You are on page 1of 41

ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn DALAM AIR SUNGAI

DAN AIR LIMBAH DI LABORATORIUM LINGKUNGAN BALAI RISET DAN


STANDARISASI INDUSTRI BANJARBARU

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai sumber daya manusia kita dituntut untuk mempunyai keahlian,


pengalaman dan kepekaan dalam mengatasi dan menghadapi berbagai
permasalahan dan tantangan yang terjadi di dunia kerja. Untuk dapat terjun
ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus memiliki kesiapan
dalam menghadapi keprofesionalan pekerjaannya yang sesuai dengan bidang
yang digelutinya. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi seseorang
yang belum mengalami pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan,
seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus bersifat statis
(pada kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap kegiatan
kegiatan dalam dunia kerja yang nyata), teori yang diperoleh belum tentu
sama dengan praktek kerja di lapangan, dan keterbatasan waktu dan ruang
yang mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh masih terbatas.
1

Program studi D3 Analis Farmasi dan Makanan FMIPA UNLAM berusaha


menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan dunia kerja. Agar dapat
menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di dunia kerja maka mahasiswa
perlu dibekali dengan ilmu-ilmu yang nantinya dapat diterapkan di dunia
kerja, namun keterampilan dan keahlian dalam suatu bidang tertentu hanya
bisa diperoleh apabila seseorang mempunnyai pengalaman dalam bidang
tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman
mengenai dunia kerja melalui program praktek kerja lapangan yang
ditawarkan oleh program studi D3 Analis Farmasi dan Makanan FMIPA UNLAM.

Balai Riset dan Standardisasi Banjarbaru merupakan unit pelaksana teknis di


lingkungan Kementerian Perindustrian berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang
mana di dalamnya terdapat laboratorium lingkungan yang berfungsi sebagai
instalasi pengujian kandungan kimia seperti pengujian logam berat pada
suatu sampel air yang dikirim oleh suatu perusahaan misalkan perusahaan
batu bara ataupun perusahaan kelapa sawit. Tetapi sampel yang ada di Balai
Riset dan Standardisasi Banjarbaru adalah sampel yang berasal dari limbah
pertambangan batu bara.

Industri pertambangan batu bara adalah salah satu industri yang berpotensi
menghasilkan air asam tambang. Batu bara biasanya berasosiasi dengan
mineral sulfida seperti pirit, pirotit dan kalkopirit, sehingga apabila lapisan
tersebut disingkap untuk mengambil batubara, maka senyawa tersebut akan
teroksidasi oleh air dan udara sehingga terbentuklah air asam tambang yang
mengandung asam sulfat yang diakselerasi mikroorganisme yang hidup pada
pH rendah. Sifat asam dapat memicu terbentuknya logam-logam reaktif yaitu
dalam bentuk ionnya, dengan demikian akan menimbulkan pencemaran
logam pada lingkungan perairan.

Tujuan

Tujuan dari kerja praktek ini adalah :

Secara umum, untuk mendapat pengalaman secara langsung aplikasi ilmu


dalam skala industri dan menambah pengetahuan mengenai proses-proses
standarisasi pada suatu industri.
Secara khusus, untuk melakukan analisis kualitas air sungai dan air limbah
yang ada di tempat magang, yang meliputi uji TSS, pH, COD dan cemaran
logam (Fe, Mn dan Zn).
Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari kerja praktek ini antara lain :

Bagi mahasiswa yaitu dapat mengetahui cara pengujian sampel air sungai
dan air limbah dengan berbagai parameter serta pengujian sampel yang ada
di Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru.
Bagi Instansi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru, yaitu
adanya tempat untuk sharing mengenai metode-metode yang diterapkan di
sana dengan metode yang dilakukan di kampus pada saat praktikum ataupun
penelitian.
Bagi Program Studi dan Fakultas, yaitu terbukanya jaringan kemitraan
yang harapannya dapat bekerja sama dalam hal riset dan teknologi yang
dimiliki.

BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI BARISTAND INDUSTRI

Sejarah Dan Perkembangannya

Balai Riset dan Standardisasi Industri ini berlokasi di Jalan Panglima Batur
Barat Nomor 2, Banjarbaru Kalimantan Selatan. Bangunan tersebut didirikan
di atas tanah seluas 7.916 m2. Selain di Kalimantan Selatan, balai ini juga
ditemui di Aceh, Medan, Padang, Palembang, Lampung, Manado, Ambon,
Pontianak, Samarinda, dan Surabaya. Sebelum akhirnya menjadi Baristand
Industri Banjarbaru, balai ini telah mengalami beberapa kali pergantian
nama. Pada tahun 1961, balai ini dinamakan Balai Penyelidikan Kimia
Perwakilan Bogor di Banjarmasin, kemudian mengalami perubahan nama
pada tahun 1973 menjadi Balai Penelitian Kimia Banjarbaru, dan berlanjut
pada tahun 1980 berganti nama kembali menjadi Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri (Balai Industri) Banjarbaru, hingga kemudian menjadi
Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan (Baristand Indag)
Banjarbaru pada tahun 2002, dan pada tahun 2006 melalui peraturan Menteri
Perindustrian R.I. No. 49/M-IND/PER/6/2006, dengan nama Balai Riset dan
Standardisasi Industri (Baristand Industri) Banjarbaru sampai sekarang.

Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru merupakan balai yang


memiliki tugas pokok untuk melaksanakan riset dan standardisasi serta
sertifikasi di bidang industri. Selain itu, balai ini berfungsi juga sebagai :
4

Pemasaran, promosi, pelayanan informasi, penyebarluasan, dan


pendayagunaan hasil riset/litbang.

Perumusan dan penerapan standar, pengujian, dan sertifikasi dalam


bidang bahan baku, bahan penolong proses peralatan/mesin, dan hasil
produk.
Pengembangan teknologi, dan penanggulangan pencemaran industri.
Penyusunan program dan pengembangan kompetensi di bidang jasa
riset/litbang.
Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan,
perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan
rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan Baristand
Industri.

Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Riset Dan Standarisasi Industri


Banjarbaru

Visi dan Misi Tempat Kerja Praktek

Visi

Menjadi pusat riset yang unggul dan terpercaya dalam memperkuat


industri pengolahan sumber daya alam, khususnya kayu, rotan, bambu, dan
hasil hutan lainnya.

Misi

Menghasilkan penelitian, perekayasaan, testing, standardisasi dan


pelatihan teknologi pengolahan sumber daya alam (kayu, rotan, bambu) yang
memiliki nilai tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan.
Mendorong terwujudnya penguasaan teknologi yang bermanfaat bagi
industri khususnya IKM, dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
Memberikan jasa layanan yang berkualitas di bidang pengujian, konsultasi,
teknologi produk/proses, standardisasi, sertifikasi, penganggulangan
pencemaran industri dan inkubasi bisnis serta informasi teknologi.
Menjamin kemitraan dengan industri, lembaga litbang, perguruan tinggi,
dan lembaga lain di dalam maupun di luar negeri.
Kegiatan Unit Tempat Kerja
Personil

Baristand Industri Banjarbaru didukung oleh personil sebanyak 69 orang PNS


dan 6 orang kontrak dari berbagai tingkatan pendidikan dan disiplin ilmu.
Peningkatan kemampuan personil dilakukan melalui berbagai jenjang
pendidikan dan diklat di bidang teknologi

Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di Baristand Industri meliputi fasilitas fisik berupa :

Gedung

Balai memiliki luas lantai 1.837 m2 dan berada di atas tanah seluasnya kira
kira 7.916 m2.

A.1 Laboratorium Pengujian

Laboratorium Pengujian Kayu dan Rotan


Laboratorium Pengujian Makanan dan Minuman
Laboratorium Pengujian Lingkungan
Laboratorium Pengujian Pupuk dan Bahan Galian
Laboratorium Pengujian Mikrobiologi
Laboratorium Proses

A.2 Perpustakaan

Untuk mendukung kegiatannya, Balai memiliki perpustakaan yang dilengkapi


dengan 6.079 meliputi buku-buku ilmiah, laporan hasil penelitian, dan
majalah ilmiah, Warung Informasi Teknologi (Warintek).

Peralatan laboratorium, di antaranya :

Peralatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan adalah :

Bidang Kimia : AAS, Spectrophotometer, Flamephotometer, Bomb


Calorimeter; dll.
Bidang Fisika/Bangunan/Kayu : UTM, Mesin Aus, Moisture Tester, Humidifer
Chamber, Veneer, Lathe, Hot Press,
Bidang Gas Emisi : Gas Imfinger, Automatic Gas Portable Analyzer, High
Volume Sampler,

Jasa Pelayanan Teknis (JPT)

Jasa pelayanan teknis yang dapat diberikan oleh balai kepada masyarakat
adalah :

Penelitian dan Pengembangan

Mampu memberikan jasa pelayanan teknis di bidang penelitian dan


pengembangan (bahan baku, proses, produk, peralatan, dan pencemaran)
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dunia usaha.

Pelayanan Teknis Operasional

Dapat memberikan pelatihan dalam bidang :

Teknologi Proses
Teknik Sampling

Pengujian (bahan, produk dan limbah)


Pengujian
Bahan dan produk makanan dan minuman
Kayu, produk kayu dan bahan bangunan non logam lainnya.
Limbah Industri (padat, cair, gas emisi dan ambient)
Aneka komoditi
Mikrobiologi ( coli, coliform, TPC, salmonella, kapang, dll)
Konsultasi

Memberikan konsultasi di bidang :

Teknologi
Sistem Manajemen Mutu
Standardisasi
Sampling dan Pengawasan Mutu
Perekayasaan Peralatan (TTG).
Standardisasi dan pengawasan mutu produk
Penyiapan Rancangan SNI
Penerapan dan Pengawasan SNI
Sampling Produk
Perekayasaan

Perekayasaan peralatan teknologi tepat guna untuk meningkatkan


produktivitas IKM (alat pengering pellet ikan, pengering hortikultura, mesin
pembelah batu aji, pencetak amplang, dll).

