Professional Documents
Culture Documents
pi
nanti aku akan mendapatkan informasi tentang siapa ia sebenarnya, mencari kelema
han
karakternya, hal-hal di masa lalu yang dapat dieksploitasi. Mereka semua
memilikinya. Atau lebih tepatnya, kalian semua memilikinya.
12
tanya. Mereka memeriksa, mengira-ngira potensi kekuatan
mereka sendiri, tapi terlalu gugup untuk mencobanya. Lagi
pula kau jarang menemukan penyihir bau kencur seperti ini
memanggil makhluk sekaliber aku.
Anak itu berdeham. Inilah saatnya. Ini saat yang dinantinantikannya.
Dia telah memimpikan hal ini selama bertahuntahun,
ketika seharusnya dia berbaring di tempat tidur memikirkan
mobil balap atau cewek. Aku menunggu perintahnya
yang menyedihkan dengan geram. Apa gerangan permintaannya?
Membuat beberapa objek melayang adalah hal yang biasa
mereka minta, atau menggeser benda-benda dari sisi ruangan
yang satu ke sisi yang lain. Mungkin dia menginginkan aku
membuat suatu ilusi. Mungkin akan menyenangkan: ada saja
cara untuk pura-pura salah mengartikan permintaannya dan
membuatnya kesal.3
"Aku memerintahkanmu mencuri Amulet Samarkand dari
rumah Simon Lovelace dan membawanya kepadaku saat aku
memanggilmu besok subuh."
"Apa?"
"Aku memerintahkanmu mencuri?"
"Ya, aku dengar apa katamu." Aku tak bermaksud terdengar
naik pitam. Kelepasan saja, dan nada suaraku yang seram agak
terpeleset juga.
"Pergilah!"
"Tunggu sebehtar!" Aku merasakan sensasi mual di perutku
yang selalu timbul jika ada yang mengusirmu. Seolah ada yang
menyedot isi perutmu dari punggung. Pengusirannya harus
disebutkan tiga kali sebelum dapat membuatmu pergi, jika kau
berkeras tinggal. Biasanya kau tak ingin berlama-lama. Tapi
3 Seorang penyihir pernah menyuruhku menampakkan cinta sejatinya. Aku menampilka
n
bayangan cermin yang kabur.
13
kali ini aku tetap berada di tempatku, berwujud dua mata
yang menyala di dalam asap menggeiegak.
"Kau tahu apa yang kauminta, Nak?"
"Aku tidak akan membicarakan, mendiskusikan, atau tawarmenawar
tentang ini denganmu; tidak juga akan meladeni tekateki,
taruhan, atau permainan kemungkinan; tidak juga?"
"Aku tak berminat mengobrol dengan remaja kerempeng,
percayalah, jadi simpan saja sampah hafalanmu itu. Ada yang
memanfaatkanmu. Siapa?kurasa, mastermu? Pengecut yang
bersembuyi di balik anak kecil." Aku membiarkan asap menipis
sedikit, menampakkan siluetku untuk pertama kali, melayang
redup di balik bayangan. "Jika kau berniat merampok penyihir
sejati dengan memanggilku, berarti kau dua kali bermain api.
Di mana kita? London?"
Anak itu mengangguk. Ya, memang London. Dalam rumah
bobrok di tengah kota. Aku mengamati ruangan dari balik
asap kimia. Langit-langit rendah, kertas pelapis dinding yang
terkelupas; poster pudar di dinding. Poster itu menampakkan
pemandangan suram di Belanda?pilihan aneh untuk ukuran
bocah. Aku mengharapkan melihat poster-poster cewek penyanyi
pop, pemain sepak bola... Kebanyakan penyihir adalah
oleh pabrik di Catford. Para penyihir menyukai semua ini; mereka menyukai
segala misteri simsalabim yang meliputi benda-benda itu (dan setengah memercayai
nya,
beberapa dari mereka) dan mereka tergila-gila akan efek yang ditimbulkan
benda-benda tersebut kepada orang-orang yang bukan penyihir. Di balik
semua alasan itu, benda-benda omong kosong ini mengalihkan perhatian orang
pada sumber kekuatan mereka yang sebenarnya: kami.
27
tanah liat. Aku pernah melihat yang seperti itu, di kepala
golem?boneka tanah liat yang bisa dihidupkan dengan sihir.
