Professional Documents
Culture Documents
KERACUNAN MAKANAN
Oleh:
Putri Dini Azika
G99122096
Coass Farmasi Periode 26 Agustus 2013 8 September 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan ke
dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang
menimbulkan tanda dan gejala klinis (Mubin, 2001).
Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang ikut
tertelan bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-gejala terjadi
tak lama setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan
beracun itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun (Mubin, 2001).
Sebagai seseorang yang menyenangi kegiatan alam terbuka, perlulah kiranya kita
mengetahui ilmu tentang keracunan ini, karena dalam kegiatan alam bebas kita sering
mengkonsumsi makanan yang jika ditinjau dari segi kesehatan, memiliki peluang besar untuk
mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi tubuh kita. Bahan-bahan tersebut antara
lain makanan cepat saji seperti mie instant dan sarden, juga jamur yang sering kita anggap
sebagai bahan makanan kita jika sedang dalam keadaan survival. Bahan-bahan itu jika tidak
diolah dengan hati-hati akan berpeluang untuk menimbulkan keracunan (Chadha, 1995).
Mengetahui gejala dan prinsip penatalaksanaan secara ringkas dan tepat sangatlah
membantu dalam menghindari jatuhnya korban. Tindakan yang tepat ini juga akan membantu
rumah sakit atau dokter dalam memberikan penanganan lebih lanjut dalam menyelamatkan
nyawa korban (Chadha, 1995).
Seseorang dicurigai menderita keracunan bila sakit mendadak, gejala tak sesuai dengan
keadaan patologik tertentu, gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar, anamnesis
menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri, pembunuhan atau
kecelakaan, keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia (Chadha, 1995).
Prinsip penatalaksanaan adalah mengatasi penyebab terjadinya keracunan dengan
mengatasi masuknya zat racun ke dalam tubuh, atau menjadikan racun yaang telah masuk ke
dalam tubuh menjadi hilang (dieliminasi) dari dalam tubuh dan mengatasi efek yang
ditimbukan oleh racun (Chadha, 1995).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan
kematian. Berdasarkan sumber dapat digolongkan menjadi racun yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan; opium, kokain, kurare, aflatoksin. Dari hewan; bisa/toksin ular/labalaba/hewan laut. Mineral; arsen, timah hitam. Dan berasal dari sintetik; heroin (Idries,
1997).
Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi racun yang
terdapat di alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga
misalnya deterjen, insektisida, pembersih. Racun yang digunakan dalam pertanian
misalnya insektisida, herbesida, pestisida. Racun yang digunakan dalam industri
laboratorium dan industri misalnya asam dan basa kuat, logam berat. Racun yang
terdapat dalam makanan misalnya CN di dalam singkong, toksin botulinus, bahan
pengawet, zat aditif serta racun dalam bentuk obat misalnya hipnotik sedatif. Pembagian
lain berdasarkan atas kerja atau efek yang ditimbulkan. Ada racun yang bekerja secara
lokal, sistemik dan lokal-sistemik:
1. Racun lokal, adalah racun yang merusak kulit, terutama berasal dari asam atau basa
kuat atau zat kimia lain, seperti: H2SO4, HNO3, HCL, dan NaOH. Keracunan zat ini
ditandai dengan:
a. Rasa terbakar
b. Panas di mulut, sukar menelan, haus yang hebat, muntah berwarna hitam.
c. Sakit perut
d. Oliguria, konstipasi
e. Setelah 12 jam dapat terjadi asfiksia, perforasi lambung, dan neurogenic
syok.
2. Racun sistemik, misalnya pada keracunan morfin, bisa terjadi asfiksia, edema paru,
depresi SSP, bahkan kematian.
3. Racun lokal dan sistemik
a. Bersifat kongestif terhadap mukosa dan erosif terhadap tunika muscularis
GIT
b. Penderita muntah, kolik, diare, serta mengalami gangguan hati dan ginjal
(Idries, 1997).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keracunan
1. Cara masuk
3
Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk lain
secara berturut-turut melalui intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan,
peroral dan paling lambat ialah melalui kulit yang sehat.
2. Umur
Orang tua dan anak-anak lebih sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih
rentan terhadap obat oleh karena eksresi melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas
mikrosom dalam hati belum cukup.