Akreditasi Laboratorium

Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru telah


menerapkan ISO Guide 25 dan mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi
Nasional (KAN) terhitung sejak tanggal 20 Oktober 2011 dengan No.
Akreditasi LP 543 IDN. Untuk meningkatkan mutu uji dan memberikan
kepuasan bagi pelanggan, maka laboratorium menerapkan ISO 17025-2008

BAB III

METODE KERJA PRAKTEK

Waktu Pelaksanaan

Kerja praktek ini dilakukan selama minimal 50 hari kerja mulai tanggal 20
Januari05 April 2014 dan bertempat di Laboratorium Balai Riset Dan
Standardisasi Industri Banjarbaru dengan alamat Jl. Panglima Batur Barat No.
2, Banjarbaru. Kerja Praktek dimulai dari pukul 07.30-16.00 WITA pada hari
kerja Senin sampai Jumat.

Bentuk Kerja Praktek

Bentuk kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa adalah magang, dimana
mahasiswa ikut melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan staf di
laboratorium khususnya dalam analisis sampel. Kegiatan kerja praktek
mahasiswa meliputi pemeriksaan sampel di laboratorium, namun lebih
menekankan pada pemeriksaan kandungan kimia terhadap sampel. Hasil

pemeriksaan ini digunakan sebagai evaluasi terhadap pengendalian mutu


laboratorium yang dilakukan secara berkala.
10

Bentuk kerja praktek magang mahasiswa untuk memperoleh berbagai


informasi dan analisa kualitas sampel dari berbagai sumber serta merasakan
kondisi suasana dunia kerja, sehingga dalam kegiatannya mahasiswa tidak
bisa lepas dari staf laboratorium yang membantu mahasiswa dalam
melakukan pemeriksaan sampel di laboratorium. Dalam melakukan praktek,
mahasiswa dibimbing sehingga bisa mengetahui apa yang harus dilakukan
dalam melakukan praktek.

Prosedur Kerja

C.1. Uji padatan tersuspensi total (total suspended solid/TSS) (SNI 066989.3:2004)

Prinsip

Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai
berat konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat
saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
mengahambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori
saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total
dan padatan total.

Bahan
Kertas saring
Air suling.
Peralatan

a) Desikator yang berisi silika gel.


b) Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103C sampai dengan 105
c) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
d) Pengaduk magnetik.
e) Pipet volume.
f) Gelas ukur.
g) Cawan aluminium.
h) cawan porselen/cawan Gooch.
i)
j) Kaca arloji.
k) Pompa vacum.
Persiapan dan pengawetan contoh uji
Persiapan contoh uji

Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.

Pengawetan contoh

Awetkan contoh pada suhu 4C untuk meminimalkan dekomposisi


mikrobiologikal terhadap padatan. Contoh uji sebaiknya disimpan tidak lebih
dari 24 jam.

Prosedur
a) Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan
sedikit air suling.
b) Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh
uji yang lebih homogen.
c) Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk

dengan pengaduk magnetik.


d) Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan
kering sempurna dan lanjutkan pengeringan dengan vakum selama 3 menit
agar diperoleh penyaringan sempurna.
e) Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan
pindahkan ke wadah timbangan aluminium sebagai penyangga.
f) Keringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 103C-105C, dinginkan
dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.
g) Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator dan lakukan
penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat
lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari
0,5 g.

C.2. Uji derajat keasaman (pH) (SNI 06-6989.11:2004)

Prinsip

Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen secara


potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter.

Bahan

Larutan penyangga (buffer) 4, buffer 7, dan buffer 10.

Peralatan
a) pH meter dengan perlengkapannya.
b) Pengaduk gelas atau magnetik.
c) Gelas piala 250 mL.
d) Kertas tissue.

e) Timbangan analitik.
f)
Persiapan pengujian

Lakukan kalibrasi alat pH meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi


kerja alat. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh
uji sampai suhu kamar.

Prosedur
a) Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air
suling.
b) Bilas elektroda dengan contoh uji.
c) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan
pembacaan yang tetap.
d) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

C.3. Analisis COD

Prinsip

Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji


dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah
oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L)
diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O72- kuat mengabsorpsi
pada panjang gelombang 420 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 600 nm.

Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+
ditentukan pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai
COD yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan

konsentrasi Cr2O72- ditentukan pada panjang gelombang 420 nm.

Bahan
Air bebas organik;
Digestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi.

Tambahkan 10,216 g yang K2Cr2O7 telah dikeringkan pada suhu 150 C


selama 2 jam ke dalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat
dan 33,3 g HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan
sampai 1000 mL.

Larutan pereaksi asam sulfat

Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 mL H2SO4


pekat. Aduk hingga larut.

Asam sulfamat (NH2SO3H)

Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk


setiap mg NO2-N yang ada dalam contoh uji.

Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK, KHP) COD 500


mg O2/L

Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 C.
Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1000
mL. Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4
C 2 C dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada
pertumbuhan mikroba.

