You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.
1.2.
1.3.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gas Amonia


Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki
sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan
dapat merusak kesehatan. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah
terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahanberacun jika terhirup, dan pengangkutan
amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amoniaanhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 C,
cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun
begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di
dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air.
Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baum. Produk larutan komersial amonia
berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baum (sekitar 30 persen berat
amonia pada 15.5 C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10

persen berat amonia. Amonia umumnya bersifat basa (pKb = 4.75), namun dapat juga bertindak
sebagai asam yang amat lemah (pKa = 9.25).

2.2. Sifat-sifat Amonia


Sifat-sifat amonia antara lain sebagai berikut:
a.

Amonia adalah gas yang tidak berwarna dan baunya sangat merangsang sehingga gas ini
mudah dikenal melalui baunya.

b.

Sangat mudah larut dalam air, yaitu pada keadaan standar, 1 liter air terlarut 1180 liter
amonia.

c.

Merupakan gas yang mudah mencair, amonia cair membeku pada suhu -78 0C dan
mendidih pada suhu -330 C.

Beberapa data penting tentang unsur penyusun senyawa amonia:


*

Ditemukan oleh Daniel Rutherford pada tahun 1772.

Mempunyai massa atom 14,0067 sma

Mempunyai nomor atom 7

Mempunyai jari-jari atom 0,92

Mempunyai konfigurasi elektron 25

Dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -3,+5, +4 dan +2

Mempunyai volum atom 17,30 cm3/mol

Mempunyai struktur Kristal heksagonal

Mempunyai titik didih 77,344 K

Mempunyai titik lebur 63,15 K

Mempunyai massa jenis 1,251 gram/cm3

Mempunyai kapasitas panas 1,042 J/g K

Mempunyai potensial ionisasi 14,534 Volt

Mempunyai elektronegativitas 3,04

Mempunyai konduktivitas kalor 0,02598 W/m K

Mempunyai harga entalpi penguapan 2,7928 KJ/mol.

Data penting tentang hidrogen:


Di temukan oleh Henry Cavendish pada tahun 1766
Mempunyai massa atom 1,00794 sma
Mempunyai nomor atom 1
Mempunyai jari-jari atom 2,08
Mempunyai konfigurasi elektron 1
Dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1, tetapi pada senyawa hibrida bilangan
oksidasi hidrogen -1
Mempunyai volum atom 14,10 cm3/mol
Mempunyai struktur Kristal heksagonal
Mempunyai titik didih 20,28 K
Mempunyai titik lebur 13,81 K
Mempunyai massa jenis 0,0899 gram/cm3
Mempunyai kapasitas panas 14,304 J/g K
Mempunyai potensial ionisasi 13,598 volt
Mempunyai elektronegativitas 2,10
Mempunyai konduktivitas kalor 0,1815 W/m K

Mempunyai harga entalpi pembentukan 0,00585 KJ/mol


Mempunyai harga entalpi penguapan 0,4581 KJ/mol.

2.3. Ikatan Amonia


Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3 yang terdiri dari 3 atom hidrogen (H)
dan 1 atom nitrogen (N). Untuk membuat ikatan kimia pada senyawa amonia pertama kali harus
di tentukan dahulu elekron valensi pada atom hidrogen (H) dan atom nitrogen (N).
Untuk mendapat elektron valensi pada atom hidrogen dan atom nitrogen melalui suatu
konfigurasi elektron yaitu: Hidrogen (H) mempunyai nomor atom 1 dengan konfigurasi
elektron : 1, dan mempunyai elektron valensi 1. Nitrogen (N) mempunyai nomor atom 7 dengan
konfigurasi elektron : 2; 5, dan mempunyai elektron valensi 5.
Jadi, atom hidrogen memerlukan 1 elektron dan atom nitrogen memerlukan 3 elektron.
Oleh karena itu, atom nitrogen memasangkan 3 elektronnya pada 3 atom hidrogen untuk di pakai
bersama.

