Professional Documents
Culture Documents
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberikan nikmat
sehat dan nikmat iman sehingga kami staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode
2015/2016 diberikan kesempatan menyelesaikan buku materi kurikulum PTBMMKI
2015/2016 sehingga dapat terselesaikan dengan baik .
Buku materi kurikulum PTBMMKI 2015/2016 ini merupakan salah satu program
kerja dari staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode 2015/2016. Buku ini dibuat adalah
sebagai panduan bagi anggota maupun nonanggota PTBMMKI yang mengacu pada daftar
kompetensi kurikulum PTBMMKI 2015/2016. Buku ini berisi penjabaran materi dari
kompetensi utama dan kompetensi tambahan kurikulum PTBMMKI 2015/2016.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini secara terlampir. Mengingat kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, masih banyak perbaikan-perbaikan
yang harus dilakukan terhadap buku ini. Kami berharap buku ini dapat membawa banyak
manfaat terhadap peningkatan kualitas anggota PTBMMKI ke depannya.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan
buku kurikulum PTBMMKI 2015/2016 ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun juga sangat diharapkan kedepannya demi kesempurnaan buku ini. Semoga segala
bentuk dukungan, ketulusan, dan doa yang diberikan kepada kami mendapat limpahan pahala
dari Allah SWT, Amin.
Penyusun
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut
membantu dalam penyelesaian buku ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Staf BPP PTBMMKI 2015/2016 yang telah membantu dan memberikan saran
yang membangun selama proses penyempurnaan buku ini.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Seluruh
TBM
unit
yang
telah
berpartisipasi
dalam
penyelesaian
MAPADOKS Unissula
Raden Partinah,
Nandya Dwizella,
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 6
KOMPETENSI UTAMA
MATRA MEDIS EMERGENSY
Initial Assessment ........................................................................................
Basic Life Support .......................................................................................
Advanced Trauma Life Support ..................................................................
Trauma Muskuloskeletal ............................................................................
Resusitasi Cairan ........................................................................................
Syok ............................................................................................................
Trauma Lingkugan .....................................................................................
Envenomasi ................................................................................................
Intoksikasi ...................................................................................................
Basic Surgical Skill .....................................................................................
7
26
38
59
78
87
93
112
126
132
209
234
249
258
270
286
MATRA MANAJEMEN
Disaster Management ................................................................................. 298
Manajemen Operasional Lapangan ............................................................ 334
Team Building ............................................................................................ 340
MATRA ORGANISASI
Kepemimpinan dan Kedipimpinan ............................................................. 349
Pendidikan Organisasi Nasional ................................................................. 364
6
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI UTAMA
MATRA MEDIS EMERGENCY
INITIAL ASSESSMENT
1. SCENE SURVEY
Langkah pertama dalam prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah dengan
meninjau kondisi medan penyelamatan atau lokasi kejadian. Keselamatan diri, partner
kerja, dan orang lain di sekitar lokasi kejadian selalu menjadi prioritas utama. Sebelum
menjangkau korban, periksa kemungkingan adanya bahaya bagi penolong. Jangan
memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan. Tahapan scene survey, antara lain:
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3 Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera
minta bantuan dengan cara berteriak "Tolong !!!" untuk mengaktifkan sistem pelayanan
medis yang lebih lanjut.
1.4 Memperbaiki posisi korban/pasien.
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban/pasien harus dalam posisi
terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika korban ditemukan dalam
posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong
harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu
digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus
dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan
diletakkan di samping tubuh.
2. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia serta mengatur prioritas pengelolaan korban dalam jumlah yang banyak.
Tindakan ini berdasarkan prioritas ABC (Airway dengan kontrol servikal, Breathing dan
Circulation dengan kontrol perdarahan) yang merupakan proses yang bersinambungan
sepanjang pengelolaan medik gawat darurat. Proses triase inisial harus dilakukan oleh
petugas pertama yang tiba atau berada ditempat dan tindakan ini harus dinilai ulang terus
menerus karena status triase pasien dapat berubah. Bila kondisi memburuk atau membaik,
lakukan retriase.
2.1 Prinsip-prinsip triase sebagai berikut:
2.1.1 Derajat ancaman jiwa
Pasien yang terancam jalan pernapasannya, lebih diprioritaskan dari pada pasien
yang terganggu sirkulasi atau neurologinya
2.1.2 Beratnya cedera
Sebagai contoh, fraktur pada satu tulang prioritas lebih rendah dibandingkan bisa
fraktur tersebut disertai dengan perdarahan
2.1.3 Kemungkinan terselamatkan
Pasien dengan cedera hebat tidak selalu menduduki prioritas utama, harus
dipertimbangkan kemungkinan pasien akan bertahan hidup atau tidak.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.4 Sumber daya
Pasien yang kebutuhannya melampaui kapabilitas sumber daya, mendapat prioritas
rendah sampai kebutuhan sumber daya tersebut terpenuhi.
2.1.5 Waktu, jarak, lingkungan
Cedera yang dapat dikelola dengan cepat, meskipun beratnya cedera tergolong
ringan dan ancamannya minimal terhadap jiwa, dapat mempunyai prioritas tinggi
karena pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang
teridentifikasi. Jarak dan faktor lingkugan dalam perjalanan membawa pasien ke
tempat terapi definitif juga perlu dipertimbangkan.
Triase harus mencatat tanda vital, perjalanan penyakit praRS, mekanisme cedera, usia, dan
keadaan yang diketahui atau diduga membawa maut. Temuan yang mengharuskan
peningkatan pelayanan antaranya cedera multipel, usia ekstrim, cedera neurologis berat, tanda
vital tidak stabil, dan kelainan jatung-paru yang diderita sebelumnya.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
10
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. PRIMARY SURVEY
Proses ini merupakan ABCDE-nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan
yang mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut:
A airway
B breathing
: status neurologis
E exposure
11
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.1.2 Membuka jalan napas.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban
tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup
faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan
jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu
(Head tild - chin lift) dan manuver pendorongan mandibula (jaw thrust). Teknik
membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam dan petugas,
kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun demikian petugas kesehatan
harus dapat melakukan manuver lainnya.
12
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.1.3 Ingat
Selama memeriksa dan memperbaiki airway, harus diperhatikan bahwa tidak boleh
dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi pada leher bila dicurigai adanya kelainan
vertebra servikalis. Jika ada, maka harus dipakai alat imobilisasi
Gambar 1.4. Penolong menstabilkan kepala dan leher penderita, pelindung leher
terpasang
3.2 B (BREATHING) Bantuan napas
Terdiri dari 2 tahap :
3.2.1 Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnva dada, mendengar bunyi napas
dan merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus
mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap
mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh
melebihi 10 detik.
3.2.2 Memberikan bantuan napas.
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui
mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada
tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan,
waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 - 2 detik dan volume
udara yang dihembuskan adalah 7000 - 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada
korban/pasien terlihat mengembang serta mendengar dan merasakan udara yang
keluar pada ekspirasi . Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi
13
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
oksigen yang dapat diberikan hanya 16 - 17%. Penolong juga harus memperhatikan
respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :
1. Mulut ke mulut
Pemakaian alat pelindung dan masker tetap merupakan pilihan utama.
Keputusan untuk melakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut bersifat
personal. Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang
tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien.
Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus
mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat
mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung
korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar
kembali dari hidung.
Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu
cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi
lambung. Selain itu terdapat bahaya bagi penolong yaitu penyebaran penyakit,
kontaminasi bahan kimia dan muntah penderita.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2 . Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup
mulut korban/pasien.
3. Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang
menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan
pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
3.3 C (CIRCULATION)
3.3.1 Terdiri atas 3 penemuan klinis
1. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang yang akan
mengakibatkan penurunan kesadaran.
2. Warna kulit
Warna kulit dapat memberikan diagnosis hipovolemia. Pasien trauma dengan
warna kulit kemerahan terutama pada wajah dan ekstrimitas jarang dalam keadaan
hipovolemia. Sebaliknya, jika wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstrimitas pucat
merupakan tanda hipovolemia.
15
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Nadi
Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.karotis. Nadi yang
tidak cepat, teratur dan kuat menandakan normo-volemia, biasanya nadi yang tidak
teratur merupakan tanda gangguan jantung dan tidak ditemukan pulsasi pada arteri
besar yang merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki
volume dan cardiac output.
Cara pemeriksaan a.carotis dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di
daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea,
kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 - 2 cm raba
dengan lembut selama 5 - 10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus
kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah
kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas
lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas
3.3.2 RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Jika tidak teraba nadi dalam 10 detik, mulai lakukan kompresi dada (LIHAT
BAB 2).
16
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.4 D (DISABILITY) Neurologic Evaluation
Penilaian meliputi tinkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi
dan tingkat cedera spinal. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh trauma langsung
pada otak atau penurunan oksigenasi ke otak, jika terjadi penurunan harus dilakukan
reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi. GCS (Glasgow Coma
Scale) adalah sistem skoring yang sederhana dan dapat menilai derajat/tingkat kesadaran
penderita dengan kriteria yang secara kuantitatif dan terpisah yaitu respon membuka
mata (E), respon motorik terbaik (M), dan respon verbal terbaik (V).
3.4.1 Cara Penilaian Skala Koma Glasgow
Dalam kasus gangguan kesadaran maka auto anamnesis masih dapat
dilakukan, hal ini terjadi pada kasus dimana gangguan kesadaran masih bersifat
ringan, pasien masih dapat menjawab pertanyaan hasil auto anamnesis ini dapat
dimanfaatkan untuk menetapkan adanya gangguan kesadaran yang bersifat
psikiatrik, termasuk sendrom otak organik atau gangguan kesadaran yang bersifat
neorologik (dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif kedalam GCS). Respon
perilaku dalam pemeriksaan GCS meliputi respon membuka mata, respon verbal
dan respon motorik. Glasgow Coma Scale meliputi pengkajian reflek :
1. Respon membuka mata
Penilaian membuka mata meliputi evaluasi terhadap keadaan terjaga, aspek
pertama dari kesadaran. Jika mata pasien tertutup, maka keadaan terjaga pasien
dinilai berdasarkan derajat stimulasi yang diperlukan agar pasien dapat membuka
matanya. Membuka mata (terjaga selalu menjadi pengukuran pertama yang
dilakukan sebagai bagian dari GCS karena tanpa hal tersebut kognisi tidak dapat
terjadi. Membuka mata pasien tidak dapat dilakukan jika mata penderita
membengkak. Skor penilaiannya adalah :
A. Nilai 4
Membuka mata secara spontan, mata membuka tanpa harus diperintah atau
disentuh (respon optimal).
B. Nilai 3
Mata membuka sebagai respon terhadap stimulus verbal (biasanya nama
paien) tanpa menyentuh pasien. Observasi mulai dari volume suara yang
normal dan naikkan volume suara jika diperlukan dengan mengatakan
perintah yang jelas.
17
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
C. Nilai 2
Mata membuka sebagai responterhadap nyeri sentral, misalnya penekanan
trapezium, tekanan suborbital (direkomendasikan), sternal rub (menekan
dan memutar diatas sternum. Stimulus nyeri hanya dilakukan jika pasien
gagal merespon terhadap perintah yang jelas dan keras.
D. Nilai 1
Mata tidak membuka walaupun dengan stimulus verbal dan nyeri sentral.
Cara melakukan stimulus nyeri sentral meliputi :
i. Cubitan trapezium
Dengan cara menggunakan cubitan ibu jari dan jari telunjuk pada
sekitar 5cm otot trapezius (diantara kepala dan bahu dan diputar).
ii. Tekanan suborbital
Teknik pelaksanaannya letakkan satu jari disepanjang margin
supraorbital (pada tepi tulang disepanjang puncak mata) sampai
mmenemukan takik atau lekukan. Tekanan pada daerah ini akan
menyebabkan nyeri yang menyerupai jenis nyeri kepala. Kadang-kadang
hal ini dapat membuat pasien meringis yang menyebabkan penutupan
dan bukan pembukaan mata. Catatan : tidak boleh dilakukan jika pasien
mengalami fraktur wajah.
iii. Sternal rub teknik
Pelaksanaannya tekan dengan kuat sternum menggunakan kuku-kuku
jari. Catatan dapat dilakukan dengan metode lain karena pada metode ini
dapat meninggalkan bekas pada kulit.
2. Respon verbal
Penilaian respons verbal mencakup evaluasi kewaspadaan, aspek kedua dari
kesadaran. Pada respons ini dilakukan penilaian secara komprehensif dari apa
yang dilakukan oleh praktisi dan dilakukan evaluasi terhadap area yang berfungsi
pada pusat yang lebih tinggi serta kemampuan untuk mengatakan dan
mengekspresikan jawaban Disfasia atau ketidak mampuan berbicara dapat
disebabkan oleh kerusakan pada pusat bicara di otak,misalnya setelah
pembadahan intrakranial atau cedera kepala.
Memastikan ketajaman pendengaran pasien dan pemahaman bahasa sebelum
menilai respons ini merupakan hal yang penting. Ketidakmampuan berbicara
18
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
mungkin tidak selalu menunjukan pnurunan tingkat kesadaran.Selain itu,beberapa
pasien mungkin membutuhkan stimulasi yang banyak untuk mempertahankan
konsentrasi mereka ketika menjawab pertanyaan. Banyaknya stimulasi yang
diperlukan harus dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar. Skor penilaiannya
adalah sebagai berikut:
A. Nilai 5
Orientasi baik, pasien dapat mengatakan kepada praktisi siapa mereka,
dimana mereka, dan hari, tahun, serta bulan saat ini (hindari menggunakan
hari keberapa dari hari minggu ini atau tanggal).
B. Nilai 4
Konfusi (bingung), pasien dapat melakukan percakapan dengan
praktisi, namun tidak dapat menjawab secara akurat terhadap pertanyaan
yang diberikan.
C. Nilai 3
Kata-kata yang tidak tepat, pasien cenderung menggunakan kata-kata
tunggal dari pada suatu kalimat dan tidak terdapat percakapan dua arah.
D. Nilai 2
Suara yang tidak dimengerti, respons pasien diperoleh dalam bentuk
suara-suara yang tidak jelas seperti ruangan atau gumaman tanpa kata-kata
yang dapat dimengerti. Stimulus verbal dan juga stimulus nyeri mungkin
diperlukan untuk mendapatkan respons dari pasien. Jenis pasien ini tidak
waspada terhadap lingkungan sekitarnya.
E. Nilai 1
Tidak ada respon, tidak didapatkan respon dari pasien walaupun
dengan stimulus verbal maupun fisik.
Catatan : catat sebagai D jika pasien mengalami disfasiadan T jika
pasien menggunakan selang trakeal atau trakeostomi.
3. Respon Motorik
Respon motorik dirancang untuk memastikan kemampuan pasien untuk
mematuhi perintah dan untuk melokalisasi, menarik, atau merasakan posisi
tubuh yang abnormal sebagai respon terhadap stimulus nyeri. Jika pasien tidak
merespon dengan mematuhi perintah, maka respon terhadap stimulus nyeri harus
19
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
dinilai. Respon melokalisasi yang benar adalah pasien mengangkat lengannya
setinggi dagu, misalnya menarik masker oksigen.
Untuk membangkitkan respon ini direkomendasikan untuk melakukan cubitan
trapezium, tekanan rigi supraorbital, atau tekanan pada tepi rahang. Untuk
menghindari cidera jaringan lunak, maka setimulus diberikan tidak lebih dari
sepuluh detik kemudian dilepaskan. Selain itu ketika memberikan stimulus,
paling baik dimulai dengan tekanan yang ringan kemudian ditingkatkan sampai
respon terlihat, yang penilaianya sebagai berikut :
A. Nilai 6
Pasien mematuhi perintah, minta pasien untuk menjulurkan lidah,
jangan minta pasien untuk hanya meremas tangan anda karena hal ini dapat
menampilkan respon genggam primitif, pastikan perawat meminta mereka
untuk melepasnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa respon yang
didapat bukan hanya suatu gerakan reflek, sangat penting untuk meminta
pasien melakukan dua perintah yang berbeda.
B. Nilai 5
Melokalisasi pusat nyeri,jika pasien tidak merespon terhadap stimulus
verbal, pasien dengan sengaja menggerakan lengan untuk menghilangkan
penyebab nyeri. Tekanan rigi supraorbital dianggap merupakan tehnik yang
paling dapat dipercaya karena paling kecil kemungkinannya untuk terjadi
kesalah interpretasi.
C. Nilai 4
Menarik diri dari nyeri : pasien melakukan fleksi atau melipat lengan
menuju sumber nyeri namun gagal melokalisasi sumber nyeri. Tidak ada
rotasi pergelangan tangan.
D. Nilai 3
Fleksi terhadap nyeri : pasien memfleksikan atau melipat lengan. Ini
ditandai oleh rotasi internal dan aduksi bahu dan fleksi pada siku dan jauh
lebih lambat dari pada fleksi normal.
E. Nilai 2
Ekstensi terhadap nyeri pasien mengekstensiakn lengan dengan
meluruskan siku,kadang kadang disertai dengan rotasi internal bahu dan
pergelangan tangan,kadang kadang disebut sebagai postur deserebrasi.
20
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
F. Nilai 1
Tidak ada respons, tidak ada respons terhadap stimulus nyeri yang
internal.
Selanjutnya nilai tiap tiap pemeriksaan dijumlahkan, nilai GCS yang tertinggi adalah
15 yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1. Biasanya, pasien dengan nilai
GCS dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit dipertahankan keselamatannya.
Berdasarkan buku Advanced Trauma Life Support, GCS berguna untuk menentukan derajat
trauma/cedera kepala (trauma capitis).
Derajat cedera kepala berdasarkan GCS:
GCS : 14-15 = CKR (cedera kepala ringan)
GCS :9-13 = CKS (cedera kepala sedang)
GCS : 3-8
4. SECONDARY SURVEY
Secondary survey baru dapat dilakukan setelah primary survey selesai, RJP dilakukan
dan ABC-nya pasien dipastikan membaik. Secondary survey adalah pemeriksaan kepala
sampai kaki (head to toe examination) termasuk reevaluasi pemeriksaan tanda vital. Pada
tahap ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap, foto ronsen dan pemeriksaan lab
termasuk GCS bisa di primary survey belum dilakukan.
21
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.1 Anamnesis
Setiap pemeriksaan lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan.
Biasanya data ini tidak bias didapat dari penderita sendiri dan harus didapat dari keluarga
tau petugas lapangan.
Patut ditanyakan riwayat SAMPLE:
S : Simptom
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P : Past Illness (penyakitpenyerta) / Pregnancy
L : Last meal
E : Even / Environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan
Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita. Jenis perlukaan dapat
diramalkan dari mekanisme kejadian perlukaan itu.
4.1.1 Trauma biasanya dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Trauma tumpul
Dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan kegiatan rekreasi
atau pekerjaan. Keterangan yang penting yang dibutuhkan kecelakaan lalu lintas
mobil adalah pemakaian sabuk pengaman, deformasi kemudi, arah tabrakan,
kerusakan kendaraan baik kerusakan major dalam bentuk luar atau hal hal yang
berhubungan dengan perlengkapan penumpang, dan terlemparnya keluar
penumpang. Pola perlukaan pada penderita dapat diramalkan dari mekanisme
traumanya. Trauma perlukaan juga sangat dipengaruhi usia dan aktivitas.
2. Trauma tajam
Trauma akibat pisau atau benda tajam dan senjata api semakin sering
ditemukan. Faktor yang menentukan jenis dan berat perlukaan adalah daerah
tubuh yang terluka, organ yang terkena dan velositas (kecepatan). Dengan
demikian maka velositas, kaliber, arah dan jarak dari senjata merupakan informasi
yang sangat penting diketahui.
3. Trauma termal
Luka bakar dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi dengan trauma tumpul
atau trauma tajam akibat mobilter bakar, ledakan, benda yang terjatuh, usaha
penyelamatan diri ataupun serangan pisau dan senjata api.
22
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Cedera dan keracunan monoksida dapat menyertai luka bakar. Secara khusus
perlu ditanyakan tempat terjadinya kejadian perlukaan (ruang tertutup / terbakar)
atau bahan yang ikut terbakar (bahan kimia, plastik, dsb) dan perlukaan lain yang
menyertai.
Hipotermia akut atau kronik dapat menyebabkan kehilangan panas umum atau
lokal. Kehilangan panas dalam jumlah besar dapat terjadi walaupun tidak dalam
suhu yang terlalu dingin (15-20OC) yaitu bila penderita memakai pakaian yang
basah, tidak bergerak aktif atau minum alkohol, sehingga tubuh tidak bias
menyimpan panas.
4. Trauma akibat bahan berbahaya (Hazardous Material)
Kontak dengan bahan kimia, toksin atau radiasi perlu diketahui karena dua
sebab. Pertama, disebabkan karena bahan bahan ini dapat mengakibatkan
berbagai macam kelainan pada jantung, paru atau organ tubuh lainnya. Kedua,
bahan ini dapat berbahaya bagi tenaga kesehatan yang merawat penderita tersebut.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.2.5 Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
1. Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
2. Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali bila
ada
4.2.6 Trauma wajah
1. Periksa dubur (rectal toucher)
2. Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
4.2.7 Pelvis dan ekstremitas
1. Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes
gerakan apapun karena memperberat perdarahan)
2. Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
3. Cari luka, memar dan cedera lain
4.2.8 Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) untuk :
1. Dada dan tulang leher (semua 7 ruas tulang leher harus nampak)
2. Pelvis dan tulang panjang
3. Tulang kepala untuk melihat adanya fraktura bila trauma kepala tidak disertai
defisit neurologis fokal
4.2.9 Foto atas daerah yang lain dilakukan secara selektif
1. Foto dada dan pelvis mungkin sudah diperlukan sewaktu survei primer
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.3.2 Komunikasi yang efektif sangat penting untuk menghubungkan :
1. Rumah sakit tujuan
2. Penyelenggara transportasi
3. Petugas pendamping pasien
4. Pasien dan keluarganya
4.3.3 Untuk stabilisasi yang efektif diperlukan :
1. Resusitasi yang cepat
2. Menghentikan perdarahan dan menjaga sirkulasi
3. Imobilisasi fraktur
4. Analgesia
Ingat :
Jika kondisi pasien memburuk lakukan evaluasi ulang dengan survey primer, berikan
terapi yang adekuat untuk kondisi yang mengancam jiwa dan nilailah kembali fungsi
organ yang terganggu dengan lebih teliti
REFERENSI
1. Colquhoun MC, Handley AJ, Evans TR. 2004. ABC of Resuscitation 5th ed. BMJ
Publishing Group
2. Fildes, John. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition.
Amerika : American College of Surgeons Committe on Trauma.
3. Materi Calcaneus On Respirology Emegency 2011. Airway Management oleh
dr.Syafri K Arief,Sp.An.
4. Materi pertolongan pertama Palang Merah Indonesia
5. Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency Life
Support (GELS). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Cetakan
Ketiga. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. 2006.
25
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Overdosis obat-obatan
6. Tersengat listrik
7. Infark miokard
8. Tersambar petir
9. Koma akibat berbagai macam kasus.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat
agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
1.2.2 Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan
tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik
yang bertujuan:
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
korban yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Resusitasi jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1. Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap
Orang
2. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan
oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan
dari survei primer.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Benda asing tersebut dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial) atau
komplit (total). Pada obstruksi jalan napas parsial korban mungkin masih mampu
melakukan pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. Pada korban
dengan pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan
batuk dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai
benda asing tersebut dapat keluar.
Bila sumbatan jalan napas parsial menetap, maka aktifkan sistem pelayanan medik
darurat. Obstruksi jalan napas parsial dengan pernapasan yang buruk harus diperlakukan
sebagai obstruksi jalan napas komplit. Obstruksi jalan napas komplit (total), korban
biasanya tidak dapat berbicara (afoni), sukar bernapas (dispnea sampai apnea), tidak lama
kemudian wajah menjadi biru (sianosis). Biasanya korban memegang lehernya diantara
ibu jari dan jari lainnya (v-sign).
Bila sumbatan total berlangsung lebih dari 5 menit pada orang dewasa/ 8 menit pada
anak, maka akan terjadi kerusakan pada otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu,
diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan kecepatan dalam melakukan
tindakan pertolongan.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
kepalan tangan dengan tangan lainnya, Tekan kepalan ke perut dengan hentakan yang
cepat ke arah atas. Setiap hentakan harus terpisah dan dengan gerakan yang jelas.
29
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.4 Manuver Heimlich pada yang dilakukan sendiri
Pengobatan diri sendiri terhadap obstruksi jalan napas Kepalkan sebuah tangan,
letakkan sisi ibu jari pada perut diatas pusat dan dibawah tulang sternum, genggam
kepalan itu dengan kuat dan berikan tekanan ke atas ke arah diafragma dengan gerakan
cepat, jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja
atau belakang kursi.
2.5 Penyapuan jari
Manuver ini hanya dilakukan atau digunakan pada korban tidak sadar, dengan muka
menghadap keatas buka mulut korban dengan memegang lidah dan rahang diantara ibu
jari dan jari-jarinya, kemudian mengangkat rahang bawah. Tindakan ini akan menjauhkan
lidah dari kerongkongan serta menjauhkan benda asing yang mungkin menyangkut
ditempat tersebut. Masukkan jari telunjuk tangan lain menelusuri bagian dalam pipi, jauh
ke dalam kerongkongan di bagian dasar lidah, sebelumnya bungkus jari yang akan
mengait dengan kain agar kemudian lakukan gerakan mengait untuk melepaskan benda
asing serta menggerakkan benda asing tersebut ke dalam mulut sehingga memudahkan
untuk diambil. Hati-hati agar tidak mendorong benda asing lebih jauh kedalam jalan
napas.
30
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Resusitasi Jantung Paru
Untuk prosedur BLS adalah D R C A B (danger-responsive-circulation
airway-breathing) oleh American Heart Association Guidelines for Cardiopilmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovaskular tahun 2010.
3.1 Danger (Penilaian Situasi)
Sebelum melakukan RJP adalah menilai situasi apakah keadaan lingkungan cukup
aman bagi penolong, misal adanya bahan toksik, aliran listrik, bahan peledak atau
bangunan runtuh. Pastikan keselamatan penolong dan pasien terjamin (Lebih jelasnya
lihat Bab 1)
3.2 Responsive (Penilaian Respon)
Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman untuk
melakukan pertolongan. Penilaian respon dilakukan dengan menepuk-nepuk dan
menggoyangkan penderita sambil berteriak memanggil penderita. Hal yang perlu
diperhatikan setelah melakukan penilaian respon penderita:
1. Bila penderita menjawab atau bergerak maka usahakan tetap mempertahankan
2. posisinya seperti diawal atau diposisikan ke dalam posisi mantap (recovery
position) sambil terus melakukan pemantauan tanda-tanda vital sampai bantuan
datang.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan melakukan aktivasi sistem layanan
darurat. Sistem ini penolong hendaknya menelepon sistem layanan darurat (atau
sistem kode biru di RS), saat melakukan percakapan dengan petugas layanan
hendaknya dijelaskan lokasi, kondisi dan bantuan yang sudah diberikan pada
korban.
3.3 Circulation (Kompresi Jantung)
Sebelum melakukan kompresi dada harus dipastikan keadaan tanpa nadi (Lihat Bab
1). Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan
sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik
sebagai berikut :
1. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau
kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke
atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi.
3. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh
dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
4. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 - 2 inci (3,8 - 5 cm).
5. Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada.
Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama
dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
6. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan
pada saat melepaskan kompresi.
7. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 15 : 2 dilakukan oleh 1
penolong atau 5:1 jika dilakukan oleh 2 penolong jika korban/pasien tidak
terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 80-100 kali permenit (dilakukan 4
siklus permenit), untuk kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus
berikutnya atau tidak. Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai
tekanan sistolik 60 80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan
32
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang
waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai
dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi
30 detik.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.4 Airway
3.4.1 Periksa jalan napas dalam keadaan terbuka/bersih
1. Adakah cairan (muntahan dll)
2. Adakah benda asing (makanan, gigi palsu dll)
3.4.2 Bila jalan nafas terhambat BEBASKAN!
Gunakan teknik head tilt chin lift pada korban tidak cedera leher atau jaw
thrust pada korban cedera leher (Lihat Bab 1).
34
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.5 Breathing
Periksa korban apakah bernapas atau tidak yang dapat dikenali tanda-tanda objektif
yaitu sebagai berikut:
3.5.1 LIHAT (look)
Bila pasien mengalami penurunan kesadaran maka memberi kesan hipoksia,
hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia karena kurangnya oksigenasi dan
dapat dilihat dari kuku serta kulit sekitar mulut. Otot-otot pernapasan yang tidak
bergerak juga merupakan bukti adanya gangguan airway. Perhatikan naik turunnya
dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adekuat.
3.5.2 DENGAR (listen)
Adanya suara-suara abnormal pernapasan menunjukkan jalur pernapasan yang
tersumbat.
3.5.3 RABA (feel)
Lokasi trakea dan dengan cepat ditentukan apakah trakea berada ditengah.
Pemberian napas buatan dilakukan setelah jalan napas terlihat aman. Tujuan utama
memberikan bantuan napas adalah untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan
metode mulut ke mulut, mulut ke hidung dan mulut ke stoma (Lihat Bab 1)
35
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.
36
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7. Diagnosis Banding
A. Penyebab henti jantung dapat diketahui dengan cara melakukan :
B. Pemeriksaan rontgen foto toraks
C. Anamnesis ulang
D. Pemeriksaan fisik
E. Perekaman EKG 12 lead
F. Pemeriksaan elektrolit darah.
G. Tindakan lain
H. Memasang nasogastric tube (NGT)
I. Memasang kateter urine
J. Mengatasi secara cepat gangguan keseimbangan elektrolit
REFERENSI
1. Fildes, John. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition.
Amerika : American College of Surgeons Committe on Trauma.
2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2002. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta
3. Materi pertolongan pertama Palang Merah Indonesia
4. Perhimpunanan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku Panduan Khusus
Bantuan Hidup Jantung Dasar. Edisi 2013. Jakarta
5. Ramadhian MR, Hanriko R, Oktaria D. 2011. Buku CSL Blok Neurobehaviour.
Bandar Lampung : FK UNILA
6. Schoolfield B. Highlights of the 2010 American Heart Association Guidlines for
CPR amd ECC
37
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
obat
untuk
mengurangi
kecemasan
atau
ketidaknyamanan.
Intubasi
1.1 Resiko :
1. Infeksi
2. Trauma pada laring, kelenjang tiroid, pita suara, dan trakea atau esofagus
3. Perforasi pada bagian rongga dada bisa menyebabkan kolaps paru paru
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.2.2 Faktor Anastesi Terkait :
1. Dokter Anastesi :
A. Pengetahuan,keterampilan teknis dan manajemen kemampuan seorang
anastesis berperan penting selama intervensi dan hasil yang diberikan serta
komplikasi yang terjadi
B. Intubasi yang terburu buru tanpa evaluasi pada jalan napas/persiapan dan
peralatan yang kurang.
1.3 Orotracheal
1.3.1 Indikasi
1. Pada keadaan yang memerlukan kontrol definitif jalan napas (pada yang
sedang mendapat anastesi umum)
2. Pasien sakit kritis dengan penyakit multisistem/ cedera
3. Keadaan darurat (masalah pada jantung/pernapasan, gagal melindungi jalan
napas dari aspirasi, oksigenasi tidak memadai, dan berkemungkinan obstruksi
saluran napas
1.3.2 Kontraindikasi
Laringoskopi pada pasien dengan transeksi parsial trakea
1.3.3 Prosedur
1. Posisikan diri penolong berada pada jarak yang pas sehingga mata penolong
cukup jauh dari pasien agar mempermudah penglihatan dengan binokular
2. Laringoskop berada di tangan kiri, buka mulut pasien dengan tangan kanan
3. Masukan laringoskop ke kanan lidah pasien
39
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
11. Masukkan terus tabung melalui pita suara sampai balon menghilang dari trakea.
12. Hilangkan stylet, dan majukan tabung samapi balon berada 3 4 cm dari pita
suara.
13. Kembangkan balon endotrakeal dengan udara tekanan kecil diperlukan untuk
menghindari kebocoran udara selama vntilasi tidal volume (biasanya butuh 10
ml udara).
14. Tahan tekanan pada krikoid sampai tabung dinyatakan berada di trakea.
1.4 Nasotracheal
1.4.1 Indikasi
Pasien dengan riwayat bedah kepala dan leher
1. Bedah intra-oral dan orofaringeal
2. Prosedur intra-oral kompleks melibatkan prosedur rekonstruksi mandibula
3. Laringoskop kaku dan operasi microlaryngeal
4. Operasi gigi
41
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Kontraindikasi relatif :
1. Pasien menggunakan Coumadin atau antikoagulan lain
2. Pasien memiliki gangguan pembekuan darah
1.4.3 Prosedur
1. Menjelaskan kepada pasien perihal seluruh prosedur yang akan dilakukan dan
jelaskan bahwa tabung akan tinggal selama beberapa hari atau lebih lama.
Mintalah agar pasien dapat bekerja sama dengan baik.
2. Periksa kedua lubang hidung dan pilih yang lebih besar (bisa dengan penlight
atau menutup salah satu lubang hidung yang rasakan aliran udara mana yang
lebih besar).
3. Semprotkan anastesi topikal pada bagian hidung dan belakang tenggorokan
serta vasokonstriktor (neosynephrine) untuk mati rasa mukosa dan
mengurangi perdarahan.
4. Pasangkan kanul pada mulut pasien untuk menjaga oksigen
selama
melakukan prosedur.
5. Periksa ukuran balon pada tabung sudah tepat (ama tau 2 ukuran lebih kecil
dari endotracheal tube). Secara rapat di bagian belakang adaptor 15mm di
proksimal ujung tabung dan melumasi bagian distal (4cm) dengan xylocaine
jelly.
6. Bila memungkinkan, posisi kepala pasien berada di garis tengah posisi netral.
Pasien juga bisa duduk atau telentang.
7. Beri tahu pasien, mungkin akan merasa seperti tersedak atau batuk sat tabung
dimasukkan dan minta pasien agar tetap tenang.
8. Dengan lembut dan yakin, tekan dengan stabil, masukkan tabung dan
diarahkan ke oksipital yang ada tonjolan dibagian belakang tengkorak dan
ubah arah (dimiringkan) menuju septum hidung. Bila terdapat tahanan pindah
ke sisi satunya. Bila sudah mencapai nasofaring, putar tabung seperempat
putaran. Jangan dipaksa.