Alat
Spektrofotometer sinar tampak (400 nm sampai dengan 700 nm);
Kuvet;
Digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan
ukuran 16 mm x 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup
ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 mL
(diameter 19 mm sampai dengan 20 mm);
Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block)
Buret;
Labu ukur 50,0 ; 100,0 ; 250,0 ; 500,0 dan 1000,0 mL;
Pipet volumetrik 5,0; 10,0; 15,0; 20,0 dan 25,0 mL;
Gelas piala;
Magnetic stirrer; dan
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
Persiapan dan pengawetan contoh uji
Persiapan contoh uji
homogenkan contoh uji;
cuci digestion vessel dan tutupnya dengan H2SO4 20 % sebelum
digunakan;
Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
menambahkan H2SO4 pekat sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam
pendingin pada temperatur 4 C 2 C dengan waktu simpan maksimum
yang direkomendasikan 7 hari.

Pembuatan larutan kerja

Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 (satu) blanko dan

minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang
pengukuran.

Prosedur Kerja
proses digestion

pipet volume contoh uji atau larutan kerja, tambahkan digestion solution
dan tambahkan larutan pereaksi asam sulfat yang memadai ke dalam
tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 1 Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam digestion


vessel

Digestion Vessel
uji (mL)

Contoh

Digestion

solution (mL)

Larutan

pereaksi asam
sulfat (mL)

Total volume

(mL)
Tabung kultur
16 x 100 mm

2,50

1,50

3,5

7,5

20 x 150 mm

5,00

3,00

7,0

15,0

25 x 150 mm

10,00 6,00

14,0

30,0

Standar Ampul:
10 Ml 2,50

1,50

3,5

7,5

tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen;

letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 C,
lakukan refluks selama 2 jam.

Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:

hidupkan alat dan optimalkan alat uji spektrofotometer sesuai petunjuk


penggunaan alat untuk pengujian COD. Atur panjang gelombangnya pada
600 nm atau 420 nm;
ukur serapan masing-masing larutan kerja kemudian catat dan plotkan
terhadap kadar COD;

C.4. Analisis logam Mn (mangan) (SNI 6989.5:2009)

Prinsip

Analit logam mangan dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk


atomnya, menyerap energi radiasi elektromegnetik yang berasal dari lampu
katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.

Bahan
Air bebas mineral.
Asam nitrat (HNO3) pekat.
Logam mangan (Mn) dengan kemurnian minimum 99,5%.
Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.
Larutan pengencer HNO3 0,05 M.

Larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam

gelas piala.

Larutan pencuci HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral ke


dalam gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000
mL dan homogenkan.

Larutan kalsium

Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50 mL HCl (1+5). Bila


perlu larutan didihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan
encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter.

Udara tekan.
Peralatan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala.
Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp/HCL) mangan.
Gelas piala 100 dan 250 mL.
Pipet volumetrik 10,0 dan 50,0 mL.
Labu ukur 50,0; 100,0; dan 1000 mL.
Erlenmeyer 100 mL.
Corong gelas.
Kaca arloji.
Pemanas listrik.
Seperangkat alat saring vakum.
Kertas saring whatman 40; dengan ukuran pori 0,45
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g.

Labu semprot.
Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal
6 bulan.

Persiapan pengujian
Persiapan contoh uji mangan terlarut

Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori
0,45 m dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.

Persiapan contoh uji mangan total


Masukkan 50,0 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke
dalam gelas piala 100 mL atau erlenmeyer 100 mL.
Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup
dengan kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai
penutup.
Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL sampai dengan
20 mL.
Ditambahkan 50,0 mL air suling.
Contoh uji siap diukur serapannya.

Pembuatan larutan induk logam mangan 100 mg/L

Timbang 0,100 g logam mangan, masukan ke dalam labu ukur 1000,0

mL.
Tambahkan 10 mL HCl pekat dan 1 mL HNO3 pekat hingga larut.
Tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera dan homogenkan.
Hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil penimbangan.

Pembuatan larutan baku logam mangan 10 mg/L

Pipet 10,0 mL larutan induk Mn 100 mg/L, masukan ke dalam labu ukur
100,0 mL.
Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas dan homogenkan.

Pembuatan larutan kerja logam mangan

Buat deret larutan kerja dengan satu blanko dan minimal 3 kadar yang
berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.

Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi


Optimasikan alat SSA sesuai petunjuk pengguanaan alat.
Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang
gelombang 279,5 nm.
Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer.
Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.

C.5. Analisis logam Fe (SNI 6989.4:2009)

Prinsip

Analit logam besi dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk


atomnya, menyerap energi radiasi elektromegnetik yang berasal dari lampu
katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.

Bahan
Air bebas mineral.
Asam nitrat (HNO3) pekat.
Larutan standar logam besi (Fe).
Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.
Larutan pengencer HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral ke


dalam gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000
mL dan homogenkan.

Larutan pencuci HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral ke


dalam gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000
mL dan homogenkan.

Larutan kalsium

Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50 mL HCl (1+5). Bila


perlu larutan didihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan
encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter.

Udara tekan.

Peralatan

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala.


Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp/HCL) besi.
Gelas piala 100 mL dan 250 mL.
Pipet volumetrik 10,0 mL dan 50,0 mL.
Labu ukur 50,0; 100,0; dan 1000 mL.
Erlenmeyer 100 mL.
Corong gelas.
Kaca arloji.
Pemanas listrik.
Seperangkat alat saring vakum.
Kertas saring whatman 40; dengan ukuran pori 0,45
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g.
Labu semprot.
Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal
6 bulan.

Persiapan pengujian
Persiapan contoh uji besi terlarut

Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori
0,45 m dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.

Persiapan contoh uji besi total

Masukkan 50,0 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke


dalam gelas piala 100 mL atau erlenmeyer 100 mL.
Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan
kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup.
Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL sampai dengan 20
mL.
Ditambahkan 50,0 mL air suling.
Contoh uji siap diukur serapannya.
Pembuatan larutan induk logam besi 100 mg/L
Timbang 0,100 g logam besi, masukan ke dalam labu ukur 1000,0 mL.
Tambahkan 10 mL HCl (1+1) pekat dan 3 mL HNO3 pekat hingga larut.
Tambahkan 5 mL HNO3 pekat lalu encerkan dengan air bebas mineral
hingga tepat tanda tera.
Hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil penimbangan.

Pembuatan larutan baku logam besi 10 mg/L


Pipet 10,0 mL larutan induk 100 mg Fe/L, masukan ke dalam labu ukur
100,0 mL.
Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas dan
homogenkan.
Pembuatan larutan kerja logam besi

Buat deret larutan kerja dengan satu blanko dan minimal 3 kadar yang
berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.

Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi

Optimasikan alat SSA sesuai petunjuk pengguanaan alat.


Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang
gelombang 248,3 nm.
Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer.
Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.

C.6. Analisis Logam Zn (SNI 6989.7:2009)

Prinsip

Analit logam seng dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk


atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasaldari lampu
katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit. .

Bahan
a) air bebas mineral;
b) asam nitrat (HNO3) pekat p.a;
c) logam seng (Zn) dengan kemurnian 99,9%;

d) gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi;


e) larutan pengencer HNO3 0,05 M;

Larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam
gelas

piala.

f) larutan pencuci HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral


dalam

gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 mL dan

homogenkan.

g) Larutan kalsium

Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50 mL HCl (1+5). Bila

perlu larutan dididihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan

encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter.

h) udara tekan.
Peralatan

a) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala;


b) lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp, HCL) seng;
c) gelas piala 100 mL dan 250 mL;
d) pipet volumetrik 10,0 mL dan 50,0 mL;
e) labu ukur 50,0; 100,0 dan 1000,0 mL;
f) Erlenmeyer100 mL;
g) corong gelas;
h) kaca arloji;
i) pemanas listrik;
j) seperangkat alat saring vakum;
k) saringan membran dengan ukuran pori 0,45 m;
l) timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g; dan
m) labu semprot.
Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal
6 bulan.

Persiapan pengujian
Persiapan contoh uji seng terlarut

Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori
0,45 m dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.

Persiapan contoh uji seng total

Siapkan contoh uji untuk pengujian seng total, dengan tahapan sebagai
berikut:

homogenkan contoh uji, pipet 50,0 mL contoh uji dan masukkan ke dalam
gelas piala 100 mL atau erlenmeyer100 mL;
tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan
kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup;
panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 20 mL;
jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL
HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup
Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan
proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari
warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi
jernih;
bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala;
pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50,0 mL (saring bila perlu) dan
tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan;
contoh uji siap diukur serapannya.
Pembuatan larutan induk logam seng 100 mg/L
timbang 0,100 g logam seng, masukkan ke dalam labu ukur 1000,0 mL;
tambahkan 20 mL HCl (1+1) hingga larut (100 mg Zn/L);
tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, lalu homogenkan;
hitung kadar seng berdasarkan hasil penimbangan.
Pembuatan larutan baku logam seng 10 mg/L
pipet 10,0 mL larutan induk seng 100 mg/L, masukkan ke dalam labu ukur
100,0 mL;
tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan.
Pembuatan larutan kerja logam seng

Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar
yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.

Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran contoh uji


Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:

operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat


untuk pengukuran seng;
aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan
hingga nol;
aspirasikan larutan kerja satu persatu kedalam SSA-nyala, lalu ukur
serapannya pada panjang gelombang 213,9 nm, kemudian catat;
lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer;
buat kurva kalibrasi dari data pada butir 3.6.1.c) di atas, dan tentukan
persamaan garis lurusnya;
jika koefisien korelasi regresi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan
ulangi langkah pada butir 3.6.1 b) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai
koefisien r 0,995.
Pengukuran contoh uji

Uji kadar seng dengan tahapan sebagai berikut:

aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada


panjang gelombang 213,9 nm. Bila diperlukan, lakukan pengenceran;
catat hasil pengukuran.

