Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri pertambangan batu bara adalah salah satu industri yang berpotensi
menghasilkan air asam tambang. Batu bara biasanya berasosiasi dengan
mineral sulfida seperti pirit, pirotit dan kalkopirit, sehingga apabila lapisan
tersebut disingkap untuk mengambil batubara, maka senyawa tersebut akan
teroksidasi oleh air dan udara sehingga terbentuklah air asam tambang yang
mengandung asam sulfat yang diakselerasi mikroorganisme yang hidup pada
pH rendah. Sifat asam dapat memicu terbentuknya logam-logam reaktif yaitu
dalam bentuk ionnya, dengan demikian akan menimbulkan pencemaran
logam pada lingkungan perairan.
Tujuan
Bagi mahasiswa yaitu dapat mengetahui cara pengujian sampel air sungai
dan air limbah dengan berbagai parameter serta pengujian sampel yang ada
di Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru.
Bagi Instansi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru, yaitu
adanya tempat untuk sharing mengenai metode-metode yang diterapkan di
sana dengan metode yang dilakukan di kampus pada saat praktikum ataupun
penelitian.
Bagi Program Studi dan Fakultas, yaitu terbukanya jaringan kemitraan
yang harapannya dapat bekerja sama dalam hal riset dan teknologi yang
dimiliki.
BAB II
Balai Riset dan Standardisasi Industri ini berlokasi di Jalan Panglima Batur
Barat Nomor 2, Banjarbaru Kalimantan Selatan. Bangunan tersebut didirikan
di atas tanah seluas 7.916 m2. Selain di Kalimantan Selatan, balai ini juga
ditemui di Aceh, Medan, Padang, Palembang, Lampung, Manado, Ambon,
Pontianak, Samarinda, dan Surabaya. Sebelum akhirnya menjadi Baristand
Industri Banjarbaru, balai ini telah mengalami beberapa kali pergantian
nama. Pada tahun 1961, balai ini dinamakan Balai Penyelidikan Kimia
Perwakilan Bogor di Banjarmasin, kemudian mengalami perubahan nama
pada tahun 1973 menjadi Balai Penelitian Kimia Banjarbaru, dan berlanjut
pada tahun 1980 berganti nama kembali menjadi Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri (Balai Industri) Banjarbaru, hingga kemudian menjadi
Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan (Baristand Indag)
Banjarbaru pada tahun 2002, dan pada tahun 2006 melalui peraturan Menteri
Perindustrian R.I. No. 49/M-IND/PER/6/2006, dengan nama Balai Riset dan
Standardisasi Industri (Baristand Industri) Banjarbaru sampai sekarang.
Visi
Misi
Fasilitas
Gedung
Balai memiliki luas lantai 1.837 m2 dan berada di atas tanah seluasnya kira
kira 7.916 m2.
A.2 Perpustakaan
Jasa pelayanan teknis yang dapat diberikan oleh balai kepada masyarakat
adalah :
Teknologi Proses
Teknik Sampling
Teknologi
Sistem Manajemen Mutu
Standardisasi
Sampling dan Pengawasan Mutu
Perekayasaan Peralatan (TTG).
Standardisasi dan pengawasan mutu produk
Penyiapan Rancangan SNI
Penerapan dan Pengawasan SNI
Sampling Produk
Perekayasaan
Akreditasi Laboratorium
BAB III
Waktu Pelaksanaan
Kerja praktek ini dilakukan selama minimal 50 hari kerja mulai tanggal 20
Januari05 April 2014 dan bertempat di Laboratorium Balai Riset Dan
Standardisasi Industri Banjarbaru dengan alamat Jl. Panglima Batur Barat No.
2, Banjarbaru. Kerja Praktek dimulai dari pukul 07.30-16.00 WITA pada hari
kerja Senin sampai Jumat.
Bentuk kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa adalah magang, dimana
mahasiswa ikut melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan staf di
laboratorium khususnya dalam analisis sampel. Kegiatan kerja praktek
mahasiswa meliputi pemeriksaan sampel di laboratorium, namun lebih
menekankan pada pemeriksaan kandungan kimia terhadap sampel. Hasil
Prosedur Kerja
C.1. Uji padatan tersuspensi total (total suspended solid/TSS) (SNI 066989.3:2004)
Prinsip
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai
berat konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat
saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
mengahambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori
saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total
dan padatan total.