3. Kondisi tubuh
Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami keracunan. Pada
penderita demam dan penyakit lambung absorbsi jadi lebih lambat.
4. Kebiasaan
Berpengaruh pada golongan alkohol dan morfin dikarenakan terjadi toleransi pada
orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol.
5. Idiosinkrasi dan alergi pada vitamin E, penisilin, streptomisin dan prokain.
Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran, makin tingi takaran maka akan
makin cepat (kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada racun yang bersifat
lokal, misalnya asam sulfat
(Idries, 1997).
C. Jenis-Jenis Keracunan
1. Keracunan Botulisme
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat penyerapan
toksin/racun yang dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum. Toksin botulinum
mempunyai efek yang sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut
saraf kolinergik dan mengadakan sparing dengan serabut adrenergic, Toksin
mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan di ujung serabut saraf.
Kuman Clostridium botulinum masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna melalui
makanan yang tercemar oleh kuman clostridium. Biasanya terdapat juga makanan
kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka kematian akibat keracunan
botulisme ini sangat tinggi.
a. Gejala Klinis
Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai
dengan penyakit yang berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu
24 jam. Bila gejala timbul lebih cepat, maka keadaannya lebih serius dan
berat. Gejala klinis tersebut dapat berupa:
1) Mual dan muntah
2) Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)
3) Rasa kering pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa
nyeri
4
kepala,
mata
miosis,
kekacauan
mental,
bronchokonstriksi, hipotensi,
b) Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran dan depresi
pernafasan
c) Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diare
d) Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea,
hipersalivasi, banyak keringat
e) Pada kulit menimbulkan gatal-gatal atau dapat menimbulkan
ekzem
2) Penatalaksanaan
a) Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan pakaian, cuci kulit
yang terkontaminasi
b) Bilas lambung bila racun tertelan
c) Beri atropin
d) Kontrol vital sign
e) Segera rujuk ke rumah sakit terdekat
Heptachlor,
endrin,
Toxaphen,
Kepon,
Mirex),
a. Gejala Klinis
Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol
yang menyumbat tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam
waktu 5-12 jam setelah memakan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan
yang terlambat 36 jam sesudah makan biji jengkol. Gejala yang terjadi
dapat berupa:
1) Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah
2) Adanya serangan kolik pada waktu berkemih
3) Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria.
Kadang-kadang terdapat hematuria.
4) Nafas dan urine berbau jengkol.
b. Penatalaksanaan
1) Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja)
penderita tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum
serta memberikan natrium bikarbonat saja. Atau pasien bisa
dianjurkan untuk meminum minuman bersoda seperti cola, dll.
2) Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat
minum) penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat
dalam larutan glukosa 5% dengan dosis 2-5 mEq/KgBB selama 4-8
jam
3) Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder
4) Anjuran untuk tidak memakan jengkol
(Syarief, 2003).
4. Keracunan Singkong
Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar
dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik,
artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN
(cyanida) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.
Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung
didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda.
Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini
disebabkan selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh cara pengolahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan
merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar
asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut
dalam air.
8
HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan
mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzyme
sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh
jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita
terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat
stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan
akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan.
Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal (mematikan)
dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN ditelan
pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.
a. Gejala Klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong.
Gejala keracunan singkong ini antara lain:
1) Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
2) Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi
3) Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
4) Renjatan (kejang)
5) Syok.
b. Penatalaksanaan
Pengobatan
harus
dilakukan
secepatnya.
Penatalaksanaannya
adalah:
1) Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari
4 jam setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau
membuat penderita muntah.
2) Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara
intravena perlahan. Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara
inhalasi.
3) Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.
4) Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
5) Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.
(Syarief, 2003).
5. Keracunan Minyak Tanah
a. Karakteristik Minyak Tanah:
Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih,
tidak berwarna, tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar.
kulit
pecah-pecah,
dermatitis,
kerusakan
11
12
7. Keracunan Jamur
Jamur adalah tumbuhan berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau
benang-benang bercabang. Berkembang secara seksuil/kawin atau aseksual melalui
dinding dari selulosa atau dari kitin atau keduanya. Beberapa jenis jamur yang
beracun misalnya:
a. Amanita verna
b. Psilocybe sp.