BAB IV

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Evaluasi Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek yang dilaksanakan selama 50 hari kerja di Balai Riset dan
Standardisasi Industri mulai dari tanggal 20 Januari 05 April 2014 berjalan
dengan lancar dan banyak memberikan pengalaman kerja yang berharga
bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan acuan apabila sudah memasuki
dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa mampu berinteraksi dan terlibat
langsung dalam kerja sama tim yang diterapkan pada perusahaan tersebut.
Kerjasama tim menunjukkan profesionalisme karyawan sebagai bentuk
koordinasi yang baik dan terstruktur. Pembagian tugas kerja pun mutlak
dilakukan karena banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mahasiswa ikut
terlibat sehingga mahasiswa banyak mendapatkan keterampilan dalam
bekerja. Selama kerja praktek hingga selesai telah terjalin kerja sama yang
baik antara mahasiswa dengan pihak instansi tersebut. Diharapkan hubungan
ini dapat berlanjut dan memberi manfaat bagi kedua belah pihak. Harapan
selanjutnya, berkat adanya kerja praktek ini tidak menutup kemungkinan
alumni FMIPA Unlam untuk dapat bekerja di instansi tersebut karena sudah
terjalin hubungan yang baik antara FMIPA Unlam dengan instansi tersebut.

Hasil Analisis dan Pembahasan

28

Hasil Pengamatan terhadap sampel air sungai dan air limbah dengan
parameter TSS, derajat keasaman (pH), COD, dan cemaran logam (Mn, Fe
dan Zn) di Laboratorium Lingkungan Balai dan Riset Standardisasi Industri
Banjarbaru.

Tabel 1. Data Hasil Analisis Air Sungai


No

Parameter Uji

Hasil Uji

Satuan

Syarat Mutu Menurut PP

RI No. 82 Thn 2001


Sampel Air Sungai 1

Sampel Air Sungai 2

TSS

268

67

mg/L 400

pH

6,88

6,84

COD

161,26

Besi (Fe)

Mangan (Mn)

0,881 0,008 mg/L

Seng (Zn)

ND*

5-9

9,6724

mg/L 100

0,174 0,582 mg/L

ND*

mg/L 2

Keterangan: * ND = Not Detection

Tabel 2. Data Hasil Analisis Air Limbah


No

Parameter Uji

Hasil Uji Air Limbah Sawit

Syarat Mutu Menurut PerGub Kal-Sel No. 4 Thn 2007


1

TSS

434

200 mg/L

pH

7,78

6-9

COD

275,6 100 mg/L

Besi (Fe)

Mangan (Mn)

Seng (Zn)

1,476 5 mg/L
0,195 2 mg/L

0,010 2 mg/L

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan
kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama

pembangunan. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan
domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku
mutu limbah sehingga menyebabkan terjadinanya penurunan mutu atau
kualitas pada badan air.

B.1 Analisis TSS

Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap.
Padatan tersuspensi terdiri dan partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan Organik
tertentu, tanah liat dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang
tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplatkton, kotoran
hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah industri
(Azwir, 2006).

TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,


dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. TSS
umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan
kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak
dapat dikonversi ke nilai TSS. TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan
erosi dari saluran sungai. TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mgL-1
yang yang paling ekstrem 30.000 mgL-1 di beberapa sungai. TSS ini menjadi
ukuran penting erosi di alur sungai. Estimasi nilai TSS diperoleh dengan cara
menghitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

Hasil yang diperoleh dari analisis TSS yaitu untuk sampel air sungai 1 yaitu
sebesar 268 mg/L dari hasil air sungai tersebut memenuhi syarat mutu.
Untuk sampel air sungai 2 hasil yang diperoleh yaitu sebesar 67 mg/L dari
hasil air sungai tersebut memenuhi syarat mutu, sedangkan untuk sampel air
limbah yaitu sebesar 434 mg/L hasil analisis tersebut melebihi syarat mutu
yang diperbolehkan yaitu 200 mg/L.

B.2. Analisis pH

Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa.
Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia,
maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman
diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan
kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat didalam air. Nilai pH
air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (kosentrasi ion
hidrogen) air limbah. Skala pH berkisarantara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7
termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah
kondisi netral (Azwir, 2006).

Hasil yang diperoleh dari analisis pH yaitu untuk sampel air sungai 1 yaitu
sebesar 6,88, untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 6,84 dan untuk sampel
air limbah yaitu sebesar 7,78. Dari hasil analisis tersebut pada pengukuran
pH semua sampel baik air sungai maupun air limbah memenuhi syarat mutu
yang diperbolehkan.

B.3. Analisis COD

Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan jumlah total oksigen


yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik
yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi
secara biologis menjadi CO2dan H2O. Keberadaan bahan organik dapat
berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan industri. Perairan
yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan
dan petanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang
dari 29 mg/liter. Sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari
200 mg/liter pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/liter (Azwir,
2006).

Kandungan COD tinggi baik itu untuk air sungai maupun untuk sedimen
karena nilainya sangat jauh berada di atas ambang batas maksimum. COD
nilainya harus lebih tinggi dari nilai BOD karena pada BOD hanya sebagian
saja bahan organik yang diuraikan. Konsentrasi COD di air lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi COD di sedimen. Namun keberadaan COD
di perairan tersebut cukup dominan. Tingginya COD pada air dan sedimen
kemungkinan di perairan terdapat buangan yang mengandung logam berat
sehingga buangan tersebut bersifat toksik dan sulit untuk diuraikan
(Meilawati dkk, 2006).

