You are on page 1of 7

TUGAS SEJARAH

XI IA 2
Disusun oleh :
Achmad Mirfak01
Anies Yulinda W04
Intan Maya A.P15
Yusril Falah31

PERLAWANAN DEMAK
Latar Belakang
Pendudukan Portugis atas Malaka pada tahun 1511 serta kebijakan monopoli
yang diterapkannya membuat aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh orang
orang Islam di tempat itu terganggu. Hal ini memicu solidaritas dari Kesultanan
Demak, yang sangat baik terhadap para saudagar Islam yang hendak pergi
berdagang ke Nusantara melalui Malaka.
Perluasan wilayah kekuasaan Portugis di Pulau Jawa menimbulkan banyak
kekhawatiran, tidak terkecuali Demak. Sebagai Kerajaan Islam, Demak khawatir
Portugis akan memperluas kekuasaannya ke Pulau Jawa. Oleh karena itu, sebelum
Portugis menyerah daerah daerah di Jawa, Demak berencana melakukan serangan
terlebih dahulu .
Dengan armada lengkap Alfonso de Albuquerque berangkat untuk menguasai
Malaka. Pada tahun 1511 armada Portugis berhasil menguasai Malaka. Dengan
demikian kekuatan Portugis semakin mendekati Kepulauan Nusantara. Orang-orang
Portugis pun segera mengetahui tempat buruannya mutiara dari timur yakni di
Kepulauan Nusantara, khususnya di Kepulauan Maluku.
Dikuasainya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 telah menyebabkan
perdagangan orang-orang Islam menjadi terdesak. Para pedagang Islam tidak lagi
bisa berdagang dan keluar masuk kawasan Selat Malaka, karena Portugis
melakukan monopoli perdagangan. Akibatnya para pedagang Islam harus
menyingkir ke daerah-daerah lain. Tindakan Portugis yang memaksakan monopoli
dalam perdagangan itu telah mendapatkan protes dan perlawanan dari berbagai
pihak. Sebagai contoh pada tahun 1512 terjadi perlawanan yang dilancarkan
seorang pemuka masyarakat yang bernama Pate Kadir (Katir).
Pate Kadir merupakan tokoh masyarakat yang sangat pemberani. Ia
melancarkan perlawanan terhadap keserakahan Portugis di Malaka. Dalam
melancarkan perlawanan ini Kadir berhasil menjalin persekutuan dengan Hang
Nadim. Perlawanan Pate Kadir terjadi di laut dan kemudian menyerang pusat kota.
Tetapi ternyata dengan kekuatan senjata yang lebih unggul, pasukan Kadir dapat
dipukul mundur. Kadir semakin terdesak dan kemudian berhasil meloloskan diri
sampai ke Jepara dan selanjutnya ke Demak.
Tindak monopoli yang dipaksakan Portugis juga mendapatkan protes dari
penguasa Kerajaan Demak. Demak telah menyiapkan pasukan untuk melancarkan
perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Pada saat itu kerajaan Demak dipimpin
oleh Raden Patah, tetapi dalam melakukan perlawanan Raden Patah tidak

memimpin langsung pasukan Demak tetapi mengutus putera mahkota, Pati Unus.
Pasukan Demak ini semakin kuat setelah bergabungnya Pate Kadir dan
pengikutnya. Tahun 1513 pasukan Demak yang berkekuatan 100 perahu dan ribuan
prajurit mulai melancarkan serangan ke Malaka. Tetapi dalam kenyataannya
kekuatan pasukan Demak dan pengikut Kadir belum mampu menandingi kekuatan
Portugis, sehingga serangan Demak ini juga belum berhasil. Posisi Portugis menjadi
semakin kuat. Portugis terus berusaha memperluas monopolinya, sampai kemudian
sampai ke Indonesia.
Antara 1512 1521 Kerajaan Pajajaran merasa terancam oleh ekpansi Demak
ke Sunda Kelapa. Demak memang berusaha menguasai Kerajaan di pantai Utara
Jawa seperti Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Maka dalam memperkuat
pertahanan, Pajajaran bersekutu dengan Portugis. Portugis diberi hak monopoli
dagang lada dan diperbolehkan membangun benteng di Sunda Kelapa sebagai
imbalannya.
Kabar persekutuan Portugis- Pajajaran sampai ke telinga penguasa Demak.
Khawatir ekpansi Portugis semain meluas, Kerajaan Demak yang dipimpin Sultan
Trenggono berhasil menyerang dan menguasai Sunda Kelapa tahun 1526.
Pada tahun 1527 tanpa menyadari terjadi perubahan kekuasaan di Sunda
Kelapa, kemudian Portugis tiba di Sunda Kelapa untuk membangun benteng. Dari
Sunda Kelapa, Demak yang dipimpin Fatahillah berhasil menghalau Portugis pada
22 Juni 1527. Atas kemenangan itu, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa
menjadi Jayakarta.
Meskipun Kerajaan Demak berhasil membendung masuknya pengaruh
Portugis di Jawa Barat, tetapi gagal ketika mencegah hubungan dagang antara
Portugis dengan kerajaan-kerajaan Hindu di daerah Jawa Timur. Bahkan Sultan
Trenggono dari tahun 1521 sampai dengan tahun 1546 yang memimpin langsung
penyerangan itu gugur di Pasuruan, Jawa Timur.