2.4. Sumber Amonia


Amonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH3. Molekul amonia mempunyai
bentuk segi tiga. Amonia terdapat di atmosfer dalam kuantiti yang kecil akibat pereputan bahan
organik. Amonia juga dijumpai di dalam tanah, dan di tempat berdekatan dengan gunung berapi.
Oleh karena itu, pada suhu dan tekanan piawai, amonia adalah gas yang tidak mempunyai warna
(lutsinar) dan lebih ringan dari pada udara (0.589 ketumpatan udara). Titik leburnya ialah -75 C
dan titik didihnya ialah -33.7 C. 10% larutan amonia dalam air mempunyai pH 12. Amonia
dalam bentuk cair mempunyai muatan yang sangat tinggi. Amonia cair terkenal dengan sifat

keterlarutannya. Ia boleh melarutkan logam alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang
berwarna dan mengalirkan elektrik dengan baik. Amonia dapat larut dalam air. Larutan amonia
dengan air mempunyai sedikit amonium hidroksida (NH4OH). 100 dm3 amoniapun dapat
berpadu dengan 100 cm3 air. Amonia tidak menyokong pembakaran, dan tidak akan terbakar
kecuali dicampur dengan oksigen, di mana amonia terbakar dengan nyalaan hijau kekuningan
muda. Amonia dapat meletup jika dicampur dengan udara. Amonia diperoleh dengan cara
menyulingkan tumbuhan dan hewan yang mengandung nitrogen. Atau dengan mereaksikan
garam-garam amonium dengan hidroksida alkali.Amonium juga diperoleh dengan mereaksikan
magnesium nitrit (Mg3N2) dengan air.
Mg3N2(S) + 6H2O(l)

>

3Mg(OH)2(s)+2NH3

Amonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Sumber amonia di
perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang
terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organic oleh mikroba dan
jamur (amonifikasi). Sumber amonia adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi
udara atmosfer, limbah industri dan domestik. Amonia yang terdapat dalam mineral masuk ke
badan air melalui erosi tanah. Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk senyawa
kompleks dengan beberapa ion-ion logam. Amonia juga dapat terserap kedalam bahan-bahan
tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat
menghilang melalui proses volatilisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan meningkat
dengan semakin meningkatnya pH. Ikan tidak bisa bertoleransi terhadap kadar amonia bebas
yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada
akhirnya dapat meningkatkan sifokasi. Pada budidaya intensif, yang padat penebaran tinggi dan
pemberian pakan sangat intensif, penimbunan limbah kotoran terjadi sangat cepat.

Gas amonia juga merupakan salah satu gas pencemar udara yang dihasilkan dari penguraian
senyawa organik oleh mikroorganisme seperti dalam proses pembuatan kompos, dalam industri
peternakan, dan pengolahan sampah kota. Amonia (gas) itu terdiri dari hidrogen dan nitrogen
yang biasanya perbandingan molarnya 3:1, ada metan, argon, dan CO2. Amonia disintesis
dengan reaksi reversibel antara hidrogen dengan nitrogen.
Seperti halnya reaksi revesibel lain, reaksi pembentukan amonia juga menghabiskan tenaga
dan pikiran untuk mengatur reaksi dengan jumlah amonia pada kestimbngn pada berbagai
macam temperatur dan tekanan. Yang pasti berhubungan dengan konstanta kesetimbangan
reaksinya. Kp (konstanta kesetimbangan) tersebut tidak hanya bergantung pada temperatur dan
tekanannya, tapi juga perbandingan komposisi nitrogen dan hidrogen. Sumber nitrogen itu
biasanya udara. Dan sumber hidrogen biasanya di dapat dari berbagai jenis bahan mentah seperti
air, hidrokarbon ringan atau berat, hasil dari pemurnian minyak mentah, gas alam, maupun
kombinasi dari bahan-bahan itu yang memiliki kandungan hidrogennya. Amonia juga dapat
berasal dari sumber antrophogenik (akibat aktifitas manusia) seperti industri pupuk urea, industri
asam nitrat dan dari kilang minyak (Dwipayani, 2001).

