You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tingkat kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani semakin tinggi dari hari ke
hari, hal tersebut terlihat dari ketidakseimbangan yang terjadi antara permintaan daging
yang terus meningkat dengan persediaan yang ada serta pertambahan populasi ternak yang
tidak mencukupi kebutuhan. Hal inilah yang mendorong dilaksanakannya pengembangan
dan penganekaragaman ternak sumber protein hewani, salah satunya adalah burung puyuh.
Selain daging sapi, ayam, domba dan kambing ternyata burung puyuh memiliki potensi
sebagai salah satu sumber protein hewani.
Burung puyuh sampai saat ini masih dipandang sebagai unggas penghasil telur, oleh
karena hal tersebut maka berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan performans
puyuh sebagai petelur. Beberapa diantaranya yaitu dengan melakukan perbaikan pakan yang
diberikan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan nutrisi yang diberikan kepada puyuh agar
dapat berkembang dan bereproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Hal inilah yang
kemudian menarik untuk dikaji mengenai bagaimana system pencernaan burung puyuh dan
kebutuhan nutrisinya, oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang
pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan
memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu
a) Bagaimana gambaran burung puyuh secara umum?
b) Bagaimana system pencernaan burung puyuh?
c) Bagaimana kebutuhan nutrisi burung puyuh?
I.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
a) Untuk mengetahui gambaran burung puyuh secara umum
b) Untuk mengetahui system pencernaan burung puyuh
c) Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi burung puyuh
I.4 Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
a) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai gambaran
umum, system pencernaan dan kebutuhan nutrisi burung puyuh
b) Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Burung Puyuh Secara Umum


Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh, ukuran
tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga gemak
(jawa) atau quail (asing), merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali
diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus dikembangkan ke penjuru dunia.
Sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979.
Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia (Lampung
Post, 2003).
Jenis burung puyuh yang

biasa diternakkan adalah berasal dari jenis

Coturnix-coturnix japonica. Produksi telur

burung

puyuh

ini

mencapai 250 300

butir per tahun dengan berat rata-rata 10 gram per butir. Disamping produksi telurnya,
burung puyuh juga dimanfaatkan daging dan kotorannya. Keunggulan lain dari burung
puyuh adalah cara pemeliharaannya mudah, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
penyakit dan dapat diternakkan bersama dengan hewan lain (Hartono, 2004). Adapun
klasifikasi burung puyuh sebagai berikut:
Class

: Aves (Bangsa Burung)

Ordo

: Galiformes

Family : Phasianidae
Genus : Coturnix
Spesies : Coturnix-coturnix japonica
(Sumber: Redaksi Agromedia, 2002).
Ciri-ciri burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) adalah bentuk badannya
relatif lebih besar dari jenis burung- burung puyuh lainya. Panjang badannya 19 cm,
badannya bulat, ekor pendek, dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu coklat
kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada bergaris. Faktor yang
terpenting dalam pemeliharaan burung puyuh adalah pakan, sebab 80% biaya yang
dikeluarkan peternak digunakan untuk pembelian pakan. Zat-zat gizi yang dibutuhkan
harus terdapat dalam pakan, kekurangan salah satu
akan

memberikan

dampak

zat

gizi

yang

buruk (Listiyowati dan Kinanti, 2005).

II.2 Sistem Pencernaan Burung Puyuh

diperlukan

Puyuh merupakan hewan monogastrik, yaitu hewan yang memiliki satu lambung.
Saluran pencernaan pada puyuh sama dengan hewan unggas lainnya, terbagi atas beberapa
segmen yaitu mulut, esophagus, tembolok, lambung kelenjar (proventriculus), lambung
keras (ventriculus), usus halus (small intestine), sekum (caecum), usus besar (large
intestine), kloaka (cloaca), anus (vent) serta pangkreas dan hati yang merupakan organ yang
diperlukan dalam membantu proses pencernaan (Rizal,2006). Adapun gambar saluran
pencernaan pada puyuh, yaitu:

Gambar 1. Saluran Pencernaan pada Unggas (Anggorodi,1985)


Menurut Djulardi, dkk (2006) dijelaskan bahwa proses pencernaan merupakan penguraian
bahan makanan menjadi zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan
digunakan oleh jaringan tubuh, dan di dalam tubuh terjadi proses pencernaan baik secara mekanis
dan kimia.
1. Pencernaan Protein
Pencernaan protein pada unggas dimulai pada saat makanan dihaluskan dan dicampur di
dalam ventriculus. Campuran pepsin hidroklorik memecah sebagian protein dan pepton. Pada
lekukan duodenum, tripsin dari kelenjar pankreas memecah proteosa dan pepton menjadi asam
amino. Iripsin yang dikeluarkan ke dalam usus halus membantu melengkapi pemecahan protein
menjadi asam-asam amino. Asam-asam amino ini merupakan hasil akhir pencernaan protein.

