Professional Documents
Culture Documents
Buletin
Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 28-32
Heny Yusrini: Teknik pengujian kadar aflatoksin B1 pada jagung menggunakan kit ELISA
Cara Kerja
Preparasi Sampel
Sampel yang berupa biji jagung digiling dengan menggunakan penggiling Retsel Muhle dan disaring dengan
saringan 0,75 mesh, kemudian diambil subsampel.
Preparasi Ekstrak Sampel
Untuk mengekstrak sampel, dibuat 100 ml metanol 60%
dengan cara mencampur 60 ml metanol pa dengan 40 ml
akuades. Selanjutnya, ditimbang 25 g sampel jagung lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, dan ditambahkan
50 ml metanol 60% lalu digoyang selama 30 menit. Campuran
lalu disentrifuse pada 3.000 rpm selama 15 menit. Larutan
yang jernih diambil untuk digunakan sebagai bahan analisis.
Plat mikro, baik plat pencampur maupun plat berlapis
antibodi terdiri atas lubang-lubang (sumur), lubang ke bawah
29
Heny Yusrini: Teknik pengujian kadar aflatoksin B1 pada jagung menggunakan kit ELISA
Kocok
Pipet 75 l
75 l
Tabel 1. Bagan I: Posisi standar AFB1 dan sampel pada plat pencampur, laboratorium Bbalitvet, Bogor, 2008
Sumur
A
B
C
D
E
F
G
H
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
l
l
l
l
l
l
l
l
ekstrak
ekstrak
ekstrak
ekstrak
ekstrak
ekstrak
ekstrak
ekstrak
sampel
sampel
sampel
sampel
sampel
sampel
sampel
sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
+
+
+
+
+
+
+
+
konjugat
konjugat
konjugat
konjugat
konjugat
konjugat
konjugat
konjugat
Tabel 2. Bagan II: Posisi standar AFB1 dan sampel pada plat berlapis antibodi, laboratorium Bbalitvet, Bogor, 2008
Sumur
A
B
C
D
E
F
G
H
Blanko
Std. 30 ppb
Std. 10 ppb
Std. 3,30 ppb
Std. 1,10 ppb
Std. 0,37 ppb
Std. 0,12 ppb
Kontrol
Blanko
Std. 30 ppb
Std. 10 ppb
Std. 3,30 ppb
Std. 3,30 ppb
Std. 0,37 ppb
Std. 0,12 ppb
Kontrol
Spl 1
Spl 2
Spl 3
Spl 4
Spl 5
Spl 6
Spl 7
Spl 8
Spl 1
Spl 2
Spl 3
Spl 4
Spl 5
Spl 6
Spl 7
Spl 8
Spl 9
Spl 10
Spl 11
Spl 12
Spl 13
Spl 14
Spl 15
Spl 16
6
Spl 9
Spl 10
Spl 11
Spl 12
Spl 13
Spl 14
Spl 15
Spl 16
7
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
8
17
18
19
20
21
22
23
24
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
Spl
9
17
18
19
20
21
22
23
24
Spl
Spl
Spl
Spl
10
25
26
27
28
Spl
Spl
Spl
Spl
25
26
27
28
11
12
Blanko
Std. 30 ppb
Std. 10 ppb
Std. 3,30 ppb
Std. 1,10 ppb
Std. 0,37 ppb
Std. 0,12 ppb
Kontrol
Blanko
Std. 30 ppb
Std. 10 ppb
Std. 3,30 ppb
Std. 3,30 ppb
Std. 0,37 ppb
Std. 0,12 ppb
Kontrol
30
Heny Yusrini: Teknik pengujian kadar aflatoksin B1 pada jagung menggunakan kit ELISA
Tambahkan 50 l
Untuk sampel, 75 l
Pencatatan Data
Pembacaan plat mikro pada ELISA reader diperoleh nilai
serapan warna (optical density, OD atau absorban, A) untuk
masing-masing sumur ( blanko standar, standar, dan sampel).