2.5. Keberadaannya di Perairan


Amonia (NH3) pada suatu perairan berasal dari urin dan feses yang dihasilkan oleh ikan.
Kandungan amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan kandungan oksigen
terlarut tinggi. Sehingga kandungan amonia dalam perairan bertambah seiring dengan
bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah yang
lebih banyak dibanding perairan di bagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian dasar
relatif lebih kecil (Welch, 1952 dalam Setiawan, 2006). Menurut Jenie dan Rahayu (1993) dalam

Marlina (2004), konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan
kematian ikan yang terdapat pada perairan tersebut. Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH yang
ditunjukkan dengan kondisi pH rendah akan bersifat racun jika jumlah amonia banyak,
sedangkan dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah amonia yang sedikit akan bersifat
racun juga. Selain itu, pada saat kandungan oksigen terlarut tinggi, amonia yang ada dalam
jumlah yang relatif kecil sehingga amonia bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman
(Welch, 1952 dalam Setiawan, 2006). Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari
0,1 mg/liter. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih
dari 0,2 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi
beberapa jenis ikan. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran
bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk pertanian. Kadar
amonia yang tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau yang mengalami kondisi tanpa
oksigen atau anoxic (Effendi, 2003). Menurut Boyd (1990), amonia dapat meningkatkan
kebutuhan oksigen pada insang dan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan, dan menurunkan
kemampuan darah dalam membawa oksigen. Dalam kondisi kronik, peningkatan amonia dapat
menyebabkan timbulnya penyakit dan penurunan pertumbuhan. Pescod (1973) menyarankan
agar kandungan amonia dalam suatu perairan tidak lebih dari 1 mg/l, yaitu agar kehidupan ikan
menjadi normal.

2.6. Reaksi dengan Zat Lain

Dalam skala laboratorium, pembuatan ammonium melibatkan suatu reaksi kimia, dengan
cara mereaksikan amonium klorida dengan basa kuat, atau oksida basa menurut reaksi berikut:
NH4Cl(aq) +NaOH(aq)
2NH4Cl(aq) + CaO(s)

>
>

NH3(g) + NaCl(aq)+ H2O(l)


2NH3(g) +CaCl2(aq) + H2O(l)

Gas yang dihasilkan dapat diketahui dengan mengujinya menggunakan kertas laksmus.
Gas amonia bersifat basa sehingga akan mengubah warna laksmus merah menjadi biru.
Sedangkan dalam sekala industri ammonium d buat melalui proses Habber-Bosh. Proses ini
menggunakan bahan baku gas nitrogen dan gas hidrogen yang direaksikan menurut persamaan
reaksi sebagai berikut
N2 (g)+3H2(g)

>

2NH3(g)

DH =-92kJ

Entalpi pembentukan amonia ini berharga negatif berarti reaksi ini bersifat eksoterm
(Melepaskan kalor kelingkungan). Sifat reaksi yang eksoterm ini perlu diperhatikan dalam proses
pembuatan amonia selain sifat eksoterm yang berhubungan suhu, ada faktor lain yang juga
mempengaruhi jumlah amonia dengan jumlah maksimum:
a) Suhu
Dalam suatu reaksi yang bersifat eksoterm, jika suhu dinaikkan, reaksi akan bergeser kesebelah
kiri. Dan sebaliknya, jika suhu diturunkan, reaksi akan bergeser kearah kanan. Reaksi
pembentukan amonia yang dilakukan pada suhu rendah (2000C) akan menggeser reaksi kearah
kanan, namun reaksinya berjalan lambat. Oleh karena itu, suhu perlu mencapai suhu ideal yaitu
6000C.

b) Tekanan

Pada proses pembuatan amonia diperlukan tekanan yang timggi. Jika reaksi dilakukan pada
tekanan rendah reaksi akan bergeser kekiri sehingga produk diperoleh. Idealnya, agar reaksi
berlangsung kearah kanan, harus digunakan tekanan yang sangat tinggi. Namun, masalah baru
timbul karena reaksi yang harus dilangsungkan pada tekanan tinggi memerlukan peralatan
dengan investasi yang besar. Melalui analisis, diperoleh tekanan ideal dengan investasi yang
tidak terlalu mahal, yaitu 200 350 atm.
c) Katalis
Katalis berfungsi menurunkan energi aktivasi sehingga semakin banyak pereaksi yang diubah
maenjadi produk. Dalam industri, penggunaan katalis ini sangat penting untuk memperoleh
produksi yang banyak dengan cepat. Pada pembuatan amonia dalam industri digunakan katalis
besi atau oksida besi.
Memaksimalkan hasil reaksi sebagai penerapan prinsip Le-Chatellier, dapat dilihat dari reaksi:
N2 (g)+3H2(g)