9. Saat tabung sudah mencapai orofaring dibagian belakang mulut, dengarkan
suara udara dari dalam tabung saat respirasi. Saat sudah mulai inhalasi, secara
lembut dan tegas dorong tabung lebih masuk ke lubang hidung dan dengarkan
42
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
sampai masuk trakea. Jangan memaksa tabung turun karena bisa merobek
laring. Bila posisi benar, tabung akan mudah masuk ke trakea.
10. Konfirmasi poisisi tabung dengan cara yang sama seperti prosedur
endotrakeal. Kontrol perdarahan dnegan mencubit secara lembut lubang
hidung disekitar tabung.
11. Masukan ET CO2 dengan tetap memantau tabung. Lihat ada atau tidaknya
perubahan warna. Bila tidak ada perubahan warna pada pasien dengan tekanan
menunjukkan letak tabung yang kurang pas. Keluarkan tabung dan lakukan
intubasi kembali bila memungkinkan.
12. Bila tabung tidak masuk dengan mudah dalam percobaan pertama, tarik
kembali ke orofaring dan mencoba reintergrasi selama inhalasi. Tindakan
yang terlalu lama akan memperburuk hipoksia. Setiap tindakan dilakukan
tidak lebih dari 30 detik.
13. Bila prosedur gagal, lepaskan alat alat prosedur dan bantu napas pasien
dnegan pemberian oksigen aliran tinggi dengan masker dan rujuk.
2. Pemasangan Guedel
Oropharyngeal airway merupakan alat yang digunakan pada pasien dengan penurunan
kesadaran, diletakkan dalam mulut untuk menjaga saluran nafas (airway) tetap terbuka
dan mencegah lidah menutupi faring. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasien yang
sadar (alert or semiconscious) karena menstimulasi refleks muntah dan tersedak.
2.1 Indikasi :
1. Nafas Spontan
2. Tidak ada refleks muntah
3. Pasien tidak sadar, tidak mampu manuver manual
43
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.2 Kontraindikasi
1. Pasien sadar
2.3 Komplikasi
1. Obstruksi jalan napas
2. Laringospasme (bila pemilihan ukuran OPA tidak tepat)
3. Muntah
4. Aspirasi
2.4 Prosedur
Peralatan
1. Oropaharingeal
2. Jelly
3. Sarung tangan
Prosedur
1. Bersihkan mulut dan faring dari sekresi, darah atau muntahan dengan menggunakan
ujung penyedot faring yang kaku bila memungkinkan.
2. Pilih ukuran OPA yang tepat, yaitu dengan menempatkan OPA di samping wajah,
dengan ujung OPA pada sudut mulut ujung yang lain pada sudut rahang bawah.
Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat, makan OPA akan tepat sejajar
dengan pangkal glotis.
3. Masukkan OPA sedemikian hingga ia berputar ke arah belakang ketika memasuki
mulut.
4. Ketika OPA sudah masuk rongga mulut dan mendekati dinding posterior faring,
putar lah OPA sejauh 180 derajat ke arah posisi yang tepat.
3. SUCTIONING
Saluran napas bagian atas menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan udara
yang kita hirup. Dengan pemasangan tabung, udara yang bergerak melalui tabung lebih
dingin, lebih kering, dan tidak bersih.
memproduksi lendir lebih banyak. Penyedotan yang bisa dilakukan membersihkan lebidr
dari tabung trakeostomi dan sangat penting untuk pernapasan yang tepa. Serta sekresi
yang tersisa ditabung bisa jadi terkontaminasi dan infeksi dinding dada bisa terjadi.
Hindari penyedotan yang terlalu sering karena bisa menyebabkan sekresi lebih banyak
menumpuk.
44
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.1 Membuang lendir dari tabung trakeostomi tanpa penyedotan
1. Bungkukan pasien dan minta untuk batuk lalu tangkap lendir dari tabung (bukan dari
mulut atau hidung).
2. Semprotkan lautan garam steril-normal saline- (sekitar 5cc) ke dalam tabung
trakeostomi untuk membantu membersihkan lendir dan batuk lagi.
3. Lepaskan kanula lalu pengisapan.
4. Telpon 911 bila napas belum normal setelah melakukan smeua langkah diatas.
5. Lepaskan tabung dan siapkan tabung cadangan.
6. Lanjutkan batuk, masukan saline, dan hisap sampai napas normal atau bantuan datang.
3.2 Kapan melakukan penghisapan
1. Penghisapan penting dilakukan bila lendir memblikir tabung dan menyebabkan pasien
sulit bernapas.
2. Setiap kali pasien merasa atau mendengar derak lendir dari tabung/saluran napas.
3. Pagi hari saat pasien bangun.
4. Ketika pasien mengalami kesulitan bernapas.
5. Sebelum makan.
6. Sebelum pergi ke luar ruangan.
7. Sebelum tidur.
Sekret harus bening atau putih. Jika berubah warna menunjukkan tanda infeksi. Jika
perubahan warna bertahan hingga lebih dari tiga hari segera hubungi rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut. Jika ada darah pada sekret, tingkatkan kelembaban atau hisap dengan
lembut.
3.3 Cara Suctioning
Peralatan
1. Kateter penghisap yang bersih (pastikan memiliki ukuran yang tepat)
2. Air steril dan Normal Saline
3. Mesin penyedot
4. Penghubung tabung dan penghisap
5. Wadah untuk merendam kanula bagian dalam (bila ada)
6. Kuas trakeostomi (untuk membersihkan tabung trakeostomi)
7. Tabung trakeostomi tambahan
45
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Penanganan
1. Cuci tangan
2. Nyalakan mesin penghisap dan hubungkan dengan pipa penghubung ke mesin.
Gunakan kateter penghisap bersih saat melakukan penyedotan. Kateter penyedut
dilakukan berulang, tempatkan kateter pada wadah yang disediakan berisi air steril
dan diamkan selama kurang lebih 30 detik untuk membersihkan skret didalamnya.
Lalu bilas kateter dengan air selama beberapa menit kemudian rendam dalam lartan
cuka dengan air steril (1:1) diamkan selama 15 menit. Sering sering diaduk. Bilas
kateter dalam air dingin dan udara kering. Biarkan kateter kering didalam wadah yang
sudah disiapkan. Jangan gunakan kateter bila kaku atau retak.
3. Hubungkan kateter ke penghubung tabungan dan penghisap.
4. Pasien diminta berbaring dengan gulungan handuk/selimut kecil menyangga
punggungnya. Bisa juga dengan posisi duduk.
5. Basahi kateter dengan air steril untuk pelumasan dan untuk menguji mesin penghisap
dan dan saluran tabung.
6. Lepaskan kanula bagian dalam dari tabung (bila ada).
7. Ada beberapa jenis kanula bagian dalam, jadi hati hati saat meleapas kanula bagian
dalam ini.
8. Hati hati agar tidak melepas tabung saat mengeluarkan kanula.
9. Letakan dan rendam kanula bagian dalam ke wadah yang disediakan.
10. Hati hati saat memasukkan kateter ke dalam tabung. Memungkinkan kateter
mengikuti kelengkungan alami dari tabung treakeostomi. Jangan meninggalkan
kateter dalam tabung selama lebih dari 5 10 detik karena pasien tidak akan bisa
bernapas dengan baik bila kateter berada di dalam tabung.
11. Pasien kemungkinkan pulih dari penghisapan setidaknya tunggu 10 detik.
12. Hisap sedikit air steril dengan kateter untuk membersihkan sisa sisa sekret.
13. Masukan kanula bagian dalam dari tabung tambahan (bila ada).
14. Matikan mesin dan buang kateter.
46
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. CRICOTHYROIDOTOMY
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
: Stabilisasi tulang rawan tiroid dengan tangan kiri dan pertahankan stabilisasi
sampai trakea terintubasi
Langkah 6
: Buat insisi melintang pada kulit pada membran krikotiroid, dan secara hati
hati insisi membran secara melintang
Langkah 7
47
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Langkah 8
Langkah 9
Langkah 10 : Observasi perkembangan paru dan auskultasi dada untuk ventilasi yang
adekuat
Langkah 11 : Kuatkan endotracheal tube/tracheostomy tube pada pasien untuk mencegah
agar tidak terlepas
Langkah 12 : Perhatian jangan potong atau cabut kartilago krikoid dan atau tiroid
48
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. NEEDLE THORACOCENTESIS
Needle thoracocentesis merupakan intervensi awal yang dilakukan terhadap pasien
dengan pneumothorax spontan primer. Intervensi ini merupakan intervensi langsung yang
diterima dalam kasus kasus tension pneumothorax. Intervensi ini akan dilanjutkan
dengan pemeriksaan X- ray pada dada dan drainase pada bagian yang diberi intervensi.
5.1 Indikasi
1. Pneumothorax spontan primer
2. Tension pneumothorax
5.2 Kontraindikasi
Thoracocentesis harus dipertimbangkan dengan berkonsultasi dengan dokter
emergensi :
1. Pneumothorax spontan pada pasien yang memiliki penyakit paru paru
2. Penumothorax traumatis tanpa tension pneumothorax
5.3 Penanganan
1. Pantau terus keadaan jantung pasien dan pulse oximetry
2. Letakkan pasien trauma dengan kepala mengahdap ke atas dan posisi telentang
3. Bisa juga posisi pasien duduk dengan sudut 45 derajat
4. Palpasi bagian dada (batas atas costae ke 3 di midclavicular line)-intercostae ke 2 di
midclavicular line atau intercostae ke 5 pada midaxillary line- lalu asepsis area
tersebut dengan betadine (swab)
49
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Siapkan spuit 5 cc
6. Tusukan jarum dari atas costae ke tiga untuk menghindari pembuluh interkostal dan
saraf
7. Hati hati saat memasukkan jarum pada saat jarum sudah masuk ke dalam rongga
pleura sementara lakukan aspirasi
8. Setelah masuk rongga pleura penolong akan mendengar suara pop dan melihat
gelembung memasuki jarum suntik. Pada keadaan tension penumothorax, penolong
akan merasakan perubahan resistensi.
9. Bila sudah, keluarkan jarum dengan lembut dan yakin dengan teknik withdrawl dan
biarkan kateter menetap pada area tusukan
10. Amankan kateter dengan memfiksasi untuk mencegah gagalnya tindakan dan
membuat satu jalur untuk pengeluaran gelembung
11. Lakukan pemantauan terus menerus pada letak kateter
12. Bantu ventilasi bila memang masih diperlukan
13. Bersiaplah untuk melakukan intervensi ulang bila tension pneumothorax kembali
terjadi.
50
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
51
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. TUBE THORACOTOMY
Tube Thoracotomy merupakan suatu tindakan/prosedur dalam menangani kondisi
patologis dalam rongga pleura (pneumonia atau kanker, yang menyebabkan cairan ekstra
untuk didalam rongga di sekitar paru paru(efusi pleura). Tabung pada dada yang
mungkin bisa menyebabkn pendarahan di sekitar paru paru (haematothoraks). Tube
thoracotomy yaitu menempatkan sebuah tabung plastik berongga antara tulang rusuk dan
dada untuk mengalirkan cairan atau udara dari sekitar paru paru. Tabung ini juga sering
dihubungkan dengan mesin untuk membantu drainase. Tabung tetap di dada sampai
semua atau sebagian besar cairan/udara keluar, biasanya beberapa hari. Kadang obat
obatan khusus juga diberikan melalui tabung ini.
6.1 Resiko
Resiko komplikasi serius jarang terjadi (perdarahan dan infeksi). Resiko yang
dirasakan biasanya nyeri saat pemasangan, perdarahan saat penyisipan tabung, dan
infeksi bakteri yang masuk melalui tabung.
6.2 Indikasi
1. Pneumothorax Spontaneous
2. Tension Pneumothorax
3. Penetrating Chest Trauma
4. Haemothorax
5. Parapneumonic effusion (bila sudah kompleks)
6. Empyema
7. Malignant leurl effusion
8. Pleurodiesis Recurrent Malignant
9. Pleurodiesis effusion
10.
Chylothorax
11.
Bronchopleural fistula
12.
6.3 Kontraindikasi
1. Paru paru melekat pada dinding dada di seluruh hemithorax
2. Koagulopati
3. Peningkatan resiko perdarahan dan infeksi pada tempat penyisipan
52
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7. BLOOD TRANFUSION
Merupakan transfusi darah yang aman, prosedur umum dimana darah akan diberikan
ke resipien melalui intravena (IV) pada salah satu pembuluh darah pasien. Transfusi
darah dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi atau karena
cedera serius. Tranfusi juga dilakukan bila tubuh tidak dapat memproduksi darah dengan
baik karena suatu penyakit tertentu. Selama tranfusi darah, jarum kecil yang digunakan
untuk memasukkan infus ke dalam pembuluh darah. Memalui jalur ini, pasien akan
menerima darah yang sehat. Prosedur ini biasanya memkna waktu sekita 1 4 jam,
tergantung jumlah darah yang dibutuhkan.
Setiap orang memiliki salah satu jenis darah (A, B, AB, atau O). Serta darah setiap
orang memiliki rhesus positif atau negatif. Darah yang digunakan dalam transfusi harus
bisa bekerja sama dengan golongan darah pasien/resipien. Bila tidak, antibodi (protein)
dalam darah yang baru ditransfusikan akan membuat resipien sakit.
Komponen komponen darah meliputi :
7.1 Whole Blood (WB)
Darah simpan :
1. Berisi 250 350 cc
2. Kadar Hb 12 g/dL, hematokrit 35% - 45%
3. Trombosit tak berfungsi, F V dan F VIII nihil
4. Suhu simpan 2oC 6oC, 30 menit keluar dari penyimpanan harus ditransfusikan
5. Tidak steril, bisa menularkan hepatitis B dan C, HIV, Sifilis, dan malaria.
6. Indikasi : perdarahan akut+hipovolemia, transfusi tukar
7. Kontraindikasi : anemia kronik, gagal jantung insipien
8. Dilarang memasukkan apapun kecuali saline
9. Batas waktu transfusi 4 jam
53
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Indikasi
4. Kontraindikasi :
54
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ITP, TTP, DIC yang tidak diobati
Trombositopenia dengan septicaemia
Hipersplenisme
5. Transfusi set harus baru, selesai 20 menit/kantong
6. Bila kantong kosong bilas dengan saline 10 20 cc, dikocok, infuskan lagi
7. Dosis 1 kantong TC/10 kgBB, diberikan sampai perdarahan berhenti atau masa
perdarahan < 2x kontrol
8. Golongan darah TC donor dan resipien sama. Tidak perlus crossmatch.
2. Faktor pembekuan, albumin dan imunoglobulin stabil. Sekali mencair tidak bisa
disimpan lagi, disuhu kamar > 6 jam rusak.
3. Indikasi : perdarahan karena kurang faktor pembekuan multipel (penyakit liver/sirosis,
overdosis warfarin, transfusi warfarin, DIC, dan TTP)
4. Dosis 15ml/kgBB, golongan darah FFP dan resipien harus sama, tidak perlu
crossmatch
5. Setelah mencair dalam 30 menit harus sudah diinfuskan
6. Infus 1 kantong FFP selesai dalam 20 menit
55
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7.5 Cryoprecipitate (AHF)
1. Volume 10 20 ml/unit
2. Isi F VIII : 80 100 IU dan fibrinogen 150 300 mg
56
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Jacob
L,
Heller.
2014.
Endotracheal
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003449.htm
Intubation.
diakses
pada
31
Desember 2015
2. V, Divatia J dan Bhowmick K. 2005. Complication of endotracheal Intubation and
Other
Airway
Management
Procedures.
Hopkins
Medicine.
2015.
Suctioning.
Royal
Childrenss
Hospital
Melbourne.
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Needle_Thoracocentesis/ diakses
pada 31 Desember 2015
8. Jones,
Steve.
Needle
Thoracocentesis
Pneumothorax/Hemothorax.
2004.
Chest
Trauma
Pneumothorax
http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTtension.html
Tension.
diakses
pada
31
Desember 2015
10. America
Thoracic
Society.
2004.
Chest
Tube
Thoracostomy.
57
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
11. British Journal of Hospital Medicine. 2006. Tube Thoracostomy How to Insert A
Chest
Drain.
https://www.ucl.ac.uk/anaesthesia/StudentsandTrainees/Tube_Thoracostomy diakses
pada 1 Januari 2015
12. Hogg, Jeremy R, et al. 2011. Tube Thoracostomy A Review for The Interventional
Radiologist. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140253/pdf/sir28039.pdf
diakses pada 1 Januari 2015
13. Hogg, Jeremy R, et al. 2011. Tube Thoracostomy A Review for The Interventional
Radiologist. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140253/pdf/sir28039.pdf
diakses pada 1 Januari 2015
14. NIH (National Heart Lung and Blood Institute. 2012. Explore Blood Tranfussion.
https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt daikses pada 1 Jnuari 2015
15. Budiman. 2014. Tata Cara Transfusi. Workshop Transfusi Paramedik: Malang
16. Dorland, W.A Newman. 2012. DORLANDS POCKET MEDICAL DICTIONARY, 28th
Ed. Singapore: Elsevier. ISBN 978-979-044-070-8. Pp 32-33; 265; 1141-1142.
17. ICRC. 2002. Emergency Medical Items Catalogue
18. FKUNISSULA. Buku Panduan Skill Lab Pengelolaan Bantuan Nafas Dasar dan
Lanjut
58
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
1. LUKA
1.1 Pengertian
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Menurut InETNA, luka
adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat
juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh
yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Luka tercemar
A. Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu,
traktus genito urinarius, urine
B. Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
4. Luka kotor
A. Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
B. Perforasi visera, abses, trauma lama.
60
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
suatu
kegiatan
bioseluler
dan
biokimia
yang
terjadi
saling
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses
penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan,
status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).
Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres
psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan.
62
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
D. Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam
air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk
hidung.
3. Oksidansia
A. Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah
berdasarkan sifat oksidator.
B. Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran
dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
4. Logam berat dan garamnya
A. Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri
dan jamur.
B. Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik
lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya
kerak (korts)
C. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
5. Derivat fenol
A. Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan
genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
B. Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
6.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.7.3 Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki
dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris. Beberapa langkah yang harus diperhatikan
dalam pembersihan luka yaitu :
1.
Irigasi
dengan
sebanyak-banyaknya
dengan
tujuan
untuk
3.
Berikan antiseptik
4.
5.
1.7.6 Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
64
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.7.8 Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
NO
Lokasi
Waktu (hari)
Kelopak mata
Pipi
3-5
5-7
7-10+
7-10+
REFERENSI
65
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. FRAKTUR
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
1.2.Klasifikasi fraktur
Fraktur dibedakan atas beberapa klasifikasi, antara lain:
1.2.1 Klasifikasi etiologis
1. Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
2. Fraktur patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang.
3. Fraktur stres. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
2.
3.
66
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.2.3 Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
1. Lokalisasi
A. Difasial
B. Metafisial
C. Intra-artikuler
D. Fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi
A. Fraktur transversal
B. Fraktur oblik
C. Fraktur spiral
D. Fraktur Z
E. Fraktur segmental
F. Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen
G. Fraktur baji, biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
H. Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo, misalnya fraktur
epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patela
I. Fraktur depresi, karena trauma langsung, misalnya pada tulang tengkorak
J. Fraktur impaks
K. Fraktur pecah (burst), dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah,
misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus
L. Fraktur epifisis
3. Menurut ekstensi
A. Fraktur total
B. Fraktur tidak total (fraktur crack)
C. Fraktur buckie atau torus
D. Fraktur garis rambut
E. Fraktur green stick
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
A. Tidak bergeser (undisplaced)
B. Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara: Bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi,
over-riding dan impaksi
67
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3 Penanganan Awal Fraktu
Sebelum terapi definitive fraktur dilakukan, perhatian ditujukan pada pertolongan
pertama prinsip (Advanced Trauma Life Support (ATLS)), penilaian klinis pasien
dengan kemungkinan adanya luka atau komplikasi, dan resusitasi.
Pertolongan pertama:
1.3.1 Memastikan jalan nafas bersih,
1.3.2 Memastikan apakah ada perdarahan eksternal
Sangat jarang kasus perdarahan yang memerlukan torniket. Semua perdarahan
biasa dapat dikontrol dengan membebat rapat luka, hanya jika perdarahan hebat
dengan kondisi pasien berbaring yang memerlukan tekanan dari torniket.
Penekanan daerah perdarahan arteri utama di ujung tungkai juga dapat dilakukan
untuk mengontrol perdarahan
1.3.3 Membersihkan luka
1.3.4 Menyediakan alat imobilisasi untuk fraktur lengan dan tungkai.
2 prinsip pembidaian yaitu jika terdapat fraktur pada sendi maka pembidaian pada
dua tulang dan jika fraktur pada tulang maka pembidaian melewati dua sendi.
1.3.5 Membuat pasien nyaman selama menunggu bantuan/ambulans datang
1. Apabila perlu memindahkan pasien dengan fraktur tulang panjang, lakukan
traksi untuk meringankan nyeri.
2. Apabila ada fraktur spinal column, penanganan kemudiam pindahkan, untuk
mencegah keparahan lebih lanjut. Maka penting untuk mencegah fleksi dan
ekstensi spinal karena dapat membuat pergeseran. Mempersiapkan proteksi
leher berupa cervical collar sebelum memindahkan pasien.
REFERENSI
1. Anonim. Princple of Fracture Treatment Article.
2. Prawira, harry. Fracture. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Juli. 2008.
68
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. DISLOKASI
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
1. Mudah dikenal
2. Perubahan bentuk anatomi
3. Nyeri hebat
4. Tindakan emergency
5. Tidak mengancam jiwa
6. Periksa denyut nadi, persarafan distal lesi
7. Sanggah & luruskan extremitasi (posisi menyenangkan penderita)
8. Rujuk
3.1 Amputasi
1. Perdarahan
2. Mengancam jiwa
3. Tindakan balut tekan
4. Ambil bagian teramputasi
5. Simpan dalam kantong plastic
6. Diluarnya bungkus es
7. Bisa vabilitasnya > 4 jam
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.3 Penatalaksanaan
3.3.1 Hati-hati pada fraktur pelvis dan tulang besar & harus control perdarahan
3.3.2 Secondary survey :
1. Look : lihat, inspeksi : ada luka?
2. Feel : raba, palpasi : bagaimana nvd?
3. Move : gerakan, jangan lakukan bila ada fraktur.
4. Ukur apa ada perbedaan panjang extremitas
3.3.3 Periksa semua persendian dari sakit danpergerakan
3.3.4 Ukur dan catat denyut nadi, pergerakan & sensibilitas extremitas distal
3.3.5 Krepitasi adalah tanda fraktur
3.3.6 Krepitasi tulang diimobilisasi untuk melindungi jaringan lunak
3.3.7 Krepitasi ujung tulang yang patah saling bersinggungan satu sama lain &
menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut
3.4 Spalk
3.4.1 Tujuan spinting (spalk)
1. Untuk mencegah pergerakan tulang yang patah
2. Kapan digunakan splinting tidak ada aturan, kalau ragu-ragu lebih baik pasang
saja
3.4.2 Peraturan umum dalam splinting
1. Harus benar-benar melihat bagian-bagian dari yang luka
2. Periksa & catat sensasi distal sebelum & setelah splinting
3. Lakukan traksi jika pasien menunjukkan angulasi dan denyut nadi tidak teraba
4. Luka terbuka harus ditutup
5. Splint untuk imobilisasi persendian di atas dan di bawah
6. Luruskan spint dengan benar
7. Jangan lakukan penekanan di bawah kulit
8. Lakukan splint sebelum memindahkan pasien
9. Splint luka yang memungkinkan saja
3.4.3 Penatalaksanaan cidera yang spesifik
1. Tulang belakang : imobilisasi harus dilakukan untuk mencegah pasalise
seumur hidup
2. Pelvis : dimasukkan dalam trauma extremitas
70
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Femur : biasanya patah pada 1/3 tengah pangkal paha dan sendi
4. Dislokasi panggul adalah hal yang berbeda
5. Lutut : raktur sangat serius karena arteri berada diatas dan dibawah
6. Tibia dan fibula : terjadinya compartment syndrome
7. Bahu : disertai kerusakan parah dari dada dan leher
8. Siku : dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf
9. Tangan dan pergelangan tangan : biasanya jatuh atau penarikan yang terlalu
kuat
10. Kaki dan tangan : fraktur multiple yang terbuka dan avulsi
3.4.4 Beberapa Hal Yang Penting Dalam Menangani Fraktur & Dislokasi
1. Harus mengetahui mekanisme fraktur dan komplikasinya
2. Mulai dengan primary survey
3. Lihat dan periksa bagian luka
4. Waspada pada patah tulang
5. Catat pembuluh darah dan sensasi sebelum dan sesudah pemasangan splinting
6. Luruskan persendian dengan hati-hati
7. Curiga fraktur!! Lakukan imobilisasi
8. Splint pasien pada waktu yang tepat
9. Ragu-ragu pada tulang belakang lakukan aplinting pada long spine board
10. Jangan sia-siakan golden hour
REFERENSI
71
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. STRAIN DAN SPRAIN
4.1 Definisi
Cedera paling sering yang dialami ketika berolahraga adalah otot terkilir yang dalam
istilah medis disebut dengan sprain dan strain. Sprain adalah teregangnya ligamen
(jaringan ikat/penghubung yg kuat) sehingga menimbulkan robekan parsial/sebagian,
hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang
berulang-ulang dari sendi. Strain adalah teregangnya otot dan tendon (jaringan
ikat/penghubungan yg kuat yg menghubungkan otot dengan tulang) karena penggunaan
yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
72
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehingga kedua ujungya terpisah.
Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam
persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat
gerakangerakan yang abnormal.
4.3 Penatalaksanaan
4.3.1 Prinsip terapinya adalah RICE:
1. R = rest/istirahat.
2. I = ice.
Ingat, es bukan kompres hangat! Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi
robekan pembuluh darah, pembuluh darah sekitar tempat cedera akan melebar
(dilatasi) sebagai respon peradangan. Pemberian kompres dingin/es akan
menyempitkan
(vasokonstriksi)
pembuluh
darah
yg
melebar
sehingga
mengurangi bengkak. Kompres dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan
lebih dari 20 menit karena justru kan mengganggu sirkulasi darah. Sebaliknya,
saat cedera sudah kronik, tanda-tanda peradangan seperti bengkak, warna merah,
nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip pemberian kompres hangat bisa
dilakukan.
3. C = compression. Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan
dengan perban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi
pembengkakan.
4. E = elevation. Jika ankle kaki yg terkilir, sering-sering istirahat dengan kaki
diangkat atau dengan diganjal. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan.
Pemberian obat anti sakit dan anti radang bisa diberikan atas petunjuk dokter.
73
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
B. Sprain/strain tingkat dua (Second degree)
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita
harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar
bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk
maupun gibs.
C. Sprain/strain tingkat tiga (Third degree)
Tetap melakukan metode RICE sesuai dengan urutanya kemudian dikirim
kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
Gejala
: Nyeri, tidak nyaman, kaku dan mungkin bangkak pada daerah yang
terkena
74
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Terapi
:
1. R.I.C.E (rest ice compression elevation)
2. Meregangkan dengan lembut dan merilekskan area, konsultasi
dengan profesional
3. Jika nyeri maish terasa, segera konsul ke ahli kesehatan
bola, basket,
robek
ski. Pasien
ACL
biasanya
: Nyeri, bengkak, atau suara letukan pada lutut dan sendi lutut tidak
stabil
Terapi
banyak
berlari,
aktivitas
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
banyak kegiatan mulai-berhenti dapat menyebabkan cedera ini. Atau
karena penggunaan otot kaki yang berlebihan.
Gejala
Terapi
:
1. Istirahat. Hindari penggunaan berlebihan
2. Memberikan es pada daerah cedera untuk mengurangi pembengkakan.
3. Meregangkan dengan lembut dan merilekskan area, konsultasi dengan
profesional.
4. Jika nyeri maish ada, segera konsultasi ahli kesehatan
Penyebab
umumnya
adalah
Terapi
:
1. Menghindari kegiatan yang memnyebabkan nyeri dan tidak nyaman.
Modifikasi gerakan untuk menghindari rasa tidaknyaman, menggunakan
splint siku dapat memabtu meringankan nyeri dan dapat merilekskan
tendon.
2. Memberi es pada siku untuk meredakan bengkak dan nyeri.
3. Meregangkan dengan lembut dan merilekskan area, otot dan tendon siku
lengan dan pergelangan tangan
4. Jika nyeri maish ada 6-12 minggu, tindakan operasi mungkin diperlukan
76
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.5 Hal-hal yang harus dihindari pada cedera olahraga:
4.5.1 Heat (panas)
1. Pemanasan dapat meningkatkan perdarahan di lokasi tersebut
2. Hindari mandi air panas, sauna, air botol paas dan kantong air panas
4.5.2 Alkohol
Alkohol meningkatkan perdarahan dan pembengkakan pada daerah luka dan
menunda kesembuhan
4.5.3 Running (berlari)
1. Berlari atau aktivitas lain dapat menyebabkan kerusakan lebih parah.
2. Tidak melanjutkan aktivitas olahraga hingga 72 jam setelah trauma, atau
sampai tenaga kesehatan profesional mengizinkan untuk beraktivitaas lagi
4.5.4 Massage (pemijatan)
1. Pemijatan dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan dan harus
dihindari selama 72 jam setelah trauma.
2. Jika trauma dipijat dalam 72 jam pertama, maka dapat memperlama
kesembuhan
REFERENSI
1. Anonim. 2002. Managing Your Sports Injury Article. Acc SportSmart
77
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
RESUSITASI CAIRAN
Bayi prematur
80
3 bulan
70
6 bulan
60
1-2 tahun
59
11-16 tahun
58
Dewasa
58-60
40-50
Dewasa kurus
70-75
Cairan tubuh berada dalam dua kompartemen besar yaitu intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah sekitar 2/3 total cairan tubuh atau 40% berat
badan, sedangkan cairan ekstraseluler adalah sekitar 1/3 total cairan tubuh atau 20 %
berat badan. Untuk selanjutnya, cairan ekstraseluler dibagi lagi menjadi plasma dan
cairan interstisial. Elektrolit utama kompartemen intraseluler adalah kalium (K+),
sedangkan ekstraseluler adalah (Na+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).
Kompartemen cairan ini bersifat dinamis yang dipisahkan oleh membran sel yang sangat
selektif.
Pergerakan cairan berlangsung mengikuti gradien difusi yang difasilitasi pula oleh
transporter atau pompa seluler. Perbedaan gradien ini membentuk tekanan osmotik yaitu
tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perpindahan cairan melalui membran
semipermeabel ke cairan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Adapun tekanan osmotik
plasma adalah 285 5 mOsm/L.
78
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Pergerakan antara cairan intraseluler dan ekstraseluler ini memenuhi hukum Starling
yaitu: Pergerakan cairan = Kx [(Pc-Pi) (II c-II i)]
K= koofisien filtrasi kapiler,
Pc=tekanan hidrostatik kapiler,
Pi=tekanan hidrostatik interstisial,
IIc =tekanan onkotik kapiler,
II i = tekanan onkotik interstisial.
Saat cairan keluar dari kapiler, tekanan hidrostatik dalam kapiler akan menurun,
sedangkan tekanan onkotik akan meningkat. Peningkatan tekanan onkotik ini akan
menyebabkan reabsorpsi cairan ke dalam lumen kapiler. Oleh karena itu, 90% cairan
yang semulanya masuk ke interstisial akan kembali ke intravaskular, sisanya akan
kembali melalui sistem limfatik.
Volume sirkulasi cairan yang efektif dipengaruhi oleh:
1. saraf simpatis melalui baroreseptor,
2. katekolamin,
3. sistem renin-angiostensin-aldosteron,
4. ADH (anti diuretic hormone)
Kebutuhan harian air adalah 50 ml/kgBB, natrium 2 mEq/kgBB, kalium 1 mEq/
kgBB. Ekskresi air hampir selalu disertai dengan ekskresi natrium baik melalui urin,
tinja, atau keringat. Oleh karena itu, terapi kekurangan air (dehidrasi) selalu diberikan
cairan infuse yang mengandung natrium. Selanjutnya, kadar kalium dalam plasma hanya
2% dari total kalium di dalam tubuh.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
80
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. JENIS CAIRAN INTRAVENA
Cairan intravena terdiri dari tiga jenis, yaitu:
3.1 Cairan kristaloid
Cairan yang mengandung zat dengan berat molekul rendah (<8000 Dalton) dengan
atau tanpa glukosa. Contoh kristaloid adalah ringer laktat, normal saline. Cairan ini
memiliki sifat tekanan onkotik rendah sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang
ekstraseluler.
3.2 Cairan koloid
Cairan yang mengandung zat dengan berat molekul tinggi (>8000 Dalton) misalnya
albumin, HES, dekstran. Cairan ini memiliki sifat tekanan onkotik tinggi sehingga
sebagian besar akan tetap tinggal di ruang intravaskular.
3.3 Cairan khusus
Dapat digunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, misalnya NaCl 3% kasus
hiponatremia simtomatik berat, Biknat untuk asidosis, manitol untuk edema otak.
3.3.1 Kristaloid
1. Ringer laktat
Ringer laktat merupakan cairan yang umum digunakan dalam
replacement therapy untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar.
Ringer laktat merupakan cairan paling fisiologis jika dibutuhkan volume yang
besar. Laktat dalam RL dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat untuk
memperbaiki asidosis metabolik. RL tidak cukup untuk rumatan pada
hipokalemia. Jika digunakan sebagai rumatan, RL harus ditambah glukosa
untuk mencegah ketosis.
2. Ringer
Komposisi Ringer mendekati RL, namun kadar ion kloridanya teralu
tinggi sehingga dalam jumlah besar menimbulkan asidosis dilusional dan
asidosis hiperkloremia. Ringer tidak mengandung laktat sehingga tidak
diindikasikan untuk memperbaiki asidosis.
3. Normal saline
Normal saline (NaCl 0,9%) digunakan sebagai cairan resusitasi pada
kasus kadar ion natrium rendah, alkalosis, retensi kalium, pilihan untuk kasus
trauma kepala, dan mengencerkan sel darah merah sebelum transfusi. Cairan
NS tidak mengandung ion bikarbonat dan kalium. Kadar ion natrium dan
81
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
klorida relatif tinggi sehingga dapat terjadi asidosis hiperkloremia, asidosis
dilusional, dan hipernatremia.