PERLAWANAN MAKASSAR
KERAJAAN GOWA
Kerajaan Goa merupakan salah satu
kerajaan yang sangat terkenal di
Sulawesi.
Pusat
pemerintahannya
berada di Somba Opu yang sekaligus
menjadi pelabuhan Kerajaan Goa.
Somba Opu senantiasa terbuka untuk
siapa saja. Banyak para pedagang asing
yang tinggal di kota itu. Misalnya, orang
Inggris,
Denmark,
Portugis,
dan
Belanda. Goa anti terhadap tindakan
monopoli perdagangan. Masyarakat Goa
ingin hidup merdeka dan bersahabat kepada siapa saja tanpa hak istimewa.
Masyarakat Goa senantiasa berpegang pada prinsip hidup sesuai dengan kata-kata
Tanahku terbuka bagi semua bangsa, Tuhan menciptakan tanah dan laut; tanah
dibagikannya untuk semua manusia dan laut adalah milik bersama.
Dengan prinsip keterbukaan itu maka Goa cepat berkembang. Kerajaan
Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669.
Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi
kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur.
Dengan melihat peran dan posisinya yang strategis, VOC berusaha keras
untuk dapat mengendalikan Goa dan menguasai pelabuhan Somba Opu serta
menerapkan monopoli perdagangan. Untuk itu VOC harus dapat menundukkan
Kerajaan Goa. Berbagai upaya untuk melemahkan posisi Goa terus dilakukan.
PERLAWANAN MAKASSAR PADA TAHUN 1634

Pada tanggal 13 Februari 1634 sebuah armada Belanda yang dipimpin


Gijsbert van Lodensteyn tiba di Pelabuhan Sombaopu. Kedatangan armada ini sudah
diketahui terlebih dahulu, sehingga maksud untuk menyergap secara mendadak
perahu perahu orang Makassar dan Portugis gagal sama sekali. Sampai pada
tanggal 16 Agustus 1634 armada VOC masih berusaha memblokade pelabuhan
Kerajaan Gowa. Akan tetapi perahu perahu Makassar yang lebih kecil dan lebih
lincah dapat menghindari dan lolos dali blokade Belanda itu. Kemudian armada VOC
ini membali ke Batavia tanpa memperoleh hasil yang diharapkannya. Pada tanggal
17 September 1634 dikirim lagi sebuah armada di bawah pimpinan Harmen Gerritz
ke Gowa. Usaha ini pun masih gagal. Orang orang Makassar tetap juga dapat
dengan leluasa berdangang rempah rempah.
PERLAWANAN MAKASSAR PADA TAHUN 1654
Pada tanggal 6 November 1653 Sultan Muhamad Said wafat. Beliau
digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Hasanudin. Ia sangat mengerti betul
bahwa VOC selalu berusaha memaksakan monopoli perdagangan rempah
rempahnya di Indonesia bagian timur. Kerajaan Gowa tetap tidak mau mengakui
hak monopoli perdagangan VOC yang hendak dipaksakan di Indonesia bagian timur.
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin hubungan antara Kerajaan
Gowa dengan VOC makin tegang dan meruncing. Awal pemertintahan terdapat
banyak pertempuran pertempuran yang terjadi di Buton, Pulau Ambon, Pulau Buru
, dan Seram Kecil.
Untuk meredam perlawanan perlawanan yang menelan biaya yang sangat
besar, Belanda memutuskan untuk berusaha mengadakan perjanjian permainan
dengan Kerajaan Gowa. Pada tanggal 28 Desember 1655, Van Beeck berhasil
membuat perjanjian dengan Kerajaan Gowa. Perjanjian tersebut ternyata tidak
dapat menjamin hubungan yang baik antara VOC dengan orang orang Makassar.
Karena VOC memang mengandung maksud maksud tertentu yang tidak jujur.
Sehingga perjanjian tersebut tidak menimbulkan perdamaian.
PERLAWANAN MAKASSAR PADA TAHUN 1667
Pada tanggal 31 Desember 1666 sampailah armada VOC di bawah pimpinan
Laksamanan Speelman di Buton. Setelah kurang lebih sebulan berada di Buton,
pada tanggal 31 Januari 1667 diadakanlah perjanjian persekutuan antara VOC dan
Sultan Buton. Kemudian Aru Palaka diminta Speelman agar memerintahkan
penigkutnya ke Bone untuk menyiapkan perlawanan umum. Speelman berusaha
mengumpulkan bala bantuan yang cukup besar untuk menyerang Kerajaan Gowa di
Sombaopu. Sehingga mereka menggunakan politik adu domba nya kepada wilayah
Ternate,Bugis, Buton, dan Ambon/Maluku.

