You are on page 1of 82

Dr.

Silwanus A Sumule SpOG (K)


Seksi Kesehatan Reproduksi
Bidang Kesehatan Keluarga & Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Papua
2013

materi
1. Penyulit kehamilan trimester I dan II : Abortus,
Mola Hidatidosa, KET, Blighted Ova, Hiperemesis
Gravidarum.
2. Kehamilan dengan Hipertensi : Hipertensi
Essensial, PIH, Preeklampsia, Eklampsia
3. Perdarahan Antepartum : Solusio Plasenta,
Placenta Previa, Inversio Velamentosa, Rupture
Sinus Marginalis, Placenta Sirkumvalata
4. Kelanian Janin : Kehamilan Ganda

Perdarahan pada awal Kehamilan


1. Salah satu komplikasi terbanyak
pada kehamilan ialah perdarahan.
2. Perdarahan
pervaginam
pada
kehamilan awal (kurang dari 20
minggu) dikaitkan dengan kejadian
abortus, kehamilan ektopik, dan
kehamilan mola.

Gejala & Diagnosis

Gejala & Diagnosis

Tatalaksana Umum
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai jumlah
perdarahan dan keadaan umum pasien termasuk tandatanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu)
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi,
tekanan sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan
tatalaksana awal syok.
3. Untuk perdarahan berat (darah membasahi seluruh kain
<5 menit), pasang jalur intravena dan beri cairan
secepatnya.
4. Untuk perdarahan ringan, lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat untuk menentukan
tindakan selanjutnya.

Tatalaksana Umum
4. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus
dengan komplikasi, berikan kombinasi antibiotika
sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
Gentamicin 80 mg IV setiap 8 jam
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

5. Segera rujuk ke rumah sakit atau fasilitas yang lebih


memadai
6. Semua pasien yang mengalami abortus perlu
mendapat dukungan emosional dan konseling
kontrasepsi pasca keguguran

Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, yaitu bila usia kehamilan
kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang
dari 500 gram.
Sebagai batasan
Kehamilan kurang dari 20 minggu
Berat janin kurang dari 500 gram

Macam-Macam Abortus
ABORTUS KOMPLIT
Seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari cavum uteri
ABORTUS INKOMPLIT
Sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari cavum uteri
ABORTUS INSIPIENS
Abortus mengancam, dimana serviks
mendatar, ostium membuka, tapi
hasil konsepsi masih didalam kavum
uteri

ABORTUS IMMINENS
Abortus tingkat awal, dimana ostium uteri
tertutup dan hasil konsepsi masih dalam
kandungan
MISSED ABORTION
embrio/ fetus meninggal pada uk. kurang
dari 20 minggu tetapi seluruh hasil konsepsi
masih tertahan dalam kandungan sampai 6
minggu atau lebih

ABORTUS HABITUALIS
terjad abortus sampai 3 kali berturut-turut
atau lebih

ABORTUS INFEKSIOSA
Abortus yang disertai infeksi
ABORTUS SEPTIK
Abortus infeksiosa berat disertai penyebaran
kuman secara sistemik

Diagnosis banding macam Abortus

Tatalaksana
Abortus Iminens
Tidak perlu pengobatan khusus,
namun pasien harus tirah baring total
Jangan melakukan aktivitas fisik
berlebihan atau hubungan seksual
Pertahankan kehamilan
Jika perdarahan berhenti, lakukan
asuhan antenatal seperti biasa
Jika perdarahan tidak berhenti, nilai
kondisi janin dengan USG. Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya
penyebab lain

Abortus Insipiens
Tatalaksana
Lakukan konseling untuk
menjelaskan kemungkinan risiko
dan rasa tidak nyaman selama
tindakan evakuasi, serta
memberikan informasi mengenai
kontrasepsi pascakeguguran
Jika usia kehamilan <12 minggu:
evakuasi dengan Aspirasi Vakum
Manual (AVM) atau sendok kuret

Jika usia kehamilan >12 minggu namun


<16 minggu: pastikan serviks terbuka,
bila perlu lakukan pematangan serviks
dengan misoprostol 400 mcg per oral
atau pervaginam dosis tunggal yang
diberikan 3 jam sebelum dilakukan
kuretase. Lakukan evakuasi dengan
tang abortus dan sendok kuret.