Hasil analisis COD memperoleh hasil untuk sampel air sungai 1 yaitu sebesar
161,26 mg/L, menurut syarat mutu sampel tersebut melebihi ambang batas
yang diperbolehkan, ambang batas yang diperbolehkan yaitu sebesar 100
mg/L. Hasil untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 9,6724 mg/L sampel ini
memenuhi syarat mutu. Sedangkan untuk sampel air limbah hasil analisis
yang diperoleh yaitu sebesar 275,6 mg/L sampel tersebut tidak memenuhi
syarat mutu yang diperbolehkan yaitu 100 mg/L. Nilai COD ini akan
mempengaruhi seberapa besar pencemaran yang terjadi pada lingkungan
atau kawasan tersebut terjadi. Bukan hanya diliat dari nilai COD namun dari
parameter yang lain pun harus di liat seberapa besar pencemaran air sungai
dan limbah tersebut.

B.4. Analisis Logam Fe, Mn, dan Zn

Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+
atau Fe3+. Kandungan ion Fe (Fe2+, Fe3+) pada air sumur bor berkisar
antara 5 7 mg/L. Tingginya kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan
dengan keadaan struktur tanah. Struktur tanah dibagian atas merupakan
tanah gambut, selanjutnya berupa lempung gambut dan bagian dalam
merupakan campuran lempung gambut dengan sedikit pasir (Juli, 2014)

Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga
(Fe3+) . Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau
FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa
besi dalam air adalah bersumber dari dalam tanah sendiri di sampng dapat
pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir
air dari besi atau endapan-endapan buangan industri. Adapun besi terlarut
yang berasal dari pipa atau tangki-tangki besi adalah akibat dari beberapa
kodisi, di antaranya :

Akibat pengaruh pH yang rendah (bersifat asam), dapat melarutkan logam


besi.
Pengaruh akibat adanya CO2 agresif yang menyebabkan larutnya logam
besi.
Pengaruh tingginya temperature air akan melarutkan besi-besi dalam air.
Kuatnya daya hantar listrik akan melarutkan besi.
Adanya bakteri besi dalam air akan memakan besi (Juli, 2014).

Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri
(Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi
terlarut dapat berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti
Fe(OH)3, FeO, Fe2O3 dan lain-Iain. Konsentrasi besi terlarut yang masih
diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai dengan 0,1 mg/l. Apabila
kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas tersebut akan menyebabkan
berbagai masalah, diantaranya :

Gangguan teknis

Endapan Fe(OH) bersifat korosif terhadap pipa dan akan mengendap pada
saluran pipa, sehingga mengakibatkan pembuntuan dan efek-efek yang
dapat merugikan seperti Mengotori bak yang terbuat dari seng. Mengotori
wastafel dan kloset.

Gangguan fisik

Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah
timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi
terfarutnya > 1,0 mg/l.

Gangguan kesehatan

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari
yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang
diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini
dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi
mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam
karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung
menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar
dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya
dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air
melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk (Juli,
2014).

Dari hasil analisis konsentrasi zat besi tertinggi terdapat pada sampel air
sungai 1 yaitu sebesar 0,174 mg/L berdasarkan pada syarat mutu sampel ini
memenuhi syarat pada tiap kelas air, sedangkan untuk sampel air sungai 2
konsentrasi besi yang terkandung yaitu sebesar 0,582 mg/L sampel ini
melebihi syarat mutu. Pada sampel air limbah zat besi yang terkandung yaitu

sebesar 1,476 mg/L berdasarkan pada syarat mutu sampel tersebut masih
memenuhi syarat.

Mangan merupakan nutrisi yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Mangan
terdapat dalam semua jaringan tubuh, dan level Konsentrasi mangan dalam
tubuh dikontrol oleh regulasi eksresinya dari hati menuju empedu. Selain
itu, hati berfungsi dalam penyerapan senyawa kimia dan zat toksik lainnya
yang masuk ke dalam tubuh tertinggi ditemukan pada hati, ginjal dan
pankreas (Normaningsih, 2009).

Konsentrasi mangan yang meningkat pada sungai kemungkinan tercemar


oleh aktivitas pertambangan atau oleh aktivitas alam itu sendiri. Bila tidak
dilakukan pengolahan dengan baik sebelum dikonsumsi maka akan
menimbulkan berbagai macam penyakit. Ciri air yang mengandung mangan
tinggi yaitu rasanya anyir dan berbau, serta akan menimbulkan noda-noda
kuning kecoklatan pada peralatan dan pakaian yang di cuci (Antarakalsel,
2014).

Dari hasil analisa tersebut didapatkan kadar mangan pada sampel air sungai
1 0,881 mg/L sampel tersebut melebihi ambang batas dari yang
diperbolehkan sedangkan untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 0,008
mg/L masih memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan. Dan untuk sampel
air limbah hasil analisis kadar mangan yaitu sebesar 0,195 mg/L sampel
tersebut masih memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan yaitu sebesar 2
mg/L.

