You are on page 1of 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Hernia

inguinalis

merupakan

kasus

bedah

digestif

terbanyak

setelah

appendicitis.Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya
tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah
operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
(1)

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding

rongga yang bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan
(kongenital) dan hernia dapatan (akuisita). Berdasarkan letaknya, hernia dibagi sesuai dengan
lokasi anatomisnya seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.(1)
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek,
serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia umbilikalis 3%,
dan hernia lainnya sekitar 3%. Pada hernia di abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.Bagian-bagian hernia terdiri
dari cincin, kantong dan isi hernia.
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar bila mengedan dan dapat masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk
ke perut. Biasanya pasien hanya mengeluh benjolan pada sela paha tanpa adanya rasa sakit
dll. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut, maka disebut
hernia ireponibel. Ini biasanya diakibatkan perlekatan isi kantong kepada peritoneum kantong
hernia. Hernia disebut inkarserata atau strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut. Akibatnya
terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis istilah hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia
strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi.(1,2)

Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang
atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang
dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium umpamanya setelah operasi anastomosis usus.(1,2)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Regio Inguinalis


Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas

lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai nama
penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya Skandalakis (1995),
dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi laminer dan seterusnya.
Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:
a. Kulit (kutis)
b. Jaringan sub kutis (campers danscarpas) yang berisikan lemak
c. Innominate fasia (Gallaudet) :lapisan ini merupakan lapisan superficial atau lapisan luar
dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui
d. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale (Poupart),
Lakunare (Gimbernat) dan Colles
e. Spermatik kord pada laki-laki, ligament rotundum padawanita
f. Muskulus transverses abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx
inguinalis (Henle) dan konjoin tendon
g. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea
(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis
h. Preperitoneal connective tissue dengan lemak
i. Peritoneum
j. Superfisial dan deep inguinal ring(3)

Gambar 2-1: Anatomi Regio Inguinal


Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm dan
terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi kanalis inguinalis
adalah:
a. Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3 lateralnya
muskulus obliqus internus
b. Posterior: Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transverses abdominis yang bersatu
dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior dibagian lateral. Bagian
medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang
dari aponeurosis muskulus transverses abdominis dan fasia transversal
c. Superior: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan muskulus
transverses abdominis dan aponeurosis
d. Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare(3)

Gambar 2-2: Anatomi Kanalis Inguinalis

Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan
defek normal dari fasia transversalis dan berbentuk huruf U dan V dan terletak di bagian
lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas muskulus transversus
abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligamentdan pembuluh darah
epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah daerah pembukaan pada
aponeurosis muskulus obliqus eksternus, berbentuk U dangan ujung terbuka ke arah
inferior dan medial.

Struktur Anatomi Keseluruhan di Daerah Inguinal


A. Fasia Superfisialis
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian
superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,

perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah
penis (Fasia Buck).
B. Ligamantum Inguinale (Poupart)
Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak
mulai dari Sias sampai ke ramus superior tulang publis
C. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus
Di bawah linea arkuata (Douglas), bergabung dengan aponeurosis muskulus obliqus
internus dan transversus abdominis yang membentuk lapisan anterior rektus. Aponeurosis
ini membentuk tiga struktur anatomi di dalam kanalis inguinalis berupa ligamentum
inguinale, lakunare dan refleksi ligamentum inguinale (Colles)
D. Ligamentum lakunare (Gimbernat)
Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon
obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini membentuk sudut
kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini
membentuk pinggir medial kanalis femoralis
E. Ligamentum pektinea (Cooper)
Ligamentum ini tebal dan kuat yang terbentuk dari ligamentum lakunare dan aponeurosis
muskulus obliqus internus, transversus abdominis dan muskulus pektineus. Ligamentum
ini terfiksir ke periosteum dari ramus superior pubis dan ke bagian lateral periosteum
tulang ilium
F. Konjoin tendon
Merupakan gabungan serabut-serabut bagian bawah aponeurosis obliqus internus dengan
aponeurosis transversus abdominis yang berinsersi pada tuberkulum pubikum dan ramus
superior tulang pubis
G. Falx inguinalis (Ligamentum Henle)
Terletak di bagian lateral, vertikal dari sarung rektus, berinsersi pada tulang pubis,
bergabung dengan aponeurosis transversus abdominis dan fasia transversalis
H. Ligamentum interfoveolaris (Hasselbach)
Sebenarnya bukan merupakan ligamentum, tapi penebalan dari fasia transversalis pada
sisi medial cincin interna. Letaknya inferior
I. Refleksi ligamentum inguinale (Colles)
Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin
externa yang meluas ke linea alba
J. Traktus iliopubika
6