4. Dekstrosa
Sediaan dekstrosa ada yang 5% dan 10%. Dekstrosa 5% dalam air
(D5W) digunakan untuk mengganti kekurangan air dan cairan rumatan untuk
pasien dengan restriksi natrium. Dekstrosa 5% tidak boleh diberikan pada
pasien trauma kapitis, karena dekstrosa dan air dapat berpindah secara bebas
ke dalam sel otak. Sekali berada dalam sel otak, dekstrosa dimetabolisme
dengan sisa air, menyebabkan edema otak.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.3.2 Koloid
1. Albumin
Albumin 5% digunakan ketika kristaloid gagal mempertahankan volume
plasma untuk beberapa saat. Albumin digunakan ketika terdapat kebocoran
atau kekurangan protein dari celah vaskular, misalnya peritonitis atau luka
bakar ekstensif.
2. Produk darah
Terutama digunakan jika ada perdarahan.
3. Fraksi protein plasma
4. Koloid sintetik (dextran)
Dextran meningkatkan aliran darah melalui mikrosirkulasi, dengan menurukan
viskositas darah. Dextran juga memiliki efek antiplatelet.
Koloid
Kristaloid
1. Molekul besar
3. Mikroemboli
5. Cepat
meningkat
dalam
sirkulasi
4.9 Lambat
4.10 Elektrolit/ karbohidrat
6. Protein mahal
7. Jumlah
koloid
4.11 Murah
sebanding
8. Dapat
menimbulkan
anafilaksis
sehingga
dinding
dada
menurun
9. Koagulopati
10. Albumin
ekspansibilitas
edema
bisa
4.14 Jarak
memperberat
sehingga
kapiler-sel
oksigenasi
bertambah
jaringan
terganggu
syok
83
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. INDIKASI TERAPI CAIRAN
Apabila homeostasis cairan terganggu, maka akan terjadi pergerakan cairan dari
interstisial menuju intravaskular seperti dalam dehidrasi dan penyebab turunnya tekanan
darah lainnya. Sebaliknya, kelebihan cairan atau hipoalbuminemia akan menyebabkan
pergerakan cairan dari intravaskular menuju interstisial.
Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, maka diperlukan terapi rumatan
cairan. Rumatan cairan dan elektrolit mempertimbangkan cairan yang hilang dari rerata
insensible losses, rerata metabolisme dan pengeluaran energi, rerata hilangnya cairan dari
urin dan lainnya, dan anggapan bahwa fungsi ginjal normal.
Perdarahan
Keringat berlebihan
bowel losses
84
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Sebagai contoh, terapi penggantian cairan diberikan pula pada pasien syok yang
ditandai dengan hipoperfusi multi organ dan hipoksia jaringan. Adapun tanda-tanda syok
adalah mean arterial pressure yang menurun, takikardia, takipneu, perubahan status
mental, akral dingin, oliguri, dan asidosis laktat. Penyebab syok adalah penurunan curah
jantung (cardiac output), penurunan resistensi vaskular sistemik, atau keduanya. Untuk
selanjutnya, syok dikategorikan menjadi hipovolemik, kardiogenik, dan curah jantung
yang tinggi/ resistensi vaskular sistemik yang menurun seperti pada syok septik. Syok
hipovolemik sendiri ditandai dengan akral dingin dan capillary refill yang lambat.
5. MAINTENANCE FLUID
2.
3.
Formula hitungan :
85
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Untuk kemudahan, pada 24 jam dibagi perjamnya menjadi
1. 100 ml/kg/24 jam = 4 ml/kg/jam pada 10 kg pertama berat badan
2. 50 ml/kg/24 jam = 2 ml/kg/jam pada 10 kg kedua berat badan
3. 20 ml/kg/24 jam = 1 ml/kg/jam pada sisa berat badan selanjutnya
Contoh : pada orang berat badan 40 kg, cairan maintenance menjadi :
4. 40 ml/jam + 20 ml/jam + 20 ml/jam = 80 ml/jam
REFERENSI
1. Powel, jeremy. 2011. British Consensus Guidelines on Intravenous Fluid Therapy f
or Adult Surgical Patients. BAPEN.
86
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
SYOK
1. DEFINISI
Syok (renjatan) dapat diartikan sebagai keadaan terdapatnya pengurangan yang sangat
besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur unsur gizi
lainya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cedera seluler yang mula mula
reversible dan kemudian apabila syok berlangsung lama menjadi irreversible. Selain itu
syok merupakan suatu kelainan progresif yang menyebabkan kematian bila masalahmasalh yang mendasarinya tidak dikoreksi. Yang menjadi masalah yang mendasari bias
seperti kehilangan banyak darah/exsanguinations, trauma atau luka bakar yang luas,
infark miokard, emboli paru, dan sepsis. Tanpa memandang sebabnya, syok ditandai oleh
hipoperfusi sistemik jaringan; yang bisa disebabkan oleh curah jantung yang berkurang
atau oleh berkurangnya volume darah efektif yang beredar. Akibatnya adalah menjadi
gangguan perfusi jaringan dan hipoksia.
2. KLASIFIKASI SYOK
Bentuk bentuk syok yang paling sering dijumpai dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan kelainan, berikut :
2.1 Syok kardiogenik, disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat kegagalan pompa
jantung. Penyebabnya bisa berupa karena :
1.Kerusakan otot jantung (infark), akibat dari depresi berat kinerja jantung sistolik.
Tekanan arteri sistolik <80 mmHg, indeks jantung berkurang dibawah 1,8L/menit/m2.
2. Aritmia ventrikel, dimana tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat umumnya
diatas 18mmHg.
3. Tekanan dari luar (tamponade jantung).
4. Aliran darah yang tersumbat (misalnya, emboli paru). Dapat terlihat jelas atau tidak.
Gejala yang tampak pasien sering terlihat tak berdaya , pengeluaran urin berkurang
dari 20mL/jam, ekstremitas dingin dan sianotik.
2.2 Syok hipovolemik, disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat hilangnya
volume darah atau plasma (misalnya, akibat perdarahan atau kehilangan cairan pada
luka bakar luas.
2.3 Syok septik, termasuk dalam syok distributif disebabkan oleh vasodilatasi arteri dan
pengumpulan darah pada vena yang berpangkal dari respon imun sistemik terhadap
infeksi mikroba.
87
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Selain itu kadang kadang syok bias disebabkan oleh hilangnya tonus pembulu darah
yang berkaitan dengan anestesi atau trauma medulla spinalisa (syok neurogenik). Syok
anafilaktik disebabkan oleh vasodilatasi sistemik dan meningkatnya permeabilitas pembulu
darah yang dipicu oleh reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh suatu immunoglobulinE. Syok neurogenik dan syok anafilaktik termasuk dalam golongan syok distributive bersama
dengan syok septic.
3. PATOGENESIS
Beberapa karakteristik pathogenesis syok sama tanpa memperhatikan penyebab yang
mendasari. Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu sejumlah besar sel dari organ
vital telah mencapai stadium ini, syok menjadi irreversible, dan kematian terjadi
meskipun telah dilakukan koreksi terhadap penyebab/masalah yang mendasarinya.
Mekanisme pathogenesis yang menyebabkan kematian sel tidak sepenuhnya dipahami.
Syok umumnya cenderung berkembang melalui tiga tahap umum, kecuali bila
kelainan yang ada sangat massif dan mematikan dengan cepat (misalnya, hilangnya
darah/exsanguinations dari suatu aneurisme aorta yang ruptur). Tahap tahap ini telah
diketahi dengan lebih jelas pada syok hipovolemik namun juga dapat dipakai secara
umum pada syok bentuk lain :
1. Tahap awal non-progresif, yaitu saat mekanisme kompensasi reflex diaktifkan
dan perfusi organ organ vital dipertahankan. Pada tahap ini berbagai mekanisme
neurohumoral bekerja membantu mempertahankan curah jantung dan tekanan
darah. Mekanisme ini meliputi reflex baroreseptor , pelepasan katekolamin dan
hormone antidiuretik, pengaktifan jalur rennin-angiostensin-aldosteron, dan
rangsangan simpatis umum.
2. Tahap progresif, ditandai oleh hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang
memberuk dan gangguan metabolism, termasuk asidosis. Tahap ini terjadi karna
penyebab yang mendasari timbulnya syok tidak dikoreksi. Sejalan dengan hipoksia
jaringan yang meluas, organ organ vital terpengaruh dan mulai mengalami
kegagalan organ.
3. Tahap irreversible, yaitu saat jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga
walaupun defek hemodinamik diperbaiki , tidak memungkinkan pasien selamat.
Jejas sel yang meluas tergambarkan dari kebocoran enzim
lisosomal, yang
memperburuk keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung memburuk , antara lain
oleh karena meningkatnya pembentukan nitrat oksida. Pada tahap ini dimana
88
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
kegagalan organ yang terjadi walaupun diberikan pengobatan yang terbaik,
biasanya proses akan terus berlanjut hingga berakhir pada kematian.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul dibagi menjadi 2 yakni secara umum yang sama terjadi
pada semua syok dan secara khusus yang spesifik terhadap tipe syok.
1. Secara umum, Syok selalu ditandai oleh hipotensi yang pada orang dewasa pada
umumnya merujuk pada tekanan arteri rata-rata kurang dari 60 mmHg. Manifestasi
umum yang lain berupa takikardi, oligouria, sensorium berkabut dan dingin,
ekstremitas berburik menunjukan aliran darah ke kulit berkurang. Asidosis
metabolic, sering disebabkan karena kadar adam laktat darah meningkat,
menunjukan aliran darah kebanyak jaringan yang tidak adekuat berkepanjangan.
2. Secara khusus, pada pasien syok kardiogenik mempunyai gejala dan tanda
penyakit jantung, termasuk peningkatan tekanan pengisian katup , irama gallops,
dan tanda gagal jantung yang akut lainnya. Pada pasie syok hipovolemik sering
mempunyai riwayat pendarahan saluran makanan atau perdarahan dari tempat lain
atau tanda kehilangan volume besar jelas melalui diare dan/atau muntah. Pada
pasien syok septic keadaan tidak ada neutropenia berat, bias terdapat tanda infeksi
local (pneumonitis, pielonefritis atau abses abdomen) serta demam dan menggigil.
5. DIAGNOSIS
5.1 Syok membakat (Impending shock)
1. Penurunan atau perubahan kesadaran
2. Hipotensi, pada orang dewasa tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg. Bila
terdapat keraguan (pasien hipertensi), amati tanda vital ortostatik.
3. Tanda vital ortostatik (terutama pada syok hipovolemik), yaitu perbedaan
tekanan darah dan atau frekuensi nadi pada posisi telentang dengan posisi duduk
atau berdiri sebesar 10 mmHg dan atau di atas 15 kali/menit. Fenomena ini
merupakan indikasi kuat kekurangan volume cairan intra vaskular ringan sampai
sedang.
4. Hipotensi perifer. Kulit teraba dingin, lembab, dan isi nadi lemah.
89
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5.2 Tingkat syok
1. Syok ringan; kehilangan volume darah dibawah 20% dari volume total.
Hipoperfusi hanya terjadi pada organ non vital seperti kulit, jaringan lemak, otot
rangka, dan tulang. Gambaran klinik perasaan dingin, hipotensi postural,
takikardi, pucat, kulit lembab, kolaps vena-vena leher, dan urin yang pekat.
Kesadaran masih normal, diuresis mungkin berkurang sedikit dan belum terjadi
asidosis metabolik.
2. Syok sedang; kehilangan 20% sampai 40% dari volume darah total. Hipoperfusi
merambat ke organ non vital seperti hati, usus dan ginjal, kecuali jantung dan
otak. Gambaran klinik haus, hipotensi telentang, takikardi, liguria atau anuria,
dan asidosis metabolik. Kesadaran relatif normal.
3. Syok berat; kehilangan lebih dari 40% dari volem darah total. Hipoperfusi
terjadi juga pada janberattung atau otak. Gambaran klinik; penurunan kesadaran
(agitasi atau delirium), hipotensi, takikardia, nafas cepat dan dalam, oliguria,
asidosis metabolik.
6. PENATALAKSANAAN
Secara umum , tujuan penanganan syok adalah :
1. Mempertahankan tekanan arterial rerata (mean) diatas 60 mmHg (pada orang
dewasa normal) untuk menjamin perfusi yang memadai pada organ-organ vital.
2. Mempertahankan aliran darah pada organ organ yang paling sering mengalami
kerusakan syok, misalnya ginjal, hepar, SSP dan paru paru.
3. Mempertahank kadar laktat darah arterial dibawah 22 mmol/L. (karena
pengukuran kadar laktat bisasanya tidak tersedia secara on line, tujuan ini harus
sering dinilai secara retrospektif.
Bentuk bentuk syok yang spesifik memerlukan terapi yang ditujukan kepada proses
yang mendasarinya.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6.1.3 Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kanul yang besar (18, 16)
6.1.4 Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila
tekanan darah dan kesadaran relatif normal pada posis telentang, coba periksa
dengan posisi duduk atau berdiri.
6.1.5 Keluarkan darah dari kanul intravena untuk pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, penentuan golongan darah, analisis gas darah elektrolit. Sampel darah
sebaiknya diambil sebelum terapi cairan dilakukan.
6.1.6 Pada syok hipovolemik, kanulasi dilakukan pada v.safena magna atau v.basilika
dengan kateter nomor 16 perkutaneus atau vena seksi. Dengan memakai kateter
yang panjang untuk kanulasi v.basilika dapat sekaligus untuk mengukur tekanan
vena sentral (TVS).
6.1.7 Pada kecurigaan syok kardiogenik, kanulasi vena perkutan pada salah satu vena
ekstrimitas atas atau vena besar leher dilakukan dengan kateter nomor 18-20.
6.1.8 Peubahan nilai PaCO2, PaO2, HCO3, dan PH oada analisis gas darah dapat
dipakai sebagai indikator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat
asidosis metabolik, dan hipoperfusi jaringan.
6.1.9 Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal atau sungkup muka dan
sesuaikan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahankan PaO2 tetap di atas 70 mmHg.
6.1.10 Beri natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan infus elektrolit untuk
mempertahankan nilai Ph tetap di atas 7,1, walaupn koreksi asidosis metabolik
yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi jaringan.
6.1.11 Terapi medikamentosa segera
1.
2.
Infus cepat dengan Ringers laktat (50 ml/menit) terutama pada syok
hipovolemik. Dapat dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L).
3.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
bertahap dapat ditingkatkan hingga 10-20 Ug/kg/menit. Pemberian vasopresor
pada hipovolemia sedang sampai berat tidak bermanfaat.
6.1.12 Pantau irama jantung dan buat rekaman EKG (terutama syok kardiogenik). Syok
adalah salah satu predisposisi aritmia karena sering disertai gangguan
keseimbangan elektrolit, asam dan basa.
6.1.13 Pantau diuresis dan pemeriksaan analisis urin.
6.1.14 Pemeriksaan foto toraks umumnya bergantung pada penyebab dan tingkat
kegawatan syok. Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit, terutama untuk
perawatan intensif
REFERENSI
1. Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-prose penyaki jlid 1, ed
4.1995. Jakarta: EGC.
5. Muhiman, Muhardi, dkk. Anestesiologi. 2004. Jakarta: Bagian anestesiologi dan terapi
intensif FKUI.
6. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, Ed 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.
92
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TRAUMA LINGKUNGAN
1. MOUNTAIN SICKNESS
Penyakit di daerah ketinggian dibagi menjadi 3 sindrom yaitu : acute mountain
sickness (AMS), high altitude cerebral edema (HACE), and high altitude pulmonary
edema (HAPE).
1.1 Akut Mountain Sickness (AMS)
AMS adalah bentuk paling umum dari penyakit daerah ketinggian yang paling
berpengaruh pada 25% dari semua pendaki yang berada di atas ketinggian 8000 kaki
atau (2500 m). Gejala utama dari AMS adalah
sakit kepala, disertai dengan kelelahan, napas
tersengal- sengal, pucat (kebiruan pada bibir
dan kuku), kehilangan nafsu makan, mual,
dan kadang- kadang muntah. Onset sakit
kepala biasanya 2- 12 jam setelah tiba di
ketinggian yang lebih tinggi.
1.1.1
Gejala :
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Gejala pada keadaan yang lebih berat :
1. Warna kebiruan pada kulit (sianosis)
2. Dada terasa sesak
3. Kebingungan
4. Batuk (dapat disetertai darah)
5. Kesadaran menurun
6. Kulit pucat
7. Sempoyongan
8. Sesak napas saat istirahat
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Mengetahui gejala awal dari penyakit ketinggian, dan bersedia untuk
mengakui ketika mereka terserang AMS ( jangan memaksakan tetap naik)
2. Jangan pernah tidur pada ketinggian yang lebih tinggi ketika mengalami
gejala penyakit AMS, tidak peduli seberapa kecil mereka tampak
menunjukkan gejalanya.
3. Turun jika gejala menjadi lebih buruk saat beristirahat pada ketinggian
yang sama.
MEDICATION
Acetazolamide
INDICATION ROUTE
AMS, HACE Oral
prevention
DOSE
125 mg twice a day; 250 mg
twice a day if >100 kg.
Pediatric: 2.5 mg/kg every 12 h
AMS
treatment1
Oral
95
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Dexamethasone
Nifedipine
Tadalafil
Sildenafil
Salmeterol
2 mg every 6 h or 4 mg every 12
h Pediatric: should not be used
for prophylaxis
HAPE
prevention
Oral
30 mg SR version every 12 h, or
20 mg SR version every 8 h
HAPE
treatment
Oral
30 mg SR version every 12 h, or
20 mg SR version every 8 h
HAPE
prevention
HAPE
prevention
HAPE
prevention
Oral
10 mg bid
Oral
50 mg every 8 h
Inhaled
125 g bid2
REFERENSI
1. Hackett PH, Rennie D, Levine HD. 1976. The incidence, importance, and
prophylaxis of acute mountain sickness. Lancet.
(http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2014/chapter-2-the-pre-travelconsultation/altitude-illness)
2. Heller,
Jacob
L.
2015.
Acute
Mountain
Sickness.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. HYPOTHERMIA
Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat
menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan
penyakit kronis. Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh seseorang turun di bawah 35 C
(95 F). Suhu tubuh normal adalah sekitar 37 C (98,6 F). Hipotermia dapat dengan
cepat dan dapat mengancam jiwa sehingga harus diperlakukan sebagai darurat medis.
Kondisi hipotermia biasanya disebabkan oleh berada di lingkungan yang dingin dan
dapat dipicu oleh kombinasi dari hal hal yang terjadi dilingkungan tersebut dalam
kondisi dingin untuk waktu yang lama. Orang yang sangat berisiko adalah mereka
yang sudah lanjut usia atau sakit dan tidak dapat bergerak dengan mudah untuk
menghasilkan panas. Bayi juga lebih rentan untuk terkena hipotermia karena
kemampuan tubuh mereka 'untuk mengatur suhu mereka belum sepenuhnya
dikembangkan. Orang-orang yang menghabiskan banyak waktu di luar dalam kondisi
cuaca dingin, seperti pendaki dan pemain ski, juga pada merupakan faktor risiko
terkena hipotermia.
2.1 Gejala dan Tanda
Tanda-tanda hipotermia bervariasi tergantung pada seberapa rendah suhu seseorang
telah menurun.
2.1.1
Hipotermia ringan
Jika seseorang memiliki hipotermia ringan (umumnya dengan suhu tubuh 3235 C), gejala tidak selalu jelas, tetapi mereka dapat mencakup:
1. Menggigil konstan
2. Kelelahan
3. Energi menurun
4. Kulit dingin atau pucat
5. Bernapas cepat (hiperventilasi)
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Kesulitan bergerak di sekitar
5. Hilangnya koordinasi
6. Kantuk
7. Bicara cadel
8. Lambat, pernapasan dangkal (hipoventilasi)
Orang dengan suhu tubuh 320C atau lebih rendah biasanya akan berhenti
menggigil sepenuhnya. Ini adalah tanda bahwa kondisi mereka memburuk dan
bantuan medis darurat diperlukan.
2.1.3 Hipotermia parah ( Hipotermia Akut)
Gejala-gejala hipotermia berat (suhu tubuh di bawah 28 C) dapat meliputi:
1. Ketidaksadaran
2. Dangkal atau tidak bernapas
3. Lemah, tidak teratur atau tidak pulsa
4. Pupil melebar
2.1.4 Hipotermia pada bayi
1. Kulit merah terang dan dingin
2. Sangat rendahnya energi
3. Tangisan yang lemah
2.2 Penanganan
1. Tangani pasien dengan yakin
Batasi pergerakan pasien, hanya bila diperlukan untuk bergerak. Hindari pemijatan
dan penggosokan pasien. Pergerakkan yang terlalu banyak dan kuat akan memicu
terjadinya henti jantung.
2. Pindahkan korban ke tempat yang lebih hangat
Bila memungkinkan ke tempat yang kering juga. Bila tidak memungkinkan untuk
memindahkan pasien, hindari tubuh pasien dari dingin dan angin sebisa mungkin.
3. Lepaskan pakaian yang basah
4. Bungkus tubuh korban dengan selimut hangat
Gunakan selimut atau mantel yang hangat dan kering untuk menghangatkan
korban. Tutupi kepala dan seluruh tubuh korban kecuali muka, biarkan wajah korban
terbuka.
98
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Hindari tubuh korban dari tanah/lantai yang dingin
Bila berada diluar, baringkan korban dengan selimut atau appaun ynag memiliki
permukaan hangat yang menjadi alas punggung korban.
6. Pantau Pernapasan
Pada hipotermia berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran/pingsan tanpa
tanda tanda yang jelas dari denyut nadi dan pernapasan. Bila pernapasan berhenti
atau sangat lemah dan dangkal, segera lakukan CPR bila sudah terlatih.
7. Berbagi kehangatan tubuh
Untuk menghangatkan tubuh seseorang yang hipotermi dapat dilakukan cara
dengan melepaskan pakaian dan berbaring disebelah korban, lalu buat kontak antar
kulit dan selimuti tubuh penolong dan korban dengan selimut kering.
8. Berikan minuman yang menghangatkan
Bila korban sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat, non alkohol, dan
minuman non kafein untuk membantu menghangatkan tubuh.
9. Berikan kompres hangat dan kering
Gunakan kantung plastik berisi air hangat untuk membantu korban untuk
menghangatkan diri. Jangan berikan kompres hangat pada ekstremitas. Panas yang
diberikan pada ekstremitas akan membuat darah yang dingin kembali ke jantung, paru
paru, dan otak dan dapat menyebabkan suhu inti tubuh menurun serta berakibat fatal.
10. Jangan langsung terpapar panas
Jangan gunakan air panas atau lampu pemanas untuk menghangatkan korban.
Suhu panas yang ekstrim justru dapat merusak kulit atau bahkan lebih parah,
menyebabkan detak jantung yang tidak teratur ,bisa menyebabkan henti jantung.
11. Obat Terapi
Ketika seorang dengan hipotermia, sasaran organ kardiovaskular akan merespon
minimal untuk sebagian besar obat-obatan. Selain itu, dosis yang kumulatif dapat
menyebabkan keracunan selama proses rewarming karena terjadi peningkatan
mengikat obat untuk protein, metabolisme terganggu dan ekskresi. Sebagai contoh,
pemberian dosis berulang digoxin atau insulin tidak akan efektif saat pasien
hipotermia, dan obat residual berpotensi beracun selama proses rewarming. Tekanan
arteri rata-rata minimal 60 mmHg harus tercapai. Jika hipotensi tidak merespon
kristaloid / koloid infus dan rewarming, dopamin dosis rendah (2 sampai 5g / kg per
min) dapat diberikan.
99
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Danzl DF. Hypothermia and frostbite. In: Fauci AS, Harrison TR. 2008 . Harrison's
Principles of Internal Medicine. 17th ed. McGraw Hill : New York, NY.
http://www.emergency.cdc.gov/disasters/winter/staysafe/hypothermia.asp
of
Hypothermia.http://www.nhs.uk/Conditions/Hypothermia/Pages/
100
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. HEAT STROKE
Heat stroke adalah kondisi mengancam jiwa dimana
suhu tubuh mencapai lebih dari 40C atau lebih. Heat
stroke dapat disebabkan karena kenaikan suhu
lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan
suhu tubuh. Heat stroke dikategorikan sebagai
exertional atau nonexertional. Exertional heat stroke
biasanya terjadi pada atlet yang biasanya melakukan
kegiatan olahraga pada suhu kamar dan / atau
kelembaban yang lebih tinggi dari normal sehingga
terjadi
kelebiham
produksi
panas.
Sedangkan,
Penyebab
1. Heatstroke terjadi karena paparan panas dari lingkungan dan aktivitas berat
2. Pemakaian pakaian yang berlebih (terlalu tebal)
3. Minum minuman beralkohoL
4. Dehidrasi
3.2
Gejala
1. Kenaikan suhu sampai 40C atau lebih (tanda utama)
2. Tidak berkeringat. Jika heat stroke disebabkan oleh karena suhu lingkungan yang
sangat panas maka kulit akan cenderung terasa panas dan kering saat disentuh.
Bila disebabkan oleh karena aktivitas yang berlebihan makan kulit akan terasa
lembab.
101
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Kemerahan pada kulit
4. Nafas menjadi cepat dan terasa berat
5. Denyut jantung semakin cepat
6. Nadi menjadi cepat
7. Pupil dilatasi
8. Sakit kepala seperti ditusuk tuduk
9. Gejala saraf lain seperti : kejang, tidak sadar, halusinasi, delirium, kebingungan
3.3
Pencegahan
1. Tetap berada di dalam ruangan yang sejuk
2. Minum air putih dalam jumlah yang cukup sebelum melakukan aktivitas di luar
ruangan.
3. Kurangi minuman seperti : teh ,kopi, alkohol dan yang dapat memicu dehidrasi .
4. Memakai pakaian yang ringan, longgar, berwarna cerah , berbahan katun dan
dapat menyerap keringat serta panas tubuh.
5. Melindungi diri dari matahari dengan menggunakan payung atau topi saat berada
di luar ruangan.
6. Jangan berada di luar ruangan pada saat matahari sedang sangat terik (antara jam
10 pagi sampai jam 4 sore) sebisa mungkin.
7. Jika melakukan aktivitas di luar ruangan, usahakan untuk sering minum setiap 15
sampai 20 menit sekali walaupun tidak merasa haus.
8. Jangan tinggal atau meninggalkan seseorang dalam mobil yang diparkir dengan
kondisi tertutup saat cuaca panas.
9. Jangan berolah raga keras saat kondisi cuaca panas. Sebagai penggantinya,
lakukan olah raga saat pagi atau sore hari.
10. Minum air yang banyak terutama jika urine berwarna kuning tua untuk
menggantikan cairan yang hilang lewat keringat. Minumlah air atau air garam jika
anda berkeringat banyak (campurkan 1 sendok teh garam pada liter air (quart
water)) . Dapat juga dengan minum cairan olah raga yang sudah tersedia dalam
kemasan.
11. Jika merasakan sangat panas, usahakan untuk mendinginkan dengan cara
membuka jendela atau memakai kipas angin maupun AC.
12. Kurangi berlama-lama di hot tube atau heated whirlpool (<15 menit). Jangan
berendam jika hanya sendirian
102
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.4
Penatalaksanaan
1. Memastikan korban mengalami heat stroke
2. Memindahkan korban ke tempat sejuk dan berventilasi baik , gunakan kipas angin
dan pakeannditanggalkan.
3. Mengguyur korban dengan air dingin di seluruh tubuh
4. Massage kulit untuk mengatasi efek vasokonstriksi dari air dingin dan
mempercepat aliran darah.
5. Memeriksa suhu rektal tiap 10 menit jangan sampai kurang dari 38,5oC (untuk
pertimbangan etis bisa dilakukan di sublingual). Axilla<sublingual<rektal. Berati
sublingual suhunya jangan sampai kurang 38oC.
6. Memperhatikan penderita jangan sampai relaps (kambuh).
7. Obat-obatan jika perlu : infus cairan. Sedatif hanya diberikan bila kejang terusmenerus,misalnya Diazepam 10-20 mg iv. Dapat dilakukan 3x dengan selang
waktu 30-60 menit suntikan sebelumnya.Jangan berikan morfin atau epinefrin
REFERENSI
1.
Casa Douglas J, PhD, ATC, FACSM et all . 2007. Validity of Devices That Assess
Body Temperature During Outdoor Exercise in the Heat. USA : National Athletic
Trainers Association
2.
3.
Mayo
Clinic.
2014.
Heatsrtoke:
Treatment.
(Online)
www.journalofathletictraining.org
103
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. FROSTBITE
Frostbite terjadi ketika suhu jaringan turun di bawah jaringan (dibawah 0,55oC/ 31 F).
Ketika bagian dari tubuh, seperti lengan, tangan, kaki, atau kaki, memiliki kerusakan
jaringan akibat terkena cuaca dingin atau air, ini disebut frostbite. Frostbite merupakan
suatu kondisi darurat medis. Terjadi pembentukan kristal es kemudian mendistorsi dan
menghancurkan bentuk sel. Setelah endotelium pembuluh darah rusak, berlangsung cepat
trombosis mikrovaskular kemudian terjadi iskemia sehingga mulai kolaps, terjadi
peningkatan meningkatkan tekanan jaringan, dan edema terbentuk. Frostbite dapat
menyebabkan gangren dan hilangnya bagian tubuh yang terkena .
4.1 Tanda dan Gejala Frostbite Ringan sampai Sedang
sering
parah,
selama
proses
rewarming
4.3 Penanganan
1. Pindahkan individu ke lingkungan yang hangat
2. Melepaskan pakaian yang basah dan menjaga supaya tetap kering
3. Berikan orang minuman hangat saat sadar
4. Lepaskan perhiasan dari daerah radang dingin
104
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Jangan menggosok, pijat, atau merendam bagian tubuh yang membeku (karena
mungkin tidak mengenali seberapa besar cedera daerah sampai setelah itu telah
rewarmed).
6. Balut dengan perban kering dapat diterapkan pada daerah frostbite untuk
melindunginya.
4.4 Pencegahan
1. Batasi waktu anda di luar ketika cuaca dingin
2. Jika harus berada di luar ruangan, pastikan memakai lapisan pakaian hangat dan
kering. Disarankan untuk memakai sarung tangan, dan tutupan kepala karena
lebih dari 20 % dari panas tubuh hilang melalui kepala serta alas kaki yang tahan
air.
3. Lepaskan pakaian basah sesegera mungkin
4. Saat dalam dingin, jangan gunakan alkohol atau zat lain, karena alkohol dapat
meningkatkan kehilangan panas.
5. Jangan gunakan produk tembakau di lingkungan dingin karena tembakau dapat
meningkatkan kehilangan panas dari tubuh dan menurunkan sirkulasi
REFERENSI
1. Danzl DF. Hypothermia and frostbite. In: Fauci AS, Harrison TR. 2008 . Harrison's
Principles of Internal Medicine. 17th ed. McGraw Hill : New York, NY.
2. Janet M. Torpy, MD. 2011. Frostbite. American College of Emergency Physicians,
National Library of Medicine, National Institutes of Health, Arctic Health, University of
Maryland Medical Center : JAMA (Journal of the American Medical Association)
3. Medscape. 2015. Frostbite. (Online) http://emedicine.medscape.com/article/926249overview. diakses pada 19 Desember 2015 .
4. Stephen,
Robert
L.
2015.
Hypothermia
and
Frostbite.
(Online)
105
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. LUKA BAKAR
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi.
Luka Bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda
benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air dan lain lain) atau zat zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. seluruh kulit beratnya 16%
berat tubuh. kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus, dan kulit bagian
medial lengan atas. sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu, dan bokong.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. pembuluh darah
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan enimbulkan bula yang banyak elektrolit. hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari
20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat,
dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurang. Pembengkakan terjadi pelan pelan, maksimal teradi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang menghisap. Oedem
laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. dapat
juga keracuman gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
haemoglobin dengan kuat sehingga haemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mula dan muntah. pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% haemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal. Setelah 12 24 jam, permeabiitas kapiler mulai membaik,
dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. ini ditandai
dengan meningkatnya diuresis.
106
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
109
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Dinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
5. Tapi pendinginan tidak dapat dilakukan bila luka bakar lebih luas karena bahay
terjadinya hipotermia. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.
Beberapa pertimbangan lain dalam menangani pasien dengan luka bakar, yaitu:
1. Pembersihan dan perawatan luka (wound debridement) dan pemberian
antibiotik berspektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang
dapat berakhir menjadi sepsis nantinya.
2. Pemberian tetanus toxoid (TT) dan serum anti-tetanus (ATS) untuk mencegah
infeksi tetanus.
3. Pemberian analgesik opioid yang dititrasi untuk menghindari timbulnya syok
neurogenik.
4. Pemasangan kateter urin untuk meninjau fungsi ginjal dan keberhasilan terapi
pengganti cairan (1 ml/ kgBB/ jam).
5. Terapi nutrisi, dalam hal ini diet tinggi kalori dan tinggi protein guna
mendukung kebutuhan kalori dan pembentukkan kembali jaringan yang telah
rusak sebelumnya.
6. Rehabilitasi dan fisioterapi yang ditujukkan untuk mengembalikan fungsi
sensorik, motorik dan mencegah terjadinya kontrakktur.
7. Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah rutin, faal ginjal, faat
hati, pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah untuk mengevaluasi kembali
pasien.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
111
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ENVENOMASI
1. DEFINISI
Menurut arti bahasa, envenomasi adalah keracunan akibat bisa. Kasus envenomasi ini
merupakan kasus kegawatdaruratan yang perlu penanganan secara cepat dan tepat.
Envenomasi adalah proses dimana racun disuntikkan dengan gigitan (atau sengatan) dari
hewan berbisa. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Kebanyakan racun ditransmisikan
melalui gigitan pada kulit korban, tetapi beberapa racun ada yang diterapkan secara
eksternal, terutama untuk jaringan yang sensitif seperti jaringan yang mengelilingi mata.
2. JENIS-JENIS ENVENOMASI
2.1 Mamalia Beracun
Gigitan mamalia ke manusia biasanya menimbulkan edema lokal, luka dengan nyeri
ringan, dan sedikit menimbulkan efek sistemik. Beberapa contohnya antara lain :
1. The short-tailed shrew, ditemukan di Amerika Utara
2. The solenodon, ditemukan di Amerika Tengah
3. The platypus, ditemukan di Australia dengan racun dihasilkan oleh kelenjar di
dasar kaki belakang.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.3.2 Host
2.3.3 Patogenesis
1. Penularan melalui luka gigitan dan lecet akibat cakaran hewan penderita
rabies.