Bahan
Kertas saring
Air suling.
Peralatan
Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.
Pengawetan contoh
Prosedur
a) Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan
sedikit air suling.
b) Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh
uji yang lebih homogen.
c) Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk
Prinsip
Bahan
Peralatan
a) pH meter dengan perlengkapannya.
b) Pengaduk gelas atau magnetik.
c) Gelas piala 250 mL.
d) Kertas tissue.
e) Timbangan analitik.
f)
Persiapan pengujian
Prosedur
a) Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
b) Bilas elektroda dengan contoh uji.
c) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan
pembacaan yang tetap.
d) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
Prinsip
Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+
ditentukan pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai
COD yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan
Bahan
Air bebas organik;
Digestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi.
Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 C.
Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1000
mL. Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4
C 2 C dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada
pertumbuhan mikroba.
Alat
Spektrofotometer sinar tampak (400 nm sampai dengan 700 nm);
Kuvet;
Digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan
ukuran 16 mm x 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup
ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 mL
(diameter 19 mm sampai dengan 20 mm);
Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block)
Buret;
Labu ukur 50,0 ; 100,0 ; 250,0 ; 500,0 dan 1000,0 mL;
Pipet volumetrik 5,0; 10,0; 15,0; 20,0 dan 25,0 mL;
Gelas piala;
Magnetic stirrer; dan
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
Persiapan dan pengawetan contoh uji
Persiapan contoh uji
homogenkan contoh uji;
cuci digestion vessel dan tutupnya dengan H2SO4 20 % sebelum
digunakan;
Pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
menambahkan H2SO4 pekat sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam
pendingin pada temperatur 4 C 2 C dengan waktu simpan maksimum
yang direkomendasikan 7 hari.
Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 (satu) blanko dan
minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang
pengukuran.
Prosedur Kerja
proses digestion
pipet volume contoh uji atau larutan kerja, tambahkan digestion solution
dan tambahkan larutan pereaksi asam sulfat yang memadai ke dalam
tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut:
Digestion Vessel
uji (mL)
Contoh
Digestion
solution (mL)
Larutan
pereaksi asam
sulfat (mL)
Total volume
(mL)
Tabung kultur
16 x 100 mm
2,50
1,50
3,5
7,5
20 x 150 mm
5,00
3,00
7,0
15,0
25 x 150 mm
10,00 6,00
14,0
30,0
Standar Ampul:
10 Ml 2,50
1,50
3,5
7,5
letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 C,
lakukan refluks selama 2 jam.
Prinsip
Bahan
Air bebas mineral.
Asam nitrat (HNO3) pekat.
Logam mangan (Mn) dengan kemurnian minimum 99,5%.
Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.
Larutan pengencer HNO3 0,05 M.
Larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam
gelas piala.
Larutan kalsium
Udara tekan.
Peralatan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala.
Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp/HCL) mangan.
Gelas piala 100 dan 250 mL.
Pipet volumetrik 10,0 dan 50,0 mL.
Labu ukur 50,0; 100,0; dan 1000 mL.
Erlenmeyer 100 mL.
Corong gelas.
Kaca arloji.
Pemanas listrik.
Seperangkat alat saring vakum.
Kertas saring whatman 40; dengan ukuran pori 0,45
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g.
Labu semprot.
Pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal
6 bulan.
Persiapan pengujian
Persiapan contoh uji mangan terlarut
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori
0,45 m dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.
mL.
Tambahkan 10 mL HCl pekat dan 1 mL HNO3 pekat hingga larut.
Tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera dan homogenkan.
Hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil penimbangan.
Pipet 10,0 mL larutan induk Mn 100 mg/L, masukan ke dalam labu ukur
100,0 mL.
Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas dan homogenkan.
Buat deret larutan kerja dengan satu blanko dan minimal 3 kadar yang
berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.
Prinsip
Bahan
Air bebas mineral.
Asam nitrat (HNO3) pekat.
Larutan standar logam besi (Fe).
Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.
Larutan pengencer HNO3 5% (v/v).
Larutan kalsium
Udara tekan.
Peralatan
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal
6 bulan.
Persiapan pengujian
Persiapan contoh uji besi terlarut
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori
0,45 m dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.
Buat deret larutan kerja dengan satu blanko dan minimal 3 kadar yang
berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.