Jika usia kehamilan 16-20 minggu:


lakukan pematangan serviks dengan
misoprostol 400 mcg per oral atau
pervaginam dosis tunggal yang
diberikan 3 jam sebelum dilakukan
evakuasi. Lakukan evakuasi dengan
infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml
NaCl/Ringer laktat dengan kecepatan
40 tetes per menit hingga terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24
jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi
kembali sebelum merencanakan
evakuasi lebih lanjut.

Lakukan evaluasi tanda vital


pascatindakan setiap 30 menit selama 2
jam.
Bila kondisi pasien baik, pindahkan
pasien ke ruang rawat
Lakukan pemeriksaan jaringan secara
makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan
pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24
jam.
Periksa kadar hemoglobin setelah 24
jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb
>8 g/dl, pasien dapat diperbolehkan
pulang.

Abortus Inkomplit
Tatalaksana
Lakukan konseling
Evakuasi dengan AVM atau kuret
tajam bila AVM tidak tersedia.
Lakukan evaluasi tanda vital
pascatindakan setiap 30 menit selama
2 jam. Bila kondisi pasien baik,
pindahkan pasien ke ruang rawat
Lakukan pemeriksaan jaringan secara
makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium
Lakukan evaluasi tanda vital,
perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6
jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8
g/dl, pasien dapat diperbolehkan
pulang

Abortus Komplit
Tidak diperlukan evakuasi lagi
Lakukan konseling untuk
memberikan dukungan
emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran
Observasi keadaan ibu
Apabila terdapat anemia
sedang, berikan tablet sulfas
ferrosus 600mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat
berikan transfusi darah

Missed Abortion
Tatalaksana
Lakukan konseling
Jika usia kehamilan <12 minggu:
evakuasi dengan Aspirasi Vakum
Manual (AVM) atau sendok
kuret.
Jika usia kehamilan >12 minggu
namun <16 minggu: pastikan
serviks terbuka, bila perlu
lakukan pematangan serviks
dengan misoprostol 400 mcg per
oral atau pervaginam dosis
tunggal yang diberikan 3 jam
sebelum dilakukan kuretase.
Lakukan evakuasi dengan tang
abortus dan sendok kuret.

Jika usia kehamilan 16-20 minggu: lakukan


pematangan serviks dengan misoprostol 400
mcg per oral atau pervaginam dosis tunggal
yang diberikan 3 jam sebelum dilakukan
evakuasi. Lakukan evakuasi dengan infus
oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl/Ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit
hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila
dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi
kembali sebelum merencanakan evakuasi
lebih lanjut.
Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan
setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi
pasien baik, pindahkan pasien ke ruang rawat
Lakukan pemeriksaan jaringan secara
makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan
pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam.
Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila
hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl,
pasien dapat diperbolehkan pulang

Mola Hidatidosa
Perdarahan pervaginam pada
kehamilan <22 minggu,
kehamilan dengan besar
uterus lebih besar dari usia
kehamilan, dapat keluar
jaringan seperti anggur, tidak
ditemukan janin intrauteri.

Dapat ditemui gejala


tirotoksikosis, seperti
takikardia dan jantung
berdebar-debar. Kehamilan
mola dipastikan dengan
pemeriksaan USG.

Tatalaksana
Jika serviks tertutup, pasang batang laminaria selama 24
jam untuk mendilatasi serviks
Siapkan darah untuk transfusi, terutama pada mola
berukuran besar
Lakukan anestesi dengan blok paraservikal
Lakukan kuret hisap dengan menggunakan Aspirasi Vakum
Manual (AVM) dan kosongkan isi uterus secara cepat
Sementara proses evakuasi berlangsung, pasang infus
oksitosin 10 unit dalam 500 ml NaCl 0.9% atau RL 40-60
tetes/menit dan lanjutkan dengan kuret tajam secara
lembut.

Catatan: Bila tersedia alat kuret hisap listrik, maka semua


tindakan dengan AVM atau kuret tajam diganti dengan kuret
hisap listrik
Pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal bila
masih ingin memiliki anak, atau tubektomi bila ingin
menghentikan kesuburan
Selanjutnya pasien dipantau:
Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu.
Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali
pemeriksaan berturut-turut, pasien dirujuk ke rumah sakit
rujukan tersier yang mempunyai fasilitas kemoterapi

Batasan
Kehamilan dimana ovum yang telah
dibuahi tidak berinplantasi pada kavum
uteri.