>

2NH3(g)

DH =-92kJ

Yang merupakan dasar dari sintesis amonia di industri. Karena reaksi ini eksotermik, hasil
amonia akan naik bila pengerjaan dilakukan pada suhu yang serendah mungkin. Namun
demikian, pada suhu terlalu rendah, reaksi berlangsung sangat lambat sehingga biasanya
digunakan suhu sekitar 5000C. karena jumlah mol gas turun pada saat reaksi berlangsung, hasil
produk dapat dinaikkan dengan menurunkan volume bejana reaksi. Pada umumnya, digunakan
tekanan total 150 300 atm, walaupun beberapa pabrik bekerja pada tekanan yang dapat
mencapai 900 atm. Namun pada tekanan tinggi, hasil amonia biasanya hanya 15% 20% karena
ketetapan kesetimbangannya terlalu kecil. Untuk menaggulagi hal ini, pabrik amonia
menggunakan proses siklik di mana campuran gas didinginkan sehingga amonia mencair (titik
didihnya lebih tinggi daripada titik didih nitrogen dan hidrogen) dapat diambil. Pengambilan

produk secara terus menerus dapat membantu mendorong reaksi agar berlangsung sampai
selesai.

2.7. Hubungan dengan DO, BOD, COD, dan Kualitas dengan Air
Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk,
seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu sehingga
menimbulkan atau terjadinya pencemaran air. Amonia sangat berperan penting pada Pencemaran
air sehingga pemanfaatannya dapat menggangu ekosistem yang berada di perairan. Dalam
peranan amonia di dalam pencemaran air menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena
amonia merupakan salah satu zat-zat beracun serta merupakan salah satu bahan organik yang
berbahaya bagi kelangsungan hidup organisme di perairan. Keadaan ini akan menyebabkan
oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya
kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Banyaknya amonia yang
ditampung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah polutan yang berasal
dari berbagai sumber aktifitas air buangan dari proses- proses industri dan buangan domestik
yang berasal dari penduduk.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan limbah
penduduk terhadap organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap ikan. Akibat yang
ditimbulkan antara lain dapat menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak tidak mendapat suplai
oksigen serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxi) yang disebabkan jaringan tubuh ikan
tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah. Untuk mengetahui kualitas air dalam
suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia, sepeti oksigen

terlarut (Dissolved Oxygen=DO) dan kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand=
BOD). Dalam pengolahan air limbah industri dikenal tiga parameter utama yaitu:

Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)


Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar makhluk

hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun
hewan air, bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan
kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya
juga cukup besar. Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi secara
berkesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air untuk pertumbuhannya
membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon (C) yang dapat diperoleh dari bahan organik
yang berasal dari tanaman, ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara. Bahan organik
tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2
selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen,
dan seterusnya. Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik tersebut
akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat habisnya
oksigen terlarut yang digunakan oleh bakteri atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh
biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesa
tanaman air. Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat
masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri yang menghasilkan
amonia), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan
mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan oksigen,
sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi seperti ini, kesetimbangan

antara oksigen yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang,
akibatnya terjadi defisit oksigen terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut tetap
berlanjut hingga nol, biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan
dengan tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik. Sama
halnya dengan mikroba aerobik,mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon dari bahan
organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana (CH4) disamping terbentuk gas asam
sulfida(H2S) yang berbau busuk.