2. Virus akan mengikatkan pada Ach-reseptor pada sel neuron sampai ke
daerah axon.
3. Terjadi perpindahan infeksi pasif asam inti virus seara centripetal di dalam
axon menuju ke central nervus system.
4. Replikasi virus ini akan menyebabkan depresi, coma bahkan kematian.
2.3.4 Terdapat dua bentuk epizootic rabies yaitu urban rabies yang terjadi pada jenis
mamalia pet animal dan sylvatic rabies yang terjadi pada jenis mamalia liar .
2.3.5 Klinis
1. Masa inkubasi
2. Fase prodormal
3. Fase sensorik
4. Fase eksitasi
dysphagia
sehingga
hypersalivasi
dan
hydrophobia.
5. Fase kematian
113
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.3.7 Penanganan lanjutan
1. Anti-rabies imunoglobulin secara berangsur-angsur ke dalam luka dan
dengan infiltrasi di sekitar luka;
2. Menunda penjahitan luka; jika penjahitan diperlukan, pastikan bahwa
imunoglobulin telah diterapkan secara lokal
3. Di tempat yang ditentukan, mulai pengobatan anti-tetanus dan terapi
antimikroba dan obat-obatan untuk mengendalikan infeksi selain rabies
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.3.8 Pencegahan
Pencegahan imunologis terhadap rabies pada manusia adalah dengan
memberikan Human Rabies Immunoglobulin (HRIG) secepat mungkin setelah
terpajan untuk menetralisir virus pada luka gigitan, dengan dosis tunggal 20IU/kg
BB, setengahnya diinjeksikan ke dalam dan di sekitar luka dan setengahnya
diberikan IM.
Selanjutnya diberikan vaksin pada tempat yang berbeda untuk mendapatkan
imunitas aktif dengan HDCV atau RVA dalam 5 dosis0,5 atau 1,0 cc IM pada
daerah deltoid. Dosis pertama diberikan segera setelah gigitan (pada saat yang
sama diberikan dosis tunggal HRIG) dan dosis selanjutnya pada hari ke 3, 7, 14
dan 28 setelah dosis pertama
: segiempat panjang
2. Gigi taring
: kecil
3. Bekas gigitan
: segitiga
2. Gigi taring
3. Bekas gigitan
Gambar 8.1. Perbedaan ular berbisa dengan ular yang tidak berbisa
115
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.4.3 Gejala klinis
1. Gigitan Elapidae
a. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa
sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata,
bengkak di sekitar mulut.
b. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang
rusak.
c. Setelah digigit ular
15 menit : muncul gejala sistemik.
10 jam
2. Gigitan Viperidae
a. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah
beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan
yang menyebar ke seluruh anggota badan.
b. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau
setelah beberapa jam.
c. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan
di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau
ditandai dengan perdarahan hebat.
116
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Gigitan Hydropiidae (ular laut)
a. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa
tebal, berkeringat, dan muntah.
b. Setelah 30 menit sampai beberapa jam
biasanya
timbul
kaku
dan
nyeri
117
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
118
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. PENATALAKSANAAN
3.1 Pertolongan pertama (First Aid)
3.1.1 Cek ABC (airway, brething, circulation)
3.1.2 Tenangkan korban yang cemas
3.1.3 Inspeksi area gigitan : cari tanda gigitan taring (fang marks), edema, eritema, nyeri
lokal, perdarahan, memar, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari
famili Viperidae)
3.1.4 Buka semua cincin, perhiasan, jam tangan dan benda apapun yang ketat yang
menghambat aliran darah
3.1.5 Lakukan Pressure Bandage Immobilisation (PBI)
1. tujuan : mencegah pergerakan dan kontraksi otot yang dapat meningkatkan
penyebaran bisa ke dalam aliran darah dan getah bening
2. Teknik
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
120
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.2 Perawatan di rumah sakit
3.2.1 Pengobatan syok/gagal napas
Atasi syok jika timbul.Paralisis otot pernapasan dapat berlangsung beberapa
hari dan hal ini memerlukan intubasi (lihat buku panduan pelatihan APRC/APLS
dari UKK PGD-IDAI) dan ventilasi mekanik (lihat buku panduan pelatihan
Ventilasi Mekanik pada Anak dari UKK PGD-IDAI) hingga fungsi pernapasan
normal kembali; atau ventilasi manual (dengan masker atau pipa endotrakeal dan
kantung (Jackson Rees) yang dilakukan oleh staf dan atau keluarga sementara
menunggu rujukan ke rumah sakit rujukan yang lebih tinggi terdekat. Perhatikan
keamanan fiksasi pipa endotrakeal. Sebagai alternatif lain adalah trakeostomi
elektif.
3.2.2 Antibisa
Jika didapatkan gejala sistemik atau lokal yang hebat (pembengkakan pada
lebih dari setengah ekstremitas atau nekrosis berat) berikan antibisa jika tersedia.
Siapkan epinefrin SK atau IM bila syok dan difenhidramin IM untuk
mengatasi reaksi alergi yang terjadi setelah pemberian antibisa ular (lihat di
bawah).Berikan antibisa polivalen. Ikuti langkah yang diberikan dalam brosur
antibisa. Dosis yang diberikan pada anak sama dengan dosis pada orang dewasa.
Larutkan antibisa 2-3 kali volume garam normal berikan secara intravena
selama 1 jam. Berikan lebih perlahan pada awalnya dan awasi kemung-kinan
terjadi reaksi anafilaksis atau efek samping yang seriusJika gatal atau timbul
urtikaria, gelisah, demam, batuk atau kesulitan bernapas, hentikan pemberian
antibisa dan berikan epinefrin 0.01 ml/kg larutan 1/1000 atau 0.1 ml/kg 1/10.000
SK. Difenhidramin 1.25 mg/kgBB/kali IM, bisa diberikan sampai 4 kali perhari
(maksimal 50 mg/kali atau 300 mg/hari).
Bila anak stabil, mulai kembali berikan antibisa perlahan melalui
infus.Tambahan antibisa harus diberikan setelah 6 jam jika terjadi gangguan
pembekuan darah berulang, atau setelah 1-2 jam, jika pasien terus mengalami
perdarahan atau menunjukkan tanda yang memburuk dari efek neurotoksik atau
kardiovaskular.
121
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Transfusi darah tidak diperlukan bila antibisa telah diberikan. Fungsi
pembekuan kembali normal setelah faktor pembekuan diproduksi oleh hati. Tanda
neurologi yang disebabkan antibisa bervariasi, tergantung jenis bisa.
Pemberian antibisa dapat diulangi bila tidak ada respons. Antikolinesterase
dapat memperbaiki gejala neurologi pada beberapa spesies ular (lihat buku standar
pediatri untuk penjelasan lebih lanjut).
122
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. SENGATAN SERANGGA
Recluse
Spider:
(Loxosceles
arizonica)
Hanya ditemukan di arizona, california,
texas dan mexico
Gejala awal : asimptomatik
Luka gigitan : red white & blue
123
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Vespidae (wasps/ tawon)
Alat sengatnya tidak mempunyai kaitkait, sehingga tidak tertinggal pada tubuh
ketika menyengat mangsanya.
Setelah menyengat, tidak langsung mati
menyebabkan
neurotoksiks,
pd
wajah,
koma
dan
dapat
merah
dan
bengkak
pada
124
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Pengobatan sengatan serangga
4.1 Apidae (lebah madu)
1. bila jarumnya tertinggal di badan, jgn lgsg dicabut, tetapi tekanlah pelan-pelan
dengan pisau atau jari tangan sampai jarum lebah tersebut keluar.
2. Kemudian tempat sengatan dikompres dengan air dingin atau es; jk perlu berikan
kortikosteroid cream/ zalf
3. Bila ada gejala sistemik beri injeksi Adrenalin, Antihistamin dan kortikosteroid
4.2 Chilpoda
Reasuransi dan nyeri bantuan dalam bentuk kombinasi analgesik dan obat antiinflamasi nonsteroid dan antihistamin dan anxiolytics, jika dianggap aman dalam
setiap kasus tertentu. Ketinggian ekstremitas dan administrasi obat diuretic jika bahaya
sindrom kompartment muncul. Korban harus menerima vaksinasi tetanus toksoid dan
harus diamati selama 4 jam sebelum dibuang dari pengawasan medis.
125
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
INTOKSIKASI
Intoksikasi adalah kondisi yang terjadi akibat pemberian zat psikoaktif dan
menyebabkan gangguan pada tingkat kesadaran, kognisi, persepsi, penilaian, yang
berpengaruh pada fungsi lainnya. Intoksikasi merupakan salah salah satu kegawatdaruratan
medis yang sering terjadi dan dapat terjadi dimana saja. Baik itu di rumah, lingkungan kerja,
dan bahkan di pegunungan. Keracunan bukanlah hal yang dianggap remeh dikarenakan dapat
mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu, penanggulanan
keracunan harus diketahui oleh semua masyarakat. Khususnya pertolongan pertama dalam
mengatasi keracunan sebelum pertolongan lanjut dari dokter.
Gejala umum
Turunnya frekuensi nafas, pupil yang melebar (dilatasi), turunnya laju nafas, denyut
jantung menjadi lebih cepat atau lebih lambat, pusing, diare, cramp perut, keringat dingin,
halusinasi, air liur yang berlebihan (hipersalivasi), sianosis (kebiruan pada kulit), penurunan
kesadaran.
1. Intoksikasi Makanan
Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin
maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan
memproduksi toksin. Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan
gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan
pangan melalui intoksikasi adalah:
1.1 Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang dan tergolong bakteri
Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. lalu bereproduksi dan
menimbulkan toksin dalam usus atau telah tertelan toksin tersebut. Ada dua tipe toksin
yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin
yang menyebabkan muntah (emesis)
1.1.1 Gejala :
1. Bila toksin penyebab diare (mencemari sayuran dan daging) : mula, nyeri
perut (seperti kram), diare berair, yang terjadi 8 16 jam setelah
mengkonsumsi makanan.
126
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Bila toksin penyebab muntah (mencemari pangan berbahan beras, kentang
tumbuk, mengandung pati, dan tunas sayuran) : gejala yang timbul lebih
parah dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas,
berupa mula dan muntah yang dimulai 1 6 jam setelah mengkonsumsi
makanan yang tercemar.
Tindakan pengendalian khusus : pengendalian suhu efektif untuk mencegah
pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila tidak ada lemari pendingin, disarankan untuk
memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin yang berkaitan
dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses
penggorengan oangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut.
127
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3 Staphilococcus aureus
Terdapat 23 spesies Staphlococcus, tetapi Staphilococcus aureus merupakan
bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan. Bakteri ini berbentuk
kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan
tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas
sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri bisa mati namun
toksin tetap tinggal dan toksin dapat mati bila dalam pendidihan minimal 30 menit.
Pangan yang tercemar merupakan pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan,
susu, dan daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam
keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar
pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada lemari pendingin
yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis
dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang.
1.3.1 Gejala :
Dapat terjadi dalam jangka waktu 4 6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari
24 jam), diare, hilang nafsu makan, kram perut yang hebat, distensi abdominal,
demam ringan. Pada beberapa kasus berat dapat timbul sakit kepala, kram otot,
dan perubahan tekanan darah.
1.3.2 Penanganan :
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau diare.
Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan.
1.3.3 Gejala Keracunan Pangan dan Penatalaksanaannya
1. Gejala :
A. Biasanya dimulai 2 6 jam setelah mengonsumsi pangan yang tercemar
(waktunya bisa lebih panjang atau pendek tergantung cemaran )
B. Mual dan muntah
C. Kram perut
D. Diare (bisa disertai darah)
E. Demam dan menggigil
F. Rasa lemah dan lelah
G. Sakit kepala
128
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Penatalaksanaan :
A. Bila muntah dan diare berlangsung kurang dari 24 jam bisa melakukan
perawatan dirumah
B. Mencegah dehidrasi (memberi minum)
C. Bila masih mual dan muntah sebaiknya tidak diberikan makanan padat
D. Hindari konsumsi alkohol, minuman berkafein, dan minuman gula
E. Penanganan lanjut bisa dibawa ke puskesmas atau rumah sakit
F. Bila diare dan tidak bisa minum, maka rehidrasi dilakukan secara
intarvena.
G. Bila yang keracunan adalah bayi, anak kecil, orang lanjut usia, wanita
hamil, dan orang yang mengalami gangguan sistem imun maka perlu
dibawa ke rumah sakit segera
H. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, atau norit.
I. Kosongkan lambung (racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
i. Dimuntahkan :
Bisa
dilakukan
dengan
cara
mekanik
129
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Intoksikasi Zat Kimia
3.1 Faktor yang mempengaruhi intoksikasi zat kimia :
1. Tingkat pengetahuan pengguna
2. Sikap/perilaku pengguna
3. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
4. Kurangnya informasi mengenai resiko penggunaan zat kimia
5. Keracunan Asam / Basa Kuat
(Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium
Hidroksida).
A. Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
B. Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
C. Tindakan :
i. Keracunan pada mata : Posisi kepala ditengadahkan dan miring ke sisi
mata yang terkena atau terburuk kondisinya. Buka kelopak mata perlahan dan
aliri dengan aquades atau NaCl 0,9% secara perlahan samapai zat racunnya
diperkirakan sudah hilang (hindari bekas larutan pencucian mengenai wajah
atau mata lainnya) selanjutnya tutup mata dengan kassa steril.
ii. Keracunan ditelan / tertelan :
a. Asam kuat dinetralisir dengan antasida
b. Basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
c. Jangan bilas lambung atau tindakan emesis
d. Beri antibiotik dan antiinflamasi.
iii. Keracunan formalin : Bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %,
kemudian diberi minum norit / air susu.
iv. Keracunan insektisida : Berikan pencahar, bilas lambung
v. Keracunan senyawa hidrokarbon : Jangan dimuntahkan, beri pencahar,
bilas lambung.
vi. Keracunan karbon mono-oksida : Berikan oksigen
130
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Aggarwal Praveen, Handa Rohini. Acute Poisoning Management
Guidelines. New Delhi : India Institute of Medical Sciences, Ansari Nagar
2. Djoko, Widodo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta:
Interna Publishing
3. Hoving D.J Van. 2011. Emergency management of acute poisoning.
Tygerberg, South Africa : African Journal of Emergency Medicine
(http://www.afjem.org/article/S2211-419X(11)00042-5/fulltext)
4. Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM RI. 2014. Keracunan
Pangan
Akibat
Bakteri
Patogen.
(Online)
131
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. PENGERTIAN
Merupakan ilmu dasar bedah untuk menangani pasien yang mengalami trauma
minor atau lesi minor. Ilmu ini bisa diperoleh melalui pelatihan medical personnel,
termasuk kegawatdaruratan medis guna memperlengkapi tenaga medis
2. ALAT DAN BAHAN
Dalam pembedahan sering diperlukan alat medis atau peralatan pembantu yang
harus masuk ke daerah sekitar lapangan pembedahan. Alat - alat ini harus mengalami
desinfeksi terlebih dahulu sebelum dibawa ke kawasan pembedahan. Alat yang akan
langsung dipakai untuk pembedahan dan bersinggungan dengan lapangan pembedahan
harus disterilkan dengan cara yang telah dijelaskan di atas. Alat - alat bedah ini harus
tetap berada dalam daerah ruang pembedahan agar tidak terjadi infeksi silang, dan pada
setiap akhir dari pembedahan, harus selalu didesinfeksi atau disterilkan segera setelah
dipakai dan sesuai dengan pemakaiannya. Alat yang bergerak bebas keluar masuk karena
harus dipakai bersama dibatasi hanya sampai daerah di luar kawasan kain steril, yaitu
sekitar meja bedah dan di tempat ahli anastesi bekerja.
Peralatan bedah adalah alat- alat yang dirancang untuk digunakan pada kegiatan
pembedahan. Dari semua peralatan bedah yang dibutuhkan untuk suatu tindakan
pembedahan, yang paling terpenting adalah peralatan bedah yang steril dan benang.
Masing - masing dari peralatan tersebut memiliki fungsi tersendiri.
2.1 Jenis - Jenis Peralatan Bedah Minor
2.1.1 Nald vooder/Needle Holder/Nald Heacting
Gunanya adalah untuk memegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai
penyimpul benang.
132
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.2 Gunting
1.
Gunting Diseksi (disecting scissor) dua jenis yaitu, lurus dan bengkok.
Ujungnya biasanga runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan yaitu
tipe Moyo dan tipe Metzenbaum.
2.
Gunting Benang ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus,
kegunaannya adalah memotong benang operasi, merapikan luka.
3.
133
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.
Klem Kocher
Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya
seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan agar tidk
meleset dari klem, dan hal ini dimungkinkan dengan adanya gigi ada ujung
klem. Tidak ditujukan untuk hemostasis
3.
Klem Allis
Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan
menjepit tumor kecil.
134
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.
Klem Babcock
Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi serta tumor yang
agak besar dan rapuh.
2.
135
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.6 Pinset
1.
Pinset Sirugis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan
penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
2.
Pinset Anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang tipis dan lunak.
3.
Pinset Splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka ( mencegah
overlapping).
136
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.7 Deschamps Aneurysm Needle
Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar.
137
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.10 Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas
operasi, doek, dan laken steril.
138
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah
usus besar, ginjal, limpa, hati
139
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa
dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligamen, dan tendon.
4.
Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang
gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga
mulut, dan sebagainya.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
campuran dan catgat kromik yang bahannya bercampur larutan asam kromat.
Catgut murni diserap cepat, kira kira dalam waktu satu minggu sedangkan catgut
kromik diserap lebih lama kira kira 2-3 minggu. Disamping itu ada benang yang
terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam poliglikolik maupun dari poliglaktin910 yang inert dan memiliki daya tegang yang besar.
Benang ini dalam dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang
dapat diserap menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan
fistel benang atau infiltrate jaringan yang mungkin ditandai adanya indurasi.
Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh terbuat umumnya dari bahan yang
tidak menimbulkan reasksi jaringan karena bukan merupakan bahan biologik.
Benang ini dapat berasal dari sutera yang sangat kuat dan liat, dari kapas yang
kurang kuat dan mudah terurai, dan dari polyester yang merupkan bahan sintetik
yang kuat dan biasanya dilapisi teflon. Selain itu terdapat juga benang nailon yang
berdaya tegang besar, yang terbuat dari polipropilen yang terdiri atas bahan yang
sangat inert dan baja yang terbuat dari baja tahan karat. Karena tidak dapat diserap
maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh. Benang jenis ini biasanya di
gunakan pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi akan terbentuk
fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda asing
dikeluarkan.
Benang alami terbuat dari sutera atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat
bereaksi dengan jaringan tubuh meskipun minimal karena mengandung juga
bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi
terlebih dahulu dengan larutan garam sebelum digunakan. Bahan sintetik terbuat
dari polyester, nailon atau polipropilen yang umumnya dilapisi oleh bahan pelapis
Teflon atau Dacron.
Dengan lapisan ini, permukaannya lebih mulus sehingga tidak mudah
bergulung atau terurai. Benang mempunyai daya tegang yang besar dan dipakai
untuk jaringan yang memerlukan kekuatan penyatuan yang besar. Menurut bentuk
untaian seratnya, benang dapat berupa monofilament bila hanya terdiri dari satu
serat saja, dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai menjadi satu.
Cara menguntainya dapat sejajar dibantu bahan pelapis atau di untai bersilang
sehingga penampangnya lebih bulat, lebih lentur dan tidak mudah bergulung.
141
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Benang baja dapat berbentuk monofilament atau polifilamen, sering dipakai pada
sternum setelah torakotomi, jika terkontaminasi mudah terjadi infeksi.
2.1.13 Seide (silk/sutera)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus
dibuka kembali.
Warna : hitam dan putih
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan
sebagai teugel (kendali)
2.1.14 Plain catgut
Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari
Warna : putih dan kekuningan
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan
dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar
(perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut
harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang.
2.1.15 Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan
menjadi lebih keras dan diserap lebih lama 20-40 hari.
Warna : coklat dan kebiruan
Ukuran : 3,0-3
Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu
10 hari, untuk menjahit tendo untuk penderita yang tidak kooperatif dan
bila mobilisasi harus segera dilakukan.
2.1.16 Ethilon
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan
jarum jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap
tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lain
Warna : biru dan hitam
Ukuran : 10,0-1,0
142
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan
pada kulit, nomor yang kecil digunakan pada bedah mata.
2.1.17 Ethibond
Benang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat
lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap.
Warna : hiaju dan putih
Ukuran : 7,0-2
Penggunaan : kardiovaskular dan urologi
2.1.18 Vitalene
Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap. Kemasan
atraumatis.
Warna : biru
Ukuran : 10,0-1
Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah
mata, bedah plastik, menjahit kulit.
2.1.19 Vicryl
Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan reaksi
jaringan. Dalam subkuitis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan.
Warna : ungu
Ukuran : 10,0-1
Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic
2.1.20 Supramid
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserap.
Warna : hitam dan putih
Kegunaan : penjahitan kutis dan subkutis.
2.1.21 Linen
Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh
minimum.
Warna : putih
Ukuran : 4,0-0
Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah.
143
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.1.22 Steel wire
Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat
kuat tidak korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul.
Warna : putih metalik ,kemasan atraumatuk
Ukuran : 6,0-2
Kegunaan : menjahit tendo
1. Ukuran benang
Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric.
Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7. Ukuran
benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh
karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada
jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor kosmetik. Sedangkan
kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis
benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0).
Spesifikasi material benang bedah :
A. Steril, harus steril sewaktu digunakan.
B. Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan ( tensil strength ) yang
sesuai jenis material benang.
C. Diketahui massa penyerapan ( absorption rate ) yaitu lamanya benang
habis diserap tubuh.
D. Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk
setiap
jenis
benang,
artinya
tetap
tersimpul
selama
proses
penyembuhan luka.
E. Mudah untuk digunakan.
F. Dapat digunakan untuk segala jenis operasi.
G. Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang
dianjurkan dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman
untuk setiap jenis jaringan yang dijahit, massa material benang dan
reaksi jaringan sekecil mungkin.
144
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Ukuran benang bedah disepakati adalah sebagai berikut :
A. Ukuran terbesar adalah 1 dan ukuran terkecil adalah 11-0 atau 12-0.
B. Ukuran dimulai dari nomor 1 dan ukuran bertambah besar dengan
bertambah 1, sedangkan apabila ukuran bertambah kecil maka ditambah 0.
C. Ukuran benang system Eropa ( metric gauge ) adalah metric 0,1 ( 0,010
0,019 mm ) sampai metric 10 ( 1,00 1,09 ).
D. Ukuran benang system Amerika ( imperial gauge ) ukuran 11-0 ( 0,010
0,019 ) sampai ukuran 7 ( 1,00 1,09 ).
E.
dalam cm.
145
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ii. Tidak diserap (non ansorbable sutures) : Jenis ini terbuat dari
linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk, virgin silk dan dari kapas
(cotton) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari logam
sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh :
metalik sutures (stainless steel).
B. Bahan sintetis (buatan), dibagi atas :
i. Diserap (absorbable) : Terbuat dari sintetik polimer, sehingga
mudah diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan
oleh tubuh mudah diprediksi, contoh : Polyglactin 910, Polylactin
910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated Vicryl), Polylactin
910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl Rapide),
Poliglikolik.
ii. Tidak diserap (non absorbable) : Terbuat dari bahan buatan
(sintetis) dan dibuat sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang
timbul sangat kecil,
Polypropylene (Prolene)
146
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Pemilihan material benang bedah oleh para ahli bedah didasarkan atas :
1.
Karakteristik biologi dari material dalam jaringan yaitu diserap atau tidak
diserap dan bersifat capilarity atau non capilarity.
2.
3.
4.
5.
147
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Secara Kimiawi : Cara sterilisasi kimiawi dilakukan dengan menggunakan tablet
formalin, gas etilen oksida, larutan aniseptik.
5. Radiasi yaitu dengan menggunakan sinar X dan sinar UV. Radiasi, digunakan unuk
mensterilkan tabung suntik plastic, sarung tangan, kateter, infus set, selang sonde dan
kamar operasi.
6. Pemanasan basah dengan temperature > 100 C selama 15-30 menit. Alat-alat yang
direbus harus dalam keadaan bersih dan seluruh alat harus terendam dalam air. Cara
ini dignakan untuk mensterilkan: instrument operasi terutama yang terbuat dari logam,
kateter karet dan logam, alat alat dari plastik atau kaca tahan panas, kain kasa dan
tuffer yang akan digunakan.
7. Pemanasan kering, pemanasan kering dilakukan tanpa pengaturan tekanan udara
secara khusus. Disini digunakan oven, temperature 170 C (160-180C) dalam waktu 12 jam. Cara ini dignakan untuk mensterilkan alat bedah ( pisau dan gunting dibungkus
kain agar tidak tumpul), kaca tahan panas(pyrex), kasa ,doek,laken, jas operasi.
8. Flamber berarti membakar dengan spritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus cukup
untuk member nyala minimum selama 5 menit. Cara ini mudah dikerjakan, cepat dan
cocok dalam keadaan darurat, dan sterilitasnya terjamin. Alat yang dibakar harus
dalam keadaan bersih dan kering dan tempat membakar sebaiknya alumunium atau
wadah yang terbuat dari logam tahan karat. Cara ini jangan sering digunakan pada alat
dari logam karena alat akan berubah warna dan rusak, gunting dan pisau juga akan
mudah tumpul.
9. Autoclave dilakukan dengan memasak dengan uap bertekanan 750 mmHg dan
temperature 120 C. waktu dapat dipersingkat dengan menaikkan tekanan atau
temperature. Dengan cara ini dalam tempo 13 menit spora dan bakteri akan mati.
Digunakan unuk mensterilkan kain kasa, doek, laken operasi dan jas operasi. Dipakai
untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon, kasa dan pembalut.
Autoclave
148
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
10. Gas etilen oksida , cairan ini dapat membunuh spora, bakteri serta virus dan jamur
pathogen. Sifatnya toksik dan mudah terbakar. Cara ini baik untk alat tak tahan panas.
Dipakai untuk mensterilkan alat endoskopi, alat yang terbuat dari karet, gunting dan
mata pisau operasi.
11. Larutan antiseptik dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat-alat dengan
lartan terebut. Larutan antiseptik digunakan untuk mensterilkan alat bedah, alat-alat
yang tajam, kateter dan korentang.
Arahkan jarum ke area kanan luka, lakukan aspirasi (pastikan tidak terkena
pembuluh darah), jarum dicabut tetapi tidak sampai lepas dari kulit sambil obat
dikeluarkan.
3.
Kemudian jarum dibelokkan ke arah kiri luka, aspirasi, jarum dicabut sambil obat
dikeluarkan.
4. Lakukan anestesi dengan teknik yang sama pada sudut luka sebelahnya, sehingga
tampak pada gambar.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.2 Komplikasi tindakan anestesi
1. Hematom : terjadi karena pecahnya pembuluh darah ketika anestesi, yang kemudian
darah berkumpul di submukosa sehingga menimbulkan benjolan. Jika terjadi
hematom, kita evaluasi beberapa saat apakah henatom itu terus membesar atau
teta.jika terus membesar, kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah
dan mengikatnya kemudian membuang bekuan darah yanng berkumpul. Tetapi jika
hematom tidak membesar, hanya diperlukan membuang masa hematom nya saja.
2. Oedem : disebabkan terlalu banyak obat anestesi yang diberikan sehingga obat
tersebut berkumpul di jaringan ikat longgar mukosa dan sub mukosa. Hal ini akan
mempersulit ketika melakukan penjaitan. Udem akibat anestesi ini diabsorbsi dalam
24 jam.
3. Shock anafilatik
4.3 Kontraindikasi :
1. Alergi atau hipersensitivitas terhadap obat anestesi lokal yang telah diketahui.
Kejadian ini mungkin disebabkan oleh kelebihan dosis atau suntikan intravaskular.
2. Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung teknik tertentu.
3. Kurangnya prasarana resusitasi.
4. Tidak tersedianya alat injeksi yang steril.
5. Infeksi lokal atau iskemik pada tempat suntikan.
6. Pembedahan luas yang membutuhkan dosis toksis anestesi lokal.
7. Distorsi anotomik atau pembentukan sikatriks.
8. Risiko hematoma pada tempat-tempat tertentu.
9. Pasien yang sedang menjalani terapi sistemik dengan antikoagulan.
10. Jika dibutuhkan anestesi segera atau tidak cukup waktu bagi anestesi lokal untuk
bekerja dengan sempurna.
11. Kurangnya kerja sama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita.
150
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. TEKNIK JAHIT SEDERHANA (SIMPLE SUTURE)
5.1
151
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
152
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Jahitan Matras Vertikal
Jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan
dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang
cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
4. Jahitan Kontinyu
Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu
simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai
untuk menjahit kulit.
153
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture)
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering
dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
7. Jahitan Intradermal
Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja).
Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.
154
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. TEKNIK SIMPUL SEDERHANA (KNOTYING)
Dalam pembuatan simpul jahitan, simpul jahitan yang akan dilatih yaitu simpul square
knot atau reef knot. Setelah penjahitan kulit selesai dikerjakan lakukan evaluasi pada
jahitan kemudian luka ditutup dengan kasa. Pasien perlu diberikan edukasi yang meliputi
diet, perawatan luka seperti luka tidak boleh terkena air dan tidak boleh kotor, serta kapan
pasien kembali ke dokter untuk kontrol serta pengangkatan jahitan. Pengangkatan jahitan
rata-rata dilakukan pada hari ke 7 s.d 11 kecuali untuk wajah pada hari ke 4-5 karena
pada daerah wajah memiliki vaskularisasi yang baik, bahkan apabila terlalu lama bekas
jahitan akan menyebabkan kosmetik yang kurang baik. Apabila pemberian obat
diperlukan maka jangan lupa untuk memberi penjelasan tentang dosis obat, cara pakai
obat, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh obat.
Melepas jahitan setelah luka sampai pada waktu pengambilan jahitan :
1. Sebelumnya area jahitan dibersihkan secara aseptik
2. Kait simpul jahitan dengan forceps dan tarik simpul sedikit terangkat, guntinglah
benang di bawah simpul sedekat mungkin dari kulit dengan posisi pronasi 450 .
3. Tariklah benang kearah yang berlawanan dengan letak simpul, agar benang yang
di luar tidak masuk ke dalam jaringan.
4. Lakukan dressing pada luka
REFERENSI
1.
Doherty, GM. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.
2.
Ethicon Inc. 1994. Wound Closeure Manual. Johnson and Johnson Company.
3.
4.
155
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI UTAMA
MATRA MEDIS NON-EMERGENCY
156
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Alloanamnesis dapat dikerjakan pada keadaan sebagai berikut:
1. Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran.
2. Pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua
3. Untuk konfirmasi auto anamnesis
kepala
seperti
menggeleng
atau
mengangguk,
jarak
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3.2 Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien meminta
pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama dapat berupa
nyeri, gejala tidak enak (seperti kelelahan), kehilangan fungsi normal atau
keluhan kejiwaan (seperti cemas, depresi), yang tidak harus merupakan masalah
sebenarnya.
158
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3.4 Anamnesis Sistematis/ Anamnesis Sistem
Setelah melakukan anamnesa terpimpin, untuk melakukan penyaringan
terhadap gejala lain atau penyakit yang belum dikemukakan oleh pasien yang
mungkin tidak dikeluhkan karena tertutupi oleh gejala yang lebih berat lainnya,
maka dialkukan anamnesa secara sistematis berdasarkan organ atau sistem organ.
Jika tidak ada keluhan, ditulis negatif, tanpa tambahan lain. Bila ada keluhan,
perlu dibuat deskripsinya secara lengkap.
Reliabilitas (Keandalan)
Keluhan Utama
Gangguan
terpenting
yang
dirasakan
pasien
sehingga
Penjelasan
dari
keluhan
utama,
mendeskripsikan
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Riwayat Penyakit Dahulu
yang
diderita
sesudah
dewasa
beserta
pemeliharaan
kesehatan,
seperti
imunisasi,
Psikologis, Sosial
pola hidup
REFERENSI
1. Burnside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta.
2. DeGowin, RL. and Brown, DD. 2000. .Diagnostic Examination.7th ed. New York.
MacGraw-Hill.1-36.
3. Fletcher SW.2000. Clinical decision making: approach to the patient, In: Goldman:
Cecil Textbook of Medicine, 21st ed., London. W. B. Saunders Company, 78-9.
160
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. PEMERIKSAAN FISIK
2.1 Definisi
Pemeriksaan fisik umum merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan di saat pertama
kali seorang dokter melakukan pemeriksaan fisik pada seorang pasien.
2.2 Keadaan Umum
General assessment atau penilaian umum (atau general survey) adalah penilaian
terhadap pasien secara utuh dan cepat, mencakup fisik pasien, sikap, mobilitas dan
beberapa parameter fisik (misalnya tinggi, berat badan dan tanda-tanda vital). Penilaian
umum memberikan gambaran/kesan mengenai status kesehatan pasien.
2.2.1 Tampak Fisik, Sikap dan Mobilitas
Menilai kesan pasien dilihat dari karakteristik:
1. Umur
Ciri-ciri wajah pasien dan struktur tubuh harus sesuai dengan keterangan umur
yang dinyatakan oleh pasien.
2. Warna kulit
Warna kulit pasien harus rata dan pigmentasi harus konsisten dengan latar
belakang genetik pasien. Perubahan sianosis dapat mudah diamati pada bibir dan
rongga mulut, sedangkan pallor (kulit pucat) dan jaundice (kulit menjadi
kuning) mudah dideteksi dari warna jari kuku dan konjungtiva mata. Indikasi :
A. Sianosis
B. Pallor
C. Jaundice
3. Wajah
Gerakan wajah harus simetris, dan ekspresi wajah harus sesuai dengan perkataan
pasien. Ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan perkataan dapat merupakan
indikasi adanya penyakit kejiwaan. Indikasi :
A. Paralisis salah satu sisi wajah : stroke atau trauma fisik, Bells Palsy
B. Wajah yang datar atau tidak menunjukkan emosi pada wajah : penyakit
parkinson dan depresi
161
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Tingkat kesadaran
Pasien harus waspada dan sadar akan waktu, tempat dan orang.