Bila berakhir dengan abortus atau ruptur


maka disebut Kehamilan Ektopik
Terganggu

Etiologi
Kerusakan tuba yang
disebabkan oleh :
Inflamasi
Infeksi
Pembedahan

Lokasi
Kehamilan tuba (95 - 98 %)
Kehamilan ovarium
Kehamilan intraligamenter
Kehamilan abdominal
Kehamilan ektopik pada uterus

Tatalaksana
Restorasi cairan tubuh
dengan cairan kristaloid NaCl
atau RL (500 mL dalam 15
menit pertama) atau 2 L
dalam 2 jam pertama.
Jika fasilitas tidak
memungkinkan, segera rujuk

Penanganan di RS Rujukan
Segera uji silang darah dan
persiapan laparotomi.
Jangan menunggu darah
sebelum melakukan
pembedahan

Bila darah belum tersedia dan jika darah


intraabdominal masih segar dan tidak
terkontaminasi,.
Pada laparotomi, eksplorasi kedua ovarium
dan tuba fallopii:
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba,
lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba
yang mengandung hasil konsepsi)
Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba,
usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
Berikan antibiotika kombinasi atau tunggal
dengan spektrum luas
Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600
mg per hari
Konseling pascatindakan:

Kelanjutan fungsi reproduksi


Risiko kehamilan ektopik ulangan
Kontrasepsi yang sesuai
Asuhan mandiri selama di rumah
Jadwal kunjungan ulang

JANGKA PENDEK

ASPIRASI PNEUMONI
GAGAL GINJAL
SHOCK
PERDARAHAN INTRA KRANIAL
SOLUSIO PLASENTA

KEMATIAN
IBU & ANAK

JANGKA PANJANG

KEHAMILAN YANG AKAN DATANG :

PRE EKLAMPSIA
KELUARAN PERINATAL JELEK
HIPERTENSI KRONIS

Kondisi lain akibat


Preeklampsia
dan Eklampsia

1. HIPERTENSI KRONIK :
Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau
hipertensi yang pertama kali didiagnose setelah 20 minggu
dan tidak hilang setelah 12 minggu pasca persalinan

2. PREECLAMPSIA adalah

Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai


dengan proteinuria

ECLAMPSIA adalah
Preeclampsia yang disertai dengan kejang2 dan atau koma

Penjelasan tambahan
Hipertensi

: tekanan darah sistolik dan diastolic 140/90 mmHg.


Pengukuran desakan daarah sekurang2nya
dilakukan 2 kali selang 4 jam-6 jam

Proteinuria : adanya 300 mg protein dalam urine selama 24 jam


atau
sama dengan 1+ dipstick

Edema

: dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda2


preeclampsia, tetapi sekarang edema tungkai
tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata
(anasarka).

PREECLAMPSIA RINGAN
1. Diagnosis.
Timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan atau


(edema)
setelah kehamilan 20 minggu.

Hipertensi :

sistolik / diastolik 140/90 mmHg.

Proteinuria : 300 mg/24 jam atau 1 + dipstick


Edema :

edema local tidak dimasukkan dalam kriteria


preeclampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan
perut,edema generalisata

C. PREECLAMPSIA BERAT
1. Diagnosis preeclampsia berat :
Berdasar kriteria Preeclampsia berat dibawah ini :

Preeclampsia digolongkan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut :
1) Desakan darah sistolik 160 mmHg dan desakan darah diastolik 110
mmHg.
Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2) Proteinuria lebih 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.

Tambahan Gejala :
3) Oliguria, yaitu produksi urine < 500 cc/ 24 jam.
4) Kenaikan kadar kreatinin plasma.

5.

Gangguan visus dan cerebral.: penurunan


kesadaran, nyeri kepala, scotoma dan
pandangan kabur.

6.

Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadrant


kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson)

7.

Edema paru-paru dan cyanosis.

8.

Thrombocytopenia berat.

9.