BOD dan COD


Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari penurunan kadar

oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik dari luar, umumnya digunakan uji
BOD dan atau COD. Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis
(KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk
memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air. Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah
merupakan nilai yang menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur
secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau
menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut
tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh
dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organic seperti halnya amonia),
oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam
air.
BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah oksigen yang
dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai secara aerobic dalam suatu

volume air pada suhu 20derajat Celcius. BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram
oksigen akandihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari
pada suhu 20 derajat Celcius.
Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan kualitas air dilihat dari kadar
BOD adalah erat kaitannya dengan BOD adalah COD. Dalam bahan buangan, tidak semua bahan
kimia organik dapat diuraikan oleh mikroorganisme secara cepat. Bahan organik dalam air
bersifat; dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari dan bahan
organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari. Bahan organik yang tidak
mengalami biodegradasi Uji COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu hasil uji
COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD. BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan
jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan
bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat
organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri
dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air
tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida,
tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan. Berkurangnya
oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga
digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji
BOD ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya
terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang

digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang
dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya. Oksigen
yang dikonsumsi dalam uji BOD dapat diketahui dengan menginkubasikan contoh air pada suhu
20 C selama lima hari. Untuk memecahkan bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada
suhu 20 C sebenarnya dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil
waktu lima hari sebagai standar. Inkubasi selama lima hari tersebut hanya dapat mengukur kirakira 68 persen dari total BOD. Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari
pencemaran organik. Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas
bakteri akan terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang semestinya. Pada
Tabel dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik didalam air.
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan BOD yang
dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang
disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam
metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat.
Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam
penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida.
Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum. Sesungguhnya penentuan
BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen
yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada
dalam suatu perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama
pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah
kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sample tersebut juga
harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen

terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen
dalam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20C. Penguraian bahan organik secara
biologis di alam, melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi
dengan hasil akhir karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap
sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk
menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD
merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat
dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus
diusahakan konstan pada 20C yang merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu
yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi
CO2dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung
selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total
BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 80% dari nilai BOD total. Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi
kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa,
amonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah :
2NH3 + 3O2 2NO2-

>

2H+ + 2H ONO2 + O2NO3-

COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya
adalah K2O7atau KMnO4. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat
organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan

berkurangnyaoksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes COD
inidioksidasi oleh 2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih optimum,
CaHbOc + Cr2O7

>

H+CO2+ 2O + 2Cr3+

Kuning Hijau Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan sebagai katalisator untuk


mempercepat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan
klorida yang pada umumnya ada di dalam air buangan. Untuk memastikan bahwa hampir semua
zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah
direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa menentukan berapa besar oksigen yang telah terpakai. Sisa
K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi denganferro ammonium sulfat (FAS). Reaksi yang
berlangsung adalah sebagai berikut.
6Fe2+ + Cr2O7

>

4H + 6Fe3++ 2Cr3+ + 7H2O

Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna hijau
biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K2CrO7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7
awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zatorganik yang dioksidasi oleh K2Cr2O7
Baku mutu air laut melalui Surat Keputusan Menteri NegaraLingkunganHidup Nomor 51 Tahun
2004. Didalam baku mutu air tersebut, tercakup semua parameter yang digunakan dalam baku
mutu air limbah,termasuk BOD dan COD, ditambah parameter-parameter kualitas air lainnya,
termasuk parameter biologi danradio nuklida. Dalam PP Nomor 28/2001 tersebut baku mutu
BOD bagi perairanKelas dua yang dipergunakan untuk rekreasi air dan budidaya perikanan
(akuakultur) misalnya, adalah lebih kecil dari 3 mg/L, sedang baku mutu COD-nya adalah lebih
kecil dari 25 mg/L. Untuk air laut, sebagaimana dalam Kep. MENLH Nomor 51/2004, baku
mutu BOD untuk perairan bagi keperluan wisata bahari adalah 10mg/L, sedangkan bagi biota
laut baku mutu BOD adalah 20 mg/L. COD tidak termasuk parameter yang menjadi baku mutu

air laut. Hal ini kemungkinan karena penentuan COD air laut relatif agak sulit sehubungan
dengan interferensi ataugangguan keberadaan klorida (Cl) yang tinggi di air laut terhadap reaksi
analitiknya. Bila kita cermati baku mutu air limbah yang ada, walaupun BOD dan COD
terpakaisebagai