A. Penilaian Kualitas Tingkat Kesadaran
Compos mentis : Baik/sempurna
Apatis
: Perhatian berkurang
Somnolens
Verbal
Motorik
Keterangan
/ - Spontan membuka mata
Nilai
4
- Berorientasi baik
- Menurut perintah
- Ekstensi spontan
162
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
C. Kriteria :
i. Compos Mentis
: 15
ii. Coma
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
8. Pakaian dan penampilan
Pakaian pasien harus sesuai dengan cuaca, bersih, dan pas. Pasien harus
kelihatan bersih dan berpenampilan sesuai usia, jenis kelamin, pekerjaan,
golongan sosial ekonomi dan latar belakang budayanya.
9. Sikap
Pasien harus mau bekerjasama/kooperatif dan berinteraksi dengan baik.
Berbicara jelas dan dapat dimengerti, dengan pilihan kata yang sesuai dengan
tingkat pendidikan dan budayanya.
10. Mobilitas/gerakan
Cara berjalan pasien harus lancar, tetap dan seimbang dan kaki sesuai lebar
bahu.
1. Temperatur/Suhu Tubuh
Pengukuran suhu tubuh merupakan bagian rutin pada hampir semua penilaian
klinis, karena dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit (misalnya,
infeksi). Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,4-37,2C (97,5
99,0 F). Suhu tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormonhormon, olahraga dan usia.
A. Rute Oral
Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh yang akurat dan mudah
dilakukan pada pasien yang sadar. Temperatur tubuh pada dewasa yang
diukur melalui rute oral adalah 37C (98,6 F). Namun, pengukuran suhu
oral tidak dianjurkan pada kondisi pasien tidak sadar, gelisah, atau tidak
dapat menutup mulutnya. Untuk mengukur suhu oral menggunakan
termometer kaca :
i. Guncangkan termometer sampai air raksa turun hingga 35C (96F) atau
kurang.
164
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
ii. Letakkan ujung termometer di bawah lidah, dan minta pasien untuk
merapatkan kedua bibirnya.
iii. Tunggu selama 3-5 menit, kemudian baca hasilnya pada termometer
B. Rute Rektal
Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk mengukur temperatur
tubuh. Dengan cara ini, suhu tubuh dewasa yang terukur normalnya adalah
37,5C (99,5 F) ; 0,5C (1F) lebih tinggi daripada rute oral. Rute rektal
merupakan rute pilihan untuk pasien bayi, pasien yang bingung, koma, atau
tidak dapat menutup mulut karena intubasi, mandibulanya dikawat, bedah
facial, dan sebagainya. Untuk mengukur suhu rektal :
i. Minta pasien berbaring miring dengan sendi paha difleksikan
ii. Lumasi ujung termometer dan masukkan sedalam 3-4 cm ke dalam
saluran anus dengan arah menuu umbilikus .
iii. Cabut ujung termometer setelah didiamkan selama 3 menit, kemudian
baca hasil pengukuran.
C. Rute Axilla
Rute axilla digunakan hanya jika rute oraldan rectal tidak dapat dilakukan.
Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla adalah 36,5C (97,7F),
yang berarti 0,5C lebih renadah daripada rute oral. Untuk mengukur suhu
axilla :
i. Letakkan termometer di ketiak di tengah axilla.
ii. Termometer dijepit di bawah lengan pasien.
iii. Lipat lengan pasien ke dadanya agar termometer tetap di tempatnya.
iv. Biarkan termometer selama 5 menit padaanak-anak dan 10 menit pada
pasien dewasa.
D. Rute Timpani
Termometer untuk rute timpani mempunyai ujung probe yang diletakkan ke
dalam telinga. Termometer ini memiliki sensor inframerah yang mendeteksi
suhu darah yang mengalir melalui gendang telinga. Metode ini tidak invasif,
cepat dan efisien. Untuk mengukur suhu tubuh melalui rute timpani ini:
165
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
i. Pasang penutup disposable yang baru pada ujung probe
ii. Letakkan probe ke dalam kanal telinga pasien
iii. Hati-hati jangan memaksa probe dan jangan menutup kanal.
iv. Hidupkan alat dengan memencet tombol.
v. Baca angka yang muncul dalam 2-3 detik.
2. Denyut Nadi
Denyut nadi ini dapat diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan
fungsinya. Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan adalah metode yang
paling banyak digunakan untuk mengukur kecepatan jantung; dipalpasi melalui
arteri tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior. Selain kecepatan denyut
nadi, ritme denyut nadi juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah tetap
dan rata. Jika ritme tidak teratur, disebut aritmia.
Tabel 1. Kecepatan jantung normal untuk berbagai kelompok usia
Usia
70170
16 tahun
75160
612 tahun
80120
Dewasa
60100
Usia Lanjut
60100
50100
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Pernapasan (rpm)
26 tahun
2130
610 tahun
2026
1214 tahun
1822
Dewasa
1220
Lanjut usia
1220
4. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri.
Tekanan darah tergantung pada luaran kardiak, volume darah yang diejeksi oleh
ventrikel permenit, dan tahanan pembuluh darah perifer.
Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Tekanan
darah sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi
ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau volume darah
yang dipompa keluar pada setiap denyut jantung). Tekanan darah diastolik
adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi ventrikel.
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun
Kategori
Tekanan
Darah Tekanan
Darah
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
<120
<80
Prehipertensi
120139
8089
Stage 1
140159
9099
Stage 2
>160
>100
Hipertensi
167
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Tabel 4. Modifikasi Gaya Hidup dalam Penatalaksanaan Hipertensi
Modifikasi
Rekomendasi
Tindak Perkiraan
Lanjut
Tekanan
Penurunan
Darah
Sistolik
(rentang)
Menurunkan berat badan
Menggunakan
Mengurangi
dari 100
mmol/hari (2,4 g natrium
atau 6 g NaCl)
Aktivitas fisik
168
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.2.3 Pemeriksaan Regional
1. Kulit
Inspeksi
A. Perhatikan warna kulit (palor, sianosis, kemerahan, kekuningan)
B. Lesi & trauma : perhatikan lokasi, distribusi, susunan, tipe, dan warnanya
Palpasi
A. Tugor (hidrasi)
B. Kelembaban
C. Suhu (hangat / dingin)
D. Tekstur (kasar / halus)
E. Ketebalan (tebal /tipis)
F. Mobilitas dan edema
2. Kepala
Lakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada :
A. Rambut (kuantitas, penyebaran, tekstur)
B. Kulit kepala(Benjolan / lesi)
C. Tulang tenggorak (ukuran) : hidrosefalus, normosefalus, dan lain lain.
D. Wajah (simetris & ekspresi wajah): paralisis wajah, emosi, edema dsb
3. Mata
A. Uji ketajaman penglihatan (visus) dan skrining lapang pandang Lakukan
pemeriksaan pada setiap mata kiri dan kanan satu persatu menggunakan
optotype snellen yang dipasang pada jarak 6 meter dari penderita.
B. Posisi dan kesejajaran mata : simetris kanan & kiri. Nilai adanya strabismus
(juling) tidak.
C. Observasi kelopak mata: lagophtalmus (tidak mampu menutup mata dg
sempurna), ptosis (tidak bisa membuka kelopak mata).
D. Inspeksi sklera, konjungtiva, kornea, iris, dan lensa
E. Bandingkan kedua pupil dan lakukan tes reaksi terhadap cahaya (langsung
dan tidak langsung).
F. Dengan oftalmoskop, lakukan inspeksi fundus okuli
169
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Telinga
Inspeksi aurikel, kanalis auditorius, dan membran timpani :
Periksa ketajaman pendengaran. Jika ketajaman berkurang, periksa lateralisasi
(tes Weber) dan bandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang (tes Rinne)
5. Hidung dan Sinus
A. Lakukan pemeriksaan pada hidung bagian luar
B. Inspeksi mukosa nasalis, septum nasalis, dan konkha nasalis menggunakan
senter dan spekulum nasal
C. Palpasi : memeriksa nyeri tekan pada sinus frontalis dan maksilaris
6. Tenggorok (mulut dan faring)
Inspeksi : bibir, mukosa oral, gusi, gigi, lidah, palatum, tonsil, dan faring
7. Leher
Inspeksi dan palpasi kelenjar limfe servikal dan kelenjar tiroid: massa atau
pulsasi abnormal pada leher.
Palpasi : adanya deviasi trakea/ tidak
Observasi untuk mengamati suara dan usaha pasien dalam bernafas
8. Punggung
Inspeksi dan palpasi tulang belakang dan otot punggung
9. Toraks anterior dan posterior serta paru
Inspeksi dan palpasi tulang belakang serta otot punggung sebelah atas.
10. Dada
A. Lakukan inspeksi : simetri, keterlambatan gerak dinding dada
B. Palpasi secara menyeluruh
C. Perkusi untuk menilai ketinggian suara pekak diafragma
D. Auskultasi : identifikasi bunyi normal dan tambahan
11. Payudara, Aksila, dan Nodus Epitroklearis
A. Pada wanita, inspeksi payudara dengan kedua lengan dilemaskan, kemudian
diangkat dan selanjutnya dengan kedua tangan ditaruh di pinggang.
B. Palpasi payudara : benjolan, neri tekan, tekstur massa
C. Pada laki-laki atau wanita, inspeksi aksila dan palpasi kelenjar limfe (nodus)
aksilaris serta nodus epitroklearis
170
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
12. Sistem kardiovaskular
A. Pengukuran JVP
B. Tinggikan kepala pasien hingga 300 untuk melakukan observasi pulsasi vena
jugularis dan ukur tekanan vena jugularis terhadap angulus sterni
C. Inspeksi : bentuk dada dan iktus kordis
D. Palpasi
i. Letak iktus kordis pada 3 posisi (terlentang/supinasi, left lateral decubitus,
duduk condong ke depan). Kemudian laporkan lokasi, diameter,
amplitudo, dan durasi ulsasi iktus kordis.
ii. Mencari adanya thrill (getaran karena bising jantung)
E. Perkusi
Menentukan batas redam kiri jantung dan kanan jantung
F. Auskultasi
i. Dengarkan bunyi jantung pada daerah apeks kordis dan margo sternalis
inferior dengan mengunakan stetoskop bell.
ii. Dengarkan bunyi jantung pada setiap daerah auskultatorik dengan
stetoskop membran.
iii. Dengarkan : bunyi jantung pertama dan kedua, bunyi jantung tambahan,
bising jantung, dan splitting
13. Abdomen
A. Inspeksi (Pasien dalam posisi terlentang) : bentuk, massa, lesi
B. Palpasi
Palpasi ringan
Palpasi medium
Palpasi dalam
tangan
C. Perkusi
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
14. Ekstremitas Bawah
A. Pasien berbaring
i. Sistem vaskuler perifer
a. Inspeksi : edema, perubahan warna kulit atau ulkus
b. Palpasi : denyut nadi femoralis, nadi poplitea, kelenjar limfe
inguinalis, gejala pitting edema
ii. Sistem Muskuloskeletal
a. Inspeksi : deformitas atau pembengkakan sendi
b. Palpasi sendi dan tindakan manuverPeriksa range of movement
(ROM) : keterbatasan gerak
iii. Sistem saraf
a. Periksa untuk menilai massa, tonus, dan kekuatan otot
b. Pemeriksaan sensorik dan refleks (fisiologis dan patologis)
B. Pasien berdiri
i. Sistem vaskular perifer
Inspeksi vena varikosa
ii. Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan untuk menilai kelurusan tulang belakang dan ROM,
kelurusan tungkai dan kedua kaki.
iii. Genitalia dan hernia pada laki-laki
Periksa penis serta isi skrotum untuk mencari hernia.
iv. Sistem saraf
a. Amati cara pasien berjalan dan kemampuan berjalan dengan
telapak kaki, berjinjit pada ujung jari kaki, berjalan dengan tumit,
melompat di tempat, dan menekuk lutut
b. Lakukan tes Romberg
15. Sistem saraf
A. Status mental
B. Nervus kranialis
C. Sistem motorik
i. Massa otot, tonus, dan kekuatan otot
ii. Fungsi serebellum : gerakan silih berganti yang cepat, point-to-point
movements, finger-to-nose, dan lain lain.
172
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
D. Sistem sensorik
i. Tes nyeri, suhu, sentuhan lembut, vibrasi, dan diskriminasi.
ii. Bandingkan sisi kanan dan kiri serta proksimal dengan distal pada
tungkai.
E. Refleks : refleks fisiologis dan patologis
16. Pemeriksaan tambahan
A. Rectal toucher pada pria
i. Inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal
ii. Palpasi anus, rektum dan prostat
B. Genitalia dan rektum pada wanita
i. Periksa genitalia eksterna, vagina, dan serviks
ii. Lakukan Pap smear, rektovagina, dan rektum
iii. Palpasi uterus dan adneksa
173
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.
3.1.4 Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut
dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
3.1.5 Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan
jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
3.1.6 Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.4 Pengisian Rekam medis secara umum
Pengisian rekam medis pasien harus lengkap dan akurat.
3.4.1 Pada identitas harus diisi lengkap meliputi :
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Tempat tanggal lahir
4. Umur
5. Alamat
6. Pekerjaan
7. Pendidikan
8. Golongan darah
9. Status pernikahan
10. Nama orang tua
11. Pekerjaan orang tua
12. Nama suami/istri
3.4.2 Pada anamnesis dituliskan :
1. Keluhan utama
2. RPS
3. RPD
4. Pada pasien bayi/anak ditambah :
A. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan
B. Status imunisasi
C. Pohon keluarga
D. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien
E. Riwayat pemberian makanan
3.4.3 Pada pemeriksaan fisik dituliskan :
1. Kesan umum
2. Tanda vital
3. Inspeksi
4. Palpasi
5. Perkusi
6. Auskultasi
7. Untuk pasien anak ditambah status gizi
175
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.4.4 Diagnosis/masalah
3.4.5 Rencana penatalaksanaan atas masalah pasien, pengobatan, atau tindakan
3.4.6 Pemeriksaan laboratorium
Penulisan rekam medis harus sesuai dengan tata cara penulisan rekam medis yaitu
:
1. Ditulis secara lengkap dan menyeluruh
2. Ada nama, waktu, dan tandatangan dokter atau tenaga kesehatan yang
melakukan pelayanan kesehatan, PIN (pada rekam medis elektronik).
3. Tidak boleh diganti/ dihapus.
4. Bila keliru harus dicoret dan kemudian dibenarkan dan diberi paraf
REFERENSI
1. Bickley, Lynn S, Peter. 2002. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
EGC. Jakarta
2. Anderson FD, Maloney JP. Taking blood pressurecorrectly: it's no off-the-cuff matter.
Nursing 1994;24:34-39.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
FARMAKOLOGI PRAKTIS
1.
: OA dan RA
Efek samping :
1. Gangguan GI: sakit perut, konstipasi, diare, dyspepsia, flatus, mual, muntah.
2. Seluruh tubuh: edema, nyeri
3. SSP: pusing, sakit kepala
4. Hematologi: anemia
5. Muskuloskeletal: arthralgia, back pain
6. Psikiatri: insomnia
7. Pernafasan: batuk, infeksi saluran nafas
8. Kulit: pruritus, rash
9. Saluran kemih : peningkatan miksi, infeksi saluran kemih.
177
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
dan usus.
2. SSP
3. Lokal
: rasa nyeri, terbakar pada tempat injeksi, pada kejadian yang terbatas
1.3 Piroxicam
Dosis:
Sediaan 10 mg dan 20 mg
Dewasa: RA, OA, Spondilitis: dosis awal 20 mg dalam dosis tunggal. Dosis
pemeliharaan 20 mg sehari.
Gout akut: mula mula 40 mg sehari dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40mg
dosis tunggal atau terbagi.
Gang. Musculoskeletal akut: 40 mg sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari,
selanjutnya 20 mg 7-14 hari.
Keterangan
Antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Diperkirakan dapat menghambat biosintesis
prostaglandin melalui penghambatan yang reversible terhadap enzim siklooksigenase.
178
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Indikasi
Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoarthritis, ankilosing spondylitis, gangguan
musculoskeletal akut, dan gout akut.
Efek Samping
Gangguan GIT: stomatitis, anoreksia, distress epigastricum, mual, konstipasi, stomach
discomfort, nyeri abdomen.
Edema, pusing ,sakit kepala, ruam kulit, pruritis, penurunan hemoglobin dan
hematokrit.
menghambat
aktivitas
enzim
siklooksigenase,
sehingga
menurunkan
1.5 Paracetamol
Dosis
Sediaan Paracetamol 500 mg
Dewasa: 3dd1 1-2 kaplet
Anak-anak: 3dd1 -1 kalpet
Keterangan
Analgetik antipiretik yang cepat diabsorbsi tanpa menimbulkan iritasi lambung,
konstipasi.
179
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Indikasi
Untuk menyembuhkan demam dan berbagai nyeri pada: sakit kepala, otot, sendi, gigi,
influenza, nyeri haid, demam, nyeri karena peradangan.
Efek Samping
Reaksi alergi: urtikaria/eritem, mual, muntah.
2. OBAT MAAG
2.1 Antasida
Dewasa: maag= diminum saat perut kosong dapat mengurangi nyeri 20-60 menit
Guna: Merupakan basa basa lemah untuk menetralkan asam lambung, sehingg dapat
meningkatkan pH. Dipakai pada tukak lambung usus dengan rasa terbakar pada hati,
maag, dan refluks gastroesofagus (kondisi dimana HCl dapat naik ke atas lambung).
Beberapa obat mempunyai fungsi melindungi permukaan antacid.
2.2.AH-2: Cimetidine
Reseptor histamin terdiri dari histamin 1, 2, 3.Histamin 1 baca di anti alergi. Reseptor
Histamin 2 yang diisi oleh histamin dapat menyebabkan peningkatan asam lambung dan
pepsin naik karena dapat memperbanyak pengeluaran HCl melalui protein kinase.
Dosis sediaan: 400mg
Dewasa: maag= 1 kali sehari setelah makan malam
Guna: Menghambat reseptor histamine H2 di lambung yang memicu produksi asam
klorida, sehingga PH lambung meningkat menjadi 6-7. Dipakai sebagai obat maag,
tukak lambung dan usus.
Efek Samping: diare (sementara), nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit.
180
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. OBAT DIARE
3.1 Loperamide
Dosis Sediaan 2 mg.
Dewasa: 4 mg (2tablet dulu) baru diikut 2 mg berikutnya setelah BAB. Maksimal 8
tablet 1 hari
Guna: Mengurangi gerak peristaltic usus sehingga mengurangi motilitas/pergerakan dan
menormalisasikan sel-sel yang hipersekresi. Baik untuk diare akut dan diare wisatawan
tanpa darah dan tidak demam
Efek Samping: mual,muntah, pusing, mulut kering, kemerahan kulit
3.2 Attapulgite
Dewasa: 1,2-1,5 gram setiap BAB. Maksimal 9 gram sehari
Guna: Mengabsorbsi kuman, racun yang menyebabkan diare, mengurangi kehilangan
cairan tubuh, mengurangi frekuensi diare, dan memperpadat konsistensi feses
Efek Samping: sembelit
4. MUAL MUNTAH
4.1 Metoclorpramid
Sediaan: 1 tablet 10 mg
Dewasa: 3xsehari 5-10 mg
Guna
saraf kolinergis, khasiat dopamine di pusat dan perifer), serta kerja langsung otot polos.
Antiemetis/anti mual muntah karena blockade dopamine di CTZ
Dipakai pada semua jenis mual/muntah, kecuali oleh mabok jalan/mabuk darat
Efek samping: mengantuk dan gelisah
4.2 Domperidone
Sediaan: 1 tablet 10 mg
Dewasa: 3xsehari 10-20 mg sebelum makan
Guna: memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Antiemetis/anti mual
muntah karena blockade dopamine di CTZ.
Dipakai untuk mual muntah selain mabuk darat, mis: pada kemoterapi dan migraine,
dan kondisi dimana asam lambung dapat kembali ke esophagus.
Efek samping: alergi, kaku otot usus
181
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.3 Dimenhidrinat
Sering dikenal dengan nama antimo. Merupakan jenis anti histamine 1 (baca dibawah)
Dewasa: sebelum perjalanan 50-100mg satu kali.
Guna
5. ANTI ALERGI
Anti Histamin I: Mengantagonis histamin dengan memblok reseptor H1 yang
terdapat di otot pembuluh, bronkus, saluran cerna, kandung kemih, rahim, dan kapiler.
Efek histamin adalah: kontraksi otot polos bronkus, usus rahim; memperlebar pembuluh
darah (dapat menyebabkan penurunan tekanan darah); permeabilitas kapiler meningkat
(akibatnya udem/bengkak/bentol pada kulit); pengeluaran berlebihan ingus, air mata,
ludah; stimulasi ujung saraf sehingga merah dan gatal-gatal.
Bagaikan kursi (reseptor) yang dapat ditempati manusia (bagaikan histamin atau
antihistamin), kerja histamin dan anti histamin adalah saling berebut kursi (reseptor).
Tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi, sehingga baiknya digunakan
sebelum paparan alergen (misalnya alergi udang, sehingga makan antihistamin dahulu
sebelum makan udang).
5.1 Obat anti histamine 1 generasi 1: obat ini menyebabkan mengantuk
5.1.1 CTM
Sediaan 4mg
Dewasa: 3x1 sehari. Tidak melebihi 24 mg satu hari
Guna: - Reaksi alergi misalnya rhinitis allergic (bersin karena alergi), dapat
menjadi tambahan pada obat batuk
Efek samping: mengantuk
5.2 Obat anti histamine 1 generasi 2: tidak sedative dan waktu kerja obat lebih panjang
5.2.1 Cetirizine dan loratadine
Sediaan 10 mg
Dewasa: 1 x 10 mg per HARI
Guna: Penggunaan pada reaksi alergi. Pada rhinitis(bersin karena alergi), gatalgatal/biduran (urtikaria)
Efek samping: sakit kepala, bibir kering
182
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. OBAT ASMA
Pada asma terjadi hal-hal berikut:
1. Inflamasi/radang saluran pernafasan : terjadinya pengeluaran berlebihan lendir,
penebalan otot polos.
2. Obstruksi/terhalangnya pengeluaran nafas: terjadi karena bengkaknya saluran
pernafasan, konstriksi otot sal.pernafasan, pembentukan lendir. Hal ini
menyebabkan kesulitan mengeluarkan nafas (ekspirasi)
3. Hyperresponsive/reaksi berlebihan bronkus
Obat pada asma terdiri dari obat pereda cepat (quick reliever) dan controller.
183
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Indikasi
Analgesik
antipiretik/pereda
nyeri
dan
penurun
suhu
tubuh
(PCT),
8. KORTIKOSTEROID
8.1 Dexametason
Sediaan: 0.5 mg. Dosis tergantung kebutuhan/berat ringannya penyakit.
Untuk alergi: Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hari, terbagi dalam 2-4 dosis.
Indikasi Obat anti inflamasi (radang) yang kuat dan anti allergi (asma bronkial,
dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi)
Efek Samping
Bila berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan
protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak dll.
8.2 Metilprednisolon
Sediaan: 4 mg.
Dewasa, tergantung penyakit: 4-48 mg.
Keterangan
Glukokrtikoid turunan prednisolone dengan efek kerja dan penggunaan yang sama
seperti senyawa induknya. Tidak mempunyai aktifitas retensi natrium.
Indikasi
Peradangan kulit dan saluran nafas tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia terkait
kanker, abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, alergi.
Efek Samping
Pemberian jangka panjang/dosis besar pada gangguan elektrolit dan cairan tubuh, lemah
otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya
tekanan darah, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak.
184
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
9. ANTIBIOTIK
9.1 Amoxicilin 500 mg
Keterangan: Turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung.
Amox diabsorbsi cepat dan baik pada saluran pencernaan tidak bergantung ada/tidaknya
makanan.Amox aktif terhadap organisme gram positif dan negative.
Indikasi:
1. Infeksi kulit dan jaringan lunak : Stafilokokus bukan penghasil penisilinase,
Streptokokus, E coli.
2. Infeksi saluran nafas: H Influenza, Streptokokus pneumoni, Stafilokokus bukan
penghasil penisilinase, E. Coli.
3. Infeksi saluran genitourinary: E coli, P mirabilis, Streptokokus faecalis.
4. Gonorrhea: N gonorrhea
Dosis: Dewasa dan anak bb >20kg: 250-500 mg tiap 8 jam
Efek samping :
1. Reaksi kepekaan: Erythema maculopapular rashes, urtikaria, serum sickness
2. Reaksi kepekaan seperti anafilaksis
3. Gangguan sal pencernaan: mual, muntah, diare
4. Reaksi hematologi
9.2 Cefadroxil 500 mg
Keterangan: Merupakan antibiotic semisintetik golongan Cephalosporin yang bersifat
bakterisid terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Bekerja
menghambat pembentukan dinding sel mikroorganisme.
Dosis dewasa: sehari 1-2 g
Anak-anak : sehari 25-50 mg/kg berat badan, dibagi dalam 2 dosis.
Pengobatan 2-3 hari sampai setelah gejala infeksi hilang
Indikasi:
Infeksi sedang dan berat:
1. Infeksi saluran nafas atas dan bawah
2. Infeksi kulit dan jaringan lunak
3. Infeksi traktus genitouria
4. Osteomielitis dan artritis septik
Efek samping : Diare, mual, muntah, gatal, angioedema, pseudomembran colitis
185
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
10. OBAT ANTI HIPERTENSI
10.1 Captopril
Indikasi: Penghambat ACE efektif untuk hipertensi ringan, sedang, berat, hipertensi,
gagal jantung kongestif
Dosis: 25-100mg/2x pemberian/hari
Kontraindikasi: Hamil trimester 2 dan 3
Efek Samping: Batuk kering, rash, disgeusa
10.2 HCT
Indikasi: Hipertensi dengan fungsi ginjal normal
Dosis: 12,5-25mg/1x pemberian/hari
Efek Samping: Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis, hiper Ca,
hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia
10.3 Nifedipine
Dosis: 15-30 mg/3x pemberian/hari
Efek samping: Hipotensi, reflek simpatis kuat, ex: takikardia, palpitasi
10.4 Furosemid
Indikasi: Lebih efektif daripada Tiazid (HCT) untuk hipertensi dengan gangguan fungsi
ginjal atau gagal jantung
Dosis: 20 (1x) . 80mg/2x pemberian/hari
Efek Samping: Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis, hiper Ca,
hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia
= sebelum makan
= setelah makan
= jika perlu
= sesuka hati
pulv (pulveratus)
= diserbukkan
186
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
im
= intramuskular
iv
= intravena
ue (usus externus)
= pemakaian luar
ui (usus internus)
= pemakaian dalam
sc
= sub cutan
= kumur-kumur
sup.
= supositoria
187
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
R/ Hct 25 mg tab No X
1-0-0
Artinya :Hidrocloritiazid dosis 25 mg, jumlah 10 tablet, diminum 1x pada pagi hari.
R/ Paracetamol syrup 60ml flac No I
3 dd Cth 1
Kalau kodenya
Ket :
Flac : flacon
R/ Amox
Pct
GG
1
1
Vit C 1 2
Saccarom lastic QS
Mfl pulv dtd No IX
3 dd pulv I
Ket :kita buat puyernya masing-masing sejumlah x 9 = 3 tablet. Saccarom lactis adalah
suatu pemanis.
mfla : misce fag lege artis : campur dan buat menurut cara semestinya
dtd : de tales doses : berikan sebanyak dosis tersebut
11.1 Obat Tetes
R/ erlamycetin ED flac No I
3 dd gtt 1-2 ODS
Cara baca :1 flacon erlamycetin 1-2 tetes, 3x sehari pada mata/ telinga kanan-kiri
tergantung bagian mana yang sakit.
188
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
11.3 Obat Diare
R/ medocair/ Diatab tab X
2-1-1
Catatan :
untuk obat diare 2-1-1 bukan dibaca 2 pagi, siang dan malam 1
Maksud dari resep ini adalah setelah pasien menerima obat, diare
pertama setelah itu diberi minum obat sebanyak 2 tablet. Kemudian
untuk diare berikutnya cukup 1 tablet dan kalau diare sudah berhenti
dihentikan penggunaannya untuk menghindari sembelit.
189
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.3 Penyakit
1.3.1 Sinusitis
Dalam wajah kita terdapat suatu rongga yang disebut dengan para-nasal sinus.
Terdapat 4 pasang sinus; sinus maxillary, ethmoid, sphenoid, frontal. Sinus ini
memiliki lapisan mukosa, jika lapisan ini terinfeksi maka produksi mukosa akan
meningkat, sehingga sinus ini akan dipenuhi oleh mukosa. Pengeluaran mukosa
berlebihan ini melalui nasal cavity. Terkadang inflamasi karena infeksi tersebut
190
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
akan mengakibatkan obstruksi saluran menuju nasal cavity, sehingga mukosa
akan menumpuk di sinus, sehingga akan mengakibatkan sakit kepal.
Sinus juga berfungsi untuk resonansi suara. Sehingga, jika sinus terpenuhi
oleh mukosa maka resonansi suara ketika orang berbicara akan berbeda. Maka
orang yang terkena sinusitis akan memiliki suara yang berbeda dengan biasanya.
1.3.2 Epiglotitis
Epiglotis merupakan suatu tulang rawan yang tertutup lapisan epitel, dimana
epiglotis ini tertempel di bagian anterior tulang rawan tiroid.
Epiglotis ini
2. Common Cold
Umumnya sama dengan prinsip pada ISPA.
191
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Cephalgia
Rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari
orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu:
1. Migraine
2. Nyeri kepala tipe tegang
3. Nyeri kepala cluster trigerminal
4. Nyeri kepala primer lainnya.
Nyeri kepala sekunder
mengalami
dilatasi,
yang
menyebabkan
nyeri
dan
ketidaknyamanan.
192
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.1.2 Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering
terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau
berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar
kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung.
Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun
kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri
ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin.
Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4. Epigastric Pain Syndrome
Nyeri epigastrik mengacu pada reaksi abdominal tertentu yang berhubungan dengan
beberapa gangguan pada epigastrium. Nyeri timbul secara teratur ketika regio epigastrik
mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat terlihat dari aktivitas diaphragma. Rektus
abdominus menimbulkan penonjolan pada dinding abdomen bagian atas. Rasa sakit
tersebut dapat bervariasi dari mulai yang ringan sampai yang berat.
194
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
4.2 Prinsip Penatalaksaan Awal
Berikut ini adalah obat yang umumnya dipakai untuk nyeri epigastrium yang normal:
1. Cimetidine: dipakai pada ulkus peptikum dengan menghambat produksi asam
lambung. Cimetidine adalah antagonis histamin H2-reseptor yang dipakai oleh
pasien untuk rasa nyeri yang seperti terbakar.
2. Antasida: zat untuk menyeimbangkan keasaman lambung. Natrium bikarbonat
pada obat ini terutama digunakan untuk mencegah maag atau refluks asam.
3. Ranitidin: Ini adalah salah satu pesaing H2-reseptor histamin yang
menghambat produksi asam lambung. Hal ini biasanya digunakan untuk ulkus
peptikum paten dan penyakit gastro-esofagus-refleks (GERD).
4. Ibuprofen: Ini termasuk dalam obat anti-inflamasi non-steroid yang biasanya
memainkan peran penting dalam mengobati demam, pembengkakan dan nyeri.
Obat ini memiliki efek anti-platelet ringan dan juga bertindak sebagai
vasokonstriktor.
5. Diare
Diare adalah peningkatan massa tinja, bertambahnya frekuensi buang air besar atau
fluiditas (tingkat keenceran) tinja yang lebih tinggi. Diare dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu karena adanya infeksi enteral dan parenteral, imuninodefisiensi, terapi,
maupun karena tindakan tertentu lainnya. Infeksi enteral dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, protozoa, dan cacing. Sedangkan infeksi parenteral dapat disebabkan oleh karena
intoksisitas makanan, alergi dan malabsorbsi.
5.1 Gejala dan Tanda menurut Guandallini (2013):
1. Dehidrasi : lesu, kesadaran menurun, membran mukosa kering, mata cekung,
berkurangnya air mata, turgor kulit buruk, perlambatan pengisian kapiler
2. Gagal tumbuh dan kekurangan gizi : berkurangnya massa otot/lemak atau
edema perifer
3. Nyeri perut / kram
4. Borborygmi
5. Eritema perianal
195
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5.2 Prinsip Penatalaksaan Awal
Untuk penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa karena infeksi terdiri atas:
1. Rehidrasi, terdapat empat hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: jenis,
jumlah, jalan masuk atau cara dan jadwal pemberian cairan.
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi, tentukan jenis diare koleriform
atau disentriform dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang
terarah.
3. Terapi simtomatis, dengan pemberian obat antidiare diberikan sangat hati-hati
atas pertimbangan rasional.
4. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan; higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui
vaksinasi sangat berarti selain terapi farmakologi.
Sedangkan pada diare kronis penatalaksanaan terdiri dari penatalaksanaan
simtomatis dan kausal. Sebenarnya sebagian besar sama dengan penatalaksanaan
pada diare akut, namun diperlukan bebrapa tambahan yang bersifat simtomatis.
Penatalaksanaan simtomatis terdiri dari rehidrasi, pemberian antispasmodik,
antikolinergik, obat antidiare, antiemetik, vitamin dan mineral, obat ekstrak enzim
pankreas, alumunium hidroksida, fenotiazin dan asam nikotinat. Sedangkan untuk
pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare yang
disebabkan karena infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
6. Disentri
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan
disentri basiler. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba
histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang
menjadi penyebab disentri basiler.
6.1 Gejala dan Tanda
6.1.1 Parasit Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar, parasit tersebut
mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak
bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus penderita dapat
196
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang
mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.
6.1.2 Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba tiba sekitar dua hari setelah
kemasukan kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan muntahmuntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua atau tiga hari
kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses penderita. Pada disentri
basiler, penderita mengalami diare yang hebat yaitu mengeluarkan feses yang
encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata cekung
karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Hal tersebut tidak bisa dianggap
remeh, karena bila tidak segera diatasi dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.
Gejala lainnya yaitu perut terasa nyeri dan mengejang.
6.2 Prinsip Penatalaksanaan Awal
6.2.1 Rehidrasi
Dalam keadaan darurat, dehidrasi yang ringan dapat diatasi dengan pemberian
cairan elektrolit (oralit) untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare dan
muntah-muntah. Apabila dehidrasi cukup berat, setelah diberi oralit atau larutan
campuran gula dan garam sebagai pertolongan pertama, sebaiknya penderita di
bawa ke rumah sakit untuk diberikan perawatan.
Obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi disentri dan diare
diantaranya mempunyai efek sebagai adstringent (pengelat) yaitu dapat
mengerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare
dan disentri, selain itu juga mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri.
