Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia. Pada tahun 1992, World Health Assosiation (WHO) telah mencanangkan TB
sebagai Global Emergency. Perkiraan kasus TB secara global pada tahun 2011
adalah1:
Insidensi kasus
Prevalensi kasus
Kasus meninggal (HIV negatif)
Kasus meninggal (HIV positif)
tuberkulosis,
sedangkan
20%
selebihnya
merupakan
tuberkulosis
dilaporkan terjadi di berbagai negara, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat,
demikian
juga
di
negara-negara
berkembang
seperti
Republik
Tanzania,
hingga akhir Desember 2010, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
berjumlah 24.131 kasus dengan infeksi penyerta terbanyak adalah TB yaitu sebesar
11.835 kasus (49%). Sedangkan infeksi HIV pada pasien TB di Indonesia
diperkirakan sekitar 3%; di Tanah Papua dan di populasi risiko tinggi termasuk
populasi di Lapas/Rutan angkanya diperkirakan lebih tinggi 6. Perlu diketahui bahwa
apabila seseorang dengan seropositif HIV terinfeksi kuman TB maka ia mudah
menjadi AIDS dibanding mereka yang seronegatif 7.
II.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
I.
TUBERKULOSIS
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex2. Tuberkulosis paru adalah
penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu
pneumonia yang disebabkan oleh M.tuberculosis 8.
B. Etiologi
TB Paru diakibatkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis
complex. Bakteri ini merupakan basil tahan asam yang ditemukan oleh
Robert Koch pada tahun 1882 9. Mycobacterium tuberculosis adalah
kuman penyebab TB yang berbentuk batang ramping lurus atau sedikit
bengkok dengan kedua ujungnya membulat. Koloninya yang kering
dengan permukaan berbentuk bunga kol dan berwarna kuning tumbuh
secara lambat walaupun dalam kondisi optimal. Diketahui bahwa pH
optimal untuk pertumbuhannya adalah antara 6,8-8,0. Untuk memelihara
virulensinya harus dipertahankan kondisi pertumbuhannya pada pH 6,8
10
.
M.
tuberculosis
tipe
humanus
dan
bovines
adalah
.
3) Penyebaran secara hematogen dan limfogen
Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh,
jumlah dan virulensi kuman. Ada beberapa kuman yang
menetap sebagai persisten atau dormant, sehingga daya
dalam
sitoplasma
dan
menyebabkan
lisis
komponen
komplemen
C5a
dan
monocyte
penyakit
umumnya
tidak
(atau
sulit
sekali)
rekomendasi
WHO,
interpretasi
pemeriksaan
Sifat
Isoniazid (H)
Rifampisisn ( R)
Pyrazinamid (Z)
Bakterisid
Bakterisid
Bakterisid
Streptomycin (S)
Ethambutol (E)
Bakterisid
Bakterostatik
15 (12-18)
15 (15-20)
15 (12-18)
30 (20-35)
Tahap intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
71 kg
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu
RH (150/150)
2 tablet 2KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
5 tablet 2KDT
Lama
Tablet
Jumlah
Tablet
hari/kali
Tahap Lanjutan 3
kali seminggu
RH (150/50)+
E (400)
10
Selama 20 minggu
2 tab 4KDT +
30 37 kg
500 mg
Streptomisin
2 tab 4KDT
inj
3 tab 4KDT +
30 54 kg
750 mg
Streptomisin
3 tab 4KDT
inj
+ 1000 mg
55 70 kg
Streptomisin
4 tab 4KDT
4 tab Etambutol
inj
5 tab 4KDT
71 kg
1000 mg
Streptomisin
5 tab 4KDT
inj
II.
HIV/ AIDS
A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus
dengan materi genetik asam ribonukleat (RNA). Retrovirus mempunyai
kemampuan yang unik untuk mentransfer informasi genetik mereka dari
RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse
transcriptase, setelah masuk ke tubuh hospes. Virus ini menyerang dan
merusak sel- sel limfosit T-helper (CD4+) sehingga sistem imun
penderita turun dan rentan terhadap berbagai infeksi dan keganasan 14.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan
sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang termasuk family retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV4.
B. Patogenesis
HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran
yang memiliki reseptor membran CD4, yaitu sel T-helper (CD4+).
