Professional Documents
Culture Documents
Republik Indonesia
7
6.3
122.00
120.00
118.00
116.00
114.00
112.00
110.00
108.00
106.00
104.00
6.4
6.5
6.11
5.81
5.72
6
6.17
20,14%
6.02
5.5
5.62
5.22
5.01 5.01
5
5.12
125
4.72
4.5
120
7
4.6
115
110
105
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2015 2015
Sumber: BPS
100
7%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Ekonomi Indonesia Q-II/2015 tumbuh 4.67%, melambat dibanding capaian Q-II/2014 yang tumbuh 5.03% dan QI/2015 yang tumbuh 4.72%.
Konsumsi rumah tangga Q-I/2015 tumbuh 4,70% yoy, Q-II/2015 tumbuh 4,97% yoy, menurun dibandingkan dengan
rata-rata tingkat pertumbuhan 5,3% tahun 2014. Padahal porsi kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB
sebesar 55%, sehingga menjadi mesin penggerak perekonomian nasional.
Ekspor menurun relatif tajam selama SI/2015 sebesar -11,86% (yoy), sehingga kenaikan surplus perdagangan pada SI/2015
sebesar USD 4,35 Milyar atau meningkat 485,34% (yoy) disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama
sebesar -17,81% (yoy).
Ekspor tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan, bahkan trend neraca perdagangan non migas selama 2010-2014
adalah -21,17%. Ekspor juga tidak berperan dalam meningkatkan volume perdagangan karena trend volume perdagangan
sebesar 3,53% lebih banyak dikontribusi oleh trend impor sebesar 6,14%. Share volume perdagangan Indonesia sejak dulu
masih rata-rata 1% dari volume perdagangan dunia.
2004
34.10
2005
31.00
2006
29.40
2007
29.80
24.14
24.58
2008
2009
2010
26.36
2011
24.59
23.98
23,78
2012
2013
2014
15.0%
RATA-RATA SHARE
TERHADAP PDB
Konsumsi
8.8%
Pemerintah
Konsumsi
55.5%
Rumah Tangga
PMTB
32.1%
RATA-RATA
PERTUMBUHAN
PDB
5.5%
10.0%
5.0%
0.0%
-5.0%
QQQQQQQQQQQQQQI/2012 II/2012 III/2012 IV/2012 I/2013 II/2013 III/2013 IV/2013 I/2014 II/2014 III/2014 IV/2014 I/2015 II/2015
Konsumsi Pemerintah 7.7% 16.8% -2.0% -0.1% 3.0%
3.2% 12.4% 7.9%
6.1% -1.5% 1.3%
2.8%
2.2%
2.3%
PMTB
7.0% 10.1% 9.5%
9.8%
7.9%
5.5%
6.0%
2.1%
4.7%
3.7%
3.9%
4.3%
4.3%
3.6%
Konsumsi RT
12.0% 13.0% 12.1% 10.8% 11.8% 10.9% 12.9% 13.2% 11.9% 11.7% 8.9%
9.4%
7.9%
8.4%
Selama S-I/2015 pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga dan PMTB mengalami penurunan.
Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian
1.04
3.36
1.63
2.85
1.63
3.8
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
14.33
3.82
8.06
3.48
3.11
4.69
20.91
13.26
Real Estate
9.86
1.16
0.07
*) Preliminary; **)
Very Preliminary
1.
Source: Indonesian
Statistics Bureau (BPS);
http://www.bps.go.id/li
nkTabelStatis/view/id/1
202
(accessed 04 October
2015)
2.
3.
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Industri pengolahan memilki peran terbesar pada pembentukan PDB nasional di setiap tahunnya
namun terus menurun dimana pada tahun 2005 porsi peran Industri sebesar 28,09% sedangkan pada
bulan Mei 2015 menjadi 20.91%.
Subsektor Industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB selama 5 tahun terakhir (20112015) secara berurutan adalah: Industri Makanan dan Minuman, Industri Barang Logam, Industri Alat
Angkutan, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional dan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi.
Pertumbuhan sektor industri non-migas Indonesia pada SM-I/2015 sebesar 5,26% menurun 0,29% jika
dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 2014, dimana cabang industri yang mengalami
penurunan adalah Industri Furniture, Kertas, dan Tekstil dan Pakaian Jadi.
6
40,000
30,000
20,000
10,000
0
2001
Luar Jawa 3989
Jawa
17413
Total
21396
2002
4028
17118
21146
2003
3717
16607
20234
2004
3717
16901
20685
2005
3734
16995
20729
2006
5120
24348
29468
2007
4931
23067
27998
2008
4487
21207
25694
2009
4071
20397
24468
2010
3816
19529
23345
2011
3930
19440
23370
2012
4038
19554
23592
2013 *
4168
1977 3
2394 1
Luar
Jawa:
(17,41%)
Jawa:
(82,59%)
II.
III. M
1.
2.
3.