2. Pencernaan Karbohidrat

Pencernaan karbohidrat dimulai dalam mulut dan disempurnakan dalam lekukan


duodenum, kemudian getah pankreas disekresikan ke bagian tersebut bersama-sama dengan
sekresi garam empedu alkalis. Garam empedu menetralisir keasaman isi usus dalam lekukan
duodenum sehingga bersifat alkalis. Tiga macam enzim pencernaan yaitu karbohidrase, protease,
dan lipase dikeluarkan dari pankreas. Enzim amilase merupakan salah satu enzim pemecah
karbohidrat yang memecah pati menjadi disakarida (maltosa dan sukrosa). Selanjutnya di dalam
usus halus enzim pemecah gula lainnya memecah disakarida menjadi monosakarida atau gula
sederhana, seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa yang merupakan hasil akhir dari pencernaan
karbohidrat.
3. Pencernaan Lemak
Pemecahan lemak memerlukan adanya garam-garam empedu yang dihasilkan hati dan
disimpan dalam kantung empedu. Garam empedu dilepaskan karena adanya rangsangan bahan
makanan dalam usus. Garam-garam empedu mengemulsikan lemak dalam lekukan duodenum.
Selanjutnya lemak yang berbentuk emulsi tersebut dipecah menjadi asam lemak dan gliserol
dengan bantuan lipase, enzim dari kelenjar pankreas. Asam lemak dan gliserol merupakan hasil
akhir dari pencernaan lemak.
4. Pencernaan Mineral dan Vitamin
Mineral dalam saluran pencernaan dilarutkan dalam larutan hidrokhlorat lambung, dan
zat-zat mineral tersebut dibebaskan dari senyawa organik dari padat menjadi cair dalam
ventriculus. Pencernaan vitamin belum banyak diketahui, tetapi zat-zat tersebut dapat digunakan,
khususnya vitamin B kompleks yang mempunyai fungsi pokok sebagai katalis dalam
mengkonversi zat-zat makanan ke dalam produk ternak.

II.3 Kebutuhan Nutrisi Buyung Puyuh

Puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsurunsur tersebut adalah protein, vitamin, mineral dan air. Kekurangan unsur- unsur tersebut
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktifitasnya (Rasyaf,
1994).
Burung puyuh mempunyai 2 fase pemeliharaan yaitu fase pertumbuhan dan fase
produksi (bertelur). Fase pertumbuhan dibagi menjadi 2 fase yaitu starter (0-3 minggu),
grower (3-5 minggu) dan fase produksi (umur diatas 5 minggu). Anak burung puyuh yang
baru berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolisme 2900
kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar protein dikurangi menjadi 20% dan energi
metabolisme 2600 kkal/kg. Burung puyuh lebih dari 5 minggu kebutuhan energi dan
protein sama dengan kebutuhan energi pada protein umur 3-5 minggu (Listiyowati dan
Roospitasari, 2000).
Anggorodi (1995) menyatakan bahwa ransum yang diberikan pada ternak harus
disesuaikan dengan umur kebutuhan tenak. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan
penggunaan ransum. Dan dalam mengkonsumsi ransum, ternak dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas
ternak, energi ransum dan tingkat produksi.
Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memperoleh energi
sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya berkecenderungan berhubungan erat
dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua
ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi ME tinggi

akan

menyediakan

protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang
dikonsumsi dalam tubuh unggas. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas
akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya
kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman, dkk., 1991).
Ransum yang dapat diberikan untuk burung puyuh terdiri dari beberapa bentuk,
yaitu bentuk pelet, remah, dan tepung. Ransum terbaik adalah yang bentuk tepung,
sebab burung puyuh yang mempunyai sifat usil dan sering mematuk karenanya
burung puyuh akan mempunyai kesibukan lain dengan mematuk-matuk pakannya. Protein,
karbohidrat, vitamin, mineral dan air mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup.
Kekurangan salah satu nutrisi tersebut maka mengakibatkan kesehatan terganggu dan
menurunkan produktivitas (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Tabel 1. Kebut uhan nut risi burung pu yuh