Aku ingin tahu apakah si bodoh itu mengetahui potensi benda
tersebut. Kemungkinan besar tidak?dia bisa saja mendapatkannya
untuk koleksi benda antiknya setelah perjalanan pesiar ke
Eropa Tengah. Pariwisata penyihir... yang benar saja.5 Well,
kalau mujur, benda itu akan membunuhnya suatu hari nanti.
Dan di sanalah tersimpan Amulet Samarkand. Benda itu
berada di dalam kotaknya sendirian, terlindungi pelapis kaca
dan reputasinya sendiri. Aku melangkah mendekat, menyisir
ketujuh plane, mencari adanya bahaya dan mendapati?well,
tak ada yang sangat jelas sih, tapi di plane ketujuh aku samar
merasa ada yang bergerak. Bukan di sini, tapi dekat. Sebaiknya
aku cepat-cepat.
Amulet itu kecil, warnanya pudar, dan terbuat dari emas
tempaan. Amulet itu tergantung di rantai emas pendek. Di
tengah-tengahnya terdapat batu giok berbentuk oval. Emasnya
dicetak dengan motif timbul yang menggambarkan kuda-kuda
berlari. Kuda adalah harta yang berharga bagi orang-orang Asia
Tengah pembuat amulet itu tiga ribu tahun lalu. Mereka kemudian
menguburnya di dalam makam salah seorang putri
raja mereka. Seorang arkeolog dari Rusia menemukannya pada
tahun 1950-an, dan tak lama setelah itu amulet tersebut dicuri
para penyihir yang menyadari nilainya. Bagaimana amulet itu
berada di tangan Simon Lovelace?siapa persisnya yang ia
bunuh atau tipu untuk mendapatkannya?aku tak tahu.
5 Mereka semua menyukainya?bergerombol naik kereta (atau, karena kebanyakan
dari mereka memiliki banyak uang, menyewa pesawat jet) untuk pergi tur ke
kota-kota sihir kuno. Semua mendesah dan berseru kegirangan melihat situs-situs
terkenal?kuil-kuil, tempat kelahiran penyihir-penyihir terkenal, tempat mereka
menemui ajal dengan mengerikan. Dan mereka semua siap menyambar potonganpotongan
patung atau merampok pasar gelap, berharap mendapatkan barangbarang
sihir yang oke dengan harga miring. Bukan masalah vandalisme terhadap
warisan budaya yang membuatku keberatan. Hanya saja semua itu begitu vulgar.
28
Aku menelengkan kepala lagi, mendengarkan. Hcning di
dalam rumah.
Aku mengangkat tangan ke arah kabinet, tersenyum pada
pantulan bayanganku saat dia mengepalkan tangan.
Lalu aku menurunkan tangan dan menggerakkannya menembus
kaca.
Denyutan energi sihir bergetar pada ketujuh plane. Aku menyambar
amulet itu dan menggantungkannya di leherku. Aku
berbalik dengan cepat. Ruangan masih seperti sebelumnya, tapi
aku dapat merasakan sesuatu di plane ketujuh, bergerak cepat
dan menghampiriku.
Sudah bukan waktunya mengendap-endap lagi.
Ketika berlari menuju pintu, aku menyadari dari ujung
mataku ada portal yang tiba-tiba terbuka di udara kosong. Di
dalam portal itu terdapat kegelapan hitam yang segera tertutup
begitu sesuatu melangkah keluar.
Aku menyerang pintu dengan kepalan tangan anak lelakiku
yang kecil. Pintu itu remuk terbuka seperti kartu remi yang
terlipat. Aku berlari melewatinya tanpa berhenti.
Di koridor, si katak menoleh ke arahku dan membuka mulut.
Gumpalan lendir hijau keluar, yang seketika meluncur
cepat ke arahku, membidik kepalaku. Aku menunduk dan lendir
itu muncrat mengenai dinding di belakangku, menghancurkan
lukisan dan segalanya sampai ke batu bata di baliknya.
Aku melontarkan petir Kompresi ke arah si katak. Bersama
suara koakan penuh penderitaan, dia meletus menjadi gumpalan
kental sebesar kelereng dan terjatuh ke lantai. Aku tak
mengurangi kecepatan. Ketika berlari menyusuri koridor, aku
membuat Perisai pelindung di sekeliling wujud fisikku kalaukalau
ada peluru susulan.
