Professional Documents
Culture Documents
lonjakan LH.
Perubahan-perubahan hormon ini berlangsung seiring dengan perubahan histologis
pada biopsy endometrium seperti yang diuraikan oleh Boyd dan Holmstrom (1972).
Karena itu, kontrasepsi yang efektif perlu dimulai segera setelah abortus.
2. Abortus buatan, abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu :
1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin, atau plasenta.
Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada
trimester pertama yakni :
a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan
embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, dan
poliploidi) Poland dkk. (1981) menemukan disorganisasi
morfologis pertumbuhan pada 40 persen abortus spontan
sebelum minggu ke-20. Di antara mudigah yang panjang ubunubun ke bokongnya kurang dari 30 mm, frekuensi kelainan
perkembangan morfologis adalah 70 persen. Dari mudigahmudigah yang menjalani pemeriksaan biakan jaringandan
analisis kromosom, 60 persen memperlihatkan kelainan
2. Faktor maternal
1. Infeksi ;
Infeksi sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat
menyebabkan abortus. Brucella abortus dan
Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada
sapi yang telah lama dikenal, tetapi keduanya bukan
kausa signifikan pada manusia (Sauerwein dkk., 1993).
Bukti bahwa Toxoplasma.
Gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang
meyakinkan. Tidak terdapat bukti bahwa Listeria
monocylogenes atau Chlamydia trachomatis
menyebabkan abortus pada manusia (Feist dkk., 1999;
Osser dan Persson, 1996; Paukku dkk., 1999). Namun,
herpes simpleks di laporkan berkaitan dengan
peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi
genital pada awal kehamilan.
infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang
sedang berkembang, terutama pada akhir trimester
pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui
penyebab kematian janin secara pasti, pakah janin yang
menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
1. Virus misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis,
polio, dan ensefalomielitis
2. Bakteri misalnya salmonella thypi
3. Parasit misalnya toxoplasma gondii, plasmodium.
2. Penyakit vascular misalnya hipertensi vascular
3. Kelainan endokrin abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi
tiroid, defisiensi insulin
Hipotiroidisme tampaknya tidak terjadi peningkatan insidensi
abortus yang disebabkan oleh Hipotiroidisme Klinis (Montoro
dkk.,1981).Autoantibody tiroid dilaporkan menyebabkan
peningkataninsidensi abortus walaupun tidak terjadi
Hipotiroidisme yang nyata(Dayan dan Daniels,1996;Stagnaro
Green dkk,1990).
Kurangnya sekresi Progesteron oleh korpus luteum atau
plasenta dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi
abortus.
4. Faktor imunologis ; ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem
HLA (Human Leukocyte Antigen)
FAKTOR IMONOLOGI. Banyak perhatian ditunjukkan pada
sistem imun sebagai factor penting dalam kematian janin
berulang. Dua model patofisiologi utama yang berkembang
adalah teori autoimun (imunitas terhadap tubuh sendiri) dan
teori aloimun (imunitas terhadap orang lain).
FAKTOR AUTO IMUN.Dari berbagai studi dipastikan bahwa
sekitar 15 persen dari 1000 pasien lebih dengan kematian janin
berulang memiliki faktor Autoimunitas (Kutteh dan
Pasquerette,1995).Anti bodi yang paling signifikan memiliki
spesifisitas terhadap fosfolipid bermuatan negatif dan paling
sering terdeteksi dengan pemeriksaan untuk anti koagulan
lupus (lupus anticoagulant,LAC)Dan anti bodi antikardiolipin
(anticardiolipin antibody,ACA).