Gangguan fungsi hepar (kerusakan


hepatoseluler)

10. Pertumbuhan janin : intra uterine yang


terhambat.
11. Sindrome Hellp

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan


Diagnosis

Tekanan darah

Tanda lain

Hipertensi karena kehamilan

Hipertensi

Pre-eklampsia ringan
Pre-eklampsia berat

Kenaikan tekanan diastolik


15 mmHg atau > 90 mmHg
dalam pengukuran berjarak
1 jam atau tekanan diastolik
sampai 110 mmHg
Idem
Tekanan diastolik > 110

mmHg

Eklampsia
Hipertensi kronik
Hipertensi kronik
Superimposed
pre-eclampsia

INGAT

Hipertensi
Hipertensi
Hipertensi kronik

Proteinuria ( - )
Kehamilan > 20 minggu

Proteinuria 1+
Proteinuria 2+
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Kejang
Kehamilan < 20 minggu
Proteinuria + tanda-tanda
lain dari pre-eklamsia

Kalau sudah timbul tanda dan gejala pre-eklampsia


berat, akan segera terjadi kejang eklampsia

FAKTOR PREDISPOSISI
primiparitas
primipaternitas

riwayat keluarga
diabetes
penyakit vaskuler

kronis
penyakit ginjal
mola hidatidosa

PENAPISAN

pada setiap kunjungan perlu :


tanyakan :
o sakit kepala hebat
o mata kabur
o nyeri ulu hati

periksa :
tekanan darah
kenaikan berat badan
k/p proteinuria

PENILAIAN Lanjutan : .
Beberapa hal yang harus dinilai :

Tentukan usia kehamilan


Tentukan nilai tekanan darah

Tentukan ada tidaknya edema dan proteinuria


Tentukan ada tidaknya keluhan nyeri

epigastrium, gangguan penglihatan, atau nyeri


kepala )

Tentukan ada tidaknya sesak napas (


kemungkinan edema pulmonum )
Tentukan ada tidaknya ikterus
Tentukan ada tidaknya kejang atau koma
Berdasarkan hasil penilaian, ditentukan diagnosis
kasus

TEKANAN DARAH
MENINGKAT
( 140/90 mmHg)
NYERI KEPALA
GANGGUAN
PENGLIHATAN
HIPERREFLEKSIA
PROTEINURIA KOMA

PENILAIAN
KLINIK

HAMIL <
20 MG

KEJANG +
HAMIL >
20 MG

HIPERTENSI
KRONIK

EKLAMPSIA
HIPERTENSI

KEJANG

PREEKLAMPSIA
RINGAN
PREEKLAMPSIA
BERAT

Tujuan utama
perawatan
PreEclampsia
1. Mencegah kejang
2. Mencegah Pendarahan
intra cranial
3. Mencegah gangguan
fungsi organ vital
4. Melahirkan bayi sehat

Jika saya mendapatkan ibu


dengan tanda pre-eklampsia
ringan, cara apa yang paling
tepat untuk mengelolanya
???

1. Ukur tekanan darah tiap minggu


2.

Diskusikan dengan keluarga


tentang penyakit ini dan
prognosisnya

3.

jelaskan pada ibu dan keluarga


pentingnya gizi seimbang.

4.

mengukur berat badan ibu.

Manajemen umum preeclampsia ringan


a.

Kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu


dipertanyakan, bagaimana :
1) sikap terhadap penykitnya, berarti pemberian
obat2an, atau terapi medicinal

2) sikap terhadap kehamilannya; berarti


mau diapakan kehamilan ini
a) apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
Disebut perawatan kehamilan
konservativ atau ekspektativ
b) apakah kehamilan diakhiri(diterminasi) ?
Disebut perawatan kehamilan aktiv atau
aggressive

PERAWATAN PREECLAMPSIA RINGAN

AMBULATOAR

HOSPITALISASI

a. Istirahat / tidur miring

Kriteria :

b. Diet

> 2 mgu :

c. Roboranse

- tidak ada perbaikan

d. Tidak diberikan : diuretik,


antihipertensi, sedative

- hipertensi tetap

e. Pemeriksaan laboratorium

- proteinuria tetap
b. BB : 1 kg / mgu
c. Timbul gejala PEB
d. IUGR

Hal.21

Skema 3 : Manfaat tirah baring posisi miring.