Perluasan dari arkus iliopektinea ke ramus superior pubis, membentuk bagian dalam
lapisan muskulo aponeurotik bersama muskulus transversus abdominis dan fasia
transversalis. Traktus ini berjalan di bagian medial, ke arah pinggir inferior cincin dalam
dan menyilang pembuluh darah femoral dan membentuk pinggir anterior selubung
femoralis
K. Fasia transversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis
L. Segitiga Hasselbach
Hasselbach tahun 1814 mengemukakan dasar dari segi tiga yang dibentuk oleh pekten
pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh :
a. Supero-lateral : Pembuluh darah epigastrika inferior
b. Medial : Bagian lateral rektus abdominis
c. Inferior : Ligamentum ingunale(3,4)

Gambar 2-3: Struktur Anatomi Keseluruhan di Daerah Inguinal

2.2

Hernia Inguinalis

2.2.1

Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat

dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada wanita. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.(1,2)
Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu (1) kanalis inguinalis yang berjalan miring, (2) struktur otot oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, (3) fasia transversa
8

kuat yang menutupi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan
mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan adalah
adanya prosessus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.(1,2)
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada bayi kemungkinan 16% menderita
hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira
2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati 10%.(1)
2.2.2

Klasifikasi
Hernia diklasifikasikan menurut berbagai dasar:

Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya:

1) Hernia kongenital, merupakan hernia bawaan yang terjadi pada saat bayi berada dalam
kandungan dan menetap sampai bayi lahir.
2) Hernia akuisita, merupakan hernia dapatan, yang umumnya terjadi akibat faktor
peningkatan tekanan intra abdomen.(4)

1)

Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya:

Hernia inguinalis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia inguinalis
timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi kanan dibandingkan pada sisi kiri.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus
obdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia
transversa yang kuat menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Faktor paling kausal yaitu adanya proses vaginalis (kantong hernia) yang terbuka, peninggian
tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Hernia
inguinalis di bagi lagi, yaitu : hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis.

2)

Hernia femoralis

Hernia femoralis umumnya di jumpai pada perempuan tua. Keluhan biasanya muncul berupa
benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang
9

menaikkan tekanan intraabdomen. Pintu masuk hernia femoralis adalah annulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan v.femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha .
3)

Hernia umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% pada bayi dan lebih tinggi lagi
pada bayi prematur.
4) Hernia para-umbilikalis
Hernia para-umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial
umbilikalus, jarang spontan terjadi di tepi kaudalnya.
5) Hernia epigastrika
Hernia epigastrika adalah hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus dan
prosesus xifoideus. Isi terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa
kantong peritoneum.
6) Hernia ventralis
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian anterolateral
seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas
luka operasi yang baru maupun yang lama.

7) Hernia spieghel
Hernia spieghel ialah hernia interstisial dengan atau tanpa isinya mealui fasia Spieghel.
8) Hernia obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium.

9) Hernia perinealis

10

Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar panggul
yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah operasi
melalui perineum seperti prostatektomia atau reseksi rectum secara abdominoperineal.
10) Hernia pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis dan medialis pada satu sisi.

Gambar 2-4: Klasifikasi Hernia Berdasarkan Lokasi

Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya:

1)

Hernia reponibel, bila isi kantong hernia dapat keluar masuk ke dalam rongga.

2)

Hernia irreponibel, bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikandalam rongga.

3) Hernia inkarserata, bila isi kantong hernia terjepit oleh cincin hernia, sehingga tidak
dapat dikembalikan lagi, akibatnya terjadi gangguan pasase dan tanda-tanda sumbatan usus.
4) Hernia strangulata, bila terjadi gangguan vaskularisasi dari mulai bendungan sampai
nekrosis, pada saat isi hernia terjepit oleh cincinnya.(1,4,5)

2.2.3

Patofisiologi
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke

permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang

11

mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.
Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi
sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis
lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan. (1)
Pada wanita, ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus vaginalis
normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin
interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika
vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis
lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak
semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis,
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus
vaginalisnya menutup.(1,7)

2.2.4

Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia

reponibel, keluhan satu-satunya adalah munculnya benjolan di daerah inguinalis terutama


pada saat batuk, bersin, mengejan atau mengangkat benda berat. Lalu benjolan tersebut dapat
menghilang saat penderita berbaring. Keluhan nyeri dapat menyertainya walaupun jarang,
disebabkan mekanisme nyeri viseral karena regangan mesenterium saat satu segmen usus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri ini dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilikal. Nyeri yang disertai mual muntah dapat timbul jika telah terjadi inkarserasi dan
strangulasi.(7,8)
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau tidak. Jika tidak
dapat direposisi, diagnosis ditegakkan atas dasar tidaknya batas atas benjolan, dan
adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
Hernia inguinalis lateralis muncul sebagai tonjolan berbentuk lonjong, karena keluar
melalui dua pintu (anulus inguinalis internus dan eksternus), sedangkan hernia inguinalis
medialis berbentuk tonjolan bulat, karena langsung keluar melalui satu celah yaitu trigonum
12