Antikoagulan lupus adalah suatu immunoglobulin
(IgG,IgM,atau keduanya)yang mengganggu satu atau lebih dari
beberapa uji koagulasi defenden fosfolipid in vitro,istilah ini
tidak tepat karena antibody ini berkaitan dengan peningkatan
insidensi serangan tromboemboli.yang utama,Antikoagulan
lupus paling sering didiagnosis pada pasien yang tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk lupus. Antibodi
antifosfolipid adalah antbodi didapat yang ditujukan kepada
suatu fosfolipid. Antibodi ini dapat berupa isotop IgG, IgA,
atau IgM. Meknisme kematian janin pada para wanita ini di
perkirakan melibatkan thrombosis dan infark plasenta. Salah
satu mekanisme yang mungkin berperan adalah inhibisi
pembebasan prostasiklin. Produk sel endotel ini adalah suatu
vasodilator kuat dan inhibitor agregasi trombosit.
Para peneliti menyarankan berbagai pengobatan untuk sindrom
antibody anti posolipit,termasuk dosis rendah
aspiri,pretnison,heparin,dan imonoglobulin intravena(coulan
1995)terapi ini di perikarakan melawan kerj antibody yang
merugikan dengn mempengaruhi baik sistem imun maupun
sistem koagulasi.brancha dkk(2000)melakukan suatu studi awal
terkontrol placebo tenang imonoglobin untuk mengobati
sindrom antibody antipospolipit sewaktu kehamilan dan
mendapatkan bahwa imonoglobulin intravena tidak
memperbaiki hasil akhir kehamilan lebih dari yang di capai
oleh pembagin heparin dan aspirin dosis rendah.
Faktor alloimun:berulang atas jumlah wanita di diagnosis
seagai akibat faktor2 alloimun .para wanita ini mendapat
beragm terapi yang di tujukan untuk merasang tolerasi ibu
terhadap janin.diagnosis faktor alloimun berpusat pada beerapa
pemeriksaan:
2. Faktor eksternal
1. Radiasi; dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu
pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat
menyebabkan keguguran
2. Obat-obatan; antagonis asam folat, antikoagulan.
Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan
16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak
membahayakan janin, atau untuk pengobatan penyakit ibu yang
parah.
3. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung
arsen dan benzene
4. Alcohol, kafein, tembakau
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus
euplaidi (Harlap dan Shiono, 1980). Bagi wanita yang merokok
lebih dari 14 batang perhari, risiko tersebut sekitar dua kali
lipat dibandingkan dengan kontril normal (Kline dkk, 1980).
Amstrong dkk. (1992) menghitung bahwa risiko abortus
meningkat secara linier 1,2 kali untuk setiap sepuluh batang
rokok yang di isap perhari.
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan
(Floyd dkk, 1999). Abortus spontan meningkat bahkan apabila
alcohol dikonsumsi dalam jumlah sedang. Kline dkk. (1980)
melaporkan bahwa angkat abortus meningkat dua lipat pada
wanita yang mengknsumsi alcokohol setiap hari dibandingakan
dengan bukan peminum. Armstrong dkk., (1992) menghitung
bahwa risiko abortus meningkat dengan rata-rata 1,3 kali untuk
setiap gelas perhari. Sebaliknya, Cavallo dkk (1995), dalam
suatu studi prospektif terhadap 546 wanita, melaporkan bahwa
konsumsi alcohol dalam kaar rendah selama kehamilan tidak
menyebabkan peningkatan bermakna risiko abortus. Yang agak
menhawatirkan adalah kenyataan bahwa dalam satu studi
potong-lintang sari Certers for Disese Control and Prevention.
Floyd dkk., (1999) mendapatkan bahwa separuh dari semua
wanita hamil dalam studi meminum alcohol selama 3 bulan
a. Anjurkan untuk melapor bila suhu tubuh pasien lebih dari 37,8C, menggigil,
terdapat nyeri tekan uterus, atau rabas yang berbau busuk.
3. Perdarahan
a. Aborsi trimester kedua sering menerima oksitosin per IV atau Ergograte per IM
atau per oral untuk mendorong kontraksi dan meminimalkan perdarahan.
b. Perdarhan lebih lama dan leih berat daripada masa menstruasi yang normal.