7. Konjungtivitis
Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva
(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.
7.1 Klasifikasi dan Etiologi
1. Konjungtivitis Bakteri
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
3. Konjungtivitis Viral
4. Konjungtivitis Alergi
197
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan
konjungtivitis gonore)
7.2 Gejala dan Tanda
7.2.1 Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan
rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal
atau mukus dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata
menyatu dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi
lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil
pada epitel kornea.
7.2.2 Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif.
Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat
kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri.
Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada
sekret. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal
dan sistemik.
7.2.3 Konjungtivitis Alergi
Mata gatal, panas, mata berair, mata merah, kelopak mata bengkak, pada anak
biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi, eksema, atau asma.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan
basofil.
7.2.4 Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia ,sensasi adanya
benda asing pada mata. Epifora , kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital.
Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, ISPA
7.2.5 Konjungtivitis gonore
Tanda tanda gonore adalah sebagai berikut:
1. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
2. Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum
3. Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental
4. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
5. Perdarahan subkonjungtiva dan kemot
198
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
7.3 Prinsip Penatalaksanaan Awal
7.3.1 Konjungtivitis Bakteri
Sebelum ada hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik
tunggal, selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik,
dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotik spektrum obat salep luas
tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 45x/sehari.
7.3.2 Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan
sistemik. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan
garam fisiologik setiap jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap jam.
Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000
20.000 unit /ml setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap
5 menit selama 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3
hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap
hari menghasilkan 3 kali berturut turut negatif.
7.3.3 Konjungtivitis alergi
Penatalaksanaan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab
pencetus
penyakit.
Biasanya
diberikan
obat
Antihistamin
atau
bahan
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
8. Malaria
Malaria adalah penyakit yang berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh
infeksi protozoa Plasmodium yang ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles betina
infektif. Infeksi Plasmodium falciparum membawa prognosis yang buruk dengan angka
kematian yang tinggi jika tidak diobati, tetapi memiliki prognosis yang sangat baik jika
didiagnosis dini dan diobati dengan tepat.
8.1 Gejala dan Tanda
Pasien dengan malaria biasanya menunjukkan gejala beberapa minggu setelah infeksi,
meskipun simtomatologi dan masa inkubasinya dapat bervariasi, tergantung pada
faktor-faktor host dan spesies penyebab. Gejala klinis meliputi:
1. Sakit kepala (tercantum dalam hampir semua pasien dengan malaria)
2. Batuk
3. Kelelahan
4. Rasa tidak enak
5. Menggigil
6. Arthralgia
7. Mialgia
8. Paroxysm fever, menggigil, dan berkeringat (setiap 48 atau 72 jam, tergantung
pada spesies)
Gejala yang kurang umum adalah sebagai berikut:
1. Anorexia dan lesu
2. Mual dan muntah
3. Diare
4. Penyakit kuning
Kebanyakan pasien dengan malaria tidak memiliki temuan fisik spesifik, tetapi
splenomegali dapat terjadi.
200
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1. Malaria P falciparum: terapi Kinin berbasis adalah dengan kinin sulfat ditambah
doxycycline atau klindamisin atau pirimetamin - sulfadoksin, terapi alternatif
adalah artemeter - lumefantrine, atovakuon - proguanil, atau mefloquine.
2. Malaria P vivax, P ovale: Chloroquine ditambah primaquine
3. Malaria P malariae: Chloroquine
4. Malaria P knowlesi: sama seperti malaria P falciparum
cairan
dan
elektrolit
secara
intravena
dapat
mengatasi
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
10. Demam Thypoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus halus yang disebabkan
infeksi Salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
Tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis.
202
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
11. Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen (bahan kimia, fisik (sinar matahari dan suhu), mikroorganisme
(bakteri dan jamur) dan atau faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.
11.1 Klasifikasi dari dermatitis
1. Dermatitis kontak iritan
2. Dermatitis kontak alergik
3. Dermatitis atopik
4. Dermatitis stasis
5. Neurodermatitis sirkumskripta
6. Dermatitis numularis
7. Dermatitis autosensitisasi
11.2 Gejala dan Tanda
11.2.1 Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit
reaksi peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung
tanpa didahului proses sensitisasi.
Gejala klinis
Kelainan kulit yang terjadi beragam tergantung pada sifat iritan. Predileksi yang
terjadi pada kedua tangan, kaki dan daerah yang terpajan.
DKI Akut
1. Penyebab luka bakar oleh bahan kimia, iritan kuat : asam dan basa kuat
(NaOH, KOH).
2. Ketika terjadi menyebabkan reaksi segera timbul.
3. Kulit terasa pedih, panas, dan rasa terbakar, kelainan yang terjadi
eritema,edema dan bila mungkin juga nekrosis sedangkan pinggiran kulit
berbatas tegas dan asimetris.
DKI Subakut
1. Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI Akut tetapi baru muncul 8
sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Contoh bahan iritan: podofilin,
antralin,asam hidrofluorat,etilen.
203
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Jadi setelah kontak terjadi tidak langsung menyebabkan reaksi karena
semua itu tergantung faktor yang mempengaruhi, apakah konsentrasinya
lebih rendah atau tergantung faktor indivindu itu sendiri seperti ketebalan
kulit. Contohnya : penderita kontak dengan bahan iritan dan merasa
pedih esok harinya, awalnya eritema setelah itu sorenya menjadi vesikel
dan nekrosis.
DKI Kronis
1. Dermatitis yang paling sering terjadi.
2. Penyebabnya adalah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah tetapi
DKI Kronis dapat terjadi karena bekerja sama dengan berbagai faktor.
Misalnya faktor kekerapan yang mempengaruhi.
3. Kulit kering, eritema, skuama, lambat laun hiperkeratosis, dan
likenifikasi, dan difus.
4. Bila kontak berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris
(fisur). Contoh : tukang cuci , keluhan penderita umumnya gatal dan
nyeri karena fisur tetapi ada juga yang hanya merasa kulit kering tanpa
eritema.
Penatalaksanaan
Memakai alat pelindung ditempat kerja dan menghindari pajanan bahan iritan.
Bila DKI sembuh tanpa pengobatan topikal berikan pelembab.
Sistemik antihistamin, antibiotik, kortikosteroid (luas), roborantia
Topikal jika basah kompres terbuka dengan sol KmnO4, jika kering dengan
salep kortikosteroid.
204
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Penatalaksanaan
1. Non farmakologi:
Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen penyebab dan
menekan kelainan kulit yang timbul.
2. Farmakologi:
Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau
bula, serta eksudatif. Misalnya dengan prednisone 30mg/hari. Umumnya
kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulit cukup
dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil 1:1000. Untuk
DKA ringan atau akut yang telah mereda (setelah diberikan kortikosteroid
sistemik) cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau
tacrolimus) secara topical.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
kulit tersebut. Penanganannya dengan cara memberikan pelembab krim
hidrofilik urea 10% dan kortison 1% atau setelah mandi, kulit dilap hingga
kering dan kemudian memakai emolien.
Pemakaian dosis pada bayi untuk pengobatan topikal yaitu salep steroid
potensi rendah (hidrokortison 1-2,5%), untuk remaja dan dewasa digunakan
salep steroid potensi tengah. Bila penyakit sudah terkontrol, gunakan
pemakaian intermitten 2 kali seminggu agar tidak cepat kambuh, dan gunakan
salep potensi paling rendah.
3. Sistemik
Bisa menggunakan kortikosteroid untuk mengendalikan eksaserbasi akut, dan
gunakan secara berselang atau bertahap agar tidak menimbulkan efek
samping berlebih. Antihistamin juga digunakan untuk mengurangi rasa gatal.
4. Terapi sinar
Bisa menggunakan terapi sinar UVA dan UVB, biasanya digunakan untuk
dermatitis atopik yang berat dan luas.
206
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
REFERENSI
1. Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an update.
Tersedia
dalam
http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20derma
titis%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf. Diakses pada tanggal 10 Februari
2014
2. Chaitanya,
G.
2013.
Epigastric
Pain
Location,
Causes
and
Treatment.
S.
2013.
Diarrhea.
http://emedicine.medscape.com/article/928598-
A.
2013.
Upper
Respiratory
Tract
Infection.
E.
2013.
Malaria.
http://emedicine.medscape.com/article/221134-
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
16. Vyas,
J.
2012.
Dengue
Hemorrhagic
Fever.
208
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA PENUNJANG
NAVIGASI DARAT
PENDAHULUAN
Tersesat dalam jangka waktu yang panjang bukanlah hal yang menyenangkan.
Navigasi yang baik adalah keahlian dalam membaca peta, dan menginterpretasikannya
sehingga peta dapat menunjukkan dimana posisi anda dan ke mana tujuan anda, juga banyak
jalurnya. Tips untuk navigasi yang baik, pertama, letakkan peta anda di tangan atau di tempat
yang mudah diambil, kedua, sering-sering mengacu pada peta terutama pada saat istirahat,
pada saat melewati sungai, dinding, atau jalan setapak dan periksa pada peta anda. apabila
anda tidak yakin dengan posisi anda sekarang, jangan terburu-buru, cobalah tentukan posisi
anda sebelumnya lalu cocokkan pada peta (bukan sebaliknya), kalkulasikan waktu dan jarak
yang sudah ditempuh dan perkirakan di mana posisi anda sekarang.
Kata Navigasi kita kenal dalam penerbangan ataupun pelayaran, adapun kata
Darat hanya membedakan dalam pemakaiannya di medan, sebab ada berbagai macam
navigasi, diantaranya adalah :
i. Navigasi Darat
ii. Navigasi Laut,
iii. Navigasi Udara
iv. Navigasi Sungai
v. Navigasi Rawa
vi. Navigasi Gurun Pasir
Navigasi darat adalah Tehnik menentukan posisi (kedudukan) serta arah perjalanan baik
di peta maupun di medan sebenarnya.
Adapun pemahaman navigasi adalah suatu kemampuan atau daya rekam dan membaca
peta dengan bentang bumi pada suatu daerah yang sedang atau akan kita tempuh dengan
bantuan peralatan navigasi.
209
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Peta Topografi
Peta Topografi berasal dari bahasa yunani, Topos berarti tempat atau lapangan,
Graphos berarti gambaran atau catatan. Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan suatu
tempat di permukaan fisik bumi yang dinyatakan dengan garis-garis ketinggian atau garis
kontur dan disertai berbagai keterangan secara rinci mengenai daerah yang terpetakan.
Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini
menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan,
sungai, danau, dll. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis
ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan.
3. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah. Karena sifat kemagnetikannya, jarum kompas
akan selalu menunjukkan arah utara-selatan, tapi arah utara yang ditunjukkan oleh jarum
kompas tersebut adalah arah utara magnetis bumi.
4. Busur Derajat
Pada pemakaiannya, busur derajat sudah jarang digunakan karena sekarang ada alat
yang namanya protactor, rumer yang fungsinya sama dan di dalamnya ada pembagian karvak
dalam beberapa skala peta.
5. Curvimeter
Curvimeter adalah alat untuk menghitung jarak horizontal pada route lintasan yang
berkelok-kelok di peta.
210
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. Altimeter
Altimeter adalah alat pengukur ketinggian yang bisa membantu pengguna
menunjukkan posisi dengan melihat garis ketinggian (kontur) pada peta topografi yang sedang
kita gunakan. Pada medan gunung yang tinggi, kompas sering tidak digunakan, dan altimeter
akan lebih bermanfaat. Dengan melewati pegunungan yang sudah kita kenal maka kita dapat
mengetahui posisi (ketinggian) di peta. Namun yang harus kita lakukan sebelum altimeter kita
gunakan harus di kalibrasi dengan benar.
7. Pedometer
Pedometer adalah alat untuk mengukur langkah kaki, namun alat yang letaknya di
pinggang ini jarang digunakan atau sebatas pelengkap saja.
PENGERTIAN PETA
Peta adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala,
seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur
yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap fitur
dari daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat
dimengerti, peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala
1:250.000, simbol yang ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter
persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di
tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api sekitar 1.000
kaki pada tanah.
211
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
PETA TOPOGRAFI
1.2
Judul Peta
Judul peta terdapat pada atas tengah peta dan di tulis dengan huruf besar sekaligus
1.3
Nomor peta.
Nomor Peta terdapat pada bagian pojok kanan atas peta, nomor peta dimaksudkan
untuk menujukkan kedudukan peta tersebut di wilayah Indonesia selain sebagai nomor
registrasi dari badan pembuat peta, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk bila kita
memerlukan peta daerah lain disekitar daerah yang terpetakan, dan biasanya dibagian bawah
peta juga dicantukan indek nomer yang mencantumkan nmer-nomer peta yang ada di
sekeliling peta tersebut.
212
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.4
Tahun peta
Terdapat pada bagian bawah sebelah kiri atau kanan dan di situ juga di sebutkan nama
1.5
Skala peta
Disebut juga KEDAR PETA adalah perbandingan antara jarak dua titik di peta dengan
jarak darat / horizontal dua titik di lapangan dalam satuan yang sama. Ini untuk menentukan
jarak antara obyek atau lokasi pada peta, ukuran area tertutup, dan bagaimana skala dapat
mempengaruhi jumlah detail yang ditampilkan.
Menurut kategorinya, skala peta dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala kecil, menengah
dan besar
1.5.2 Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk
perencanaan umum dan untuk studi strategis (peta bawah pada Gambar 2-1).
Peta skala kecil standar memiliki skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang
sangat besar dengan mengorbankan detail.
1.5.3 Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari
1:75,000 digunakan untuk perencanaan operasional (peta tengah pada Gambar 21). Peta ini mengandung detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah
standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala 1:100.000.
213
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.5.4 Besar. Peta dengan skala 1:75,000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan
taktis, administrasi, dan logistik (peta atas pada Gambar 2-1). Peta jenis inilah
yang sering ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala besar standar
1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan skala 1:25.000.
Skala angka
Contoh 1 : 25.000
Berarati jarak 1 cm pada peta = 25.000cm (250m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
1 : 50.000
berarti jarak 1 cm di peta = 50.000 cm (500m) jarak horizontal di medan sebenarnya.
Rumus : Skala peta
jarak di peta
JP
JM
Contoh soal .
Di ketahui : skala peta 1: 50.000
Jarak peta = 2 cm
Di Tanya : berapa jarak mendatar pada medan?
Jawab :
Skala peta = jarak peta
Jarak mendatar
___1__ 2 cm
50000 = jm
jadi jarak di medan (JM) = 50.000 x 2 cm = 100000 cm
= 1000 m = 1 km
Skala garis atau kedar grafis.
Skala garis adalah adalah garis yang dibagi dalam sejumlah perbandingan satuan pengukuran.
Mengukur jarak di peta dengan mistar,tali,akar atau apa saja lalu di ukur pada skala garis atau
kedar grafis .
Berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal sebenarnya.
214
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Tidak semua benda di medan di gambarkan sesuai dengan skala peta, misalnya jembatan,
lebar sungai, tadah hujan ( kecil), mata air, bangunan, lebar jalan, lebar rel kereta api, dan
sebagainya.
Contoh
Skala 1: 50.000 berarti tiap bagian sepanjang blok garis panjang di sebelah kanan titik 0
adalah 1 km jarak horizontal sebenarnya. tiap blok garis pendek di sebelah kiri titik 0 adalah
pembagian lebih kecil dari balok panjang (per- 100 m).
Tanpa harus menghitung, untuk keperluan praktis, kita dapat mengetahui suatu jarak
horizontal menggunakan skala garis dengan metode kertas salin.
1) Letakkan pada peta, sepotong kertas yang menghubungkan A-B
2) Tandai pada kertas salin : A dan B
3) Pindahkan dan letakkan kertas secara berhimpit pada diagram skala garis.
4) Ketahui jarak A-B dengan melihat angka blok garis pada diagram skala garis (3,5 km,pada
gambar).
1.6.
Arah peta
Yang di maksud arah peta adalah arah utara pada peta. Telah di singgung di atas pada judul
peta,dan bisa kita lihat dengan memperhatikan arah / posisi pada tulisan tulisan di peta.
Misalnya : nama nama daerah, nama- nama gunung,tetapi tidak mengacu nama- nama
sungai, sebab penulisan nama sungai menurut arah aliran sungai itu sendiri.
Yang perlu di perhatikan adalah arah Utara Peta / UP ( Utara Grid / UG = Grid North / GN ),
yang di lambangkan dengan huruf Y (sumbu Y).
Ada tiga macam arah Utara:
1.6.1 Utara peta / grid north.
1.6.2 Utara sebenarnya / true north.
1.6.3 Utara magnetis / magnetic north.
215
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Utara sebenarnya (US) adalah arah yang menunjukkan kutub utara bumi (utara
geografis).di lambangkan dengan symbol binatang,karena utara segaris dengan binatang
(kutub) utara,msks di kenal pula sebagai utara astronomis.
Utara magnetis (UM) adalah arah yang menunjukkan kutub utara magnetis bumi.di
lambangkan dengan jarum atau mata panah.kutub utara magnetis bumi letaknya tidak
bertepatan dengan kutub utara bumi,kira-kira di utara kanada, sebelah tenggara dari kutub
utara bumi,di samudra arktik.karena pengaruh rotasi bumi.letak kutub magnetis bumi ber
geser dari tahun ke tahun (sekitar 25 mil per tahun).
Utara magnetis adalah arah utara yang di tunjukkan oleh jarum magnetis kompas,
biasanya di sebut dengan utara kompas (UK).
Untuk keperluan praktis ,utara peta, utara sebenarnya, dan utara magnetis dapat di
anggap sama. Untuk keperluan yang lebih menuntut ketelitian, perlu di perhitungkan adanya
ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, variasi magnetis. Hubungan antara US, UM, UG, dan variasi
magnetis akan di pelajari setelah pengetahuan dasar ini di pahami dengan baik.
1.7.
Jenis Peta
Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika beroperasi di
tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-produk peta belum diproduksi
untuk mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi kita, atau mungkin tidak tersedia untuk
unit kita ketika kita membutuhkannya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan
peta yang diproduksi oleh pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk
akurasi yang ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan
yang ditemukan pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat berbeda.
216
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.7.1 Planimetrik Peta. Peta ini hanya menyajikan posisi horizontal untuk fitur yang
diwakili. Berbeda dari peta topografi, peta ini biasanya diwakili oleh garis kontur.
Terkadang, peta jenis ini disebut juga peta garis.
1.7.2 Peta Topografi. Ini adalah peta yang menggambarkan fitur medan dengan cara
yang terukur (biasanya melalui penggunaan garis kontur), serta posisi horisontal
untuk fitur yang diwakili. Posisi vertikal, atau bantuan, biasanya diwakili oleh
garis kontur pada peta topografi militer. Pada peta yang menunjukkan relief,
ketinggian dan kontur diukur dari bidang daerah ukur vertikal tertentu, biasanya
permukaan laut. Gambar 3-1 menunjukkan peta topografi yang khas.
1.7.3 Peta yg dibuat dengan potret. Ini adalah reproduksi dari foto udara yang di
atasnya diberi grid baris, data marginal, nama tempat, nomor rute, level penting,
batas-batas, dan skala perkiraan dan arah.
1.7.4 Peta Operasi Bersama. Peta ini didasarkan pada format standar 1:250.000 peta
topografi skala menengah militer, tetapi peta ini berisi informasi tambahan yang
diperlukan dalam operasi udara dan darat secara bersamaan (Gambar 2-2).
Sepanjang tepi utara dan timur detail, grafis melampaui lembar peta standar untuk
memberikan informasi tumpang tindih dengan lembar yang berdekatan. Peta ini
baik untuk digunakan dalam format darat dan udara. Setiap versi diidentifikasi
dalam margin yang lebih rendah sebagai grafis operasi bersama (udara atau darat).
Terdapat informasi topografi identik pada keduanya, tapi versi darat menunjukkan
elevasi dan kontur dalam meter dan versi udara menunjukkan elevasi dan kontur
dengan kaki (feet). Layer (elevasi), pewarnaan dan bayangan ditambahkan sebagai
bantuan untuk bahan interpolasi. Kedua versi menekankan fasilitas airlanding
(ditampilkan dalam warna ungu), tapi versi udara memiliki simbol tambahan untuk
mengidentifikasi bantuan dan rintangan untuk navigasi udara.
1.7.5 Photo Mozaik. Ini adalah bagian foto udara yang biasa disebut mozaik dalam
penggunaan topografi. Mosaik berguna sekali ketika waktu tidak memungkinkan
penyusunan peta yang lebih akurat. Ketepatan mozaik tergantung pada metode
yang digunakan dalam persiapan dan mungkin berbeda dari sekadar efek gambar
yang baik dari sebuah peta planimetrik.
1.7.6 Terrain Model. Ini adalah model skala fitur yang menunjukkan medan, dan dalam
skala besar model menunjukkan bentuk industri dan budaya. Peta ini menyediakan
217
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
sarana untuk memvisualisasikan daratan untuk tujuan perencanaan, indoktrinasi
dan untuk briefing.
1.7.7 Peta Kota Militer. Peta ini termasuk peta topografi (biasanya pada skala
1:12.550, kadang-kadang sampai 1:5.000), yang menunjukkan rincian kota.
Didalamnya terdapat hal terperinci seperti jalan-jalan, nama jalan, bangunan
penting, dan elemen lain dari lansekap kota penting untuk navigasi dan operasi
militer di medan perkotaan. Skala dari sebuah peta kota militer tergantung pada
pentingnya dan ukuran kota, kepadatan detail, dan informasi intelijen yang
tersedia.
1.7.8 Peta Khusus. Ini adalah peta untuk tujuan khusus, seperti mobilitas, komunikasi,
dan peta penyerangan. Peta ini biasanya di cetak di dalam skala lebih kecil dari
1:100.000 tetapi lebih besar dari 1:1.000.000. Peta tujuan khusus adalah salah satu
jenis peta yang telah dirancang atau dimodifikasi untuk memberikan informasi
yang tidak tercakup di peta standar. Beberapa subyek yang dibahas adalah:
1. Medan.
2. Karakteristik Drainase.
3. Vegetasi.
4. Iklim.
5. Pesisir dan pantai pendaratan.
6. Jalan dan jembatan.
7. Rel kereta api.
8. Lapangan udara.
9. Daerah perkotaan.
10. Tenaga listrik.
11. Lokasi bahan bakar.
12. Sumber daya air permukaan.
13. Sumber daya air tanah.
14. Daerah industri.
15. Jalur lintasan.
16. Kesesuaian untuk pembangunan lapangan terbang.
17. Operasi penerjunan pasukan.
218
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.8.
,menghubungkan beberapa titik yang mempunyai ketinggian sama dari permukaan air laut.
Pada medan sebenarnya, permukaan bumi merupakan suatu bidang yang tidak rata.hal ini di
sebabakan karena ada : gunung, lembah, jurang, sungai, laut, tebing dan lainnya.
Ketidak rataan ini di sebut RELIEF yang jika pada peta di sebut dengan KONTUR yang dapat
memberikan gambaran tentang ketidak rataan suatu medan diatas peta dan sekaligus kita
dapat membayangkan bentuk medan yang sebenarnya.
1.8.1. Sifat / ciri ciri garis kontur :
1. Tidak pernah terputus / selalu tertutup.
2. Tidak pernah ber cabang.
3. Tidak pernah berpotongan,kecuali bila menggambarkan lereng terjal yang vertikal
atau menonjol (over hang).
4. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur
dengan ketinggian yang lebih tinggi,kecuali pada kawah atau danau.
Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap / sama walaupun kerapatan kedua garis
kontur itu berubah-ubah.
A. Daerah datar mempunyai garis kontur jarang-jarang, sedangkan daerah terjal / curam
mempunyai garis kontur yang rapat / berdekatan.
B. Punggungan gunung / bukit terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk huruf
U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak.
C. Lembah terlihat di peta sebagi rangkaian kontur berbentuk huruf V yang ujung nya
tajam dan menjorok ke arah puncak.
D. Angka (harga kontur / kontur tebal) yang tertera pada garis kontur selalu mengarah ke
daerah yang lebih tinggi.
E. Garis ketinggian yang menyatakan setengah ketinggian dari dua garis kontur yang
berurutan , di gambarkan dengan garis putus-putus.
F. Garis putus-putus tegak menyatakan daerah kawah atau danau
G. Peta keluaran Bakosurtanal (1: 50.000)membuat garis kontur tebal untuk kelipatan 250
meter atau selang 10 garis kontur.(250,500,750,1000,1250 meter dst)
H. Peta keluaran AMS ( 1: 50.000) membuat garis kontur tebal untuk kelipatan 100 meter
atau selang 4garis kontur(100,200,300,.500 meter dst)
219
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
I. Peta keluaran direktorat geologi bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis
konturnya,jadi tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur
tebal.
J. Gambar Kontur
220
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.8.2. Interval kontur.
Perbedaan tinggi antara dua garis kontur yang berurutan.
Mencari interval kontur adalah setengah dari bilangan angka ribuan pada skala peta
atau satu per dua ribu kali skala peta yang dinyatakan dalam meter.
Contoh : skala 1 : 50.000
Maka interval konturnya = x 50 meter = 25 meter
Atau 1/2000 x 50.000 meter = 25 meter.
1.9.
Koordinat peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik (lokasi / posisi ) pada peta. Koordinat di
tentukan dengan menggunakan system sumbu X Y, yaitu garis-garis yang saling berpotongan
tegak lurus.Sistem koordinat yang resmi di pakai pada peta ada dua yaitu :
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Garis vertical di beri nomor urut dari selatan ke utara / bawah ke atas ( sumbu Y).
Sistem koordinat grid mengenal penomoran : 4, 6, 8, dan 14 angka. Untuk daerah yang luas di
pakai penomoran 4 atau 6 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit / detail dengan
penomoran 8 atau 14 angka.
Koordinat grid 14 angka, terdiri dari 7 angka absis (X) dan 7 angka ordinat (y).
Untuk penulisan koordinat lebih sedikit digit bisa dari koordinat digit yang lebih banyak.
Gambar.
222
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
MEMBACA PETA
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga mengetahui tinggi suatu temapt
dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya di sebutdengan titik
triangulasi. Yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak/patok yang menyatakan
tinggi relative suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi di gunakan oleh
jawatan- jawatan topografi untuk menentukan ketinggian suatu temapat dalam
pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Di lapangan, pilar ini berupa tugu
dan terdapat keteranga.
Macam titik triangulasi, yaitu primer (P), sekunder (s), tertier (T), kuartier (Q), da titik
antara (TP).
Contoh titk triangulasi : p.140/ 78
Artinya : pilar tipe primer (P), pilar ke- 140, pada ketinggian 78 meter diatas
permukaan laut (dpl).
Dengan mengetahui ketinggian tugu tersebut di lapangan. Pilar triangulasi dapat di
jadikan patokan untuk mengalibrasi altimeter.
224
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
6. Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta, dan
sebagainya, dapat di jadikan sebagai tanda medan. Pengertian tanda ini mutlak perlu
dikuasainya. Akan selalu di gunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta
kompas.
Teknik Contouring
Contouring dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu medan peta yaitu
menempuh perjalanan tanpa menggunakan kompas. Dalam melakukan teknik contouring
dituntut untuk lebih teliti dalam pengamatan medan. Karena jika kita sudah salah
menentukan posisi dengan contouring maka akan mempersulit perjalanan kita dan
mungkin akan tersesat.
Jika kita di lapangan dengan membawa peta maka teknik contouring dapat dilakukan,
dengan mengamati bentukan dengan acuan arah KAKIBATAS (kanan, kiri, bawah, atas).
Tanda-tanda medan yang dapat digunakan adalah:
- Puncak-puncak bukit
- Bentukan sungi
- Punggungan bukit dan terjal/landainya bukit
- Dan lain lain
2.
KOMPAS
Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk di gunakan bersamaan
dengan peta. Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika tidak ada kompas. Dengan
adanya kompas kita dapat mengetahui arah gerakan, azimuth magnetik suatu point dll.
Berbagai jenis kompas:
2.1.Kompas lensatik merupakan jenis kompas yang simpel dan sering kita temui. terdiri
dari 3 bagian : cover, base dan lensa.
225
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi jarum magnetik dan piringan azimuth
saat tidak digunakan. Di bagian tengahnya terdapat kawat bidik untuk membidik point
atau titik.
Base atau tubuh kompas memiliki bagian sebagai berikut:
- Cakra angka atau piringan azimuth / floating dial bertumpu pada suatu poros, sehingga
dapat berputar bebas saat berotasi.
- Pelindung piringan azimuth adalah kaca atau plastik bening yang memiliki garis indek
tetap berwana hitam.
- Cincin gerigi pada saat diputar akan berbunyi klik, dan tiap klik menandakan rotasi
sebanyak 3, total ada 120 klik dalam satu lingkaran penuh.
Lensa digunakan untuk membaca azimuth dan memiliki celah bidik yang digunakan
bersamaan dengan kawat bidik pada cover. Celah bidik ini juga digunakan untuk
mengunci piringan azimuth agar tidak bergerak saat ditutup. Celah bidik harus dibuka
lebih dari 45 agar piringan azimuth bergerak bebas.
2.2.Kompas Prima
2.3.Kompas Silva
226
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Kalibrasi Kompas
Sebelum menggunakan kompas, kita harus terlebih dahulu memastikan kompas berfungsi
dengan benar dan akurat, untuk itu kita harus memerhatikan beberapa hal:
1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk
checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik triangulasi, dengan catatan daerah
tersebut telah kita ketahui SPM-nya (missal 0o0000). Plot salah satu tanda medan yang
terlihat jelas dari triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, missal
50. Pada kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut
dari titik triangulasi juga harus sebesar 50. (Catatan: cara kita membidik dan plotting
sudah benar).
2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk
keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400, maka di
lapangan kita harus menghitung lagi.
Untuk mengukur azimuth, secara sederhana, putar seluruh badan kearah obyek, tutup
kompas akan menunjuk langsung ke obyek tersebut. Ketika sedang menunjuk obyek,
perhatikan dan baca azimuth, sesuaikan garis index. Teknik ini lebih disukai karena
lebih mudah, cocok pada semua kondisi jarak penglihatan, dan dapat digunakan tanpa
harus melepas kacamata.
227
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.
Teknik ini sering digunakan dalam melakukan sebuah operasi SAR. Teknik ini lebih
mudah dilakukan pada medan yang landai dan luas, digunakan pula untuk mengatasi
rintangan yang menghalangi perjalan kita, misal sungai atau jarang.
Cara melakukan passing kompas adalah:
3.1.Tentukan titik (lokasi) yang menjadi tujuan kita, pada peta.
3.2.Hitung sudut peta dengan kompas dari titik awal kita menuju titik tujuan dan
tentukan pula back azimuth nya.
3.3.Kunci arah kompas.
3.4.Perintahkan satu atau dua orang rekan kita untuk menuju arah bidikan kompas
sebatas pandangan mata.
3.5.Kemudian anda bergerak ke depan rekan anda dan melakukan hal yang sama
dengan point ketiga.
3.6.Posisi jarum kompas harus selalu berimpit dengan N dan S (Utara dan Selatan)
(dalam keadaan terkunci) Teknik ini sering digunakan untuk mengatasi rintangan
yang menghalangi perjalanan kita, misal jurang, sungai, dll. Yang utama adalah
menentukan arah bidikan dan mengirimkan rekan sebagai pionir pencari jalan,
dengan catatan tidak terlepas dari jangkauan mata dan segera menempati arah
bidikan kompas.
228
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Selain itu, kadang lintasan yang akan kita lalui terhalang oleh rintangan, seperti tebing,
rawa, atau danau, dsb, sehingga kita tidak dapat melewatinya, maka cara mengatasinya
adalah:
A. Pada awal rintangan, misal titik A, perjalanan dibelokkan ke kanan atau ke kiri
dengan sudut kompas baru yaitu sudut kompas awal ditambah atau dikurangi 90o.
B. Ikuti arah lintasan yang baru hingga melewati lebarnya rintangan, misallnya pada
titik B, jarak yang dilalui haruslah dihitung, misal dalam X langkah.
C. Dari titik B, arah lintasan dikembalikan kea rah sudut kompas awal dan berjalan
sampai rintangan terlewati, misalnya titik C.
D. Dari titik C, sudut awal kompas dikurangi 90o dan berjalan dengan X langkah
sampai ke titik misalnya D.
E. Dari titik D, arah lintasan dikembalikan ke sudut semula, maka kita sudah kembali
pada jalur kita semula.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
160o kemudian dibagi dengan 3 untuk memperoleh banyaknya klik. Bezel-ring
diputar searah dengan jarum jam. Sebagai contoh, azimuth yang diinginkan adalah
330o, 360o 330o=30, 30o=10 klik searah jarum jam.
d. Kunci kompas dan gunakan teknik centerhold
e. Ketika kompas akan digunakan pada malam hari, jika memungkinkan azimuth
awal haruslah diset selagi masih tersedia cahaya. Dengan azimuth awal sebagai
dasar, azimuth lain dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah klik bezel-ring
dengan angka tiga.
Back azimuth adalah sudut balik dari suatu arah, dimana nilai sudutnya diperoleh jika:
1. Arah kurang dari 1800 maka back azimuthnya adalah (arah + 1800 = Back azimuth).
2. Arah lebih dari 1800 maka back azimuthnya adalah (arah 1800 = Back azimuth)
230
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.
ORIENTASI MEDAN
3.1 Mengenal Tanda Medan
Disamping legenda sebagai pengenal tanda medan, bentukan-bentukan alam yang
cukup mencolok dan mudah dikenal dapat kita pergunakan juga sebagai tanda medan.
Tand medan harus kita ketahui dan kita cocokan pada peta sebelum kita memulai
pengembaraan.
Tanda medan yang cukup mudah untuk diamati dapat berupa:
1. Puncakan gunung atau bukit dan bentukan-bentukan tonjolan lain yang cukup
ekstrim
2. Punggungan merupakan rangkaian kontur yang menyeruipai huruf V menjorok
mendekati puncak
3. Saddle, daerah pertemuan 2 ketinggian
4. Belokan kujalan sungai jembatan ujung jalan
5. Garis batas pantai muara sungai, tanjung, dan teluk yang mudah kita kenali
Masih banyak tanda medan yang dapat kita kenali dan kita cocokan dengan keadaan di
alamnya. Jam terbang akan sangat menambah pengetahuan tentang tanda medan ini.