Selanjutnya dihitung nilai persentase inhibisinya untuk
masing-masing standar dan sampel dengan rumus sebagai
berikut:
{1 - (A standar - A blanko standar)}
% inhibisi standar = x 100
A kontrol - A blanko standar
{1 - (A sampel - A blanko standar)}
% inhibisi sampel = x 100
A kontrol - A blanko standar
Persentase inhibisi standar dan sampel dihitung dengan
program yang disediakan dan kurva kalibrasi standar, yaitu
plot antara persen inhibisi standar versus log konsentrasi
AFB1 akan muncul. Selanjutnya, dengan memasukkan nilai
OD yang diperoleh ke dalam program pengolahan data yang
disiapkan dapat diketahui konsentrasi sampel.
Jika persentase inhibisi sampel yang diperoleh lebih
besar dari persentase inhibisi standar 10-30 ppb, berarti
sampel mengandung AFB1 tinggi. Jika persentase inhibisi
negatif berarti sampel tidak mengandung aflatoksin (AFB1
di bawah limit deteksi, < 0,30 ppb)
31
Heny Yusrini: Teknik pengujian kadar aflatoksin B1 pada jagung menggunakan kit ELISA
Tabel 3. Hasil pembacaan optical density (OD) sampel jagung pada ELISA reader, laboratorium Bbalitvet, Bogor, 2008
Kolom
Sumur
A
B
C
D
E
F
G
H
10
11
12
0,085
0,179
0,274
0,369
0,438
0,536
0,557
0,602
0,080
0,175
0,225
0,369
0,432
0,489
0,564
0,601
0,432
0,391
0,207
0,579
0,379
0,192
0,166
0,167
0,783
0,469
0,186
0,555
0,609
0,194
0,159
0,197
0,196
0,219
0,245
0,661
0,703
0,416
0,474
0,170
0,186
0,184
0,196
0,391
0,572
0,681
0,561
0,148
0,367
0,460
0,502
0,389
0,077
0,077
0,310
0,561
0,370
0,467
0,470
0,376
0,079
0,079
0,316
0,424
0,075
0,074
0,075
0,280
0,080
0,074
0,080
0,348
0,076
0,103
0,148
0,193
0,341
0,408
0,460
0,574
0,075
0,114
0,163
0,230
0,341
0,399
0,432
0,587
Kolom 1 dan 2 serta kolom 7 dan 8 adalah nilai OD standar AFB1, dari A std 0 (blanko), B std 30 ppb, C 10 ppb, D 3,30 ppb, E 1,10 ppb, F 0,37
ppb, G 0,12 ppb, dan H kontrol positif
Kolom 3-6 dan kolom 9-12 adalah nilai OD sampel jagung masing-masing dianalisis duplo (3, 4), (5, 6), (9, 10), dan (11, 12)
Tabel 4. Rata-rata nilai optical density (OD) standar aflatoksin B1 (AFB1) dan sampel jagung, laboratorium Bbalitvet, Bogor, 2008
Standar AFBI
Std 0
30 ppb
10 ppb
3,30 ppb
1,10 ppb
0,37 ppb
0,12 ppb
Kontrol
OD
Sampel
OD
Sampel
OD
Sampel
OD
Sampel
OD
Standar AFB1
OD
0,085
0,177
0,250
0,369
0,435
0,513
0,561
0,602
J1
J2
J3
J4
J5
J6
J7
J8
0,608
0,430
0,197
0,567
0,494
0,193
0,163
0,182
J9
J10
J11
J12
J13
J14
J15
J16
0,191
0,202
0,221
0,526
0,638
0,548
0,518
0,519
J17
J18
J19
J20
J21
J22
J23
J24
0,369
0,464
0,486
0,383
0,078
0,078
0,313
0,493
J25
J26
J27
J28
0,078
0,074
0,078
0,314
Std 0
30 ppb
10 ppb
3,30 ppb
1,10 ppb
0,37 ppb
0,12 ppb
Kontrol
0,076
0,109