4) Apakah pasien merasa pusing, ingin pingsan, dan sangat lelah (hal ini
mungkin akibat analgesik atau stres)
a. Kaji riwayat kehamilan ektopik, periksa kadar hCG serum dan USG
B. Teknik Aborsi
Kehamilan dapat dilakukan sevara bedah melalui serviks yg telah dibuka atau
melalui abdomen dengan histerotomi atau histerektomi.
Untuk gestasi di atas 16 minggu, dilakukan dilatasi serviks lebar di ikuti oleh
destruksi dan evakuasi (D&E). tindakan ini berupa dilatasi serviks lebar diikuti
oleh destruksi dan evakuasi mekanis bagian-bagian janin. Setalha janin
seluruhnya dikeluarkan, digunakan kuret vakum berlubang besar untuk
mengeluarakan plasenta dan jaringan yg tersisa. Dilatasi dn ekstraksi (D&X)
serupa dengan D&E, kecuali bahwa pada D&X bagian janin pertama kali
diekstraksi melalui serviks yg telah membuka untuk mempermudah tindakan.
Tanpa adanya penyakit sistemik pada ibu , kehamilan biasanya di akhiri dengan
kuratase atau evakuasi/ ekstraksi tanpa rawat inap. Apabila abortus tidak
dilakukan dilingkup rumah sakit , perlu tersedia fasilatas dan kemampuan untuk
resusitasi jantung paru yg efektif dan akses segera kerumah sakit.
Pelaksanaan :
Bibir serviks anterior dijepit dengan tenakulum ergerigi. Anestetik local misalnya
lidokain 1 atau 2 persen sebanyak 5 ml disuntikkan secara bilateral ke dalam
serviks. Cara lain, digunakan bllok paraservikal.
Pada kasus-kasus yang telah melewati usia gestasi 16 minggu, janin diektraksi,
biasanya dalam potogan-potogan, dengan menggunkan forseps Sopher atau
yang serupa dalam instrument destruktif lainnya. Abortus tahap lanjut ini tidak
menyenangkan bagi dokter dan paramedic dan lebih berbahaya bagi wanita
yang bersangkutan, risiko perforasi dan laserasi uterus meningkat akibat janin
yang lebih besar dan uterus yang lebih tipis.
b. Dilator higroskopik
Trauma akibat dilatasi mekanik dapat dikurangi dengan menggunakan suatu alat
secara perlahan membuka serviks. Alat ini menarik air dari jaringan serviks . alat
ini dibuat dari tangkai laminaria digitata atau laminaria japonica,suatu ganggang
laut coklat. Tangkai dipotong, dikupas, dibentuk, dikeringkan, disterilisasikan, dan
dikemas sesuai ukuran ( kecil, diameter 3 samapi 5 mm; sedang, 6sampai 8 mm;
dan besar 8 samapi 10 mm). laminaria yg higroskopis kuat diperkirakan bekerja
dengan cara manarik air dari kompleks proteoglikan, sehingga kompleks ini
mengalami penguraian dan menyebabkan serviks melunak dan membuka.
Dilator higroskopik sintetik juga pernah digunakan. Lamicel adalah suatu pons
polimer polivinil alcohol yg diberi magnesium sulfat anhidrose ( nicolaides dkk,
1983 ). Stornes dan Rasmussen (1991) melaporkan bahwa walaupun batang
lamicel dan pasarium gemeprost efektif untuk dilatasi serviks sebagai persiapan
untuk abortus trimester pertama, dilatasi lebih lanjut secara bermakna lebih
mudah pada pemakaian gemeprost.
Dilapan terbuat dari polimer hidrogel, dan walaupun pernah digunakan, alat ini
sekarang tidak lagi tersedia di amerika serikat. Alat ini dklaim mapu lebih cepat
membuka serviks daripada dilator yg terbuat dari ganggang laut tradisional
( Blumenthal, 1988; chvapil dkk, 1982). Patsner hari yg sama berhasil
menyiapkan serviks untuk dilatasi dan evakuasi pada abortus trimester kedua.