Glikoprotein envelope virus, yakni gp120 akan berikatan dengan
permukaan sel limfosit CD4+, sehingga gp41 dapat memperantarai fusi
membran virus ke membran sel. Setelah virus berfusi dengan limfosit
CD4+, RNA virus masuk ke bagian tengah sitoplasma CD4+. Setelah
11
12
13
Tahap 3:
- HIV wasting syndrome (penurunan bb > 10%, diare>1n bl atau lemah lesu dan
demam > 1 bln)
14
Dosis
Abakavir (ABC)
Didanosin (ddI)
Lamivudine (3TC)
Stavudin (d4T)
Zidovudin (ZDV)
300mg 2x/hari
TDF
300mg 1x/hari
Non-NukleosideReverse
Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Efavirenz (EFV)
600mg 1x/hari
Nevirapine (NVP)
15
Indinavir/ritonavir
(IDV/r)
800mg/100mg 2x/hari
Lopinavir/ritonavir
(LPV/r)
400mg/100mg 2x/hari
Nelfinavir (NFV)
1250mg 2x/hari
Saquinavir/ritonavir
(SQV/r)
Ritonavir (RTV/r)
* Ritonavir dalam hal ini digunakan untuk booster/ memperkuat Protease Inhibitor
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI): Menghambat reverse transcriptase
HIV, sehingga pertumbuhan rantai DNA dan replikasi HIV terhenti. Nonnucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI): Menghambat transkripsi RNA HIV menjadi
DNA. Protease Inhibitor (PI): Menghambat protease HIV, yang mencegah pematangan
virus HIV.
16
TB, pneumonia, infeksi jamur di kulit dan orofaring, serta herpes zoster.
Infeksi tersebut dapat terjadi pada berbagai tahap infeksi HIV dan
imunosupresi 17.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi
pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, di antaranya infeksi
HIV/ AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko
paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB 3. Menurut WHO,
infeksi HIV terbukti merupakan faktor yang memudahkan terjadinya
proses pada orang yang telah terinfeksi TB, meningkatkan risiko TB
laten menjadi TB aktif dan kekambuhan, menyulitkan diagnosis, dan
memperburuk stigma. TB juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas
pada pasien pengidap HIV 7.
Faktor risiko kejadian TB, secara ringkas digambarkan pada Gambar 2.
transmisi
transmisi
Diagnosis tepat
dan cepat
Pengobatan tepat
dan lengkap
Kondisi
kesehatan
mendukung
HIV (+)
TERPAJAN
TB
INFEKS
I
MATI
10%
Konsentrasi Kuman
Lama Kontak
Gambar
B. Patogenesis
Pada
SEMBUH
orang
Keterlambatan diagnosis
dan pengobatan
Malnutrisi
Tatalaksana tak memadai
Penyakit DM,
3
Kondisi
kesehatan
2. imunosupresan
Faktor Risiko Kejadian TB
yang
imunokompeten,
ketika
terinfeksi
M.
17
manifestasi
klinis
TB
sebenarnya
merupakan
reaksi
efusi
pericardial;
efusi
peritoneal;
meningitis
dan
Tb
ii.
iii.
yang
direkomendasi.
Foto thoraks, gambaran foto thoraks bervariasi dalam hal lokasi maupun
bentuknya. Umumnya gambaran foto thoraks pada TB terdapat di apeks,
namun pada TB-HIV bukan diapeks terutama pada HIV lanjut. Pada HIV
yang masih awal gambaran foto thoraks dapat sama pada gambaran foto
thoraks pada umunya, namun pada HIV lanjut gambaran foto thoraks
sangat tidak spesifik. Pada pasien TB-HIV tidak jarang ditemukan
iv.
gambaran TB milier.
Pemeriksaan Tes Mantoux. Pemeriksaan tes mantoux dapat membantu
pada suspek TB dengan BTA negatif dan foto thoraks yang tidak khas
19
vi.