0,156
0,212
0,341
0,404
0,446
0,581
Tabel 5. Persen inhibisi standar aflatoksin B1 (AFB1) dan sampel jagung, laboratorium Bbalitvet, Bogor, 2008
Standar AFB1
30
10
3,30
1,10
0,37
0,12
% inhibisi
Sampel
% inhibisi
Sampel
% inhibisi
Sampel
% inhibisi
Sampel
% inhibisi
70,6
58,5
38,7
27,7
14,8
6,8
J1
J2
J3
J4
J5
J6
J7
J8
-1
28,5
67,3
5,7
17,9
67,9
73,0
69,7
J9
J10
J11
J12
J13
J14
J15
J16
68,2
66,5
63,3
12,6
-6,0
8,8
14,0
73,6
J17
J18
J19
J20
J21
J22
J23
J24
36,5
20,2
16,3
34,1
86,6
86,6
46,1
15,2
J25
J26
J27
J28
86,6
87,3
86,6
45,9
% inhibisi
100
% inhibisi
30
10
3,30
1,10
0,37
0,12
81,3
73,2
63,6
41,3
30,5
23,2
% inhibisi
100
y = 12,95Ln(x) + 26,508
R 2 = 0,9916
80
Standar
y = 12,145Ln(x) + 43.396
R2 = 0,9682
80
60
60
40
40
20
20
0
0
10
100
Aflatoksin B1 (ng/ml)
Gambar 2. Kalibrasi standar aflatoksin B1 (AFB1) untuk
menghitung kadar AFB1 pada sampel jagung (J1-J16),
laboratorium Bbalitvet, Bogor, 2008
10
100
Aflatoksin B1 (ng/ml)
Gambar 3. Kalibrasi standar aflatoksin B1 (AFB1) untuk
menghitung kadar AFB1 pada sampel jagung (J17-J28),
laboratorium Bbalitvet, Bogor, 2008
32
Heny Yusrini: Teknik pengujian kadar aflatoksin B1 pada jagung menggunakan kit ELISA
Kadar AFB1
(ppb)
tt
2,3
46,8
0,4
1,0
48,9
72,4
56,4
50,2
43,9
34,4
0,7
tt
0,5
0,8
75,7
1,1
0,3
0,2
0,9
> 60
> 60
2,5
0,2
> 60
> 60
> 60
2,5
tt = tidak terdeteksi (kadar AFB1 < limit deteksi yaitu < 0,30 ppb)
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
2007. Teknologi pascapanen jagung untuk penanggulangan
aflatoksin dalam upaya peningkatan daya saing dan pendapatan
petani. Makalah disampaikan pada Aflatoksin Forum II,
Yogyakarta, Juli 2009.
Rachmawati, S. 2004. Uji banding antarlaboratorium, pengujian
ELISA kit aflatoksin. Laporan hasil kegiatan kerja sama antara
Balai Penelitian Veteriner dengan PT Sinta Prima Feedmill, PT
Sierad Tbk, Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak, dan Balai
Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional IV. hlm. 2-9.
Rachmawati, S. 2005. Aflatoksin pada pakan di Indonesia:
Persyaratan kadar dan peraturan perundang-undangannya.
Wartazoa 4(1): 26-35.
SNI (Standard National Indonesia). 2000. Maximum Residue Limit
for Microbial and Chemical Contamination in Animal Product.
National Standardization Agency, Jakarta, Indonesia.
Stanker, L.H. and R.C. Beier. 1995. Introduction to immunoassay
for residue analysis: Concept, formats and applications in
immunoassays for residue analysis. p. 12-22. In. ELISA
Workshop. Simple Test for Monitoring Mycotoxins and
Pestisides in Produce. Postharvest Technology Institute. Ho
Chi Minh City, Vietnam, 15-17 November 1999. University of
Sydney.