PUNCAK PERLAWANAN

Pada tanggal 7 Juli 1667 Speelman dan Aru Palaka menyerang kota Bantaeng.
kota ini dipertahankan gagah berani dengan pasukan Kerajaan Gowa yang
berjumlah 5000 orang. Pasukan pasukan Gowa ini dipimpin oleh I. Atatojeng Kare
Tulolo Karaeng Bonto Majannang. Akhirnya Belanda berhasil merebut kota Bantaeng
dan dimusnahkan.
Pasukan Belanda sesungguhnya tidak begitu bersemangat untuk bertempur.
Mereka lebih menyukai perjanjian yang menguntungkan mereka Malah pasukan
pasukan Bugis yang dipimpin Aru Palaka lah yang memiliki semangat tempur yang
tinggi. Merekalah yang banyak merebut daerah daerah Gowa. Di sini terlihat
bahwa, meskipun mereka berteman namun semangat dan tujuan perjuangan
mereka sangat berbeda.
Jadi, Aru Palaka dan pasukan pasukan Bugisnyalah yang memegang peran
terpenting dalam mengalahkan Kerajaan Gowa. Belanda hanya mengandalkan
politik Devide et impera dengan mengadu domba orang orang Bugis dan orang
orang Makassar.
Di pihak Kerajaan Gowa pun Keadaan tidak begitu menggembirakan. Wilayah
Kerajaan makin hari makin sempit . Pada tanggal 26 Oktober 1667 sampailah
pasukan pasukan Belanda serta sekutunya di dekat Benteng Sombaopu yang
menjadi tempat kediaman Sultan Hasanuddin. Lalu diadakanlah genjatan senjata
tiga hari

AKHIR PERLAWANAN
Pada tanggal 18 November 1667, di sebuah desa Bungaya diadakan perjanjian.
Sultan Hasanuddin kemudian dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya
yang isinya antara lain sebagai berikut.
1. Goa harus mengakui hak monopoli VOC
2. Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Goa
3. Goa harus membayar biaya perang sebesar 250 ribu ringgit.
4. VOC diperbolehkan membangun benteng benteng di Makassar.
5. Gowa harus mengakui kedaulatan Kesultanan Bone
Sultan Hasanuddin tidak ingin melaksanakan isi perjanjian itu, karena isi
perjanjian itu bertentangan dengan hati nurani dan semboyan masyarakat Goa atau
Makasar. Pada tahun 1668 Sultan Hasanuddin mencoba menggerakkan kekuatan
rakyat untuk kembali melawan kesewenang-wenangan VOC yang ingin
memperebutkan Benteng Sombaopu. Namun perlawanan ini segera dapat
dipadamkan oleh VOC. Dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin harus
melaksanakan isi Perjanjian Bongaya.

You might also like