Hern (1994) membandingkan dilapan dengan laminaria pada 1001 wanita
sebagai dilator satu malam. Walaupun keduanya sama efektif sebagai dilator,
wanita dilapan dua kali lebih kecil kemungkinannya mengalami masalah dala
dilatasi serviks atau masalah akibat kurangnya dilatasi atau disintegrasi alat
daripada wanita yg menggunakan preparat ganggang laut.
c. Perforasi Uterus
Perforasi uterus secara tidak sengaja dapat terjadi saat sondaseuterus, dilatasi,
atau kuretase. Insiden perforasi uterus akibat abortus evektif bervariasi. Dua
penentu penting terjadinyapenyulit ini adalah keterampilan dokter dan posisi
uterus, kemungkinan perforasi meningkat apabila uterus terletak retrofleksi.
Preforasi uterus tidak disengaja ini mudah dikenali karena intrumen masuk lebih
jauh tanpa tahanan seharusnya. Observasi saja mungkin memadai apabila
perforasi uterus kecil, seperti yang ditimbulkan oleh sonde uterus atau dilator
kedil.
d. Spirasi Haid
Uji kehamilan yang positif akan menghilangkan prosedur sia-sia pada wanita
tidak hamil yang terlambat haid karena sebab-sebab lain. Maclsaac dan Jones
(2000) menganjurkan teknik berikut untuk mengidenfikasi plasenta dalam
aspirat. Pertama, isi tabung suntik diletakkan ke dalam sebuah wadah plastic
bening dan diperiksa dengan cahaya dari belakang. Gambaran air keran untuk
mencucu jaringan yang diletakkan di sebuah ayakan. Jaringan direndam dalam
air jernih. Plasenta secra makroskopis adalah jaringan yang lunak, berbuly halus,
dan berjonjot. Pemeriksaan dipermudah dengan lensa pembesaran atau
kulposkop. Apbila ada keraguanapakah jaringan tersebut plasenta atau desisua,
pemeriksaan mikroskopis terhaap sepotong kecil jaringan dibawah kaca penutup
dan kontras terang akan dapat membedakan vilus plasenta akan tanpak jelas.
e. Laparotomi
a. Oksitosin
Penberian oksitosi dosis tinggi dalam sedikit cairan intravena dapat menginduksi
abortus pada kehamilan trimester kedua. Salah satu regimen yang kami buktikan
efektif adalah campuran 10 ampul oksitosin 1 ml (10 IU/ml) ke dalam 1000 ml
larutan Ringer laktat. Larutan ini mengandung 100 mU oksitosin per ml. infuse
intravena dimulai dengan kecepatan 0,5 ml/mnt (50mU/mnt). Kecepatan infuse
ditambah setiap 15 sampai 30 menit sampai maksimum 2 ml/mnt (200mU/mnt).
Apabila pada kecepatan infuse ini belum terjadi kontraksi yang efektif,
Regimen-regimen serupa juga dilaporkan sangat efektif oleh Winkler (1991) dan
Owen (1992) dkk. Dalam suatu perbandingan retropektif antara supositoria
vagina prostaglandin E2 (PGE2) dan oksitosin dosis tinggi, Winkler dkk. (1991)
melaporkan angka keberhasilan masing-masing 93 persen dan 91 permen. Ratarata durasi persalinan adalah 13,1 jam pada pemberian PGE2 dan 8,2 jam pada
perberian oksitosin. Rata-rata PGE2 adalah 65 mg dan oksitosin 200 unit. Efek
samping terbatas pada kelompok PGE2, berupa mual (46 persen), muntah ( 37
persen ), demam (64 persen), dan diare (20 persen).
Dalam uji klinis teracak selanjutnya, Owen dkk. (1992) menyimpulkan bahwan
oksitosin pekat merupakan alternative yang memuaskan untuk prostaglandin E2
bagi abostus midtimester. Kelompok peneliti yang sama juga membandingkan
oksitosin pekat plus prostaglandin dosis rendah dengan supositoria vagina
prostaglandin E2 untuk terminasi trimester kedua (Owen dan Hauth,1996).
