You are on page 1of 3

(*) AMALAN TERAKHIR PENENTU KEBAHAGIAAN DAN KESENGSARAAN SEORANG HAMBA DI

HARI AKHIRAT (*)


Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz
Bismillah. Sesungguhnya modal utama yg dimiliki seorang hamba di dunia ini adalah umurnya. Jika ia
gunakan umurnya untuk berbuat baik dan taat kpd Allah, niscaya ia akan meraih keuntungan yg besar
dan keselamatan yg abadi di akhirat.
Namun jika ia gunakan masa hidupnya di dunia yg fana nan sebentar ini untuk berbuat dosa dan
maksiat kpd Allah, maka pasti ia akan mendapat kerugian yg besar serta merasakan kesengsaraan dan
kebinasaan yg abadi di alam akhirat kelak.
Oleh karena itu, orang yg pandai dan beruntung di dunia dan akhirat ialah siapa saja yg dapat
mengekang dan menundukkan hawa nafsunya, serta membimbingnya untuk senantiasa
memperbanyak amal sholih sebagai bekal perjalanan hidupnya menuju ke alam akhirat yg kekal nan
abadi.
Hal ini berdasarkan firman Allah Taala:
(10) ( 9)
Artinya: Sungguh telah beruntung orang yg mensucikan jiwanya. Dan sungguh telah merugi orang yg
mengotori jiwanya. (QS. Asy-Syamsi: 9-10)
Makna ayat tersebut, sungguh telah beruntung dan bahagia orang yg mensucikan jiwanya dengan
melakukan amal-amal kebaikan dan ketaatan kpd Allah, mengikuti petunjuk Rasul-Nya, serta menjauhi
apa saja yg dilarang-Nya. Dan sungguh telah merugi sebesar-besarnya siapa saja yg mengotori jiwanya
dengan melalaikan kewajiban-kewajibannya kpd Allah, melanggar larangan-laranganNya, serta
melumuri jiwanya dengan noda-noda dosa dan maksiat.
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(Al-Kayyisu man Daana Nafsahu wa amila limaa bada al-Mauti, wal Aajizu man Atbaa Nafsahu
Hawaahaa wa Tamannaa Alallaahi al-Amaani)
Artinya: Orang yg pandai ialah siapa saja yg menundukkan hawa nafsunya dan beramal utk hari
setelah kematian (yakni hari akhirat). Sedangkan orang yg lemah (bodoh) ialah siapa saja yg
senantiasa mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan kpd Allah (tapi tanpa beramal,
pent). (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Al-Baihaqi, Ath-Thobroni Dan selainnya. Derajat hadits ini
secara sanad dinyatakan DHOIF Oleh Syaikh Al-Albani, namun maknanya SHOHIH).
Berdasarkan kedua ayat dan hadits di atas, marilah kita semua bersungguh-sungguh dlm melakukan
amal-amal kebajikan dan ketaatan kpd Allah, serta menjauhi segala perbuatan dosa dan maksiat
hingga kematian menjemput kita. Hal ini berdasarkan firman Allah Taala:

Artinya: Beribadahlah engkau kepada Tuhan-Mu hingga datang kepadamu kematian. (QS. Al-Hijr: 99)
Dan juga dikarenakan kebahagiaan dan kesengsaraan seorang hamba itu tergantung pada amalanamalan terakhirnya yg menjadi penutup kehidupannya di dunia ini.

Hal ini berdasarkan hadits yg shohih, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

( ) .
Artinya: Sesungguhnya amalan-amalan (seorang hamba) itu tergantung pada amalan-amalan
penutupnya. (HR. Imam Al-Bukhari).
Maksudnya, amalan terakhir seorang hamba yg menjadi penutup kehidupannya di dunia ini.
Az-Zarqoni rahimahullah didlm Syarah Al-Muwaththo menerangkan makna hadits tsb dengan
mengatakan, Bahwasanya nasib seseorang sangat ditentukan oleh amalan terakhirnya, dan dengan
amalan terakhirnya itu ia akan diberi balasan (oleh Allah). (Lihat Syarhu Al-Muwaththo imam Malik)
Maksudnya, barangsiapa yg berpindah dari perbuatan buruk kepada perbuatan baik, maka ia dianggap
sebagai orang yg bertaubat kpd Allah. Dan barangsiapa yg berpindah dari keimanan menuju kekufuran,
maka ia dianggap sebagai orang yg murtad.
Penafsiran Az-Zarqoni rahimahullah terhdp hadits ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam:

Artinya: Janganlah kalian merasa kagum dengan amalan seseorang sehingga kalian melihat dengan
amalan apa yg mengakhiri hidupnya. (HR. Ahmad di dlm Al-Musnad. Dan dinyatakan SHOHIH oleh
syaikh Al-Albani n Syuaib Al-Arnauth rahimahumallah)
Disebutkan dlm hadits shohih, bahwa ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam berjihad melawan kaum
musyrikin, tiba2 ada seseorang yg dengan gagah berani menerjang barisan kaum musyrikin dan
membabat habis siapapun yg menghadangnya. Nabi mengatakan bahwa ia termasuk calon penghuni
neraka. Maka para sahabat merasa heran dgn perkataan Nabi tsb. Akhirnya, ada seorang sahabat yg
membuntuti orang pemberani tsb. Dan ternyata ia menyaksikan secara langsung orang tsb bunuh diri
dengan menusukkan pedangnya ke dlm perutnya. Ia mati bukan karena dibunuh oleh orang musyrik,
tapi dia membunuh dirinya sendiri. Maka, sahabat tsb menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
seraya mengucapkan, Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah. Dan ia pun memberitahukan
kejadian tsb kpd beliau. (Makna hadits ini diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari no.2898, dari jalan SahL
bin Saad radhiyallahu anhu).
Sedangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah membawa makna hadits tsb kpd siapa saja
yg beramal sholih namun dengan niat riya (pamer) dan atas dasar kemunafikan, maka ia akan
mengakhiri hidupnya dengan keburukan. (Naudzu billahi min Dzalik)
Penafsiran ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
. .

Artinya: Sesungguhnya ada seorang hamba yg melakukan amalan penghuni surga menurut
pandangan manusia, padahal sesungguhnya (di mata Allah) ia termasuk penghuni neraka. Dan ada
seorang hamba yg melakukan amalan penghuni neraka menurut pandangan manusia, padahal
sesungguhnya (di mata Allah) ia termasuk calon penghuni Surga. Dan sesungguhnya amalan-amalan
hamba itu ditentukan oleh amalan penutup (hidup)nya. (HR. Al-Bukhari)
Hadits shohih ini menunjukkan kpd kita tentang tidak ikhlasnya niat orang yg beramal sholih tsb,
sehingga Allah menolak amalannya dan akan memasukkannya ke dlm api neraka, meskipun manusia

memandangnya sebagai orang sholih calon penghuni surga.


Demikianlah faedah ilmiyah dan mauizhoh hasanah yg dapat kami sampaikan. Smg menjadi tambahan
ilmu yg bermanfaat. Dan smg Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yg beruntung
dan bahagia di dunia dan akhirat. Amiin.
(Klaten, 26 Romadhon 1436 H / 13 Juli 2015).
Grup Majlis Hadits Ikhwan & Akhwat.
WA : 082225243444 BB: 538AF185

You might also like