Prinsip
Bahan
a) air bebas mineral;
b) asam nitrat (HNO3) pekat p.a;
c) logam seng (Zn) dengan kemurnian 99,9%;
Larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam
gelas
piala.
gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 mL dan
homogenkan.
g) Larutan kalsium
h) udara tekan.
Peralatan
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal
6 bulan.
Persiapan pengujian
Persiapan contoh uji seng terlarut
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori
0,45 m dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.
Siapkan contoh uji untuk pengujian seng total, dengan tahapan sebagai
berikut:
homogenkan contoh uji, pipet 50,0 mL contoh uji dan masukkan ke dalam
gelas piala 100 mL atau erlenmeyer100 mL;
tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan
kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup;
panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 20 mL;
jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL
HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup
Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan
proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari
warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi
jernih;
bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala;
pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50,0 mL (saring bila perlu) dan
tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan;
contoh uji siap diukur serapannya.
Pembuatan larutan induk logam seng 100 mg/L
timbang 0,100 g logam seng, masukkan ke dalam labu ukur 1000,0 mL;
tambahkan 20 mL HCl (1+1) hingga larut (100 mg Zn/L);
tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, lalu homogenkan;
hitung kadar seng berdasarkan hasil penimbangan.
Pembuatan larutan baku logam seng 10 mg/L
pipet 10,0 mL larutan induk seng 100 mg/L, masukkan ke dalam labu ukur
100,0 mL;
tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan.
Pembuatan larutan kerja logam seng
Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar
yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.
BAB IV
Kerja praktek yang dilaksanakan selama 50 hari kerja di Balai Riset dan
Standardisasi Industri mulai dari tanggal 20 Januari 05 April 2014 berjalan
dengan lancar dan banyak memberikan pengalaman kerja yang berharga
bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan acuan apabila sudah memasuki
dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa mampu berinteraksi dan terlibat
langsung dalam kerja sama tim yang diterapkan pada perusahaan tersebut.
Kerjasama tim menunjukkan profesionalisme karyawan sebagai bentuk
koordinasi yang baik dan terstruktur. Pembagian tugas kerja pun mutlak
dilakukan karena banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mahasiswa ikut
terlibat sehingga mahasiswa banyak mendapatkan keterampilan dalam
bekerja. Selama kerja praktek hingga selesai telah terjalin kerja sama yang
baik antara mahasiswa dengan pihak instansi tersebut. Diharapkan hubungan
ini dapat berlanjut dan memberi manfaat bagi kedua belah pihak. Harapan
selanjutnya, berkat adanya kerja praktek ini tidak menutup kemungkinan
alumni FMIPA Unlam untuk dapat bekerja di instansi tersebut karena sudah
terjalin hubungan yang baik antara FMIPA Unlam dengan instansi tersebut.
28
Hasil Pengamatan terhadap sampel air sungai dan air limbah dengan
parameter TSS, derajat keasaman (pH), COD, dan cemaran logam (Mn, Fe
dan Zn) di Laboratorium Lingkungan Balai dan Riset Standardisasi Industri
Banjarbaru.
Parameter Uji
Hasil Uji
Satuan
TSS
268
67
mg/L 400
pH
6,88
6,84
COD
161,26
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Seng (Zn)
ND*
5-9
9,6724
mg/L 100
ND*
mg/L 2
Parameter Uji
TSS
434
200 mg/L
pH
7,78
6-9
COD
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Seng (Zn)
1,476 5 mg/L
0,195 2 mg/L
0,010 2 mg/L
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan
kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan
domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku
mutu limbah sehingga menyebabkan terjadinanya penurunan mutu atau
kualitas pada badan air.
Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap.
Padatan tersuspensi terdiri dan partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan Organik
tertentu, tanah liat dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang
tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplatkton, kotoran
hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah industri
(Azwir, 2006).
Hasil yang diperoleh dari analisis TSS yaitu untuk sampel air sungai 1 yaitu
sebesar 268 mg/L dari hasil air sungai tersebut memenuhi syarat mutu.
Untuk sampel air sungai 2 hasil yang diperoleh yaitu sebesar 67 mg/L dari
hasil air sungai tersebut memenuhi syarat mutu, sedangkan untuk sampel air
limbah yaitu sebesar 434 mg/L hasil analisis tersebut melebihi syarat mutu
yang diperbolehkan yaitu 200 mg/L.
B.2. Analisis pH
Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa.
Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia,
maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman
diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan
kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat didalam air. Nilai pH
air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (kosentrasi ion
hidrogen) air limbah. Skala pH berkisarantara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7
termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah
kondisi netral (Azwir, 2006).
Hasil yang diperoleh dari analisis pH yaitu untuk sampel air sungai 1 yaitu
sebesar 6,88, untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 6,84 dan untuk sampel
air limbah yaitu sebesar 7,78. Dari hasil analisis tersebut pada pengukuran
pH semua sampel baik air sungai maupun air limbah memenuhi syarat mutu
yang diperbolehkan.
Kandungan COD tinggi baik itu untuk air sungai maupun untuk sedimen
karena nilainya sangat jauh berada di atas ambang batas maksimum. COD
nilainya harus lebih tinggi dari nilai BOD karena pada BOD hanya sebagian
saja bahan organik yang diuraikan. Konsentrasi COD di air lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi COD di sedimen. Namun keberadaan COD
di perairan tersebut cukup dominan. Tingginya COD pada air dan sedimen
kemungkinan di perairan terdapat buangan yang mengandung logam berat
sehingga buangan tersebut bersifat toksik dan sulit untuk diuraikan
(Meilawati dkk, 2006).
Hasil analisis COD memperoleh hasil untuk sampel air sungai 1 yaitu sebesar
161,26 mg/L, menurut syarat mutu sampel tersebut melebihi ambang batas
yang diperbolehkan, ambang batas yang diperbolehkan yaitu sebesar 100
mg/L. Hasil untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 9,6724 mg/L sampel ini
memenuhi syarat mutu. Sedangkan untuk sampel air limbah hasil analisis
yang diperoleh yaitu sebesar 275,6 mg/L sampel tersebut tidak memenuhi
syarat mutu yang diperbolehkan yaitu 100 mg/L. Nilai COD ini akan
mempengaruhi seberapa besar pencemaran yang terjadi pada lingkungan
atau kawasan tersebut terjadi. Bukan hanya diliat dari nilai COD namun dari
parameter yang lain pun harus di liat seberapa besar pencemaran air sungai
dan limbah tersebut.
Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+
atau Fe3+. Kandungan ion Fe (Fe2+, Fe3+) pada air sumur bor berkisar
antara 5 7 mg/L. Tingginya kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan
dengan keadaan struktur tanah. Struktur tanah dibagian atas merupakan
tanah gambut, selanjutnya berupa lempung gambut dan bagian dalam
merupakan campuran lempung gambut dengan sedikit pasir (Juli, 2014)
Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga
(Fe3+) . Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau
FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa
besi dalam air adalah bersumber dari dalam tanah sendiri di sampng dapat
pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir
air dari besi atau endapan-endapan buangan industri. Adapun besi terlarut
yang berasal dari pipa atau tangki-tangki besi adalah akibat dari beberapa
kodisi, di antaranya :
Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri
(Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi
terlarut dapat berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti
Fe(OH)3, FeO, Fe2O3 dan lain-Iain. Konsentrasi besi terlarut yang masih
diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai dengan 0,1 mg/l. Apabila
kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas tersebut akan menyebabkan
berbagai masalah, diantaranya :
Gangguan teknis
Endapan Fe(OH) bersifat korosif terhadap pipa dan akan mengendap pada
saluran pipa, sehingga mengakibatkan pembuntuan dan efek-efek yang
dapat merugikan seperti Mengotori bak yang terbuat dari seng. Mengotori
wastafel dan kloset.
Gangguan fisik
Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah
timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi
terfarutnya > 1,0 mg/l.
Gangguan kesehatan
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari
yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang
diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini
dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi
mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam
karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung
menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar
dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya
dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air
melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk (Juli,
2014).
Dari hasil analisis konsentrasi zat besi tertinggi terdapat pada sampel air
sungai 1 yaitu sebesar 0,174 mg/L berdasarkan pada syarat mutu sampel ini
memenuhi syarat pada tiap kelas air, sedangkan untuk sampel air sungai 2
konsentrasi besi yang terkandung yaitu sebesar 0,582 mg/L sampel ini
melebihi syarat mutu. Pada sampel air limbah zat besi yang terkandung yaitu
sebesar 1,476 mg/L berdasarkan pada syarat mutu sampel tersebut masih
memenuhi syarat.