Hesselbach. Hernia inguinalis medialis hampir selalu disebabkan oleh peningkatan tekanan
intra abdomen dan kelemahan dinding perut bagian trigonum Hesselbach. Oleh karena itu,
hernia ini kerap muncul bilateral, khususnya pada pria tua. Selain itu hernia jenis ini jarang
berpotensi inkerserasi/strangulasi karena cincinnya yang besar. Pada hernia yang dapat
direposisi, saat jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien dapat diminta mengejan, jika
yang menyentuh hernia adalah ujung jari pemeriksa, berarti itu adalah hernia inguinalis
lateralis; jika yang menyentuh hernia adalah bagian sisi jari, berarti hernia tersebut adalah
medialis. Cara ini disebut finger tip test.(6,7)
2.2.5

Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan memakai

semacam korset penyangga untuk mempertahankan agar isi hernia yang telah direposisi tidak
keluar kembali. Cara ini tidak menyembuhkan, dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini juga
tidak dapat dilakukan pada hernia inkarserata atau strangulata yang mutlak dilakukan operasi.
Operasi herniorraphy merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.
Prinsip pembedahan hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti.

Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai lehernya, kantong dibuka

dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan, kemudian direposisi.


Hernioplasti dilakukan tindakan memperkuat anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah residif dibandingkan herniotomi.
Herniotomi saja sering dilakukan pada anak-anak penderita hernia kongenital, karena

faktor penyebabnya hanya prosesus vaginalis yang tidak menutup, sedangkan anulus
inguinalis internusnya cukup elastis dan dinding belakang kanalis inguinalis cukup kuat.
Angka kekambuhan setelah perbaikan hernia inguinalis indirek pada dewasa
dilaporkan sebesar 0,6-3%. Pada hernia inguinalis lateralis, penyebab residif yang paling
sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya karena
diseksi kantong yang kurang memadai dan tidak teridentifikasinya hernia femoralis atau
hernia direk. Sementara itu, kekambuhan dari perbaikan hernia direk adalah 1-28%. Pada
hernia inguinalis medialis, penyebab residif umumnya karena regangan yang berlebihan pada
jahitan plastik atau akibat relaxing incision pada sarung rektus. Penggunaan mesh pada
perbaikan hernia menurunkan resiko kekambuhan 50-70%.(6,7)

13

2.2.6

Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia

dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible. Hal ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal, atau merupakan
hernia akreta. Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
inkarserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi
total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau
lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria lebih sering terjadi jepitan
parsial yang. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap
didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti
huruf W.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia, hingga
dapat menyebabkan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosainguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.(1,7,8)

14

BAB 3
KESIMPULAN

Hernia

inguinalis

merupakan

kasus

bedah

digestif

terbanyak

setelah

appendicitis.Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas
lapisan miopaneurotis.Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan
panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada wanita. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Pada orang sehat, ada tiga
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu (1) kanalis inguinalis
yang berjalan miring, (2) struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis internus ketika berkontraksi, (3) fasia transversa kuat yang menutupi trigonum
Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Hernia diklasifikasikan menurut berdasarkan terjadinya (Hernia kongenital, Hernia
akuisita),

Berdasarkan

umbilikalis, Hernia

letaknya

para-umbilikalis,

(Hernia
Hernia

inguinalis,
epigastrika,

Hernia

femoralis, Hernia

Hernia

ventralis, Hernia

spieghel, Hernia obturatoria, Hernia perinealis, Hernia pantalon), dan berdasarkan sifatnya
(Hernia reponibel, Hernia irreponibel, Hernia inkarserata, Hernia strangulata)
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Diagnosis
ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau tidak. Jika tidak dapat direposisi,
diagnosis ditegakkan atas dasar tidaknya batas atas benjolan, dan adanya hubungan ke kranial
melalui anulus eksternus.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan memakai
semacam korset penyangga untuk mempertahankan agar isi hernia yang telah direposisi tidak
keluar kembali.Operasi herniorraphy merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia
inguinalis. Prinsip pembedahan hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti.
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible, dapat pula tercekik oleh cincin
hernia sehingga terjadi hernia inkarserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana.
15

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat, R. Dkk. BUKU AJAR ILMU BEDAH. Edisi 3. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.2011
2. Towsend, Courtney M Jr. BUKU SAKU ILMU BEDAH SABISTON. Edisi 17. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta 2010
3. Moore, Keith L., Dalley, Arthur. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi 5. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 2013
4. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2000
5. http://eprints.undip.ac.id294063Bab_2.pdf. Diakses pada 02 November 2014
6. http://eprints.undip.ac.id336523Bab_2.pdf. Diakses pada 02 November 2014
7. http://www.medscape.org/viewarticle/420354_4. Diakses pada 03 November 2014
8. http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/08/referat-hernia-inguinalis.html.
Diakses pada 03 November 2014

16

You might also like