parameter

baku

mutu

air

limbah

dari

hampir

semua

kegiatan,

tetapikeberadaannya adalah bersamasama dengan dua atau lebih parameter lain yangmenjadi
parameter kunci dari kualitas air limbah kegiatan yang bersangkutan. Ini berarti, bukan hanya
BOD dan COD yang menjadi penentu pencemaran air limbah, tetapi kesemua parameter yang
menjadi baku mutu air limbah dari kegiatan yang bersangkutan. Parameter pH dan TSS (total
suspended solids) misalnya, juga berperanan penting dalam baku mutu limbah, yang lebih lanjut
juga berarti berperan penting dalam penentuan tingkat pencemaran perairan. Dari nilai pH akan
dapatdiketahui apakah telah terjadi perubahan sifat asam-basa perairan dari nilai pHalaminya,
bila nilainya lebih tinggi lebih dari satu unit di atas normal berarti perairanmenjadi terlalu basa,
sebaliknya bila terjadi penurunan maka perairan menjadi terlaluasam. Bila ini terjadi, selain
mengganggu biota atau ekosistem perairan, juga akanmengurangi nilai guna air. Demikian juga
TSS, bila nilainya meningkat cukupsignifikan, perairan akan tampak keruh dan terkesan kotor
sehingga tentu sajamengurangi daya guna airnya. Dengan demikian, bila misalnya nilai BOD dan
COD suatu perairan masihnormal atau memenuhi baku mutu, belum dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi pencemaran, bila parameter kunci lainnya tidak diketahui. Karena bila parameter
lainnya telah meningkat dan melebihi baku mutu, maka berarti ada indikasi pencemaran di
perairan. Hal ini dapat terjadi karena bila terdapat bahan-bahan toksik (beracun) di perairan,
logam berat misalnya nilai BOD bisa jadi rendah atau masihmemenuhi baku mutu, padahal
dalam air atau perairan tersebut terkandung bahan beracun atau air telah tercemar. Sebaliknya,
bila nilai BOD dan COD telah cukuptinggi dan melebihi baku mutu, maka sudah dapat diduga

ada indikasi pencemaran bahan organik. Selain waktu analisis yang lama, kelemahan dari
penentuan BODlainnya adalah : diperlukannya benih bakteri (seed) yang teraklimatisasi dan
aktif dalam konsentrasi yang tinggi; diperlukan perlakuan pendahuluan tertentu bila perairan
diindikasi mengandung bahan toksik; dan efek atau pengaruh dari organismenitrifikasi (nitrifying
organism) harus dikurangi. Meskipun ada kelemahan-kelemahan tersebut, BOD tetap digunakan
sampai sekarang. Hal karena beberapa alasan,terutama dalam hubungannya dengan pengolahan
air limbah, yaitu :
1)

BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akandiperlukan untuk
menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi.

2)

untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan limbah.

3)

untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan limbah

4)

untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan yang diperbolehkan bagi pembuangan air
limbah.
Karena nampaknya BOD akan tetap digunakan sampai beberapa waktu mendatang, maka

penting untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai cara penentuannya berikut segala
keterbatasan atau kelemahannya. Terlepas dari berbagai kelemahannya tersebut, BOD masih
cukup relevan untuk digunakan sebagai salahsatu parameter kualitas air yang penting. Karena
dengan melakukan uji BOD secaraapa adanya, yakni dengan tidak memperhatikan ada tidaknya
kandungan bahan toksik, sedikit atau banyaknya kandungan bakteri, tetapi dengan tetap
melakukan pengenceran atau aerasi bilamana diperlukan dan inkubasi pada suhu setara suhu
perairan, maka akan diperoleh suatu nilai BOD yang akan memberikan gambaran kemampuan
alami perairan dalam mendegradasi bahan organik yang dikandungnya. Dari nilai tersebut akan
dapat dilihat apakah kemampuan perairan dalam mendegradasi bahan organik masih cukup baik

atau sudah sangat rendah. Bila rendah, berarti kemampuan pulih diri (self purification) perairan
sudah sangat berkurang. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a)