Ternyata ini langkah bijaksana karena detik berikutnya Detonasi
menghantam lantai persis di belakangku. Ledakannya begitu
hebat sehingga membuatku terlontar kepala terlebih da29
hulu ke sudut koridor dan nyaris menembus dinding. Api
hijau menjilat-jilat di sekelilingku, meninggalkan bekas pada
dekorasi koridor seperti jari-jari tangan raksasa.
Aku berjuang bangkit di antara reruntuhan bata yang pecah
dan menoleh ke belakang.
Berdiri di depan pintu yang rusak di ujung koridor, tampak
sesuatu yang berwujud pria yang bertubuh amat tinggi, berkulit
merah terang, dan berkepala serigala.
"Bartimaeus!"
Detonasi melesat lagi melalui koridor. Aku berjungkir balik
di bawahnya, mengincar tangga, dan ketika ledakan hijau itu
menghancurkan sudut dinding, aku berguling-guling menuruni
tangga, menerobos pegangan tangga, dan meluncur sejauh dua
meter ke bawah, menuju lantai hitam-putih, membuat tegelnya
retak lumayan parah.
Aku berdiri dan melihat ke arah pintu depan. Melalui kaca
buram di sebelah pintu, aku dapat melihat sosok kuning besar
salah satu sentry di luar. Makhluk itu diam menunggu, tak
menyadari dia dapat terlihat dari dalam. Aku memutuskan
mencari jalan keluar yang lain. Maka terbuktilah bahwa otak
yang lebih cerdas akan selalu menang melawan otot, kapan
saja!
Omong-omong, aku harus segera kabur. Suara-suara dari
atas menandakan adanya pengejaran.
Aku berlari melintasi beberapa ruangan?perpustakaan,
ruang makan?setiap kali berusaha kabur lewat jendela dan
setiap kali mengurungkan niat ketika salah satu atau lebih dari
makhluk-makhluk kuning itu tampak melayang di luar jendela.
Kebodohan mereka yang membiarkan diri mereka dapat dilihat
hanya dapat diimbangi kesigapanku mengelak dari senjata sihir
macam apa pun yang mereka bawa.
Di belakangku, namaku diteriakkan dengan suara penuh
kemurkaan. Dengan rasa frustrasi yang meningkat, aku mem30
buka pintu berikutnya dan mendapati diriku berada di dapur.
Tak ada lagi pintu yang menuju ke dalam, tapi ada satu yang
membuka ke ruangan yang tampaknya rumah kaca yang menempel
di sisi rumah utama, dipenuhi tumbuhan obat dan
pepohonan. Setelah itu terbentang pekarangan?juga ketiga
prajurit penjaga itu, yang datang meluncur mengitari rumah
dengan kecepatan menakjubkan kaki-kaki mereka yang berputar.
Untuk mencuri waktu, aku memasang Perisai pada
pintu di belakangku. Lalu aku memutar tubuh dan menatap
si juru masak.
Dia duduk bersandar di kursinya dengan kaki di atas meja,
pria itu gemuk dengan raut periang dan wajah merah serta
pisau daging besar di tangannya. Dia tampak tekun sekali memotong
kuku-kukunya dengan pisau itu, menjentikkan setiap
potongan kuku dengan ahli ke udara, yang kemudian
mendarat di perapian di sebelahnya. Sambil melakukan itu, dia
menatapku tak berkedip dengan kedua matanya yang kecil dan
gelap.
Aku resah. Tampaknya dia tidak kebingungan melihat bocah
Mesir berlari masuk ke dapurnya. Aku memeriksa pria itu
pada plane-plane berbeda. Satu sampai enam dia tetap tampak
sama, juru masak gemuk dalam balutan celemek putih. Tapi
pada plane ketujuh...
Oh-oh.
"Bartimaeus."
"Faquarl."
"Apa kabar?"
"Lumayan."
"Lama tidak bertemu."
"Ya. Kurasa."
"Sayang sekali ya?"
"Ya. Well... aku di sini sekarang."
"Kau di sini sekarang, memang."
Nurul Huda Kariem MR. 31 nurulkariem@yahoo.com
Sementara percakapan menyenangkan ini berlangsung, suarasuara
Detonasi bertubi-tubi datang dari balik pintu. Perisaiku
tetap utuh, untungnya. Aku tersenyum sesopan yang kubisa.