Seng (Zn) merupakan logam berat yang esensial dengan sejumlah fungsi
bagi system biologis. Ion seng (Zn2+) berperan penting pada aktivitas
enzimatis sebagai ko-faktor maupun terdapat pada gugus aktif (activator)
berbagai enzim. Defisiensi seng mengakibatkan substitusi logam lain untuk
menggantikan fungsi seng, terutama pada sistem kerja enzim. Masuknya ionion logam lain pada gugus logam yang seharusnya ditempati seng, dapat
menyebabkan gangguan aktivitas hingga kerusakan struktur enzim (Dewi
dkk, 2012).

Logam seng cenderung membentuk ion jika berada dalam air. Ion seng
mudah terserap dalam sedimen dan tanah serta kelarutan logam berat seng

dalam air relatif rendah pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran
air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut
mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air. Konsentrasi
logam berat pada air akan turut mempengaruhi konsentrasi logam berat
yang ada pada sedimen. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam
berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut
di air. Selain itu, terdapat parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam
kesetimbangan reaksi di sistem perairan, seperti pH, konsentrasi logam dan
tipe senyawanya, kondisi reduksioksidasi perairan, dan bilangan oksidasi dari
logam tersebut. Adanya logam berat seng di dalam air yang melampaui
batas dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia yang
mengkonsumsinya, walaupun seng merupakan logam yang dibutuhkan oleh
tubuh namun berbahaya jika melebihi ambang batas dan dapat menimbulkan
rasa kesat pada air dan dapat menimbulkan gejala muntaber (Sunti dkk,
2008).

Dari hasil analisis didapatkan hasil konsentrasi seng pada sampel air sungai 1
yaitu tidak terdeteksi, sedangkan untuk sampel air sungai 2 yaitu tidak
terdeteksi kedua sampel air sungai tersebut memenuhi syarat mutu air pada
tiap kelas. Sedangkan untuk sampel air limbah hasil analisisnya yaitu sebesar
0,010 mg/L sampel air limbah tersebut masih memenuhi syarat mutu yang
diperbolehkan yaitu sebesar 2 mg/L.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Sampel air sungai 1 beberapa parameter memenuhi syarat mutu yaitu


seperti pH dengan hasil 6,88, Zn dengan hasil tidak terdeteksi, Fe dengan
hasil 0,174 mg/L dan untuk TSS dengan hasil 268 mg/L memenuhi syarat,

sedangkan COD dengan hasil 161,26 mg/L dan Mn dengan hasil 0,881 mg/L
yang tidak memenuhi syarat.
Sampel air sungai 2 beberapa parameter memenuhi syarat mutu yaitu
seperti TSS dengan hasil analisis 67 mg/L, pH dengan hasil 6,84, COD dengan
hasil analisis 9,6724 mg/L, Mn dengan hasil 0,008 mg/L dan Zn dengan hasil
tidak terdeteksi, sedangkan untuk Fe tidak memenuhi syarat mutu dengan
hasil analisis sebesar 0,582 mg/L.
Sampel air limbah juga memenuhi syarat beberapa parameter seperti pH
dengan hasil analisis sebesar 7,78, logam Fe dengan hasil 1,476 mg/L, Mn
dengan hasil 0,195 mg/L, dan Zn dengan hasil 0,010 mg/L, sedangkan untuk
TSS dengan hasil 434 mg/L dan COD dengan hasil 275,6 mg/L tidak
memenuhi persyaratan baku mutu.

Saran

Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kriteria uji lainnya mulai dari
fisika, kimia dan mikrobiologi untuk mengetahui kualitas dari air sungai dan
air limbah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Antarakalsel. 2014. Air Sungai Kalsel Sudah Ancam Kesehatan.

http://www.antarakalsel.com

Diakses Pada Tanggal 5 April 2014

Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri

Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar. Tesis

Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro. Semarang

Dewi, N.K. F. F Perdhana. A Yuniastuti. 2012. Paparan Seng Di Perairan

Kaligarang Terhadap Ekspresi Zn-Thionein Dan Konsentrasi Seng Pada Hati


Ikan Mas. Jurnal MIPA 35 (2) (2012). ISSN NO 0215-9945

Juli, E. 2014. Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi Dalam Air.

http://advancebpp.wordpress.com/

Diakses Pada Tanggal 5 April 2014

Meilawati Y. Y. H. Pradiko, Yulianti P. 2006. Analisis Kualitas Air dan Sedimen

di daerah Muara Sungai Cipalabuhan. Skripsi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Pasundan

Normaningsih. 2009. Kandungan Mangan Dalam Air Sungai Riam Kanan Dan

Hati Ikan Nila (Oreochromis Niloticusl) Di Kecamatan Karang Intan

Kabupaten Banjar. Jurnal Bioscientiae Volume 6 Nomor 2 Halaman 15-25.

Sunti, I. A. Daud. S. Manyullei. 2008. Studi Kandungan Logam Berat Seng (Zn)

Dalam Air Dan Kerang Bajabaja(Anodonta Woodiana) Di Sungai

Pangkajene Kabupaten Pangkep. Skripsi Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makasar.

You might also like