3.2.1 Resection
Resection merupakan cara untuk mengetahui posisi kita di peta. Langkah-langkah
melakukan resection:
1. Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, buatlah garis dari titik
sasaran dengan acuan besar sudut peta.).
2. Lakukan hal yang sama dengan titik kedua, missal Y. Bila kita melakukannya
benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara kedua garis tersebut.
3. Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.
231
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.2.2 Intersection
Intersection merupakan cara menentukan posisi orang lain/tempat lain pada peta,
langkahnya adalah:
1. Lihatlah dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti
puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.
2. Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan
peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdiri (letaknya sudah pasti diketahui
di medan dan di peta) ke sasaran bidik (obyek). Misal tempat anda berdiri
adalah X, dengan hasil bidikan 130o terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah
130o (azimuth).
3. Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, buatlah garis dari titik
sasaran dengan acuan besar sudut peta.
4. Lakukan hal yang sama di tempat kedua, missal Y. Bila kita melakukannya
dengan benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara kedua garis
tersebut (usahakan selisih sudut antara X dan Y antara 30o-150o).
5. Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.
Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari dua tempat yang
berbeda, dengan jelas.
232
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3.3 Orientasi Medan Tanpa Peta dan Kompas
Bila kita berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas, kita dapat
menggunakan tanda-tanda alam untuk menunjukkan arah perjalanan kita, diantaranya
adalah:
1. Matahari hanya dapat digunakan pada siang hari, yaitu mengetahui arah barat dan
timur.
2. Bintang pada malam hari dapat menggunakan bintang untuk mengetahui arah
perjalanan kita, antara lain:
Bintang Pari menunjukkan arah selatan
Bintang Orion menunjukkan arah timur dan barat
3. Kuburan Islam menghadap ke utara.
4. Masjid menghadap kiblat, untuk wilayah Indonesia mengarah ke sekitar barat laut.
5. Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan arah timur, karena pada pagi hari
sinar matahari belum terik.
REFERENSI
1. Navigasi Darat BASARNAS
2. Materi Navigasi Darat Basarnas Seminar Nasional Baksos Nasional PTBMMKI
2014
3. Booklet Musyawarah Nasional XI Jambore Nasional XVII
4. Aidi,Laili.2009.Pengenalan
Dasar
Navigasi
Darat.ASTACALA
PMPA
233
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
KOMUNIKASI LAPANGAN
PENDAHULUAN
Dalam keadaan survival jiwa anda tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan dari
cuaca (dingin, hujan, panas), makanan, air dan regu pencari. Juga dalam kegiatan operasi,
seperti operasi SAR, pendakian dalam regu, pertolongan bencana alam, komunikasi
memegang peranan penting dalam operasi tersebut. Kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain sangat vital untuk dikuasai dalam berkegiatan di alam terbuka. Hal ini akan sangat terasa
apabila kita berada dalam kondisi survival dimana kita harus mampu memberikan isyarat
untuk memberitahukan atau meminta pertolongan pada seorang yang mungkin dapat
memberikan pertolongan pada kita. Komunikasi dengan sarana radio dua arah (HT)
Kita sering melihat banyak anggota Polisi, TNI, Pemadam, SAR dan instansi lain
menggunakan radio dua arah yang lebih dikenal dengan nama "HT". Masyarakat umum juga
saat ini mulai banyak yang memanfaatkan HT tersebut untuk berbagai kegiatan. Bagaimana
penggunaan alat tersebut?
234
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Huruf A berlaku juga untuk angka 1, huruf B berlaku juga untuk angka 2,
huruf C berlaku juga untuk angka 3, dan seterusnya.
Isyarat yang umum digunakan :
1.1. tanda panggilan : U R (beberapa kali)
1.2. tanda selesai : A R (beberapa kali)
1.3. tanda siap menerima : K
1.4. tanda belum siap menerima : Q (pengirim diminta menunggu)
1.5. tanda satu kata dimengerti : C
1.6. tanda minta diulangi : I M I
1.7. tanda berita dapat diterima : R
1.8. tanda pemisah kata: bendera kanan diputer searah jarum jam
1.9. tanda satu huruf salah : E 8 kali, kemudian semua kata diulangi
1.10.tanda angka dipakai sebelum pengiriman dan setelah pengiriman selesai
diakhiri dengan huruf J
2. Morse
Morse adalah suatu bentuk isyarat komunikasi berupa kode kombinasi panjang dan
pendek yang mewakili semua huruf, angka, dan tanda baca. Komunikasi ini juga dapat
digunakan dalam keadaan gawat darurat. Alat-alat yang biasa digunakan dalam
komunikasi morse adalah :
2.1 Peluit Isyarat yang digunakan dalam menggunakan peluit adalah dengan
menggunakan panjang-pendek suara tiupan.
2.2 Cahaya Biasanya menggunakan cahaya sorot (senter) yang ditutup dengan kain
berwarna merah/jingga karena intensitas cahayanya paling dapat diterima
dengan baik oleh mata manusia. Isyarat yang digunakan dengan menggunakan
panjang pendek sinar cahaya.
235
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Tanda Baca :
Tanda . direpresentasikan dengan .-.-.Tanda , direpresentasikan dengan ..
Tanda : direpresentasikan dengan
Tanda - direpresentasikan dengan -.Tanda / direpresentasikan dengan -..-.
236
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Komunikasi radio
Komunikasi radio adalah cara berkomunikasi yang paling efisien di dalam
komunikasi lapangan. Secara umum radio dapat diartikan sebagai hubungan jarak jauh
dengan menggunakan peralatan elektronik, misalnya pesawat SSB (Single Side Band),
walkie talkie, pesawat CB, dan jenis-jenis pemancar/penerima lainnya.
Komunikasi radio dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
3.1 Telephony: AM (Amplitudo Modulation), FM (Frequency Modulation), A3J (SSB)
3.2 Telegraphy, kode morse.
Alat yang paling sering digunakan di dalam kegiatan alam bebas untuk berkomunikasi
jarak jauh melalui radio adalah TRX (Transceiver) yang berarti Transmitter (TX) dan
Receiver (RX). Alat ini adalah alat komunikasi dua arah yang digunakan secara
bergantian. Artinya apabila pemancar yang bekerja, maka penerimanya mati dan
sebaliknya.
Bagian pokok dari radio:
i. Antena
ii. Receiver (Penerima) dan Transmitter (Pemancar)
iii. Power Supply
iv. Mike
v. Speaker dan Volume
vi. S-Meter (Signal Meter)
vii. Chanenel/Frekuensi
4. Komunikasi Darurat
Anda dengan api dan asap cara yang paling sederhana untuk memberitahukan
letak posisi kita adalah dengan membuat api dan asap, agar mudah terlihat dari
kejauhan. Untuk malam hari dapat membuat api yang besar agar mudah terlihat pada
kegelapan. Untuk membuat api yang besar dapat menggunakan daun, ranting dan
dahan-dahan kering tetapi harus dijaga agar api tidak menimbulkan kebakaran hutan.
Untuk siang hari dapat membuat asap tebal yang mengepul. Untuk daerah yang
berhutan lebat dan hujan, asap tebal putih akan lebih mudah terlihat. Untuk membuat
asap hitam, gunakan bensin, oli, kain yang dicelupkan ke dalam minyak tanah,
potongan karet atau plastik. Untuk asap putih gunakan daun-daun yang masih hijau ,
lumut, ranting, atau percikan air ke dalam api. Namun ada juga cara untuk
237
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
memberitahukan posisi kita yaitu dengan asap yang telah dikemas dalam kaleng yang
disebut smoke. Berikut merupakan warna Isyarat dari asap beserta artinya: Asap
jingga: Saya sedang dalam bahaya dan memerlukan pertolongan segera.
Cermin Survival
Cermin ini berbentuk segi empat yang memiliki sermin dikedua belah sisinya.
Mempunyai 2 lubang; satu ditengah dan satu lainya di sudut. Cermin ini sangat efektif
dalam menarik perhatian.
Kain sebagai kode darat ke udara tanda ini digunakan untuk memberikan
isyarat dari darat ke udara. Biasanya menggunakan kain yang berwarna kontras
dengan medan di sekitarnya.
2. Repeater
Dari radio menuju repeater/radio pancar ulang untuk menjangkau radio dalam cakupan
wilayah yang lebih luas
238
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
3. Repeater to Repeater
4. Internet Radio Gateway
5. Komunikasi Lewat Satelit
6. APRS (Automatic Packet Reporting System)
Komponen inti dari APRS sendiri adalah suatu alat yang bernama TNC (Terminal
Node Controler). Dengan menghubungkan perangkat radio kita dengan TNC dan GPS, maka
kita telah membangun APRS kita sendiri.
APRS digunakan untuk mencari data atau informasi di lapangan. Jadi setiap ada data
baru yang diperoleh di lapangan, tim dapat langsung melaporkan data k epos komando.
Fungsi APRS:
1. Sebagai tracker 1 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 1 arah, peralatan yang
dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS tanpa layar
2. Sebagai tracker 2 arah
Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 2 arah, peralatan yang
dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS dengan layar.
3. Sebagai alat penerima/pengirim pesan text
4. Sebagai alat untuk manajemen informasi
239
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TIPS BAGI USER HT
A. Kenali dan pahami penggunanaan tiap jenis radio, karena :
i. Setiap merek berciri khas berbeda terutama dari segi modelnya.
ii. Setiap merek punya dua model yaitu manual dan digital
B. Cek kelengkapan dan kelayakan radio, dengan cara :
i. Cek bagian-bagian radio, a.l; tombol, antenna, konektor, kabel (apabila
memakai mount antenna).
ii. Pastikan kondisi baterai full, siapkan juga baterai cadangan dan batterry
charger (utk pemakaian lama), perhatikan pula charging duration.
C. Kuasai bahasa standar komunikasi ; International Alphabetic dan Local
Alphabetic. Lihat lampiran
D. Kuasai kode-kode komunikasi (Sandi Perhubungan Mobilisasi). Lihat lampiran
Kenali kode-kode penting untuk akses informasi yang berharga baik dalam hal
keamanan maupun keselamatan.
E. Perhatikan
dan
kuasai
teknik
calling/dialing
dengan
sesama
user.
ETIKA BERKOMUNIKASI
1. Komunikasi Point to Point
1.1 Memantau dahulu/memonitor pada frekwensi/kanal yang diinginkan.
1.2 Wajib menyebutkan CALLSIGN dan tempat/posisi memancar.
1.3 Menyebutkan callsign dan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.
1.4 Memberikan kesempatan/prioritas pada penyampai berita-berita yang penting.
1.5 Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
1.6 Mengatur jalur/kanal apabila muncul pertama kali di kanal/frekwensi.
1.7 Apabila jalur kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak panjang dengan
seseorang, sebaiknya bergeser (tidak memonopoli kanal/jalur/frekwensi).
1.8 Menggunakan kode TEN (10), kode eight (8) pada RAPI atau kode Q pada
pada ORARI untuk efisiensi komunikasi.
1.9 Membiasakan menulis di log book, dicatat dengan siapa berkomunikasi dan
kapan/tanggal dan waktu komunikasi dilakukan.
1.10
1.11
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Komunikasi Melalui Repeater/Pancar ulang
2.1 Radio Pancar Ulang (RPU) adalah stasiun radio yang digunakan untuk
memancar ulangkan pesan melalui pesawat yang jangkauanya lebih luas.
2.2 Monitor dahulu selama 3-5 menit.
2.3 Memperhatikan siapa yang sedang berkomunikasi.
2.4 Memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan.
2.5 Masuk pada spasi atau interval (tidak perlu menggunakan kata break atau
contact), dengan menyebutkan callsign dan apabila ingin berkomunikasi /
memanggil komunikasi langsung memanggil dengan menyebut orang yang di
panggil dan tidak perlu tergesa-gesa, komunikasikan dengan kata-kata yang
jelas dan mudah dimengerti/difahami.
2.6 Apabila ada hal yang bersifat darurat/emergency silahkan gunakan interupsi
pada spasi/interval.
2.7 Jangan memonopoli frekwensi dengan berkomunikasi hanya dengan satu
orang, dan selalu memberikan kesempatan kepada orang lain yang mau
menggunakan pancar ulang.
2.8 Membiasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan.
2.9 Memberikan kesempatan kepada pengguna dilapangan.
2.10
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
5. Cermin survival
6. Bendera flare atau sign pistol atau pyrotehnik
7. Kode kode keadaan darurat
8. Kain di tanah
9. Gerakan badan
10. Gerakan pesawat
LAMPIRAN :
KODE ALPHABETIC
KODE
LOKAL
INTERNASIONAL
AMBON
ALPHA
BANDUNG
BETA
CEPU
CHARLIE
DEMAK
DELTA
ENDE
ECHO
FLORES
FOXROT
GARUT
GOLF
HALONG/HONGKONG
HOTEL
IRIAN
INDIA
JAKARTA
JULIET
KENDAL
KILO
LOMBOK
LIMA
MEDAN
NAMLEA
NOVEMBER
OPAK
OSCAR
PATI
PAPA
QUIBEC
QUIBEC
REMBANG
ROMEO
SOLO
SIERA
TIMUR/TEGAL
UMAR
UNIFORM
VICTOR
VICTOR
242
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
W
WILIS
WHISKY
X-RAY
X-RAY
YOGYA
ZULLU
ZULLU
3-1
3-2
3-3
3-5
4-1
Kerusakan di ..
6-5
Ada kebakaran di ..
7-1
7-2
7-3
7-4
7-5
7-6
7-7
7-8
7-9
243
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
8-1
8-2
8-3
8-4
8-5
8-6
Mengerti
8-9
Tugas pengawal
9-2
9-3
244
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
TARUNA = Berita
Asap dan Api :
Warna Isyarat
Arti
Asap jingga
Asap merah
Asap
jingga
detik
Putih 2 kali & kuning 2 Oleh kapal selam,
kali dengan selang 3 Saya sedang timbul
detik
Hembusan asap hitam Oleh kapal,
atau putih berturut-turut Rubah haluan anda untuk menghindari daerah terlarang
antara 10 detik
Bendera :
Prosedur :
1. Prosedur isyarat bendera diambil dari buku isyarat internasional
2. Isyarat yang penting dalam lalu lintas berita SAR
2.1. JA : saya mengalami tabrakan
2.2. DO : saya hanyut, minta bantuan segera
2.3. AT : saya kandas, minta bantuan segera
2.4. DQ : saya mengalami kebakaran, minta bantuan segera
2.5. LV : saya kehabisan bahan bakar
2.6. DV: saya mengalami kebocoran, minta bantuan segera
2.7. FM: saya tenggelam, kirm bantuan segera untuk menolong penumpang dan
anak buah kapal
2.8. VC : isyarat anda dimengerti dan bantuan sedang menuju tempat anda
2.9. DN : saya datang untuk memberikan bantuan
245
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Warna Isyarat
Arti
Merah 2 kali
Hijau 1 kali
Hijau 2 kali
10 menit
Hijau berkali-kali
Putih 1 kali
Putih 2 kali
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Putih 2 kali dengan selang
waktu 3 menit
Putih
berturut-turut
menit
Putih berulang-ulang
Kuning 1 kali
Isyarat
Arti
Dibagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok menuju kea
rah tanda panah
Informasi yang diterima bahwa pesawat ke arah ini
Semua personil telah ditemukan
NN
XX
LLL
247
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Isyarat oleh unsur darat atau tim SAR dan survivor
Isyarat
Arti
II
LL
Semua baik
I>
REFERENSI
1. International Telecommunication and Amateur Union
2. ORARI / Organisasi Amatir Radio Indonesia
3. RAPI / Radio Antar Peduduk Indonesia
4. World Conference on International Telecommunications 2012". Itu.int. Retrieved 12
October 2012.
5. "International Telecommunication Regulations" (PDF). Retrieved 12 October 2012.
6.
248
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
PENGERTIAN
Evakuasi medis adalah proses pemindahan pasien yang terluka atau sakit dari lokasi kejadian
menuju rumah sakit terdekat.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan daam merencanakan evakuasi
1. Mempersiapkan tim bantuan medis
2. Data
Perlu adanya infomasi mengenai suatu bencana seperti
2.1.Kronologis
2.2.Jumlah korban
2.3.Jumlah kerusakan
2.4.Upaya penanggulangan yang sudah dilakukan
2.5.Akses ke lokasi
2.6.Pelayanan darurat yang dibutuhkan
PRINSIP DASAR
Prinsip utama dari evakuasi medis darat :
1. Dont further harm
2. Dont move causality unless absolutely necessary
3. Dont endanger yourself
4. Explain clearly
5. One command
SYARAT-SYARAT EMD
Syarat-syarat sebelum melakukan evakuasi medis darat adalah dengan melakukan stabilisas,
yaitu suatu tindakan yang dilakukan agar korban menjadi stabil. Hal tersebut meliputi :
1. Memastikan keadaan umum korban serta respon yang diberikan
2. Memastikaan tidak adanya gangguan pernafasan
3. Nadi korban teratur
4. Perdarahan telah dihentikan
5. Luka telah di balut
6. Bila terjadi patah tulang telah di immobiloisasi, misalnya dengan di bidai
249
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
Sebelum melakukan Evakuasi, kita harus menyiapkan:
1. Peralatan Pendukung Evakuasi Dasar
Penolong dalam evakuasi harus menyiapkan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, dan kacamata pelindung.
2. Peralatan Dasar Perawatan
Korban evakuasi harus ditangani segera, sehingga sebagai penolong maka alat-alat
seperti tandu, tali, oksigen, neck colar, dan P3K sangat diperlukan.
3. Peralatan Akses Korban Terperangkap
Korban evakuasi yang terperangkap pada suatu tempat harus segera dipindahkan, oleh
karena itu peralatan seperti rantai, kait, dan bor diperlukan untuk membuka akses jalan
missal pada gedung tertutup, gua, atau lereng.
4. Memilih lintasan
Bila kita melakukan evakuasi di daerah yang sulit dilalui, maka kita harus memilih
lintasan yang paling ringan dengan memperhitungkan peralatan dan personil yang
tersedia. Sebelum evakuasi dimulai harus di lakukan penelitian dan pembersihan jalur
yang akan dilalui oleh tim survey. Bisa juga dengan kendaraan seperti helicopter untuk
memantau area dari atas.
250
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2. Hal-hal yang harus diperhatikan jika membawa korban dengan tandu
2.1. Tandu diperiksa dari kerusakan, dicoba apa mampuo menahan berat korban.
2.2. Korban tidak sadar yang dibawa ke tenpat jauh, sebaiknya selalu diikat.
2.3. Penoloang yang palign berpengalaman, memberi komando untuk tiap gerakan.
2.4. Kaki korban selalu di depan, kecuali pada keadaan :
2.4.1. Korban cedera tungkai berat menuruni tangga / turun di tempet miring.
2.4.2. Korban hipotermia, menuruni tangga / turun di tempat miring.
2.4.3. Korban dengan stroke / kompresi otak tidak boleh diangkat dengan kepala
lebih rendah dari kaki.
TEKNIK EVAKUASI
1. Evakuasi tanpa menggunakan alat bantu
Dengan satu penolong
1.1 Human crutch
Kondisi pasien sadar dan dapat berjalan dengan dipapah.
A. Dapat dikerjakan dengan 1 atau 2 penolong.
B. Teknik: penolong berdiri disamping bagian yang sakit
(kecuali pada cedera ekstremitas atas), lingakarkan tangan
penolong pada pinggang korban, kalungkan lengan korban
pada leher penolong, lalu genggang pergelangan tangan
korban dengan tangan lain, setelah itu berjalan secara
perlahan mengikuti langhkah korban.
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
252
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
1.6 Pack-strap carry
A. Untuk korban yang cukup berat denga jarak yang cukup jauh.
B. Tidak digunakan untuk korban cedera thorax, servikal, vertebrae, dan lengan
253
KURIKULUM PTBMMKI
STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PTBMMKI 2015/2016
2.2.Fore-and-aft carry
A. Dilakuakn oleh dua penolong dari depan dan belakang korban.
B. Tidak dilakukan pada korban dengan cedera bahu atau tangan.
C. Teknik: dudukkan korban, penolong satu berada di antara kedua paha korban
menghadap depan memegang bawah lutut korban, penolong kedua berada di
belakang memegang korban dari ketiak. Mengangkat korban bergiliran dari
penolong di belakang diikuti penolong di depan dengan jeda sementara.
2.4.Two-handed seat
A. Korban sadar
B. Dilakukan dengan dua penolong
C. Teknik:
kedua
penolong
berjongkok
berhadapan
dengan
tangan
254
Setelah melakukan evakuasi, monitoring dan evaluasi perlu diadakan guna memantau
pelaksaan dan menilai hasil dari pelaksanaan upaya penanganan darurat bencana yang
dilakukan.
REFERENSI
1. Seminar Materi Pertolongan Pertama Latihan oleh BASARNAS
257
PRINSIP DASAR
Untuk evakuasi korban dalam air diperlukan teknik penyelamatan. Teknik penyelamatan yang
digunakan berprinsip pada ketenangan dalam bertindak, sehingga dapat memilih cara
penanganan yang tepat. Prinsip penyelamatan di air adalah untuk menolong tanpa menambah
korban baru dan menolong tanpa menyebabkan timbulnya cedera fatal.
Beberapa hal yang harus selalu diingat, diketahui dan dilaksanakan oleh seorang penolong,
yaitu:
1.
2.
3.
Penolong tidak berusaha untuk memberikan pertolongan pertama di air, karena itu
sangat berbahaya tapi memberikannya setelah sampai ditempat yang aman di darat.
259
2. Mengambang
Mengambang adalah usaha mengambangkan tubuh tanpa melakukan gerakan, tekanan
air akan mendorong tubuh ke atas dengan sendirinya. Biasanya untuk beristirahat di
antara uapaya penyelamatan.
3. Treading
Treading adalah usaha berenang mengambang secara vertikal, kepala berada di atas
permukaan air dan biasanya untuk mengetahui arah penyelamatan.
4. Berenang
Ada empat gaya renang yang harus dikuasai seorang relawan, yaitu gaya bebas, gaya
punggung, gaya dada dan gaya kupu-kupu.
5. Menggunakan pelampung
Pelampung berfungsi menjaga hidung dan mulut agar tetap berada di atas air,
digunakan dengan cara dipegang atau disandar ke bawah lengan dan pelampung
sendiri tidak untuk dinaiki.
260
dilakukan
tanpa
harus
bersentuhan
dengan
air.
262
2. Dengan alat
2.1 Tube rescue
Tube rescue adalah alat pelampung yang terbuat dari bahan yang elastis dengan
kedua ujungnya memiliki kaitan untuk mengunci saat membawa korban. Alat
ini digunakan melingkari badan korban. Kait pada tube diletakkan pada
punggung sehingga posisi korban dalam keadaan telentang. Penolong berenang
ke tepi dengan menggunakan gaya crawl. Apabila korban dalam keadaan panik,
korban didekati dengan memberikan tube terlebih dahulu setelah korban
berpegang kemudian ikat badan korban dengan tube kemudian ditarik. Korban
yang telah tidak sadar segera lingkarkan tube pada korban dan telentangkan
korban dan segera memberi napas buatan sebisa mungkin untuk membuka jalan
pernapasan setelah itu bawa korban ke tepi.
264
tangan
bergantian
seperti
gerakan
tangan
gaya
crawl,
untuk
menghentikannya dengan mengayuhkan tangan ke arah depan secara bersamasama. Setelah sampai di tempat korban, yang dilakukan adalah mengangkat
korban ke atas papan.
Cara mengangkat korban sadar, menghentikan papan dengan posisi korban
berada di sebelah kanan papan. Kemudian, korban berusaha sendiri untuk naik
ke atas papan dan penolong membantu serta mengimbangi agar papan tidak
terbalik. Setelah berada di atas papan posisi korban tertelungkup dan penolong
juga dalam posisi yang sama kemudian bersama-sama mengayuh board rescue.
Apabila korban dalam keadaan tidak sadar, penolong menghentikan papan
dengan bagian kiri papan yang mendekat dengan korban. Raih tangan kiri
korban dan letakkan pada tepi papan kemudian papan diputar sebanyak dua kali
sehingga korban berada di atas papan dan benarkan posisi korban untuk dapat
dibawa ke tepi. Bantuan napas buatan juga dapat diberikan sebelum membawa
korban ke atas papan dengan meletakkan kepala korban pada tepi papan dan
kaki penolong turun dari sisi yang berbeda, setelah jalan pernapasan terbuka
kemudian korban dinaikkan ke papan.
Cara masuk ke air yang aman dan perlu diperhatikan oleh penolong :
1. Slide in entry
Digunakan jika relawan tidak mengetahui kondisi perairan maupun kedalamannya.
Cara ini paling aman dilakukan. Langkah-langkahnya adalah membuat posisi seaman
mungkin di tepi air, memasukkan salah satu kaki ke air, merasakan pijakan kaki
apakah berbahaya atau tidak, menjatuhkan badan dan digunakan untuk menahan berat
badan.
265
3. Compact jump
Digunakan untuk mencapai kedalaman yang lebih dari dua meter. Langkahlangkahnya adalah meletakkan kedua tangan menyilang pada dada, melangkah ke
tepian air dengan kedua kaki dalam posisi lurus, gerakan tubuh vertikal dan memakai
pelindung sesuai kebutuhan, setelah dalam air pengereman dapat dilakukan dengan
tangan dan kaki.
4. Straddle entry
Digunakan jika masuk ke air yang dalam dari ketinggian rendah dan korban dapat
terlihat. Teknik ini tidak digunakan pada ketinggian lebih dari satu meter atau pada
perairan dangkal. Langkah-langkahnya adalah mengambil jarak yang cukup dari
tepian, melakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya agak menekuk,
posisi tangan lurus ke samping dan ke depan serta pandangan juga lurus ke dapan.
Berikutnya setelah masuk ke dalam air, melakukan gerakan menekan tangan ke bawah
dan menggerakan kaki seperti gunting dan menjaga agar kepala tetap di atas air.
5. Shallow dive
Digunakan pada perairan yang jernih, kedalaman air dapat diketahui dan keadaan di
bawah air dapat dilihat.
266
2. Pompa
Berfungsi memasukkan udara ke dalam perahu, yang bisa terdiri dari dari pompa
tangan dan pampa kaki.
3. Repair Kit
Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit dan bahan penambal
4. Tali penyelamat
Berfungsi untuk penyelamatan, juga berguna untuk linning dan scouting. Tali yang
digunakan ter buat dari bahan nylon berwarna mencilok agar dapat dilihat oleh korban.
6. Carabiner
Alat yang terbuat dari alumunium alloy, berfungsi untuk menghubungkan satu alat
dengan lainnya, misalnya throw bag dengan Dring atau cincin yang ada di samping
perahu.
267
7. Dayung
Berfungsi untuk manuver, mengarahakan, menambah dan mengurangi kecepatan
perahu.
8. Helm
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan yangterbuat dari bahan yang kuat
tapi ringan dengan lubang-lubang kecil di atasnya.
9. Jaket pelampung
Berfungsi untuk mengapungkan tubuh dan melindungi bagian tubuh dari benturan
10. P3K
Obat-obatan dann peralatan perawatan yang harus disesuaikan dengan kondisi medan,
cuaca dan waktu tempuh menuju korban.
11. Peluit
Untuk membantu memberikan kode bahaya tertentu
268
REFERENSI
1. Danardi,
Wasti.
Teknik
penyelamatan
di
air.
2006.
http://journal.uny.ac.id/index.php/medifora/article/viewFile/4757/4116 .
269
SURVIVAL
1. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan survival adalah kelangsungan hidup seseorang dimana
seseorang itu tidak mendapatkan/menerima fasilitas/pelayanan yang sempurna/semestinya
secara teratur karena adanya pengaruh atau masalah yang timbul pada waktu itu. Dengan
demikian kelangsungan hidup seseorang itu sangat tergantung pada kemampuan dirinya
sendiri untuk mempertahankan hidupnya. Survival secara umum diartikan sebagai
kemampuan untuk mempertahankan hidup dalam keadaan kritis/marjinal. Kemampuan
mempertahankan diri tergantung pada sikap mental, emosional, pengetahuan dan
keterampilan. Sedangkan orang yang sedang berusaha untuk mempertahankan hidupnya dari
keadaan yang sangat kritis atau orang yang sedang melaksanakan survival disebut survivor.
2. Fisiologis
3. Lingkungan
Sedangkan faktor yang menyebabkan seorang gagal dalam bersurvival antara lain :
1. Rasa kesunyian.
2. Rasa putus asa atau perasaan sudah tidak ada harapan lagi.
3. Rasa jemu terhadap lingkungan/situasi.
4. Kebutuhan jasmani seperti rasa lapar, haus dll yang dapat menipu diri sendiri sehingga
mental menjadi lemah.
Namun secara umum bahaya bergiat di alam bebas dapat dibedakan menjadi :
1. Bahaya yang berasal dari dalam diri kita sendiri (subjective danger).
Subjective danger dapat terjadi karena persiapan kita yang asal-asalan, ketelodoran,
pengetahuan yang minimal dan lain sebagainya. Berdasarkan itulah kita prediksi dan
kita antisipasi dengan melalui persiapan perjalanan yang lebih baik (manajamen
ekspidisi).
270
Menurut tindakan yang dilakukan ketika kita melakukan survival, kegiatan survival dapat
dibedakan menjadi :
1. Survival menetap (static survival).
2. Survival bergerak (dynamic survival).
Untuk memilih bentuk mana yang akan kita tempuh diantaranya dapat mempertimbangkan
beberapa faktor antara lain kondisi fisik, persedian bahan makanan, ada tidaknya peralatan
maupun tempat perlindungan (shelter), ada tidaknya perlengkapan pendukung seperti alat
masak, alat komunikasi, peta, kompas, survival kit dan lain sebagainya. Pilihan kita untuk
menentukan apakah akan menetap atau bergerak akan berpengaruh terhadap lama tidaknya
kita mengalami kondisi survival.
3. Alat pendukung.
Jumlah dan jenis peralatan yang dipersiapkan sebelumnya menjadi faktor yang cukup tinggi
dalam usaha mempertahankan hidup.
Yang dimaksud dengan pengertian diatas adalah sikap mental yang tercermin seperti dalam
buku KOMANDO PERAJURIT yaitu sebuah buku pegangan bagi para anggota TNI yang
akan terjun di lapangan baik di medan hutan atau perkotaan. Dalam buku itu dijelaskan :
S : Sadarilah sungguh-sungguh situasimu.
U : Untuk malang tergantung ketenanganmu.
R : Rasa takut dan panik harus kau kuasai.
V : Vacuum/kosong, isilah dengan segera.
I : Ingatlah dimana kau berada.
V : Viva/hidup, hargailah dia.
A : Adat istiadat setempat patut ditiru.
L : Latihlah dirimu dan belajarlah selalu.
Selanjutnya perlu patokan untuk bertindak yang mengikuti hal-hal sebagai berikut :
S : Stop and Sitting
(berhenti dan duduk, beristirahat, menenangkan diri, jangan panik).
T : Thinking
(berpikir secara tenang, gunakan akal, sadari kondisi anda).
O : Observe
(amati keadaan lingkungan, tentukan arah).
P : Planning
(buat rencana, dan pikir konsekuensinya).
Atau :
1. Berpikir.
2. Rencanakan selanjutnya.
3. Perhitungkan dengan matang.
4. Evaluasi sebelum dikerjakan.
5. Bertindak/kerjakan sesuai patokan/pengetahuan.
272
6. BIVAK (BIVOUAC)/SHELTER
Bivak artinya bermalam di alam terbuka. Bivak, dimaksudkan sebagai tempat
perlindungan yang aman dan nyaman untuk melindungi diri dari faktor-faktor lingkungan
dan alam yang ekstrim seperti halnya panas, dingin, angin, binatang buas, dan
sebagainya. Jadi kesimpulannya bivak adalah tempat perlindungan (shelter).
Hal ini dilakukan karena dalam keadaan darurat saat dimana anda belum dapat
menentukan kapan anda dapat keluar dari keadaan yang tidak menentu tersebut, maka
anda harus senantiasa menjaga dan memelihara kondisi badan anda, salah satunya adalah
dengan cara melindungi tubuh anda. Kondisi fisik anda akan menurun sebesar 80% pada
24 jam pertama bila anda terluka, sedang bila anda tidak terluka penurunan kondisi fisik
mulai berkurang pada 3 hari pertama.
Membuat bivak/shelter dapat menggunakan peralatan yang kita bawa atau bahan yang
tersedia di alam. Yang perlu diperhatikan dalam membuat bivak/shelter adalah :
6.1 Pilihlah lokasi atau kondisi medan yang baik, rata (punggungan, lembah, basah,
kering, terbuka, tertutup dan lain sebagainya).
6.2 Fasilitas alam yang menunjang (pohon, daun, lubang dll).
273
Materi bivak/shelter, dalam membuat bivak/shelter ada beberapa macam bahan yang
dapat dipakai, dibagi atas :
1. Bahan dari alam (pohon (yang utuh maupun tumbang), daun-daunan, gua dan lubang).
2. Bahan yang kita bawa (ponco, jas hujan, lembaran plastik, ransel, tali, golok, pisau)
3. Kombinasi.
7. AIR (WATER)
Dalam keadaan survival, air merupakan salah satu prioritas dalam survival. Manusia
dapat bertahan hidup tanpa air sama sekali adalah dalam waktu 2 sampai 5 hari pada
keadaan tidak terluka sedangkan dengan air saja tanpa makanan manusia dapat bertahan
hidup sampai kurang lebih 3 minggu (wallahualam bisawab).
274
8. MAKANAN (FOOD)
Makanan sangat dibutuhkan sebagai penunjang perlindungan tubuh dari dalam. Sebab
makanan dibutuhkan untuk menambah kalori yang memberikan tenaga pada otot dan
mengganti sel-sel dan jaringan yang telah rusak.
Baik tumbuhan atau hewan, hampir semua dapat dimakan. Tergantung adaptasi tubuh
kita. Baik berupa akar (umbi), daun, buah dan sebagainya. Makanan dapat diperoleh dari
beberapa sumber antara lain :
1. Sumber makanan dari hewan.
Makanan yang bersumber dari hewani adalah makanan yang banyak mengandung
lemak dan protein.
Selain itu dapat anda kenal jenis tumbuhan dan hewan yang harus anda jauhi karena
beracun, berbisa atau dapat mengancam keselamatan jiwa anda. Hal ini banyak gunanya
bagi setiap kegiatan yang berlangsung di alam bebas.