13
d. Fleurotus olearius
enzim
asetaldehid
dehidrogenase
sehingga
terbentuk
15
Penatalaksanaannya adalah:
a. Tindakan gawat garurat
Jika penderita tidak muntah, usakan untuk muntah antara lain dengan
sirup IPECA. Selanjutnya, berikan carbon aktif dalam air 240 mL untuk
mengeluarkan racun yang tidak terabsorbsi. Antidotum yang dapat
digunakan:
1) Terhadap keracunan cendawan yang mengandung muskarin berikan
ATROPIN 2 mg SC
2) Terhadap keracunan
cendawan
yang
mengandung
senyawa
16
Pencegahan
a. Hindari jamur yang tumbuh pada kotoran binatang yang bilahnya berwarna
coklat/kehitaman
b. Hindari memakan jamur yang bila dipotong mengeluarkan cairan berwarna
putih susu
c. Hindari jamur yang tidak enak walaupun tidak selalu
d. Jangan memakan jamur hampir busuk walaupun jamur itu dapat dimakan
e. Jangan memakan jamur yang belum dimasak
(Syarief, 2003).
17
BAB III
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
Nama
: Tn. R
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Agama
: Islam
Alamat
: Mojosongo, Surakarta
B. ALLOANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan muntah terus menerus sejak 1 jam
SMRS. Muntah dirasakan setelah memakan jamur yang diberikan oleh temannya
yang baru pulang dari pendakian gunung. Muntah berwarna putih kekuningan. Selain
itu pasien juga mengeluhkan mual (+), sakit perut (+), kepala pusing (+), badan terasa
lemas (+), banyak keluar ludah dari mulut (+), pasien berkeringat (+), halusinasi (+),
diare (+). Sesak nafas (-), kelemahan anggota tubuh (-), demam (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
18
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a. Keadaan umum :
Sakit sedang, halusinasi, gizi kesan cukup
Berat badan
: 65 kg
Tinggi badan : 165 cm
b. Tanda vital
:
1) Tekanan darah: 100 / 70 mmHg
2) Nadi
: 59 x/ menit
3) Respirasi
: 23 x/menit
4) Suhu
: 36,50C
1)
2)
3)
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil miosis (+/+)
THT
: Sekret (-), darah (-)
Mulut
: Hipersalivasi (+)
Leher
: Pembesaran KGB (-), trakea di tengah
Thoraks : Retraksi (-)
Abdomen
: BU (+) meningkat, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba
Ekstremitas
: Oedem (-/-), akral dingin (-/-)
D. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Keracunan jamur yang mengandung muskarin
Keracunan makanan yang terkontaminasi pestisida
Scombroid poisoning
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Toksikologi
F. DIAGNOSA KERJA
Keracunan jamur yang mengandung muskarin
G. TERAPI
1. Nonmedikamentosa
a.
b.
Rawat Inap
Diet makanan ringan yang mudah
dicerna
c.
2. Medikamentosa
a. Injeksi Atrofin 2 mg SC
b. Karbon aktif 50 g/4 jam
c. Infus RL 16 tpm
Balance cairan
Penulisan resep:
R/ Atropin Sulfat amp 0,5 mg/mL No. IV
19
: bonam
: bonam
: bonam
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Indikasi:
a.
b.
Mengeringkan sekret
Melawan
bradikardia
yang
berlebihan
c.
Bersama
dengan
neostigmin
21
Indikasi:
Ketidakseimbangan elektrolit pada keadaan kehilangan natrium dan biasanya perlu
diberikan intravena
2.
Peringatan:
Batasi asupannya pada gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, hipertensi, udem perifer
dan paru-paru, toksemia kehamilan
3.
Efek samping:
Pemberian dosis besar dapat menyebabkan penumpukan natrium dan udem
4.
Sediaan dan komposisi:
Infus dengan komposisi kalsium klorida (Dihidrat) 322 mikrogram, kalium klorida 8,6
mg/mL, menyediakan ion (dalam mmol/L) Ca+ 2,2; K+ 4, Na+ 147, Cl- 156. Di Rumah
Sakit biasanya tersedia kemasan 500 mL.
(Depkes RI, 2000).
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1.
berbeda-beda sesuai dengan mekanisme zat racun yang berada pada makanan
tersebut.
2.
Pengobatan
untuk
keracunan
jamur
22
5.
23
DAFTAR PUSTAKA
24