BOD dan COD masih diperlukan sebagai parameter dalam baku mutu air limbah atau

sebagai parameter pencemaran perairan, karena peranannya sebagai penduga pencemaran bahan
organik (amonia) dan kaitannya dengan penurunan kandungan oksigen terlarut perairan (oksigen
penting bagi kehidupan biota air dan ekosistem perairan pada umumnya). Peranan BOD dan
COD bukan sebagai penentu, tetapi setara dengan parameter lainnya yang menjadi parameter
kunci sehubungan dengan dugaan pencemaran oleh kegiatan tertentu.
b)

BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan untuk

mendegradasi bahan organic (amonia) yang dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran


bahan organik mudah urai (biodegradable) yang ada dalam air atau perairan yang bersangkutan.
Bila uji BOD dilakukan tanpa perlakuan tertentu dan dengan suhu inkubasi setara suhu perairan,
maka BOD dapat menggambarkankemampuan perairan dalam mendegradasi bahan organik.
c)

COD adalah parameter penduga jumlah total bahan organic (amonia) yang ada dalam air

atau perairan, baik yang mudah urai maupun yang sulit urai. Denganmemperbandingkan nilai
COD dan BOD, akan diketahui gambaran jumlah bahanorganik persisten (sulit urai) yang
terkandung di dalamnya.

2.8. Kegunaan Amonia


Adapun manfaat dari ammoniak yaitu:
1. Untuk pembuatan pupuk, terutama urea dan ZA (Zwavelzur amonium = amonium sulfat)
NH3(g) + CO2(g)

CO(NH2)2(aq) + panas

NH3(g) + H2SO4

(NH4)2SO4(aq)

Pembuatan pupuk dengan cara Haber-Bosch yaitu dengan cara ammonia dibuat dalam
skala besar dari nitrogen yang diperoleh dari udara, ditambah hydrogen (sebagian besar
diproduksi dari metana yang terjadi secara alami) yang menjadi campuran nitrogen dan
hydgrogen bertekanan tinggi. Kemudian didaur ulang sehingga amoniak terbentuk dan dibiarkan
hingga terjadi proses pengembunan sehingga terbentuk amoniak cair (NH3) yang siap
dipindahkan untuk diolah menjadi pupuk. Namun sebelum amoniak diproduksi melalui proses
Haber-Bosch, sumber utama senyawa nitrogen untuk industry adalah mineral yang harus
ditambang dan diangkat sejauh ribuan kilometer.
Untuk membuat senyawa nitrogen yang lain, seperti asam nitrat, amonium klorida,
amonium nitrat.
NH3(g) + 5 O2(g)

4 NO(g) + 6 H2O(g)

NH3(g) + HCl(aq)

NH4Cl(aq)

NH3(g) + HNO3(aq)

NH4NO3(aq)

2. Untuk membuat hidrazin.


NH3(g) +

NaOCl(aq)

N2H4(l) + NaCl(s) + H2O(l)

Hidrazin merupakan salah satu senyawa nitrogen yang digunakan sebagai bahan bakar roket.
3. Dalam pabrik es, amonia cair digunakan sebagai pendingin (refrigerant) karena amonia cair
mudah menguap dan akan menyerap panas sehingga menimbulkan efek pembekuan.
4. Sebagai bahan peledak
5. Bahan pembuatan baterai
6. Campuran dalam produk cat rambut dan obat pelurusan rambut.

2.9. Dampak senyawa Amonia

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).Walaupun amonia memiliki
sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan
dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika
Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi
35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi
tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS
diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahanberacun jika
terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus
disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakanamonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut.Karena amonia mendidih di suhu -33 C,
cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun
begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di
dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3dalam air.
Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuanbaum.Produk larutan komersial amonia
berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baum (sekitar 30 persen berat
amonia pada 15.5 C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10
persen berat amonia,

2.9.1. Dampak senyawa Amonia Terhadap Kesehatan


a. Efek Jangka Pendek (Akut)

Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi


ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian.
menimbulkan iritasi hingga kebutaan total.

pada 400-700

Kontak dengan mata dapat

Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka

bakar (frostbite).

b. Efek Jangka Panjang (Kronis)


Menghirup

uap

asam

pada

jangka

panjang

mengakibatkan

iritasi

pada hidung,tenggorokan dan paru-paru. Termasuk bahan teratogenik.