"Tampaknya Jabor masih tetap bersemangat seperti biasa."
"Ya, dia masih sama. Hanya saja kupikir dia agak sedikit
lapar, Bartimaeus. Itu satu-satunya perubahan yang kulihat
dalam dirinya. Dia tampaknya tak pernah merasa puas, bahkan
setelah diberi makan. Dan itu amat jarang dilakukan akhirakhir
ini, seperti yang dapat kaubayangkan."
"'Perlakukan dengan kejam, bikin mereka jadi tajam', itu
kata-kata mutiara mastermu, bukan? Tetap saja, dia pasti cukup
berkuasa sehingga dapat memeliharamu dan Jabor sebagai
budaknya."
Si juru masak menyunggingkan senyum tipis dan dengan
jentikan pisaunya dia membuat sepotong kuku melayang berputarputar ke langit-langit. Potongan kuku itu menancap pada
plester pelapis langit-langit dan tetap bercokol di sana.
"Nah, nah, Bertimaeus, kita tak menggunakan kata B itu
dalam perbincangan beradab, bukan? Jabor dan aku hanya menunggu
waktu."
"Tentu saja."
"Omong-omong tentang perbedaan kekuasaan, aku menyadari
kau menghindar untuk berhadapan denganku pada plane
ketujuh. Ini sepertinya kurang sopan. Mungkinkah kau tidak
nyaman dengan wujud asliku?"
"Mual, Faquarl, bukan tak nyaman."6
"Well, sungguh menyenangkan. Omong-omong, aku mengagumi
pilihan wujudmu, Bartimaeus. Pantas sekali. Tapi kulihat
kau agak terbebani dengan sebuah amulet. Mungkin kau mau
berbaik hati melepaskannya dan meletakkannya di meja. Lalu
6 Tampangku juga tidak keren, tapi Faquarl memiliki terlalu banyak tentakel, aku
tak tahan
32
jika kau bersedia menyebutkan nama penyihir yang mempekerjakanmu,
aku mungkin akan mempertimbangkan mengakhiri
91
eBook oleh
Nurul Huda Kariem MR. MR. Collection's
"Aku memerintahkanmu, Bartimaeus, untuk mengatakan
apakah kau telah melaksanakan tugasmu dengan patuh dan
berhasil?"
"Tentu saja?memangnya menurutmu ini apa, perhiasan
imitasi?" Aku menunjuk dengan cakar gargoyle-ku ke Amulet
yang tergantung di leherku. Amulet itu bergoyang dan berpendar
ditimpa cahaya lilin yang bergetar. "Amulet Samarkand.
Benda ini tadinya milik Simon Lovelace. Sekarang jadi milikmu.
Tak lama akan menjadi milik Simon Lovelace lagi. Ambil
dan nikmatilah konsekuensinya. Aku tadi mau bertanya tentang
pentacle yang kaugambar ini: huruf kuno apa ini? Garis
tambahan ini?"
Anak lelaki itu membusungkan dada. "Pentacle Adelbrand."
Jika aku tidak berpengalaman, aku berani bersumpah dia menyeringai
mengejek, raut wajah yang tak wajar untuk orang
semuda dia.
Pentacle Adelbrand. Itu artinya masalah. Aku berlagak memeriksa
garis-garis berbentuk bintang dan lingkaran itu dengan
dramatis, mencari-cari celah kecil atau garis tidak lurus di
sapuan kapur itu. Lalu aku membaca tulisan-tulisan kuno dan
simbol-simbolnya dengan teliti.
"Aha!" aku mengaum. "Kau salah melafalkan yang ini! Dan
kau tahu apa itu artinya, bukan...?" Aku menekuk tubuhku
seperti kucing yang siap menerkam.
Wajah anak itu berubah menjadi campuran warna putih dan
merah yang menarik; bibir bawahnya bergetar; matanya
melotot. Tampaknya dia sangat ingin melarikan diri, tapi dia
tak melakukannya, maka rencanaku pun berantakan.2 Cepatcepat
dia memeriksa tulisan-tulisan di lantai.
