You are on page 1of 4

abstrak/latar belakang

Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat


dunia, juga mempengaruhi munculnya pelanggaran moral sebagai akibat kemajuan ilmu
pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai.Sehingga dalam mencari kebenaran
tersebut manusia harus berpikir filosofis yaitu berpikir kritis, radikal dan sistematis.
Berpikir kritis disini dalam arti seseorang harus mampu berpikir logis mengenai suatu teori
untuk dapat ia kaji secara radikal (dicari sampai ke akarnya) menggunakan metode tertentu
yang nanti hasilnya berupa agreement dan disagreement. Proses pengkajian itu harus
dilakukan secara sistematis yaitu melalui metode-metode pengkajian yang relevan dan
benar. Salah satu cabang filsafat yaitu cabang filsafat yaitu axiologi membahas ilmu
tentang nilai. Dalam hal ini axiologi mengkaji perilaku manusia, karena nilai-nilai menjadi
sumbu perilaku manusia. Dalam aspek ini dikaji pula bagaimana ia memanusiakan dirinya
sebagai manusia, salah satunya dengan mengkaji moral. Kasus Tuti inilah salah satu contoh
kasus pelanggaran moral.
rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. bagaimana dilema moral di indonesia dilihat dari sudut pandang filsafat?
tujuan masalah
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mendekskripsikan hal berikut ini.
1. Dilema moral dari sudut pandang filsafat

daftar pustaka
Takwin, B. et al (2015). Buku Ajar 1 Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat,
Logika, dan Etika. Depok: Universitas Indonesia.

Salah satu contoh aspek fisik manusia adalah berpikir. Berpikir dilakukan dalam rangka
memecahkan suatu masalah. Berpikir dapat menjadi suatu hal yang kompleks karena
sulitnya seseorang dalam memecahkan masalah tersebut. Alasannya bisa jadi dalam proses
penafsiran hasil dengan teori yang berbeda. Perbedaan ini akan membuat orang tersebut

membalikan fakta. Oleh karena itu melihat setiap orang

perlu mengetahui hakikat

mendapatkan pengetahuan yang benar seperti apa. Inilah yang disebut berfilsafat.
Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berarti pecinta
kebijaksanaan; philos berarti kebijaksanaan, dan sophos berarti pecinta dari kata dasar
sophia yang berarti cinta. Xenophon (430-354 SM) dan Plato (427-347 SM). Mereka
menulis bahwa pengertian filsuf adalah orang yang mencurahkan diri dan hidupnya untuk
mencari kebijaksanaan atau untuk melakukan pembelajaran. Dalam arti sempitnya filsuf
adalah orang yang menyelidiki dan mendidiskusikan sebab-sebab benda dan kebaikan
tertinggi (Thayer, 2011). Filsuf adalah orang yang konsisten mempertahankan
argumentasinya. Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani
Kuno hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk
memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis.
Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha. Sebuah usaha
adalah proses, bukan semata produk. Dengan demikian, yang pertama-tama memiliki sifat
kritis adalah proses memperoleh pengetahuan. Filsafat sebagai sebuah upaya adalah sebuah
proses yang terus menerus berlangsung. Proses itu berisi aktivitas-aktivitas untuk
memahami segala perwujudan kenyataan dan atau apa yang ada. Hasrat filsafat adalah
memahami apa yang ada dan mungkin ada dengan akal. Apa yang hendak diketahui filsafat
tak terbatas, oleh karena itu proses pemahaman ini berlangsung terus menerus.
Filsafat sebagai proses diartikan usaha dalam proses berfilsafat yaitu dalam rangka
memecahkan masalah. Memecahkan masalah menggunakan otak untuk berpikir filosofis
yaitu bersifat kritis, radikal dan sistematis. Berpikir kritis disini dalam arti seseorang harus
mampu berpikir logis mengenai suatu teori untuk dapat ia kaji secara radikal (dicari sampai
ke akarnya) menggunakan metode tertentu yang nanti hasilnya berupa agreement dan
disagreement. Proses pengkajian itu harus dilakukan secara sistematis yaitu melalui
metode-metode pengkajian yang relevan dan benar. Salah satu cabang filsafat yaitu cabang
filsafat yaitu axiologi membahas ilmu tentang nilai. Dalam hal ini axiologi mengkaji
perilaku manusia, karena nilai-nilai menjadi sumbu perilaku manusia). Dalam aspek ini
dikaji pula bagaimana ia memanusiakan dirinya sebagai manusia, salah satunya dengan
mengkaji moral. Kasus Tuti inilah salah satu contoh kasus pelanggaran moral. Lalu
bagaimana kasus Tuti dari sudut pandang filsafat?