Tirah baring posisi miring

Hilangnya tekanan uterus pada v.cava dan aorta


Aliran darah balik ---> Cardiac output

Aliran darah utero


placenta

Norepinephrine

Aliran darah
Ginjal
GFR
Diuresis

Reaktivitas vaskuler
Vasospasme

PERBAIKAN JANIN

Hal.23

Pengeluaran
garam

b. Evaluasi selama di rumah sakit / Puskesmas Perawatan


Ibu
1. Pemeriksaan fisik
a)

Pengukuran desakan darah setiap 4 jam, kecuali ibu tidur

b)

Observasi adanya edema pada perut dan muka

c)

Observasi adanya gejala2 impending eclampsia :

- nyeri kepala daerah osipital dan frontal


- gangguan visus

- nyeri epigastrium atau


abdomen quadrant kanan atas

2. Pemeriksaan laboratorik

3. Pemeriksaan kesejahteraan janin


4. Konsultasi dengan bagian : mata, jantung ,dll

Hal.21-22

PERAWATAN OBSTETRIK
(SIKAP TERHADAP KEHAMILANNYA)

Preterm < 37 minggu

Aterm 37 minggu

Konservative :

Active :

a. Bila membaik : tunggu sampai


aterm

a. Persalinan ditunggu sampai


onset partus

b. Induksi
Cara persalinan :
a. Pervagina : spontan
b. Memperpendek Kala II (Kp)

Hal. 22

Apa yang harus saya


lakukan kalau ibu sudah
mulai menjadi preeklampsia berat ?

1. MENJELASKAN KEPADA SUAMI


DAN KELUARGA BAHWA
KONDISI IBU BERBAHAYA
2. MERAWAT IBU DI KAMAR
KHUSUS, KURANGI
RANGSANGAN BUNYI DAN
CAHAYA.
3. MEMBERIKAN OBAT
PENCEGAH KEJANG DAN OBAT
ANTI HIPERTENSI
4. RUJUK KE SPESIALIS

3. Perawatan dan Pengobatan


Preeclampsia Berat
Pengelolaan preeclampsia dan eclampsia
mencakup :

1. Pencegahan kejang
2. Pengobatan hipertensi

3. pengelolaan cairan
4. Pelayanan suportiv terhadap penyulit
organ yang terlibat.
5. Tentukan saat yang tepat untuk
persalinan

PERAWATAN PREECLAMPSIA BERAT / ECLAMPSIA


PENANGANAN
TERAPI MEDICINAL PENYAKITNYA
SIKAP / TINDAKAN OBSTETRIK

Konservatif

Aktif

Sewaktu2

Hal. 25

Ad.a.

Sikap terhadap penyakitnya : pengobatan Medicinal

1.

Segera masuk rumah sakit

2.

Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)

3.

Pengelolaan cairan
a. sangat penting, mempunyai risiko tinggi untuk

terjadinya edema paru dan oliguria.


b. faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru
dan oliguria adalah :
- hipovolemia
- vasospasme
- kerusakan sel endothel
- penurunan gradient tekanan onkotik koloid

/ pulmonary capillary wedge pressure.

Ad.a. Sikap terhadap penyakitnya :pengobatan Medicinal

c. Monitoring : input cairan (melalui oral


maupuninfuse ) dan output cairan
(melalui urine) sangat penting.
d. Bila terjadi tanda-tanda edema paru segera

dilakukan tindakan koreksi.

e.

Pemberian cairan :
Cairan intravena :
1) Cairan yang diberikan adalah 5 % Ringer-

dectrose atau cairan garam faali


jumlah tetesan : < 125 cc/jam
2) Atau Infuse Dextrose 5%. Yang tiap 1
liternya diselingi dengan infuse Ringer
lactate (60-125 cc/jam) 500 cc.
3) Dipasang Foley Catheter : untuk mengukur
output urine
f. Oliguria terjadi bila produksi urine < 30 cc/jam
dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.

4. Antasida
5. Diet
6. Obat anti kejang (MgSO4)
7. Diuretikum :
A. TIDAK DIBERIKAN, kecuali
a. Edema paru
b. Payah jantung
c. Anasarka

B. Kerugian
a. Memperberat :

- hipovolemia, hemokonsentrasi

- perfusi utero plasenta


- dehidrasi janin

- penurunan berat janin

AWALAN 4 gram MgSO4 20%


AMBIL MgSO4 40% 10 cc ENCERKAN MENJADI 20 cc
BERIKAN INTRAVENOUS BOLUS DALAM WAKTU
5 MENIT

PEMELIHARAAN 1-2 gram IV/ jam


SISA MgSO4 40% 15 cc ( 6 gram ) DIMASUKKAN
KEDALAM 500 cc RD5 BERIKAN PER DRIP
DENGAN TETESAN 30 TETES/MENIT
UNTUK SELANJUTNYA MASUKKAN 25 cc MgSO4
40% ( 10 gram) KEDALAM 500 cc RD5 BERIKAN
PER DRIP DENGAN TETESAN 18 TETES/MENIT

Syarat-syarat pemberian MgSO4:

1. Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium


gluconas 10% = 1 gr. (10% dalam 10 cc) diberikan I,V, 3
menit.
2. Refleks patella (+) kuat.