2 Jika penyihir meninggalkan lingkarannya sementara pemanggilan berlangsung,
kuasanya terhadap si korban akan terputus. Aku berharap itu terjadi, maka aku
akan terbebas. Kebetulan, hal itu juga memungkinkan aku melangkah keluar dari
pentacle dan menyerangnya.
92
"Demon bernyali ciut! Pentacle ini rapat?mengikatmu dengan
ketat!"
"Oke, aku bohong." Tubuhku mengerut. Sayap-sayapku yang
terbuat dari batu melipat di bawah punukku. "Kau mau amulet
ini atau tidak?"
"T-taruh di dalam mangkuk itu."
Mangkuk sabun kecil terletak di lantai di antara lingkaran
terluar kedua pentacle. Aku mengambil Amulet dan dengan
rasa lega yang besar melemparkannya dengan santai ke mangkuk.
Anak lelaki itu membungkuk untuk mengambilnya. Dari
ujung mataku aku memerhatikannya dengan saksama?jika
satu kaki, satu jari, keluar dari lingkarannya, aku akan menyergapnya
lebih cepat daripada belalang yang sedang berburu.
Tapi anak itu tahu apa yang harus dilakukan. Dia mengeluarkan
sebatang ranting dari saku jaketnya yang lusuh. Di
ujung ranting itu tertempel kaitan dari kawat yang kelihatannya
mirip penjepit kertas yang bengkok-bengkok. Dengan
beberapa sodokan dan entakan, dia berhasil mengait tepi
mangkuk itu dan menariknya ke dalam lingkarannya. Lalu dia
mengambil rantai amulet itu, sambil mengernyitkan hidung.
"Uh, baunya busuk!"
"Bukan gara-gara aku. Salahkan saja Pipa Pembuangan Rotherhithe.
Jangan, kalau dipikir-pikir lagi, salahkan dirimu
101
itu: amat mengesankan. Kebalikan dari sekarang, terseok-seok
memakai celana piama, menggaruk-garuk bagian tubuh yang
tak pantas disebutkan dan mengepit surat kabar yang terlipat
di ketiak.
"Martha!" Dia berteriak persis sebelum menutup pintu kamar
mandi. Wanita kecil dan bulat keluar dari kamar tidur.
Untungnya, dia berpakaian lengkap.
"Ya, Sayang?"
"Bukannya kau bilang wanita itu sudah membersihkan rumah
kemarin?"
"Ya, memang, Sayang. Kenapa?"
"Karena ada sarang laba-laba kotor tergantung di tengah
langit-langit, dengan laba-laba menjijikkan menempel di sana.
Kotor. Wanita itu harus dipecat."
"Oh, aku melihatnya. Kotor sekali. Jangan khawatir, aku
akan berbicara pada wanita itu. Dan aku akan segera membersihkannya
dengan kemoceng."
Penyihir hebat itu menggerutu dan menutup pintu. Wanita
itu menggeleng dengan raut wajah maklum dan, sambil menggumamkan
lagu riang, menghilang ke lantai bawah. Si labalaba
"menjijikkan" membuat tanda tidak sopan dengan dua
kakinya dan melangkah melintasi langit-langit, menyeret benang
sarang di belakangnya.
Butuh waktu beberapa menit untuk berkeliaran sebelum
akhirnya aku menemukan ruang kerja di bawah undakan pendek.
Dan di sini aku berhenti. Pintunya diberi perlindungan
dari orang-orang tak berkepentingan berupa jampi berbentuk
bintang bersudut lima. Ini rintangan mudah. Bintang itu
tampak dibuat dari cat merah yang mengelupas; meski begitu,
jika pelanggar yang tak sadar membuka pintunya, jebakan itu
akan bereaksi dan cat di pintu itu akan berubah kembali
menjadi wujud aslinya?bola api yang berputar.
Kedengarannya hebat, aku tahu, tapi itu sebenarnya hanya
102
trik dasar. Pelayan rumah yang mau tahu mungkin akan histeris,
tapi Bartimaeus tidak. Aku membuat Perisai di seputar
wujudku dan, sambil menyentuh bagian bawah pintu dengan
cakar kecilku, pintu itu kudorong membuka beberapa sentimeter.
Garis-garis tipis oranye muncul di bagian dalam tepi bintang
bersudut lima itu. Selama sedetik garis-garis itu mengalir bagaikan
sesuatu yang cair, menjalar mengitari bentuk bintang. Lalu
semburan api melesat dari ujung teratas bintang, memantul di
dinding dan menukik ke arahku.