Bila kita ragu-ragu atau tidak mengenal tumbuh-tumbuhan dengan pasti, maka yang perlu
diperhatikan :
276
9. JERAT (TRAPPING)
Jerat merupakan kemampuan kita untuk mencari dan atau memanfaatkan sarana yang kita
bawa maupun kita temukan untuk membuat suatu bentuk tertentu yang dapat mendukung
kegiatan survival. Bentuk dimaksud dapat berupa bentuk bangunan pioneering maupun jerat
dan atau jebakan guna mencari bahan makanan atau menuju ke tempat yang diperkirakan
merupakan lokasi yang lebih baik (evakuasi), atau menuju ke arah pertolongan. Hal ini
tergantung pada kemampuan kita untuk menemukan bahan baik yang berupa kayu maupun
tali atau bahan pendukung lain.
277
Berdasarkan hal itu dapat dimaklumi jika seorang survivor sebelum melakukan kegiatan
lain menyalakan api untuk meningkatkan semangatnya. Fungsi lain api diantaranya :
i. Alat penerangan
ii. Memasak makanan dan minuman
iii. Mengusir binatang
iv. Membuat tanda atau kode (alat komunikasi)
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat api ialah jangan membuat api terlalu besar,
tapi buatlah api kecil beberapa buah, hal ini akan memberikan panas yang lebih baik
dibandingkan dengan sebuah api yang besar dan api yang kecil mudah dikendalikan.
278
untuk
memutuskan
tindakan
apa
yang
dilakukan
selanjutnya
selain
mempertimbangkan fisik, persediaan bahan makanan, ada tidaknya peralatan maupun tempat
perlindungan (shelter), ada tidaknya perlengkapan pendukung seperti alat masak, alat
komunikasi, peta, kompas, survival kit dan lain sebagainya.
279
: cuaca baik
: berarti angin
: berarti hujan
: cuaca baik
: cuaca baik
: berarti hujan
8. Awan halus
: cuaca baik
: berarti angin
: cuaca cerah
B. BOTANI PRAKTIS
Secara garis besar tumbuhan dalam materi ini dibedakan atas dua bagian yaitu :
1. Tumbuhan yang berguna (dapat dimakan, dipakai sebagai obat, mengandung air)
2. Tumbuhan yang berbahaya (beracun)
3. Tumbuhan Yang Dapat Dimakan
Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan memberikan energi cukup adalah umbi,
baik umbi batang, maupun umbi akar, setelah itu baru buah, biji dan daun.
Ciri tumbuhan yang dapat dimakan :
a. Bagian tumbuhan yang masih muda
b. Tumbuhan yang tidak mengandung getah
280
1. Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Tumbuhan obat yang dapat dimakan/diminum
b. Tumbuhan obat luar
Adapun tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai obat luar maupun yang dapat
dimakan/diminum adalah :
1.1 Tumbuhan obat yang dapat dimakan/diminum
1.1.1. Bratawali (anamitra cocculus) tumbuhannya merayap terdapat di hutan atau di
kampung. Batangnya direbus rasanya pahit, kegunaannya anti demam, anti
malaria, pembersih luka, menambah nafsu makan.
281
2. Tumbuhan Beracun
2.1. Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan.
2.2. Getah pohon ranggas, ingas/semplop sangat berbahaya karena merusak
jaringan.Getah jambu monyet, menyebabkan gatal-gatal
2.3. Buah aren mentah juga dapat menyebabkan gatal-gatal
2.4. Kecubung, beracun dan memabukkan bila dimakan.
2.5. Rarawean, dapat menyebabkan gatal-gatal dan pedih.
2.6. Daun pulus, juga dapat menyebabkan sangat gatal dan panas.
282
C. ZOOLOGI PRAKTIS
Sebagian besar hewan, pada prinsipnya dapat dimakan. Kesulitan adalah bagaimana
cara mendapatkannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang habitat, dan tingkah
laku binatang tersebut. Untuk menangkap hewan diperlukan sebuah keberanian untuk
mengambil keputusan. Misalnya : binatang selalu mencari air untuk keperluan sehariharinya. Tetapi bila anda ingin mendapatkan bermacam hewan harus menuju sumber air.
Dalam hal ini anda akan dihadapkan pada suatu masalah. Bila didekat sumber air banyak
hewannya berarti juga banyak hewan yang berbahaya bagi anda.
1. Habitat Hewan
Habitat dapat diartikan sebagai tempat dimana suatu mahluk hidup (hewan) bisa
tinggal/banyak dijumpai. Seperti misalnya : ikan banyak di air (sungai,danau, laut)
tidak pernah anda menemukan ikan yang ada di puncak pohon, kecuali yang dibawa
oleh burung bangau ke atas pohon. Habitat yang paling banyak jenis hewannya adalah
pantai dan laut dangkal. Semakin tinggi permukaan tanah, jenis hewan yang ada
semakin sedikit. Jadi bila tersesat di gunung dan ingin mencari makanan (hewan)
jangan terus naik ke puncak gunung, lebih baik turun, kemungkinan menemukan
berbagai jenis hewan adalah besar.
283
2. Perilaku Hewan
Perilaku setiap jenis hewan adalah khas. Kapan anda mudah menangkap suatu hewan,
kapan harus menghindarinya. Pada musim kawin, hewan-hewan biasanya kurang
peka terhadap sekelilingnya. Burung-burung pindah dari daerah dingin ke daerah
panas. Ikan salem atau belut yang berpindah tempat di sungai dan laut untuk bertelur.
Ular yang menjaga telur/anaknya biasanya tambah ganas.
3. Binatang Berbahaya
3.1 Nyamuk : di daerah malaria
3.2 Lalat dayak/lalat kerbau (besarnya 2 kali lalat biasanya). Terdapat di hutan
Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya. Bekas gigitannya bengkak dan gatal, bisa
infeksi.
3.3 Tawon/lebah : berbahaya jika disengat dalam jumlah besar bisa mematikan.
3.4 Kelabang (sentipoda), kalajengking. Bekas sengatannya sakit, bengkak.
Mengurangi rasa sakitnya dengan amoniak, tembakau, daun sembiloto.
284
285
tidak mutlak ada, tapi juga lebih dari satu, tergantung wilayah komunikasi, dan
kesulitan jangkuannya.
4. SRU (Search and Rescue Unit)
2.3 Komunikasi
Sistem komunikasi yang effisien sangat penting dalam pengendalian dan
sebagai saluran informasi.
287
288
290
Pengumpulan
2.
Pemilahan
3.
Evaluasi
4.
Penyebaran
3 Daerah pencarian
Penentuan daerah pencarian dihitung berdasarkan ploting jarak perjalanan
korban dari titik terakhir dijumpai atau dilihat, dalam bentuk gari lurus, yang
merupakan jari jari lingkaran yang diplot di peta.
Daerah pencarian terbagi atas dua kategori
3.1 Possible search area
3.1.1 Perhitungan radius possible search area menggunakan perhitungan
matematika sederhana yaitu : waktu x kecepatan (T x V). Hasil
perhitungan tersebut merupakan radius dari titik terakhir korban dilihat.
3.1.2 Untuk menghitung possible search area, harus dihitung lingkaran,
dengan rumus ( )
3.1.3 Possible search area biasanya didapat dalam ukuran yang cukup besar.
Catatan : r = Dihitung dari hari sebeum operasi pencarian hari selama
operasi pencarian.
= 3,14.
292
2. Confinment Mode
Cara/tehnik membuat garis batas untuk mengurung subjek yang hilang agar
tetap berada dalam area pencarian.
Kapan digunakan :
a. Pada awal operasi pencarian
b. Bila salah perhitungan, maka subjek akan bergerak lebih jauh
Metode yang digunakan :
2.1 Trail block
Tim kecil dengan kemampuan handal diberi tugas menutup semua
jalan setapak. Tugasnya mencatat setiap orang yang masuk dan keluar area
pencarian.
Catatan : Tempat tidak boleh kosong
2.3.Look out
Tim pencari ditempatkan pada posisi yang dapat mengamati daerah
yang cukup luas atau extrim sehingga dapat melihat jauh dan berusaha
memancing atau menarik subje untuk mendekat.
Cara menarik perhatian subjek :
Membuat asap, bunyi bunyian, lampu, dll
293
2.5.Track traps
Tim pencari yang bertugas menjebak subjek dengan memperhatikan
jejak jejak yang dilaluinya dan melakukan pengecekan secara periodik.
2.6.String line
Tim pencari membuat bentang tali untuk menarik perhatian subjek. Tehnik
ini umumnya digunakn pada daerah berpohon lebat dan bersemak
3. Detection Mode :
Cara/ tehnik dengan memeriksa tempat tempat yang dicurigai bila dirasa
perlu maka pencarian dapat dilakukan dengan cara penyapuan diperhitungkan
untuk menemukan subjek atau barang ceceran subjek.
294
pencarian
dengan
penyapuan
yang
akan
menghasilkan
pencarian
dengan
penyapuan
yangakan
menghasilkan
4. Tracking Mode
Cara/ tehnik dengan mengikuti jejak atau barang yang tercecer yang
ditinggalkan subjek.
5. Evacuation Mode
Cara/ tehnik pemberian perawatan kepada korban dan membawanya ke
tempat yang memungkinkan untuk perawatan lebih lanjut.
Dari kelima metode itu, anggota regu Exploler search and Rescue (ESAR)
team umumnya akan banyak terlihat pada confinement, detection, dan evacuation.
295
Rescue (Menyelamatkan)
Pada tahap ini sebenarnya merupakan tugas dari kelompok rescue, bukan
merupakan tugas dari kelompok search, tetapi biasanya kelompok search ini
dibebani tugas dari kelompok rescue.
Selesainya sebuah misi SAR adalah bila telah dinyatakan oleh SMC. Operasi SAR tidak
berakhir sampai dengan ditemukannya korban tapi sampai korban diselamatkan. Operasi
pertolongan atau penyelamatan (rescue operation) ini mungkin dapat terjadi bersamaan
dengan operasi pencarian (search operation) yang belum berakhir.
KESIMPULAN
Bantuan dalam operasi SAR bukan hanya melakukan tugas untuk lapangan. Akhir
kata bagi mereka yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan SAR dapat mulai dengan
melengkapi pengetahuan / ketrampilan dalam bidang SAR dan menunjang lainnya sesuai
dengan kondisi Indonesia.
296
297
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA MANAJEMEN
DISASTER MANAGEMENT
1. PENGERTIAN BENCANA
Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, manusia dan/atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2. PRINSIP
2.1 Prinsip Penanggulangan Bencana
1. Cepat dan tepat
2. Prioritas
3. Koordinasi dan keterpaduan
4. Berdaya guna dan berhasil guna
5. Transparansi dan akuntabilitas
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
8.
Nondiskriminatif
299
perencanaan
yang
menyeluruh
bagus
untuk
persiapan
dan
301
302
1. Tingkat Puskesmas
A. Menyampaikan infromasi pra bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
B. Menyampaikan informasi rujuka ke RS Kabupaten/Kota bila perlu.
C. Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
303
Kesehatan
Kabupaten/Kota
menyampaikan
informasi
RS
Kabupaten/Kota
menyampaikan
informasi
rujukan
dan
6. RESPON BENCANA
6.1 Pre Penanganan Bencana
6.1.1 Preventif
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan
pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007). Upaya tidak mempertemukan
bahaya dengan kerentanan/kapasitas. Upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya :
1. Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
2. Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
Contoh kegiatan :
1. Membuat Peta Daerah Bencana
2. Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya
3. Menyusun Rencana Umum Tata Ruang
4. Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan, pengendalian
limbah dsb.
5. Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB
6. Membuat Protap, Juklak, Juknis PB.
7. Perbaikan kerusakan lingkungan.
305
B.
C.
D.
E.
Koordinasi (coordination)
F.
G.
H.
I.
307
308
309
310
penanggulangan
masalah
akibat
bencana
dilapangan,
Penundaan inisiatif
B.
C.
D.
E.
Pengalihan tugas
b.
c.
Memiliki lahan parkir yang memadai. d. luas lahan sekurangkurangnya 500 m2.
jenis
bencana
yang
terjadi
secara
berangsur-angsur,
BNPB
menugaskan
BNPB/BPBD/SATLAK
PB)
Tim
Reaksi
Cepat
(TRC
tanggap
darurat
bencana,
untuk
Kepala
BPBD/SATLAK
mengusulkan
kepada
PB
Kabupaten/Kota
Bupati/Walikota
dalam
untuk
rangka
c.
b.
c.
PB
Kabupaten/Kota
sesuai
status/tingkat
315
2.
3.
317
pembatas
(pagar)
sebagai
pengaman
dan
Berikut merupakan macam macam tenda yang didirikan pada rumah sakit
lapangan :
i. Tenda Gudang
ii. Tenda Unit Gawat Darurat (UGD)
iii. Tenda Bedah
iv. Tenda Perawatan
v. Tenda Intensive Care Uni (ICU)
vi. Tenda Farmasi
vii. Tenda Personel dan Administrasi
viii. Tenda Laundry dan Sterilisasi
ix. Tenda X-Ray
x. Tenda Processing Film
319
3. Ambulance Protocol
A. Macam Lampu Rotator
Ada 3 macam lampu rotator yang diijinkan penggunaannya di
Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU no. 22 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan, pasal 59 ayat 5 yang berbunyi: Penggunaan lampu isyarat
dan sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai
berikut:
i. Lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk mobil petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
ii. Lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan untuk mobil tahanan,
pengawalan
Tentara
Nasional
Indonesia,
pemadam
kebakaran,
PEMERINTAH
REPUBLIK
1993TENTANGKENDARAAN
INDONESIANOMOR
DAN
44
PENGEMUDI
Pasal 66Lampu isyarat berwarna biru hanya boleh dipasang pada kendaraan
bermotor :
1. petugas penegak hukum tertentu;
2. dinas pemadam kebakaran;
3. penanggulangan bencana;
4. ambulans;
5. unit palang merah;
6. mobil jenazah.
Menanggapi peraturan tersebut, IKABI (Ikatan Ahli Bedah Indonesia)
merekomendasikan kepada karoseri untuk memasang lampu rotator merah dan
biru di tengah atas kendaraan. Jadi, untuk sementara mobil ambulans boleh
memakai lampu rotti bulat dan light bar merah-biru atau biru-biru.
321
penderita
yang
tidak
memerlukan
perawatan
b.
c.
d.
k. Kantung mayat
l. Sarung tangan disposable
m. Sepatu boot
323
Triage
Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas
transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.
Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk
dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.
1. Tujuan Triage
A.
B.
Identifikasi
korban
yang
hanya
dapat
diselamatkan
dengan
pembedahan.
C.
dan
transportasi,
lumpuhnya
pelayanan
umum
yang
b.
c.
d.
e.
B.
C.
D.
B.
C.
329
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Jika sumber air lokal tidak bisa menyediakan air dalam jumlah
tertentu (minimum) dalam waktu cepat, para pengungsi
sebaiknya dipindahkan.
6. Kesehatan Lingkungan
Respon cepat yang diambil adalah :
A.
dan mencegah
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
Mengendalikan
air
limbah
dan
menyediakan
salutan
pembuangannya.
330
Trauma Healing
Pemulihan dari trauma membutuhkan waktu, berusaha meluangkan
waktu untuk diri anda, jangan terlalu memaksa proses penyembuhan dan
bersabarlah dalam melewati langkah langkah pemulihan. Terkait dengan
penanganan trauma (trauma healing) terdapat metode sederhana antara lain:
A. Jangan mengisolasi diri. Usahakan untuk menjalani hubungan dengan
orang lain dan hindari mengabiskan waktu sendiri.
B. Mintalah bantuan kepada anggota keluarga, teman, konselor, atau
pemuka agaman yang bisa anda percaya. Bisa juga bergabung dengan
support group atau grup grup dikusi yang khusus memberikan
dukungna untuk masalah trauma.
C. Lakukan aktivitas sehari hari seperti berjalan kaki, tidur, makan,
bekerja dan berolah raga. Jangan lupa untuk membuat jadwal untuk
erelaksasi dan aktivitas sosial.
D. Kesehatan, banyaklah istirahat, berolah raga teratur, dan makan teratur.
Hindari alkohol dan obat terlarang. Alkohol dan obat terlarang dapat
memperburuk symptom trauma dan memperburuk perasaan perasaan
depresi, kecemasan, dan isolasi.
E. Lakukan pelepasan emosi, jangan tahan tangisan, mengangislah samapi
puas. Pelepasan emosi secara fisik dapat membantu mengurangi beban.
F. Apabila masalah tidak juga menghilang dan korban merasa terbebani, itu
pertanda bahwa korban memerlukan bantuan profesional untuk
membantu menangani masalahnya.
331
http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/
Medis.
2014.
Triase
Gawat
Darurat
Lengkap
PPGD.
http://www.idmedis.com/2014/03/triase-gawat-darurat-lengkap-ppgd.html
diakses pada 2 Januari 2016
4. BNPB. 2010. Pedoman Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat
Bencana. http://www.gitews.org/tsunamikit/en/E6/further_resources/national_
level/peraturan_kepala_BNPB/Perka%20BNPB%2014
2010_%20Pedoman%20Pembentukan%20Pos%20Komando%20Tanggap%20
Darurat%20Bencana.pdf diakses pada 2 Januari 2015
5. BNPB. Sistem Penanggulangan Bencana. http://www.bnpb.go.id/pengetahuanbencana/sistem-penanggulangan-bencana diakses pada 2 Januari 2016
6. PUSDIKLAT. Manajemen Bencana Jejaring Untuk Penanggulangan Bencana.
http://www.pusdiklataparaturkes.net/Downloads/Diklat%20Kepemimpinan/Pelatihan%20PKP%20
Kepala%20Dinkes/MODUL.4%20PKP%20KADINKES/B.%20Manajemen%
20Bencana/Pokok%20Bahasan%204%20Jejaring%20untuk%20Penanggulang
an%20Bencana/File%20Materi/PB44B1.PDF diakses pada 2 Januari 2016
7. FK
UNAND.
2013.
Manajemen
Bencana
Alam.
diakses
Kabupaten
Magelang
Jawa
Tengah.
332
Bencana.
http://johana.staff.ugm.ac.id/wp-
2010.
Trauma
Healing.
http://kepri.kemenag.go.id/file/
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/
333
1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dijalani secara individu/personal maupun
secara berkelompok/berorganisasi membutuhkan rencana-rencana dalam mencapai tujuan.
Rencana telah disusun secara umum atau detail tanpa didukung kemampuan menajemen
(kemampuan menajerial seseorang/sekelompok orang) sulit untuk dilaksanakan dalam
perwujudan tujuan rencana tersebut, begitupun sebaliknya.
Berorganisasi membutuhkan menajemen yang jauh lebih kompleks agar tercapai
tujuan mereka. Kemampuan memanage dalam pelaksanaan, pengontrolan dan evaluasi
sebuah rencana yang telah disusun dengan baik menentukan hidup matinya organisasi.
Meskipun demikian langkah awal senantiasa dimulai dari bagaimana organisasi mampu
menyusun perencanaan.
2. PERENCANAAN
Perencanaan bisa didefinisikan sebagai melaksanakan proses penilaian keadaan,
menentukan tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang dan tindakan tindakan
yang harus dilaksanakan untuk mencapainya.Sehingga perencanaan penting dilakukan baik
sebelum maupun sesudah keadaan yang tak terkendali. Dan perencanaan operasi harus
didasarkan pada kebutuhan yang terinci dan penilaian akan sumber daya.
Adapun klasifikasi Rencana, yaitu :
1. Rencana Operasi (Operation Planning)
2. Rencana Cadangan (Alternative Planning)
Kedua tipe rencana tersebut jika digabung maka disebut sebagai master planning,
sehingga dapat menciptakan kondisi terkendali dan mengantisipasi kondisi yang tak
terkendali. Kesimpulannya rencana operasi tanpa rencana cadangan akan terjebak dalam
keadaan yang tak terkendali, begitupun dengan rencana cadangan tanpa rencana opersi
akan menjadi jasad sebuah ide.
336
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2.
3.
INGAT !
RENCANA
OPERASI
YANG
PALING
EFEKTIF
YANG
AKAN
MELAKSANAKAN
RENCANA
337
lebih mendalami pemahaman mengenai keadaan terkini dan kemungkinankemungkinan yang akan terjadi, seperti angket, inspeksi visual, agenda acara,
pengalaman, dan lain lain. Meskipun penilaian awal telah dilaksanakan,
JANGAN HENTIKAN PENILAIAN sebab penilaian susulan sangat erat
338
kondisi
kegamangan
atau
kebingungan
akibat ketiadaan
sesering
mungkin
baik
itu
rencana cadangan
yang
statis
yang
cenderung akan
339
TEAM BUILDING
1. Pendahuluan
Karena
berbagai
kemajuan
teknologi,
kompetisi
global,
dan
ketahanan
ekonomi dalam masyarakat yang kompleks, banyak jabatan menuntut adanya kolaborasi
di antara manusia lintas departemen atau lintas keakhlian. Intinya, pikiran orang
banyak akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun sebuah tim
adalah suatu proses memilih, mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih
sebuah kelompok kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup
memotivasi
bangga dalam
melaksanakan
tugas
kelompoknya. Pembangun tim (team builder) harus mampu memenuhi tuntutan tugas
(kualitas hasil, tepat waktu, dsb.) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompok
(adil, tidak konflik, dsb).
Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta keterampilan, sebuah tim
seringkali mamapu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh
seorang individu. Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang reltif permanen,
namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek
tertentu. Tim yang relatif permanen biasanya dinamakan natural team work, sedangkan
yang temporer banyak disebut a cross-functional action team biasanya terdiri dari
orang orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk tim yang dianggap paling
maju ialah self-directed, karenanya tim semacam ini kurang memerlukan pengawasan,
dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas tugasnya. Agar tim bisa bekerja
secara efektif dala mengenbangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas, banyak
organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah atu aspek dari
pengenbangan organisasi.
2. Tujuan Tim
Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih
efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan atar pribadi relatif tajam dalam
organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim.
Secara spesifik, membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling
percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktivitas.
1. Semangat
Rasa
saling
percaya
antar
sesama
anggota
merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim
mampu bekerja secara efektif.
3. Kedekatan
rapat
antara
lain
pendapat,
menangani
anggota-anggota
yang
sulit, dan
menyelesaikan
konflik,
kadang
sangat
diperlukan.
Karena
hanya
dengan
anggota
tim
olahraga,
kelompok
kerja
memerlukan pengetahuan tentang apa yang dimainkan oleh dirinya dan diri
anggota
lainnya.
Berdiskusi
dengan
tujuan
menjernihkan
atau
344
manajemen
atau
panitia
pengarah
untuk
memperoleh
kegiatan-kegiatan,
345
sepakat
atas
apa
yang
telah
diputuskan.
keputusan
secara konsensus harus dilakukan secara sistematis dan sabar. Tidak perlu
tergesa-gesa. Apabila kelompok
mencapai
konsensus,
tim
akan
dapat
Mengatasi konflik
Bukan hal yang aneh jika suatu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang
berbeda latar belakang, berpotensi memunculkan konflik. Jika tim gagal menangani
konflik
dengan
semestinya
maka
akan
gagal
mencapai
tujuan.
Dengan
yang
saling
bertentangan satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan menciptakan
suatu keputusan yang lebih baik. Sebuah tim dapat mengembangkan kapasitas
menangani konflik melalui berbagai cara, misalnya diskusi terbuka tentang konflik
itu sendiri atau melalui diskusi yang tangguh yang penuh perdebatan dan
skeptisme.
Permainan peran (role playing), dan latihan-latihan membantu tim
mengembangkan
komunikasi
terbuka
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan konflik secara produktif. Tim yang berkinerja tinggi antara lain
dicirikan dengan adanya anggota-anggota yang kritis, namun masih saling
menghargai satu sama lainnya.
Evaluasi hasil
Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim harus mengevaluasi
hasil kegiatannya guna mengetahui keberhasilan atau pun kegagalannya. Dalam
beberapa kasus, hasil dari adanya tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria baku
produktivitas atau keluaran. Jika produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka
dapat dikatakan tim tersebut efektif. Kesalahan yang makin berkurang, biaya
produksi makin kecil, tingkat turn over menurun, adalah beberapa tanda bahwa tim
bekerja secara efektif. Pemasok dan juga pelanggan yang menggunakan jasa tim
harus pula dijadikan sumber informasi keberhasilan atau kegagalan tim.
2.
Tim bekerja dalam lingkungan yang anggotanya saling terbuka dan percaya
satu sama lainnya.
3.
4.
5.
Semua anggota tim secara terus menerus belajar dan memperbaiki dirinya.
Hal ini membantu meningkatkan kemampuan tim memecahkan persoalan
347
7.
8.
9.
10.
Pimpinan
tim,
apakah
temporer
atau
tetap,
mempraktekan
gaya
kepemimpinan partisipatif.
348
KOMPETENSI TAMBAHAN
MATRA ORGANISASI
KEPEMIMPINAN DAN KEDIPIMPINAN
1. Kepemimpinan dan Kedipimpinan
1.2.Pengertian Kepemimpinan dan Kedipimpinan
Kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk mau
bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber lain berpendapat
bahwa kepemimpinan adalah suatu upaya merealisasikan tujuan perusahaan dengan
memadukan kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang dengan tujuan
organisasi. Perlu diketahui bahwa para individu merupakan anggota dari perusahaan.
Dan sumber lainnya mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kreasi yang
berkaitan dengan pemahaman dan penyelesaian atas permasalahan internal dan
eksternal organisasi.
Dari ketiga definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan merupakan
suatu upaya dari seorang pemimpin untuk dapat merealisasikan tujuan organisasi
melalui orang lain dengan cara memberikan motivasi agar orang lain tersebut mau
melaksanakannya, dan untuk itu diperlukan adanya keseimbangan antara kebutuhan
individu para pelaksana dengan tujuan perusahaan. Lingkup kepemimpinan tidak hanya
terbatas pada permasalahan internal organisasi, melainkan juga mencakup permasalahan
eksternal.
Dalam konteks penugasan audit, secara internal seorang ketua tim harus dapat
menggerakkan anggota tim sedemikian rupa sehingga tujuan audit dapat dicapai.
Seorang ketua tim harus dapat memahami kelebihan dan kekurangan anggota timnya,
sehingga dapat menentukan penugasan yang harus diberikan kepada setiap anggota tim.
Dilain pihak, secara ekternal seorang ketua tim harus dapat mempengaruhi audit agar
mau menjadi mitra kerjanya dan memperlancar ataupun membantu tugastugas ketua tim
dalam rangka mencapai tujuan audit. Untuk dapat mengatasi permasalahan internal dan
eksternal tersebut, ketua tim harus mempunyai kemampuan interpersonal serta teknik
349
Tujuan Kepemimpinan
Tugas memimpin adalah untuk mmeberikan informasi hubungan dan sumber
daya lain yang dibutuhan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai
tujuan mereka. Pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan guna
membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal hal yang mereka butuhkan
demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan
berbagai rintangannya.
Fungsi Kepemimpinan
2. Hal
Yang
Diperhatikan
Ketika
Memimpin
dan
Dipimpin
Dalam
Suatu
Kelompok/Organisasi
Kepemimpinan berperan sangat penting dalam manajemen karena unsur manusia
merupakan variabel yang teramat penting dalam organisasi. Seperti dikemukakan di atas
bahwa yang terlibat dan bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan organisasi terdiri dari
para manajer, para supervisor, dan para pelaksana. Manusia memiliki karakteristik yang
berbeda-beda mempunyai kepentingan masing-masing, yang bahkan saling berbeda dan
berakibat terjadi konflik. Perbedaan kepentingan tidak hanya antar individu di dalam
organisasi, tetapi juga antara individu dengan organisasi di mana individu tersebut
berada. Sangat mungkin bahwa perbedaan hanya dalam hal yang sederhana, namun ada
kalanya terjadi perbedaan yang cukup tajam.
Tanpa kepemimpinan yang baik, hal-hal yang telah ditetapkan dalam perencanaan
dan pengorganisasian tidak akan dapat direalisasikan. Kepemimpinan sangat diperlukan
agar semua sumber daya yang telah diorganisasikan dapat digerakkan untuk
merealisasikan tujuan organisasi. Domingo, dalam membahas kepemimpinan kualitas
(quality leadership) mengemukakan bahwa manajemen tingkat puncak harus kokoh
berinisiatif untuk mengedepankan pentingnya kepemimpinan kualitas. Pimpinan puncak
harus mendorong seluruh pegawai dan harus menjadi teladan. Segala pikiran dan
perkataannya harus merefleksikan filosofi kualitas yang diterapkan perusahaan.
Pimpinan puncak harus berpikir dan bertindak demi kualitas dalam segala situasi
dan bersedia mendengarkan siapa pun, bahkan dari seseorang yang berada di tingkat
paling bawah, yang mau menyumbangkan pendapatnya untuk peningkatan kualitas.
Domingo mengartikan kualitas sebagai melakukan sesuatu yang benar secara benar
sejak awal (doing the right thing right the first time). Domingo juga mengatakan
bahwa menghendaki kualitas berarti berbuat baik untuk melayani konsumen. Domingo
mengemukakan tiga hal dari tujuh belas dasar kepemimpinan yang diterapkan di General
Douglas McArthur, yaitu selalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut dalam
setiap tindakannya, sebagai berikut:
351
353
fisik,
pemimpin
yang
berprinsip
memiliki
air
muka
yang
pemimpin
yang
berorientasi
produksi
cenderung
berhubungan
dengan
produktivitas kelompok yang rendah dan kepuasan pekerjaan yang lebih buruk.
1. Level 1. di mana seorang pemimpin hanya mengandalkan jabatannya saja. Sekalipun
level ini memiliki kelebihan, tetap saja ada sangat banyak kekurangan dari
kepemimpinan semacam ini. Saat pemimpin itu berhasil mengembangkan diri dan
mengatasi semua kekurangan yang ada, ia akan naik ke tahap selanjutnya.
2. Level 2. Di sini, pemimpin memperoleh perkenanan anggota timnya untuk
memimpin mereka dan para anggota tim itu mengikuti sang pemimpin karena
mereka ingin, bukan karena keharusan. Di level ini, suasana di tempat kerja menjadi
lebih
menyenangkan
dan
kerja
sama
meningkat.
356
Kedipimpinan. Setiap manusia pasti memiliki prinsip kesukaan yang sama, seperti
senang dibantu, disanjung, dan diajak kerjasama. Celah itu pasti ada, sehingga dalam
menghadapi seorang pemimpin dengan berbagai tipe, cukup perlu memenuhi prinsip
prinsip pola komunikasi antar personal, maka BERES. Bisa jadi terkadangn ada
permasalahan /konflik dalam sebuah organisasi, hal tersebut wajar, namun gerak
organisasi tetap harus berjalan. Selama car memimpinnya tidak melewati batas wajar,
maka perlakukanlah secara wajar dengan best effort juga tentunya.
357
4.4 Pentingnya komunikasi efektif dalam peranan seorang pemimpin dan aktivis organisasi
Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang pemimpin
harus memiliki wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab, berani dalam mengambil
keputusan, dan ia juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik.
Karena komunikasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam
menjalankan tugasnya. Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana
bawahannya tersebut akan mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga
seorang pemimpin tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide
tersebut. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila pemimpin
menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para bawahannya
yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi
komunikasi.
Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat di dalamnya ketika
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, baik selaku pimpinan maupun para staff ,
agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai
360
positif bahwa dia mempunyai perhatian, dan ini akan menciptakan ikatan yang
positif dan langgeng.
4. Tidak Menganggap Remeh Nilai Seseorang dengan Siapa Berhubungan
Banyak orang yang ingin mendapat pengaruh besar, tapi kurang memahami
bagaimana caranya mempengaruhi. Temuilah setiap orang dengan sikap positif
dan harapkan agar setiap pertemuan menghasilkan sesuatu yang positif.
Layanilah setiap orang sama pentingnya, maka Anda tidak akan pernah
menganggap rendah siapapun.
5. Tidak Mengambil Keuntungan dari Orang Lain
Mengajukan din sendiri dengan mengorbankan orang lain hanya memberi kesan
seolah-olah kita sukses. Dalam jangka panjang, hal ini tidak hanya akan
merugikan Anda, tapi juga orang lain. Bilamana seseorang mengambil
361
ada
ruginya
bagi
kita
untuk
memuji
orang lain
dan
Daftar Pustaka
1. TPAK
Tim.
2007.
Kepemimpinan.
http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/
363
PERHIMPUNAN
TIM
BANTUAN
MEDIS
MAHASISWA
PERHIMPUNAN
TIM
BANTUAN
MEDIS
MAHASISWA
365
:
Fadhila Dea Safira dari TBM BEM IKM FK UI
Marwah Herliani dari TBM FK USU
:
Gassani Amalia dari TBM BEM IKM FK UI
Hazrina Julia dari USMR
366
2. Wilayah 2
3. Wilayah 3
4. Wilayah 4
5. Wilayah 5
367
Anggota Wilayah 3
Anggota Tetap
1. TBM ALERT FKIK UMY
2. TBMM Humerus FK UII
3. TBMM PANACEA FK UGM
4. PMPA VAGUS FK UNS
5. MAPADOKS FK UNISULA
6. MALADICA FK UNDIP
7. OSIPITAL FK UNSOED
8. TBMM Aorta FK UKDW
Anggota Peninjau:
1. TBM Gyrus FK UMS
2. TBMM CITO FK UNIMUS
3. TBM FK UMP
2. Sejarah, Visi Misi, Latar Belakang PTBMMKI dan Ruang Lingkup Kerja PTBMMKI
(Penjabaran fungsional atau peran dari tiap divisi dari PTBMMKI)
2.1 Sejarah PTBMMKI
PTBMMKI terbentuk pada tanggal 19 September 1992 di Semarang oleh organisasi
kepecinta-alam mahasiswa di beberapa FK untuk menyatukan mahasiswa yang siap di
terjun di bencana sebagai tim bantuan medis (TBM). TERHIMPUN DALAM
PERSAUDARAAN UNTUK KEMANUSIAAN
372
2.3 Tujuan
1. Bantuan penanganan kesehatan kepada masyarakat dalam menanggulangi
bencana dan kecelakaan pra rumah sakit.
2. Pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup yaitu memberikan
penyuluhan kesehatan dan bantuan kesehatan kepada masyarakat terutama yang
berkaitan dengan kegawatdaruratan medis.
3. Penyaluran dan pengembangan minat mahasiswa kedokteran Indonesia dalam
bidang ilmu penunjang pemberian bantuan kesehatan, kepencintaalaman dan
lingkungan hidup dalam semangat persaudaraan.
373