Wanita dalam kelompok khususnya prostaglandin mendapat supositoria vagina
PGE2 20 mg setiap 4 jam, dan mereka yang berbeda dalam kelompok terapi
kombinasi mendapat supositoria PGE2 10 mg setiap 6 jam. Angka keberhasilan
81 vs 89 persen, tetapi efek samping secara bermakna lebih tinggi pada
kelompok yang hanya mendapat supositoria vagina dengan regimen okritosin
pekat plus supotoria PGE2 10 mg setiap 6 jam (Owen dan Hauth, 1990). Mereka
menyimpulkan bahwa tablet vagina misoprostol dalam dosis ini itdak
memuaskan untuk terminasi kehamilan trimester kedua.
Pada pengunaan oksitosin pekat, frekuensi dan intensitas kontraksi uterus harus
diperhatikan dengan cermat, karena setiap peningkatan kecepatan infus akan
sangat meningkatkan jumlah oksitosin yang disalurkan. Apabila induksi awal
tidak berhasil, induksi serial setiap hari selama 2 samapai 3 hari hamper selalu
berhasil. Kemungkinan berhasil induksi dengan oksitosin dosis tinggi sangat
diperbesar oleh pemakaian dilator higroskopik seperti batang laminaria yang di
masukkan malam sebelumnya.
Dalam suatu studi dari Thailand, di antara 125 kehamilan yang menjalani
terminasi midtrimester menggunakan salin hipertnik, rata-rata waktu dari induksi
samapai pelahiran adalah 31,7 jam ( Herabutnya dan O-Prasertsawat, 1994).
Retensi plasenta terjadi pada 63 persen dan periksia pada 39 persen. Dalam
suatu penelitian dari India, Allahbadia (1992) melaporkan angka keberhasilan 96
persen untuk kehamilan yang usianya berkisar dari 14 sampai 20 minggu apabila
digunakan 200 ml salin 20 persen. Angka ini cukup baik apabila dibandingkan
dengan angka kebehasilanPGF2a intramuscular yang 90 persen dan penetesan
larutan povidon-iodin 5 persen.
2) Gagal jantung.
3) Syok septic
4) Peritonitis.
5) Perdarahan.
7) Intosikasi air.
c. Urea Hiperosmotik
Teknik prostaglandin dapat bekerja secara efektif pada serviks dan uterus
apabila :
2. Diberikan sebagai gel melalui sebuah kateter ke dalam kanalis servikalis dan
bagian bawah uterus secara ektraovular.
Miferiston (RU 486). Anti progesteon ral telah digunakan untuk menimbulkan
abortus pada gestasi dini baik tersendiri atau dikombinasikan dengan
prostaglandin oral (Baird dkk.,2000;el-Refaey dkk.,1995;Newhall dan Winikoff,
2000; World Health Organization Task Force 1994). Efektivitas obat ini sebagai
abortifasien didasarkan afinitas reseptornya yang tinggi terhadap temapt
pengikatan progesterone (Healy dkk, 1983). RU 486 dosis tunggal 600 mg yang
diberikan sebelum gestasi 6 minggu menyebabkan abortus pada 85 persen
kasus. Pada kehamilan trimester pertama yang tidak tumbuh, mifepriston dosis
tunggal 600 mg memicu ekspulsi pada 82 persen wanita (Lelaider dkk, 1993).
Ulmann dkk (1992) melaporkan hasil-hasil penelitian mereka terhadap lebih dari
16.000 wanita yang mendapat RU 486 setelah analog prostaglandin untuk
terminasi medis. Angka keberhasilan keseluruhan adalah 95 persen, tanpa
perbedaan mengenai sifat atau dosis prostaglandin yang digunakan. Median
durasi perdarahan adalah 8 hari dan pada 90 persen wanita durasi 12 hari atau
kurang. Perdarahan yang mengahruskan deilakukannya aspirasi vakum atau
kuret terjadi pada 0,8 persen kasus. Tranfusi diperlukan pada 1 dari 1000 wanita.