Aku telah siap menghadapi hantaman dengan Perisai-ku,
tapi hantaman itu tak pernah menyentuhku.
Semburan api melewatiku dan mengenai jejak benang sarang
yang kutarik. Dan benang sarang itu menyedotnya, mengisap
api dari bintang itu bagaikan mengisap jus dengan sedotan.
Dalam sekejap semua berakhir. Api itu lenyap. Api menghilang
terisap ke dalam benang sarang, yang tetap dingin seperti semula.
Dengan sedikit terkejut, aku menoleh. Bentuk bintang yang
hangus terpapar pada pintu ruang kerja. Saat aku memerhati_
kan, jampi itu mulai berubah kembali menjadi merah?gambar
bintang tengah mengisi kembali amunisinya untuk dilontarkan
ke pengganggu selanjutnya.
Tiba-tiba aku menyadari apa yang terjadi. Jelas sekali. Amulet
Samarkand melakukan sesuatu yang memang selayaknya
dilakukan amulet-amulet?benda itu melindungi pemakainya.3
Dengan amat baik pula. Amulet itu telah menyerap jampi
3 Amulet adalah jimat pelindung; benda yang menghalau kekuatan jahat. Benda ini
objek pasif dan meskipun dapat mengisap atau memantulkan segala jenis sihir
berbahaya, amulet tak dapat secara aktif dikontrol si pemilik. Maka benda ini
kebalikan dari talisman, yang memiliki kekuatan magis aktif yang dapat digunakan
sesuai kehendak pemiliknya. Tapal kuda adalah amulet (primitif); sepatu bot tuju
h
league (bot ajaib yang bisa membuat pemakainya bergerak sejauh tujuh league
dalam satu langkah) adalah salah satu bentuk talisman.
103
tanpa kesulitan berarti. Oke-oke saja buatku. Aku membuka
Perisai-ku, menyusup ke sela pintu yang terbuka, dan masuk
ke ruang kerja Underwood.
Setelah pintu, aku tak menemukan jebakan lain dalam plane
mana pun, satu lagi tanda bahwa penyihir ini berasal dari kelas
rendahan. (Aku teringat jaringan panjang perlindungan yang
disebarkan Simon Lovelace dan telah kutembus dengan amat
mudah. Jika anak lelaki itu beranggapan amulet ini akan aman
dalam "lindungan" masternya, dia akan mendapati kebalikannya.)
Ruangan itu rapi, meski berdebu, dan berisi antara lain
lemari terkunci yang kuanggap sebagai tempat penyimpanan
harta karun. Aku masuk melalui lubang kunci, menarik benang
sarang di belakangku.
Setelah berada di dalam aku membuat mantra Iluminasi
kecil. Tumpukan benda sihir rongsokan yang menyedihkan
disusun dengan kasih sayang dalam rak kaca tiga susun. Beberapa
dari benda-benda itu, seperti Dompet Tinker, dengan
saku rahasianya yang dapat membuat uang "menghilang", sama
sekali tidak berkekuatan sihir. Membuat perkiraanku yang menyatakan
Underwood sebagai penyihir kelas dua terdengar
melebih-lebihkan. Aku nyaris merasa kasihan pada pria tua
bodoh itu. Demi keselamatannya kuharap Simon Lovelace tak
pernah mampir ke sini.
Ada totem burung Jawa di bagian belakang lemari, paruh
dan bulunya kelabu terselaput debu. Aku menarik benang sarang
di antara dompet dan kaki kelinci era Edward dan meletakkannya
di belakang totem. Bagus. Takkan ada yang menemukannya
di sana kecuali mereka mencari. Akhirnya aku
mengenyahkan mantra dari benang sarang itu, mengembalikan
ukuran dan bentuk amuletnya seperti semula.
Dengan begitu, tugasku selesai. Aku keluar dari lemari dan
ruang kerja tanpa sekali pun cegukan lalu kembali ke lantai
atas.
104
Pada saat inilah dimulai sesuatu yang menarik.
Aku sedang kembali menuju loteng, tentu saja, melalui
langit-langit yang miring di atas tangga, ketika tanpa diduga
anak lelaki itu melewatiku menuju ke bawah. Dia mengikuti
istri si penyihir, wajahnya tampak kesal. Rupanya dia baru saja
dipanggil dari kamarnya.