3. Frekuensi pernafasan > 16 + / menit, dan tidak ada


tanda2 distress nafas.
4. Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya.
(0,5 cc/kg.bb./jam)

Sulfas magnesikus dihentikan bila:


1. Ada tanda-tanda intoxikasi
2. Setelah 24 jam pasca persalinan

Anti hipertensi diberikan bila :

a. Desakan sistolik 180 mmHg


b. Desakan diastolic 110 mmHg
Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia
adalah :

NIFEDIPINE
Dosis awal : 10 -20 mg, ulangi 30 menit bila perlu.
Dosis maksimum 120 mg per 24 jam
Nifedipine tidak boleh diberikan sub lingual, karena efek
vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan
per oral.

DESAKAN DARAH DITURUNKAN UNTUK PERTAMA KALI :


20-25 %

PERAWATAN PREECLAMPSIA BERAT / ECLAMPSIA


PENANGANAN
TERAPI MEDICINAL PENYAKITNYA
SIKAP / TINDAKAN OBSTETRIK

Konservatif

Aktif

Sewaktu2

Hal. 25

: Management preeclampsia berat


Preeclampsia Berat

Terapi Medicinalis

Sikap Obstetrik

Konservatif
Kehamilan dipertahankan

Umur kehamilan < 37 minggu


tanpa impending eclampsia
Janin baik

Sewaktu2 dapat
berubah ke sikap
aktif

Aktif
Kehamilan diakhiri
1.
2.
3.
4.

Belum Impartu
1.Induksi
2.SC

Umur kehamilan 37 minggu dengan


impending eclampsia
Umur < 37 minggu dengan impending
eclampsia
Janin : fetal distress, IUGR
Sindroma HELLP

Sudah Impartu
1.Grafik Friedman
2.kala II partus buatan

PENYULIT
PREECLAMPSIA

1. Kejang : Eklampsia
2. Perdarahan otak

3. Gagal nafas : edema paru


4. Gagal jantung
5. Gagal Ginjal

6. Ruptur hepar
7. Solutio plasenta

OBAT ANTI HIPERTENSI


MENGURANGI RESIKO CVA ( PERDARAHAN OTAK )

MENGURANGI RESIKO KEJANG


MAKSIMALISASI KONDISI IBU
cara persalinan
konservatif
SEDIAAN

NIFEDIPINE
METILDOPA

OBAT ANTI KEJANG


MgSO4 MERUPAKAN OBAT PILIHAN
CARA PEMBERIAN

AWALAN 4g 20% IV
PEMELIHARAAN 1-2 g/JAM IV

ANTIDOTUM
Ca Gluconas 10% 10cc IV pelan

D. ECLAMPSIA
1. Gejala akut pada preeclampsia
2. Timbul kejang dan atau koma
3. Dapat timbul :
Postpartum

Ante, Intra,

4. Eclampsia postpartum : hanya dalam 24


jam postpartum
5. Preeclampsia eclampsia :
Ada Aura Impending / imminent
eclampsia

Apa yang harus saya


lakukan kalau ibu kejang ?

berikan obat anti kejang magnesium sulfat pada PEB

baringkan ibu menyamping ke kiri untuk menghindari

resiko aspirasi
sekresi

muntahan
darah

jaga ibu supaya jangan terluka tetapi jangan terlalu


menahannya.

setelah kejang bila perlu lakukan aspirasi melalui mulut


dan tenggorokan.

Perawatan Eclampsia
Perawatan eclampsia sebagai suatu penyakit.
Sangat penting dalam perawatan eclampsi ialah
pengobatan medical dan perawatan suportif.

Tujuan utama dari pengobatan medical eclampsia


:
a.

mencegah dan menghentikan kejang.

b.

mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya ;

hipertensi krisis
c.

mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin

d.

sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan

dengan cara yang tepat.

PENGOBATAN MEDICINAL
a. Obat anti kejang : MgSO4

b. Pengobatan suportive : mengatasi gangguan fungsi organ penting :


- memperbaiki acidosis
- mempertahankan ventilasi paru
- mengatur desakan darah

- mencegah payah jantung,


- dll

c. Nursing care

Hal. 36

Perawatan pada waktu kejang .


