua. Selain itu,
masih ada penyakit sistemis lain, misalnya Toksemia atau penyakit kandungan lain
yang dapat mengganggu pembentukan email in utero. Skalartina pada anak-anak atau
bayi kemudian juga dapat disebabkan defisiensi kalsium, fosfor atau demam
eksantematus pada bayi.
Penyebab lain hipoplasia adalah siphilis kongenital. Pada wanita hamil yang
terinfeksi dengan syhiphilis yang tidak diobati akan menyebabkan spirochaeta
menyerang janin sesudah minggu ke-16 dan benih gigi menjadi cacat. Pada anakanak tanda kerusakan yang karakteristiknya dapat terlihat pada gigi anterior tetap
atau posterior. Terlihat pengurangan dimensi mesiodistal gigi-geligi yang terkena.
Hipokalsemia merupakan penurunana kadar kalsium dalam serum dan dapat
menyebabkan lubang atau lekukan pada gigi geligi. Keadaan ini mungkin terlihat
terjadi
sama
seperti
yang
terlihat
pada
hipoplasia
sistemis.
hipokalsifikasi.4,5 Weinmann
pertama
kali
memperkenalkan
klasifikasi
tipe kecil.
3,4,5
dibedakan berdasarkan gambaran klinis. Gambaran klinis pada tipe hipoplasia enamel
tipis, melalui mikroskop terlihat berlubang-lubang, beralur dan bila lebih menyeluruh
memiliki struktur tidak sempurna. Enamel pada tipe hipomineralisasi memiliki
ketebalan normal dan permukaan halus. Pada semua kasus, baik gigi susu maupun
gigi permanen dapat mengalami cacat ini.
TIPE HIPOPLASIA ENAMEL3,4,5
a. Amelogenesis imperfekta, autosomal dominan dengan permukaan gigi yang
berlubang-lubang.
Pada tipe ini biasanya menunjukkan lubang-lubang yang tersebar secara acak
di permukaan gigi. Lubang atau sering disebut cekungan memiliki dasar berwarna
coklat setelah gigi erupsi. Oleh karena stain masuk ke dalam cekungan ini, gigi akan
terlihat seperti bintik-bintik hitam. (Gambar 1). Dasar dari cekungan ini menunjukkan
keadaan hipoklasifikasi. Ketebalan enamel normal, sehingga kontak proksimal gigi
baik. Bila terjadi pada gigi suslung, enamel licin dan tipis. Cacat ini paling sering
terjadi pada permukaan bukal dan labial gigi, termasuk 1/3 tengah mahkota pada
enamel gigi yang sedang erupsi. Warna gigi umumnya normal, kelainan ini sering
terjadi pada gigi premolar dan molar permanen.
sekali (enamel aplastik) dan pada waktu erupsi sudah berubah warna kuning-coklat.
Pada enamel yang tipis menyebabkan gigi mudah fraktur. Terdapat gigitan terbuka
yang vertikal pada bagian depan. Tipe ini menyebabkan banyak gigi yang tidak erupsi
dan menunjukkan adanya resorpsi.
f. Amelogenesis imperfekta terikat X dominan dengan permukaan licin
Gambaran kondisi ini merupakan keragaman cacat enamel diantara jenis
kelamin. Pada pria, enamel terlihat sangat tipis, hanya 1/4 sampai 1/8 ketebalan
normal dan tidak ada titik kontak. Permukaannya kelihatan seperti kaca, mengkilat
dan memiliki warna kuning coklat. Enamel keras dan bergranul, hal ini disebabkan
kurangnya strukstur prismatik normal, pada wanita enamel normal. Ekspresi
pengaruh genetik pada wanita bervariasi pada pria lebih parah.
KESIMPULAN
Perkembangan gigi terjadi atas beberapa tahap yaitu tahap inisiasi, proliferasi,
histodiferensiasi, aposisi, kalsifikasi, dan erupsi. Pada masing-masing tahap ini dapat
terjadi kelainan yang menyebabkan anomali dalam jumlah, bentuk, struktur, warna
dan gangguan erupsi. Gangguan pengendapan matriks organik mengakibatkan
hipoplasia ditandai dengan enamel yang tidak teratur, ketebalan dan strukturnya tidak
sempurna, kerusakan pada pit atau groove kecil pada permukaan enamel. Gangguan
pada tahap kedua perkembangan menyebabkan hipomineralisasi, tahap ketiga
menyebabkan kristal-kristal yang belum matang.
Amelogenesis imperfekta adalah kelainan cacat herediter pada enamel yang
tidak berhubungan dengan kelainan atau cacat umum lainnya. Amelogenesis
imperfekta dibagi atas tipe hipoplasia enamel, hipomaturasi, dan hipokalsifikasi.
Klasifikasi amelogenesis imperfekta menurut Winter dan Brook membagi
amelogenesis imperfekta menjadi 3 tipe besar dan kemudian dibagi menjadi 11 tipe
kecil.
Perawatan amelogenesis imperfekta bertujuan untuk menghilangkan rasa
sakit, mengembalikan estetis, fungsi pengunyahan yang efisien. Perawatan darurat
termasuk dressing sedatif dan terapi pulpa untuk pulpa terbuka.Perawatan
10
10