Efek samping RU 486 adalah mual, muntah, dank ram pencernaan. Risiko utama
yang terkait adalah perdarahab akibat ekspulsi kehamilan parsial dan akibat
pedarahan intrabdomen dari kehamilan ektopik dini yang tidak
diperkiraknsebelumnya. Durasi perdarahan per vagianam adalah sekitar 2
minggu setelah RU 486 saja dan sekitar 1 sampai 2 minggu setelah RU 486 plus
prostaglandin.
e. Prostan
A. Abortus Iminens
Didiagnosis bila seorang wanita hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit
pervaginam. Pendarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang,
dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti
saat menstruasi. Setengah dari abortus iminens akan menjadi abortus komplet
atau inkomplet, sedangkan pada sisanya kehamilan akan terus berlangsung.
Beberapa kepustakaaan menyebutkan adanya risiko untuk terjadinya
prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim.
Perdarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin juga disebabkan oleh hal-hal
lain, misalnya placental sign ialah perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah
sekitar plasenta.
Gejala
Yang perama kali mucul adalah biasanya perdarahan dan beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa
di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah
yang menetap di sertai perasaan tertekan di panggul atau nyeri tumpul di garis
tengah suprapubis. Apapun bentuk nyeri nya prognosis berkelanjutan, kehamilan
apabila terjadi opendarahan yang di sertai nyeri adaalh buruk.peningkatan
kematian perinatal di jumpai pada wanita yang kehamilannya mengalami
penyulit abortus iminiens pada awal gestasi.
- perdarahan sedikit-sedikit
- nyeri memiliki
1. Anamnesis perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau
ringan.
2. Pemeriksaan dalam fluksus ada (sedikit), ostium arteri tertutup, dan besar
uterus sesuai dengan umur kehamilan
Penatalaksanaan
Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin, dapat dilakukan bed rest
selama 3x24 jam dan pemberian preparat progesteron bila ada indikasi (bila
kadar <5-10 nanogram).
Istirahat baring agar aliran darah ke uerus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas
Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, ungkin janin akan mati,
pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
B. Abortus Inkomplet
Abortus incompletus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan
dan yang tertinggal adalah desidua / plasenta.(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 212)
Abortus incompletus adalah hanya sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan
tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim.
(Obstetri Patologi, hal : 8)
Abortus inkomplet didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir
atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering
serviks tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap
sebagai benda asing (corpus alineum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri.
Pada beberapa kasus pendarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan
menutup kembali.
Tanda Gejala
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu , janin dan plasenta
biasanya keluar bersama-sama , tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah.
Apabila plasenta seluruhnya atau sebagian tertahan di uterus, cepat atau lambat
akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.
- Janin sudah keluar tetapi perdarahan masih terus berlangsung karena masih
ada plasenta yang tertinggal.
- Serviks tetap membuka tetapi bila dibiarkan lama kelamaan akan menutup.
- Amenorhea
- Mules-mules
- Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang
dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering terjdi infeksi.
- Pada VT untuk abortus yang baru terjadi di dapati serviks terbuka, kadangkadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri.
- Uteri berukuran lebih kecil dari seharusnya dan ada pula yang seusia
kehamilan.
Dasar Diagnosis
Perdarahan saat awal kehamilan di mana walaupun belum ada jaringan yang
keluar namun mulut rahim sudah terbuka. Pada keadaan seperti ini, kehamilan
ini tidak dapat dipertahankan. Jaringan di dalam rahim harus dibersihkan, baik
dengan pemberian obat ataupun dengan cara kuret. Perdarahan tersebut ringan
hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam
kavum uteri kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan
akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit selain itu Abortus Insipien.
Ialah buah kehamilan yang mati di dalam kandungan-lepas dari tempatnyatetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed
Abortion, yakni buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada
tanda-tanda dikeluarkan.
Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini
merupakan indikasi kontra.
Tanda Gejala
Dasar Diagnosis
2. Pemeriksaan dalam ; ostium terbuka buah kehamilan masih dalam rahim, dan
ketuban utuh (mungkin menonjol).