10
KEMUDAHAN
INVESTASI
PP : 1
RPP : 2
Perpres : 3
Inpres : 2
Permen : 21
Perdirjen : 1
TOTAL 30 PERATURAN
EFISIENSI
INDUSTRI
PP : 5
RPP : 1
Perpres : 3
Permen : 36
Perke : 2
Perdirjen : 1
SE : 1
TOTAL 49 PERATURAN
KELANCARAN
PERDAGANGAN
DAN LOGISTIK
PP : 1
RPP : 1
Perpres : 1
Permen : 5
TOTAL 8 PERATURAN
KEPASTIAN
BAHAN BAKU
SUMBER
DALAM
NEGERI
11
SEKTOR ENERGI:
- Penyediaan penjualan solar
eceran, BBG bagi nelayan,
penurunan harga gas untuk
industri tertentu
- Penggunaan APBN untuk
Kilang Minyak Dalam Negeri
oleh Pertamina
- Perizinan Invetasi Listrik
- Tanggap Darurat Krisis
Energi
Penguatan fungsi
PTSP dalam
pelayanan
perizinan dan non
perizinan serta
percepatan proyek
strategis nasional
PENYEDIAAN TANAH:
Persyaratan HGU, HGB, HPAT
Pengaturan Kepemilikan Tanah
Persyaratan dan Perluasan Lingkup Kerja
PPAT
Pengaturan Penggunaan Tanah Terlantar
Persyaratan Izin Memiliki Rumah Tinggal
oleh Orang Asing
Efisiensi Biaya Pengurusan Tanah
Pengadaan Tanah untuk Umum
Petunjuk Pengadaan Tanah
KEMUDAHAN
INVESTASI
KEMUDAHAN SEKTOR
KEHUTANAN:
- Tata Cara Peruntukan Hutan
- Penggunaan Kawasan Hutan
- Pinjam Pakai Kawasan Hutan
- Pembatasan Luas Izin Usaha
- Pemanfaatan Hasil Hutan
KEPASTIAN USAHA
HORTIKULTURA:
- Grandfather Clause
untuk Investasi
Hortikultura
- Wisata Agro
Hortikultura
- Kewajiban Divestasi
Usaha Perkebunan
12
REVITALISASI BUMN
PENINGKATAN PERAN
PERUMNAS; DAN
Penggabungan PT.Reasuransi
Umum Indonesia ke Dalam PT.
Reasuransi Indonesia Utama
Penegasan Harga
Gas Bumi oleh
Pemerintah
EFISIENSI
INDUSTRI
Pengaturan Sistem
Pengkajian atau
Pengupahan
Inland FTA
Reformasi
kawasan industri
PERIZINAN:
- Penghilangan Rekomendasi,
IP, LS, Wajib SNI barang
tertentu
- API sebagai identitas Importir
- Penegasan Penghilangan
IUOP bagi Kegiatan cut and fill
Pengaturan
Sumber Daya Air
Besaran Rasio
Hutang dan
Modal untuk
Perhitungan PPh
13
KEMUDAHAN
WISATA:
- Penghapusan CAIT
- Perubahan
Ketentuan Bebas
Visa Kunjungan
API sebagai
Identitas tunggal
Importir dan SIUP
sebagai indentitas
eskportir
Kelancaran ekspor
produk industri dengan
menghilangkan
perizinan, persyaratan
dan duplikasi
pemeriksaan
Pusat Logistik
Berikat
KELANCARAN
PERDAGANGAN
DAN LOGISTIK
Fasilitas KITE untuk
IKM
Otomasi
Pengawasan
Peredaran Obat
dan Makanan
Kemudahan impor
bahan baku untuk
industri dan
pengawasan impor
barang konsumsi
14
Perikanan dan
Kelautan: garam,
efisiensi usaha
nelayan
KEPASTIAN
BAHAN BAKU
SUMBER
DALAM
NEGERI
PERTAMBANGAN:
Kemudahan
pengadaan scrap
PERTANIAN:
Pengadaan langsung
benih holtikultura
15
17
18
Harga Gas
Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai dengan kemampuan
daya beli industri pupuk, yakni sebesar US$ 7 mmbtu (Million British Thermal Unit). Untuk
industri lainnya (seperti petrokimia, keramik, dsb) akan diturunkan sesuai dengan
kemampuan industri masing-masing.
Penurunan harga gas untuk industri tersebut akan efektif berlaku mulai 1 Januari 2016.
Harga Listrik
Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4 akan mengalami penurunan tarif mengikuti
turunnya harga minyak bumi (Automatic Tariff Adjustment).
Diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik mulai tengah malam pukul 23:00 hingga
pagi hari pukul 08:00, pada saat beban sistem ketenagalistrikan rendah.
Penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 60% dari tagihan selama
setahun dan melunasi 40% sisanya secara angsuran pada bulan ke-13, khusus untuk
industri padat karya
19
20
Tahun 2015
21
22
23
...Bangunlah jiwanya,
bangunlah badannya
untuk Indonesia Raya....
[W.R Supratman]
FOR BETTER
INDONESIA