Nilai Ambang Batas : 25 ppm (18 mg/m3) (ACGIH 1987-88) STEL 35 ppm (27 mg/m3).
Toksisitas : LD50 = 3 mg/kg (oral, tikus). LC 50 = 200 ppm (tikus menghirup 4 jam)

2.9.2. Dampak senyawa Amonia Terhadap Kebakaran


Dapat terbakar pada daerah mudah terbakar : 16-25 % (LFL-UFL). Suhu kamar : 651 oC.

2.9.3. Dampak senyawa Amonia Terhadap Reaktivitas


Stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran. Larut dalam air
membentuk ammonium hidroksida.

2.10. Keselamatan dan Pengamanan


a. Penanganan dan Penyimpanan:
Hindari penghirupan gas/uap. Juga hindari kontak dengan kulit dan mata. Pasang
ventilasi atau local exhauster di tempat kerja untuk mengurangi cemaran agar < NAB. Pakailah

alat pelindung diri : respirator, kacamata, gloves dan pakaian kerja. Wadah dan pompa untuk
transfer bahan harus di groundkan untuk menghindari terjadinya listrik statis. Hindari kontak
amonia dengan karet, plastik dan cat. Simpan bahan dalam wadah tertutup, di luar, bebas dari
matahari, berventilasi, dingin, jauh dari api dan pemanas.

b. Tumpahan dan Bocoran:


Isolasi daerah kebocoran sampai 100 200 m. Pakailah alat pelindung diri dalam
menangani kebocoran/tumpahan atau seluruh tubuh dalam perlindungan yang sempurna
(encapsulated). Jangan sentuh bahan. Uap/gas amonia dalam udara (kabut) dapat didispersikan
dengan menyemprot dengan air. Bila mungkin segera matikan kebocoran gas. Hindari tumpahan
bahan mengalir kedalam perairan karena amat toksik bagi lingkungan. Sedikit tumpahan dapat
diserap dengan tanah atau pasir atau dinetralkan dengan asam.

2.11. Alat pelindung Diri


Pernafasan : Respirator dengan kartrij apabila konsentrasi <250 ppm. Pada konsentrasi lebih
tinggi pakailah respirator dengan pasok udara atau SCBA.
Mata

: Safety goggles dan pelindung muka.

Kulit

: Gloves (neoprene, karet, PVC karet butil).

Tambahan : Pancuran air pencuci mata dan safety shower.

2.12. Pertolongan Pertama

Terhirup

: Bawa ke tempat aman dan udara yang segar, beri pernapasan buatan jika perlu,
segera bawa ke dokter.

Terkena mata : Cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit dan segera bawa
ke dokter.
Terkena kulit

: Cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit, lepaskan pakaian yang
tekontaminasi.

Tertelan

: Bila sadar, beri minum 1-2 gelas air/susu, jangan dirangsang untuk muntah.

2.13. Cara Menurunkan Kadar


Sebetulnya reduksi kandungan amoniak pada air limbah yang paling efektif (bisa sampai
dibawah 5 ppm) adalah:
Dengan metode pengolahan limbah mikrobiologi dengan proses nitrifikasi yaitu Amoniak
diubah jadi nitrit/nitrat oleh bakteri nitrosomonas atau bakteri lain terus kemudian diubah lagi
jadi nitrogen bebas yang ramah lingkungan. Cara lainnya bisa dengan metode stripping, yaitu
pemanasan amoniak dengan menggunakan steam atau heater supaya amoniaknya menguap ke
udara bebas atau dengan cara membuas separti air mancur juga dapat mengurangi kadar
ammonia, tapi tentunya hal ini hanya memindahkan fasa limbah dari cair menjadi gas.
Cara untuk menurunkan kadar amonia dalam air adalah dengan mengganti air sebagian atau
seluruhnya atau dengan cara filterisasi. Untuk budidaya ikan hias dalam akuarium atau kolam
kecil, filterisasi ini paling sering digunakan karena lebih praktis dan menghemat waktu. Limbah
amoniak dapat dinetralkan dengan asam sulfat (pupuk ZA).

You might also like