Dari segi filsafat , kasus Tuti harus dipahami dengan melihat kenyataan secara
kritis, radikal dan sistematis. Kita harus memandang apa yang ada dan apa yang mungkin
ada, karena ciri filsafat yang mengupayakan pengetahuan universal. Di indonesia kasus
hamil diluar nikah adalah hal ang sangat tercela. Tapi, jika kita lihat kasus seperti ini di
luar negeri, hal tersebut sudah lazim, karena orang-orang sana menganggap hamil di luar
nikah lalu menikah adalah hal yang biasa. Sebagai orang yang berfilsafat, kita harus
berpikir kritis dengan memandang kasus ini sesuai dengan keberadaan kita di Indonesia.
Selain itu jika kita hubungkin dengan axiologi , hal ini sudah melanggar nilai-nilai luhur
yang dianut masyarakat umum Indonesia.
Lalu sebenarnya siapa yang salah? sebenarnya hal ini bukan tentang siapa yang
salah tapi mengapa hal ini bisa terus saja terjadi? dan bagaimana solusi untuk menyikapi
kasus seperti ini? dalam kaitannya dengan filsafat, seseorang dituntut bertindak secara etis,
baik dalam aktivitas mencari pengetahuan maupun dalam penerapan pengetahuan.
Pengetahuan adalah berupa hal-hal yang benar. Dengan kata lain seseorang dituntuk untuk
mencari kebenaran. Seseorang perlu bertindak etis, itu artinya ia harus berpikir secara
rasional. Dalam kasus tersebut sudah seharusnya Tuti bersikap dewasa. Ia harus mampu
mengendalikan akal dan emosinya. Walaupun ia kecolongan, ia harus menyelesaikan
masalahnya dengan bertanggung jawab. Ia harus mampu bertindak etis, karena ia yang
paling tahu bagaimana seharusnya ia mengambil keputusan. Dilihat dari sudut pandang
filsafat selain ia harus berpikir secara kritis dengan melihat kekuatan dan kelemahan pada
dirinya, ia harus melaksanakannya secara radikal, artinya jika penulis setuju Tuti untuk
menikah. Kenapa harus menikah? karena menikah adalah hal yang paling penting karena
itu adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai perempuan.
Seorang filsafat harus jeli melihat situasi dan kondisi serupa baik yang ada
disekitarnya maupun di luar. Dalam rangka mencari kebenaran itulah orang tersebut harus
mencari segala apa yang ada dan mungkin ada. Dalam kasus ini, kita tidak boleh kaget
bahwasannya banyak kejadian serupa di luar sana, namun masyarakat sekitar menganggap
hal ini adalah hal yang biasa saja. Namun sebagai orang yang berfilsafat, kita harus
menempatkan diri kita pada situasi nyata saat ini, yaitu di Indonesia. Indonesia yang
mayoritas warga negaranya adalah muslim menegaskan bahwa hamil diluar nikah adalah
perbuatan dosa dan juga mendapat cap tercela.

Bila dikaitkan lebih jauh dengan filsafat, kasus ini berhubungan dengan axiologi.
axiologi adalah bidang filsafat yang mencoba menjawab pertaanyaan apa yang dilakukan
manusia dan apa yag seharusnya dilakukan manusia? disini yang dibicarakan adalah nilainilai penghayatan dan pengalaman manusia. Axiologi mengkaji pengalaman dan
penghayatan dari perilaku-perilaku manusia. Di dalamnya dibahas tentang nilai apa yang
berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik.
Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan
kebaikan dan apakah itu perilaku baik. cabang ini meliputi apa dan bagaimana hidup yang
baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik dan menginginkan hal-hal yang baik dalam
hidupnya. Kata etika menunjuk pada dua hal. pertama disiplin ilmu yang mempelajari
nilai-nilai dan pembenarannya. Kedua pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu
nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya.

You might also like