Tujuan utama pertolongan pada kejang, ialah :
mencegah penderita mengalami trauma akibat kejangkejang tersebut.

1)

Dirawat di kamar isolasi cukup terang : agar bila


terjadi cyanosis segera dapat diketahui.

2)

Letakkan penderita ditempat tidur yang lebar

3)

Masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita.


Jangan mencoba melepas sudap lidah yang sedang
tergigit, karena dapat mematahkan gigi.

Hal. 37

4) Kepala direndahkan : daerah oropharynx dihisap

5)

Dijaga agar kepala dan ekstrimitas penderita yang


kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda
keras disekitarnya.

6)

Fixasi badan pada tempat tidur ,agar tidak jaatuh


harus cukup kendor,
guna menghindari fracktur

7)

Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri


oksigen.

d.

Perawatan koma
1.

Penderita koma tidak dapat bereaksi atau


mempertahankan diri terhadap :
- suhu yang ekstrem

- posisi tubuh yang menimbulkan nyeri


- aspirasi : hilangnya refleks muntah

2.

Bahaya terbesar, penderita koma : terbuntunya jalan


nafas atas.

3.

Setiap penderita eclampsia yang jatuh dalam koma,


harus dianggap bahwa jalan nafas atas terbuntu,

kecuali dibuktikan lain.

4.

Menjaga dan mengusahakan agar jalan nafas atas tetap


terbuka.

5.

Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga


terbukanya jalan nafas atas, ialah dengan :

- maneuver head tilt-neck lift atau


- head tilt-chain lift yang dilanjutkan

- dengan pemasangan oropharyngeal airway.

Head tilt chin lift

Head tilt nect lift

Head tilt jaw thrust

6.

Penderita koma, akan kehilangan refleks muntah sehingga


kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung.

7.

Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh.

8.

Semua benda-benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan:

- lendir,
- sisa makanan
- harus segera dihisap secara intermitten.
Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk drainage lendir.
9.

Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai : Glasgow Coma Scale.

3. Pengobatan Obstetrik :
Sikap terhadap kehamilan.
Sikap dasar : semua kehamilan dengan eclampsia harus
diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin.
Bilamana diakhiri :
Sikap dasar : kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan) hemodynamika dan metabolisme ibu.
Cara terminasi kehamilan
(lihat cara terminasi kehamilan pada preeclampsia berat)

Perawatan pasca persalinan.


Bila persalinan terjadi pervaginam monitoring tanda-tanda vital
dilakukan sebagaimana lazimnya.
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam
persalinan.

4. Prognose :
Tabel III : Kriteria Eden untuk menentukan prognose
Eclampsia (tahun 1922)
1. Koma yang lama
2. Nadi di atas 120 per menit

3. Suhu di atas 1030 F


4. Desakan darah sistolik di atas 200 mmHg
5. Kejang lebih dari 10 X
6. Proteinuria lebih 10 gr/liter
7. Tidak ada edema
Bila didapatkan satu atau lebih dari gejala tersebut, prognose ibu buruk.

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

RS

PUSKESMAS

BIDAN

HIPERTENSI

Dirujuk ke
puskesmas
untuk
konsultasi

PREEKLAMPSI

PREEKLAMPSI

PREEKLAMPSI

1.

MgSO4

RINGAN

BERAT

2.

Oksigen

3.

Dirujuk ke
RS

1.

Istirahat baring

1.

MgSO4

2.

Dirujuk ke
puskesmas

2.

Dirujuk ke RS

3.

Anti hipertensi

1.

Evaluasi

2.

Berobat jalan atau


dirujuk ke RS

Rawat

EKLAMPSI

Rawat

1. Rawat
2. Terminasi
Kehamilan

materi
1. Penyulit kehamilan trimester I dan II : Abortus,
Mola Hidatidosa, KET, Blighted Ova, Hiperemesis
Gravidarum.
2. Kehamilan dengan Hipertensi : Hipertensi
Essensial, PIH, Preeklampsia, Eklampsia
3. Perdarahan Antepartum : Solusio Plasenta,
Placenta Previa, Inversio Velamentosa, Rupture
Sinus Marginalis, Placenta Sirkumvalata
4. Kelanian Janin : Kehamilan Ganda

You might also like