Nut risi

Starter dan Grower

Layer

Bibit
Energi Metabolisme (kcal/kg)
2800
2600
2800
Protein (%)
27
20
24
Lysine (%)
1,4
1,1
0,7
Methionine+Cystine (%)
0,9
0,8
0,6
Glysine+Serine (%)
1,6
0,9
0,9
Calsium (%)
0,65
3,75
2,3
Vitamin A (I.U)
3000
6000
3000
Vitamin D (I.C.U)
900
1750
900
Riboflavin (mg)
3,8
4
4
Pantothenic acid (mg)
12,6
15
15
Niacin (mg)
31
6000
20
Choline (mg)
1500
2000
1000
Asam Linoleat (%)
1
1
1
Chlorine (%)
0,11
0,15
0,15
Phosphor (%)
0,65
1
1
Sodium (%)
0,085
0
0,15
Iodium (%)
0,3
0,3
0,3
Magnesium (mg)
600
500
400
Mangan (mg)
90
80
70
Zinc (mg)
50
100
50
Sumber : N.R.C. 1977. Nutrient Requirements of Poultry. National of Sciences.
Washington D.C.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan,
yaitu:
a) Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh,
ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat diadu. Jenis burung
puyuh yang biasa diternakkan adalah berasal dari jenis Coturnixcoturnix japonica. Produksi telur

burung

puyuh

ini

mencapai 250

300 butir per tahun dengan berat rata-rata 10 gram per butir.
b) Puyuh merupakan hewan monogastrik (hanya memiliki satu lambung),
saluran pencernaan pada puyuh terdiri atas: mulut, esophagus, tembolok,
lambung kelenjar (proventriculus), lambung keras (ventriculus), usus halus
(small intestine), sekum (caecum), usus besar (large intestine), kloaka
(cloaca), anus (vent) serta pangkreas dan hati.
c) Puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi seperti protein, vitamin,

mineral dan air. Burung puyuh mempunyai 2 fase pemeliharaan yaitu


fase pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan dibagi
menjadi 2 fase yaitu starter (0-3 minggu), grower (3-5 minggu) sedangkan
fase produksi (umur diatas 5 minggu).
III.2 Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada
rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih
dalam mengenai gambaran umum, system pencernaan dan kebutuhan nutrisi
burung puyuh.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Djulardi., dkk. 2006. Nutrisi Aneka Ternak dan satwa Harapan. Yogyakarta:
Andalas University Press.
Hartono, T. 2004. Permasalahan Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lampung Post. 2003. Beternak Burung Puyuh. Http://www.lampungpost.com
diakses pada tanggal 15 Februari 2014.
Listiyowati, E dan Kinanti, R. 2005. Puyuh: Tata Laksana Budi Daya Secara
Komersial. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta.
Listiyowati, E dan Roospitasari, K. 2000. Puyuh: Tata Laksana Budi Daya Secara
Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
N.R.C. (National Research Council). 1977. Nutrient Requirement of Poultry. USA.
Rasyaf, Muhammad. 1994. Memelihara Burung Puyuh. Yogyakarta: Kanisius.
Redaksi Agromedia, 2002. Puyuh Si Kecil Penuh Potensi. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Andalas University Press.
Tillman, dkk. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Universitas
Brawijaya.

TUGAS KELOMPOK
RANSUM UNGGAS/ NON RUMINANSIA
Sistem Pencernaan dan Kebutuhan Nutrisi
Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

DISUSUN OLEH
Kelompok IV
Ahmad Andryan

I111 12 004

Abdul Rahim Harianto

I111 12 062

Herviana

I111 12 104

M. Asfar Syafar

I111 12 286

Nuraeni

I111 12 322

Rita Massolo

I111 12 330

Zuhal Natsir

I111 12 342

Bambang Setiawan

I111 12 908

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Pencernaan dan Kebutuhan
Nutrisi Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang
telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril.
Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 16 Februari 2014

Kelompok IV

You might also like