Penatalaksanaan
a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit
untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
D. Abortus Febrilis
Manifestasi klinis ditandai dengan adanya demam, lokia yang berbau busuk,
nyeri diatas simfisis atau diperut bawah, abdomen kembung atau tegang
sebagai tanda peritonitis.
Tanda Gejala
Dasar Diagnosis
2. Pemeriksaan dalam ; ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan,
rahim maupun adneksa nyeri pada perabaan dan fluksus berbau.
Penatalaksanaan
1. Perbaiki keadaan umum (seperti infuse, tranfusi, dan atasi syok septic bila
ada)
2. Posisi fowler
4. Uterotonik
E. Abortus Kompletus
Kalau telur lahir dengan lengkap, abortus disebut komplet. Pada keadaan ini
kuretasi tidak perlu dilakukan.
Pada setiap abortus penting untuk selalu memeriksa jaringan yang dilahirkan
apakah komplet atau tidak dan untuk membedakan dengan kelainan tropoblas.
Tanda Gejala
Hal ini didefinisikan sebagai retansi produk konsepsi yang telah meninggal in
utero selama beberapa minggu . alasan penentuan periode waktu yang pasti
masih belum jelas, dan hal tersebut tidak memiliki manfaat klinis. Pada kasus yg
tipikal, kehamilan awal berlangsung normal, dengan amenore, mual dan muntah,
perubahan payudara , dan pertumbuhan uterus.
Apabila buah kehamilan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu
atau lebih. Dengan pemeriksaan USG tampak janin tidak utuh, dan membentuk
gambaran kompleks, diagnosis USG tidak selalu harus bertahan >8 minggu.
Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, janin akan lebih cepat
dikeluarkan. Sebaliknya, kalau kematian janin terjadi pada kehamilan yang lebih
lanjut, retensi janin akan lebih lama.
Tanda Gejala
Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan per vaginam atau gejala
lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungin juga tidak. Untuk suatu
waktu, uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali ke semula. Wanita yg bersangkutan
kemungkinan besar mengalami penurunan berat beberapa kilogram. Setalah itu,
menjadi jelas bahwa uterus bukan saja bertambah besar tetapi malah mengecil.
Banyak wanita yg tidak memperhatikan gejala selama periode ini kecuali
amenore menetap.apabila missed abortion tersebut berakhir secara spontan,
proses ekspulsi sama seperti abortus yg lain. Apabila konseptus tertahan
beberapa minggu setelah kematiannya, konseptus tersenut akan menjadi
kantong kisut yg mengandung janin yg mengalami maserasi.
Dasar Diagosis
2. Pemeriksaan obstetric ; fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi
jantung janin tidak ada.
Penatalaksanaan
2. Evakuasi dengan kuret, bila umur kehamilan >12 minggu didahului dengan
pemasangan dilator
G. Abortus Habitualis
Bila abortus spontan terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih. Kejadiannya jauh
lebih sedikit dari pada abortus spontan (kurang dari 1%), lebih sering terjadi
pada primi tua. Etiolaogi abortus ini adalah kelainan genetic(kromosomal),
kelainan hormonal (imunologic), dan kelainan anatomis
2. Mekanis
c. Histerotomi
I. Penyulit Abortus
Penyulit yang disebabkan oleh abortus kriminalis (walaupun dapt juga terjadi
pada abortus spontan) berupa :
2. Kerusakan serviks
4. Perforasi
5. Faal ginjal rusak, disebabkan oleh infeksi dan syok pada pasien dengan
abortus diuresis selalu harus diperhatikan pengobatannya ialah dengan
pembatasan cairan dan mengatasi infeksi.