Mangan merupakan nutrisi yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Mangan
terdapat dalam semua jaringan tubuh, dan level Konsentrasi mangan dalam
tubuh dikontrol oleh regulasi eksresinya dari hati menuju empedu. Selain
itu, hati berfungsi dalam penyerapan senyawa kimia dan zat toksik lainnya
yang masuk ke dalam tubuh tertinggi ditemukan pada hati, ginjal dan
pankreas (Normaningsih, 2009).
Dari hasil analisa tersebut didapatkan kadar mangan pada sampel air sungai
1 0,881 mg/L sampel tersebut melebihi ambang batas dari yang
diperbolehkan sedangkan untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 0,008
mg/L masih memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan. Dan untuk sampel
air limbah hasil analisis kadar mangan yaitu sebesar 0,195 mg/L sampel
tersebut masih memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan yaitu sebesar 2
mg/L.
Seng (Zn) merupakan logam berat yang esensial dengan sejumlah fungsi
bagi system biologis. Ion seng (Zn2+) berperan penting pada aktivitas
enzimatis sebagai ko-faktor maupun terdapat pada gugus aktif (activator)
berbagai enzim. Defisiensi seng mengakibatkan substitusi logam lain untuk
menggantikan fungsi seng, terutama pada sistem kerja enzim. Masuknya ionion logam lain pada gugus logam yang seharusnya ditempati seng, dapat
menyebabkan gangguan aktivitas hingga kerusakan struktur enzim (Dewi
dkk, 2012).
Logam seng cenderung membentuk ion jika berada dalam air. Ion seng
mudah terserap dalam sedimen dan tanah serta kelarutan logam berat seng
dalam air relatif rendah pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran
air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut
mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air. Konsentrasi
logam berat pada air akan turut mempengaruhi konsentrasi logam berat
yang ada pada sedimen. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam
berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut
di air. Selain itu, terdapat parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam
kesetimbangan reaksi di sistem perairan, seperti pH, konsentrasi logam dan
tipe senyawanya, kondisi reduksioksidasi perairan, dan bilangan oksidasi dari
logam tersebut. Adanya logam berat seng di dalam air yang melampaui
batas dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia yang
mengkonsumsinya, walaupun seng merupakan logam yang dibutuhkan oleh
tubuh namun berbahaya jika melebihi ambang batas dan dapat menimbulkan
rasa kesat pada air dan dapat menimbulkan gejala muntaber (Sunti dkk,
2008).
Dari hasil analisis didapatkan hasil konsentrasi seng pada sampel air sungai 1
yaitu tidak terdeteksi, sedangkan untuk sampel air sungai 2 yaitu tidak
terdeteksi kedua sampel air sungai tersebut memenuhi syarat mutu air pada
tiap kelas. Sedangkan untuk sampel air limbah hasil analisisnya yaitu sebesar
0,010 mg/L sampel air limbah tersebut masih memenuhi syarat mutu yang
diperbolehkan yaitu sebesar 2 mg/L.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
sedangkan COD dengan hasil 161,26 mg/L dan Mn dengan hasil 0,881 mg/L
yang tidak memenuhi syarat.
Sampel air sungai 2 beberapa parameter memenuhi syarat mutu yaitu
seperti TSS dengan hasil analisis 67 mg/L, pH dengan hasil 6,84, COD dengan
hasil analisis 9,6724 mg/L, Mn dengan hasil 0,008 mg/L dan Zn dengan hasil
tidak terdeteksi, sedangkan untuk Fe tidak memenuhi syarat mutu dengan
hasil analisis sebesar 0,582 mg/L.
Sampel air limbah juga memenuhi syarat beberapa parameter seperti pH
dengan hasil analisis sebesar 7,78, logam Fe dengan hasil 1,476 mg/L, Mn
dengan hasil 0,195 mg/L, dan Zn dengan hasil 0,010 mg/L, sedangkan untuk
TSS dengan hasil 434 mg/L dan COD dengan hasil 275,6 mg/L tidak
memenuhi persyaratan baku mutu.
Saran
Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kriteria uji lainnya mulai dari
fisika, kimia dan mikrobiologi untuk mengetahui kualitas dari air sungai dan
air limbah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.antarakalsel.com
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri
Diponegoro. Semarang
http://advancebpp.wordpress.com/
Normaningsih. 2009. Kandungan Mangan Dalam Air Sungai Riam Kanan Dan
Sunti, I. A. Daud. S. Manyullei. 2008. Studi Kandungan Logam Berat Seng (Zn)