Aku segera menegakkan tubuh. Ini tak bagus untuknya, dan
aku dapat melihat dari wajahnya bahwa dia pun menyadarinya.
Dia seharusnya tahu aku masih berkeliaran di dekat-dekat sini.
Dia tahu aku akan kembali, bahwa perintah yang dia berikan
adalah untuk segera kembali kepadanya, diam-diam dan tak
terlihat, untuk menunggu perintah selanjutnya. Maka dari itu
dia tahu aku mungkin sedang mengikutinya sekarang, mendengarkan
dan mengamati, mengetahui lebih banyak mengenai
dirinya, dan bahwa dia tak dapat melakukan apa pun sampai
dia kembali berada di kamarnya dan berdiri kembali dalam
pentode.
110
Ayolah, ayolah! Kembali ke pentacle-mu. Aku menyusulnya,
antusias untuk segera memulai kompetisi.
Oh, dadu benar-benar ada di genggaman makhluk berkaki
delapan sekarang.
111
Suatu hari di musim panas, ketika Nathaniel berusia sepuluh
tahun, dia duduk bersama gurunya di bangku batu
taman, membuat sketsa pohon horse chestnut di balik tembok.
Sinar matahari menerpa batu bata merah. Kucing abu-abu
putih duduk berselonjor di tembok, menggoyang-goyangkan
ekor perlahan ke kanan dan ke kiri. Angin sepoi-sepoi
menggerakkan dedaunan di pohon dan membawa semerbak
bau semak rhododendron dari seberang halaman. Lumut yang
menyelimuti patung pria yang memegang berkas kilat bersinar
keemasan ditimpa cahaya kuning matahari. Serangga-serangga
berdengung.
Hari itu semua berubah.
"Sabar, Nathaniel."
"Anda sering mengatakan itu, Ms. Lutyens."
"Dan aku yakin aku akan mengatakannya lagi. Kau terlalu
gelisah. Itu kelemahanmu yang terbesar."
Nathaniel menggambar garis-garis bayangan dengan kesal.
"Tapi ini sungguh mengesalkan!" serunya. "Dia tak pernah
112
a
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
MR. Collection's
membiarkanku mencoba apa pun! Aku hanya diperbolehkan
mempersiapkan lilin, dupa, dan hal-hal lain yang dapat kulakukan
sambil tidur jungkir balik! Aku bahkan tak diizinkan
berbicara dengan mereka."
"Tindakan yang tepat," Ms. Lutyens berkata tegas. "Ingat,
aku hanya ingin kau membuat bayangan halus. Bukan garisgaris
tegas."
"Konyol." Nathaniel cemberut. "Dia tak menyadari kemampuanku.
Aku telah membaca semua bukunya, dan..."
"Semuanya?"
"Well, semua yang ada di rak buku kecilnya, dan dia berkata
semua itu akan membuatku sibuk sampai usia dua belas tahun.
Aku bahkan belum sebelas tahun, Ms. Lutyens. Maksudku,
aku telah menguasai Mantra Pengarahan dan Penguasaan, sebagian
besar; aku bisa memberikan perintah pada jin, jika dia
memanggilnya untukku. Tapi dia bahkan tak pernah membiarkan
aku mencoba."
"Aku tak tahu mana yang lebih menjengkelkan, Nathaniel?
bualanmu atau sifat pemarahmu. Kau harus berhenti mengkhawatirkan
apa yang belum kaumiliki dan menikmati apa
yang telah kaudapatkan sekarang. Taman ini, misalnya. Aku
amat senang kau mengusulkan kita belajar di sini hari ini."
"Aku selalu datang ke sini jika dapat. Tempat ini membantuku
berpikir."
"Aku tak heran. Tempat ini nyaman, tersembunyi... dan
sedikit sekali tempat seperti ini di London, maka bersyukurlah."
"Dia menemaniku." Yang dimaksud Nathaniel patungnya.
"Aku menyukainya, meskipun aku tak tahu siapa dia."
"Dia?" Ms. Lutyens menengadah dari buku sketsanya, tapi
sambil tetap menggambar. "Oh, itu gampang. Dia Gladstone."
"Siapa?"
113