BAB II
A. Pengkajian
Biodata mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
1. Keluhan utama Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat pembedahan Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologiurinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
g. Riwayat seksual Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
3. Pola aktivitas sehari-hari Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Menggunakan jari ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleksgerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
5. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
c. Data lain-lain ; Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan
selama dirawat di RS.
f. Data spiritual Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
B. Diagnosa Keperawatan
No
1
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Keperawatan
Kekurangan
Kaji
volume
hemodinamika
cairan
kondisi
berhubungan
Rasional
statusPengeluaran
cairan
dengan
kehilangan cairan
Ukur
aktif
harian
memiliki
karekteristik bervariasi
pengeluaran Jumlah cairan ditentukan
dari
jumlah
harian
kebutuhan
ditambah
dengan
pervaginal
sejumlah Tranfusi
pengganti diperlukan
harian
Evaluasi
hemodinamika
2
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
cedera
pada
kondisi
perdarahan massif
status Penilaian dapat dilakukan
secara
harian
melalui
pemeriksaan fisik
Kaji kondisi nyeri yangPengukuran nilai ambang
dialami klien
agen
mungkin
nyeri
dapat
dengan
deskripsi.
skala
dilakukan
maupun
klien
penyebabnya
Kolaborasi
mengatasi nyeri
Mengurangi
onset
nyeri
dilakukan
dapat
dengan
sistemik
dalam
Intoleransi
Kaji
aktifitas
berhubungan
beraktivitas
perubahan
dengan
masif
perlu
diwaspadai
kelemahan umum
aktivitas
terhadap peningkatan
kondisi
dan
vaskularisasi
pulsasi
uteruskandungan
reproduksi
Bantu klien untuk Mengistiratkan
organ
klilen
kondisi
melakukan
abortus
tindakan klien,
sesuai
kemampuankondisi
sangat diperlukan
klien
Evaluasi
Menilai
perkembangan
klien
kemampuan
4
pada
kondisi
klien
Ansietas
melakukan aktivitas
Kaji
tingkatKetidaktahuan
berhubungan
pengetahuanpersepsi
dengan perubahan
klien
status kesehatan
terhadap penyakit
Kaji
derajat Kecemasan
dan
umum
dapat
keluargarasa cemas
yang
tinggi
kecemasan
yang dapat
dialami klien
menyebabkan
penurunan
objektif
penialaian
klien
tentang
penyakit
klien Pelibatan klien secara aktif
Bantu
mengidentifikasi
dalam
tindakan
merupakan
yang
mungkin
diri klien
klien Peningkatan nilai objektif
tujuan terhadap
perawatan bersama
Terangkan
kesadaran
masalah
berkontibusi
menurunkan
kecemasan
hal-hal Konseling bagi klien sangat
keluarga;
mengurangi
5
Risiko
infeksi
Kaji
untuk
kecemasan
berhubungan
dengan kerusakan
jaringan
dan bau
dischart
keluar.
tanda infeksi
Terangkan pada klien Infeksi dapat timbul akibat
pentingnya perawatan kurangnya
kebersihan
kuman
teridentifikasi
dapat
melalui
Lakukan
dischart
perawatan Inkubasi kuman pada area
vulva
menyebabkan
infeksi.
Terangkan pada klien Berbagai manivestasi
cara
mengidentifikasi
tanda infeksi
infeksi
Anjurkan pada suami Pengertian pada keluarga
untuk
masa perdarahan
perdarahan dapat
memperburuk kondisi
system reproduksi ibu dan
sekaligus meningkatkan
resiko infeksi pada
pasangan.
Risiko
syok
berhubungan
dengan
hipovolemi
D. Evaluasi
1. Tidak terjadi deficit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.
2. Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
3. Klien dapat melakukan aktifitas tanpa adanya komplikasi
4. Tidak terjadinya kecemasan klien dan keluarga
5. Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
6. Tidak terjadi syok pada klien dan berhentinya pendarahan
Daftar Pustaka
Cunningham,F.Gary dkk. 2006. Obstetri Williams.Jakarta.EGC
Morgan, Geri dan Carole Hamilton.2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik Edisi.
Jakarta.EGC. terj.Rusi M Syamyin Ramona P.Kapoh
NANDA International.2011.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta. EGC
Satraiwinata, Sulaiman, dkk. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta. EGC