20
21
Tabel 7. Perbedaan TB paru pada infeksi HIV tahap awal (dini) dan
lanjut 2,17
Gambaran klinis
TB paru primer
Biasanya positif
Biasanya
terdapat
paru post-primer
Biasanya negatif
Biasanya terdapat infiltrat
tanpa
kavitas di puncak
primer
Tb ekstraparu
Jarang
interstitial
Umum/ banyak
Mikobaterimia
Tidak ada
Ada
Tuberculin
Positif
Negatif
Adenopati hilus/
mediastinum
Tidak ada
Ada
Efusi pleura
Tidak ada
Ada
Gambaran TB Paru
kavitas,
TB
Tipikal
milier/
D. Penatalaksanaan
Pada dasarnya, prinsip pengobatan TB dengan HIV/AIDS sama
dengan pengobatan tanpa HIV/AIDS. Namun, pengobatan pasien dengan
koinfeksi TB-HIV lebih sulit daripada TB pada pasien tanpa HIV. Pasien
TB-HIV memiliki sistem imunitas yang rendah dan sering ditemukan
adanya infeksi hepatitis dan lainnya, maka saat pengobatan sering timbul
efek samping dan interaksi obat sehingga memperburuk kondisi pasien
serta obat-obat harus dihentikan atau dikurangi dosisnya. Kondisi
tersebut menyebabkan pengobatan menjadi lebih panjang serta
kepatuhan pasien sering terganggu18.
Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa
jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis serta jangka waktu yang tepat 2.
Prinsip pengobatan pasien TB-HIV adalah adalah dengan mendahulukan
pengobatan TB. Pengobatan ARV (Antiretroviral) dimulai berdasarkan
stadium klinis HIV dengan standar WHO3.
22
HIV
yang
tinggi
pendekatan
yang
terintegrasi
24
Teruskan
2NRTI+NVP
NRTI+EFV
Ganti dengan 2NRTI+EFV
atau
Lini kedua
2NRTI+PI
dengan
ganti
dengan
2NRTI+LPV/r
Ganti atau teruskan (bila
sementara
menggunakan)
Pilihan NNRTI :
2.
3.
Efavirenz
(EFV)
merupakan
golongan
NNRTI
yang
terapi
OAT.
Efavirenz
direkomendasikan
karena
Secara Umum
-
II.
TB pada Otak
-
Penanganan
Telan obat setelah makan. Jika paduan obat ART
perut
Nyeri sendi
Rasa kesemutan
sebelum tidur.
Beri analgetik, misalnya aspirin atau parasetamol.
Efek ini oleh karena INH diberi bersama ddI atau
D4T. Berikan tambahan vitamin B6 (piridoksin)
100mg/hari.
Jika
tidak
berhasil,
gunakan
Diare
rujuk.
Beri oralit dan tatalaksana untuk diare, yakinkan
kalau karena obat, akan membaik dalam bbrp
minggu.
27
Kelelahan
dirujuk.
Mungkin disebabkan oleh EFV, lakukan konseling
dan dukungan, dapat hilang < 3 minggu. Rujuk
pasien apabila ada gangguan mood atau psikosis,
masa sulit awal atasi dengan amitriptilin pada
Kuku kebiruan/kehitaman
Perubahan dalam distribusi
malam hari.
Yakinkan pasien sebagai akibat pengobatan ZDV.
Diskusikan dengan pasien, sebagai efek samping
lemak
Gatal atau kemerahan pada
D4T.
Jika menyeluruh atau mengelupas, stop obat TB
kulit
dan
teliti
apakah
lesinya
kering
pendengaran
atau keseimbangan
Ikterus
dapat
dikarenakan
pankreatitis
yang
Muntah berulang
Pucat,anemia
Batuk
atau
bernafas
Limfadenopati
kesulitan
28
29
III. KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia, maupun di Indonesia. Munculnya pandemi HIV/ AIDS menambah
permasalahan TB.
HIV merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Sedangkan TB juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien
pengidap HIV. Kombinasi TB dengan HIV/AIDS merupakan kombinasi yang
mematikan.
TB pada pasien dengan HIV mempunyai gejala dan gambaran klinis yang
berbeda dengan orang tanpa terinfeksi HIV. Maka diagnosis yang tepat sangat
diperlukan.
Penatalaksanaan pasien TB dengan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan
pasien TB tanpa HIV/ AIDS, namun harus memperhatikan beberapa faktor, di
antaranya reaksi obat (alergi, efek samping dan interaksi) OAT maupun ARV.
1.
30