You are on page 1of 9

HIPERTENSI ENSEFALOPATI

Latar Belakang
Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah penting dalam dunia kesehatan karena
prevalensinya yang tinggi dan komplikasi jangka panjang yang diakibatkannya. Budi
Darmojo dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa 1,828,6% penduduk yang berusia
di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi, dan umumnya prevalensi hipertensi berkisar
sekitar antara 8,610%. Dari penelitian yang ada terlihat kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibanding masyarakat pedesaan. Jika dibanding
antara wanita dan pria ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. ( 1 )
Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi. Apabila tekanan darah meningkat dengan cepat dapat terjadi kerusakan pada
target organ yaitu otak, mata, jantung, ginjal, dan pembuluh darah lainnya yang dapat
mengancam jiwa penderita, maka keadaan ini dikenal sebagai kegawat daruratan hipertensi
atau hipertensi krisis. ( 2, 3 )
Untuk menyelamatkan jiwa si penderita disini tensi harus diturunkan segera dengan obat anti
hipertensi yang reaksinya cepat.
Hipertensi krisis ialah keadaan klinik membahayakan karena peningkatnya tekanan darah
secara tiba-tiba dimana tekanan diastolik mencapai 130 mmHg atau lebih yang disertai
gengguan atau kerusakan pada target organ menurut tingkat kegawatannya dan untuk
kepentingan tindakan, hipertensi krisis dibagi menjadi dua, ( 1, 2, 3, 5 )
a. Hipertensi gawat darurat (Hipertensi emergency)
Yaitu keadaan klinik hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah dalam waktu
kurang dari satu jam. Penurunan tekanan darah dimasukkan untuk mencegah atau
mengurangi resiko yang akan mengancam jiwa penderita karena komplikasi/kerusakan target
organ.
b. Hipertensi gawat (Hypertensive urgency)
Yaitu keadaan klinik Hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa
jam atau harus dikendalikan dalam jangka waktu 24 jam. Pada keadaan ini tidak disertai
kerusakan tetapi potensial menyebabkan kerusakan target organ. Hipertensi ensefalopaty
yang merupakan bagian hipertensi krisis dan yang merupakan hipertensi emergency dimana
angka kejadiannya sebenarnya sulit diketahui.

Definisi
Hipertensi adalah menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi, batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin. ( 6 )

Hipertensi ensefalopati adalah sindroma klinis akut reversibel sebagai akibat kenaikan
tekanan darau secara tiba-tiba yang ditandai dengan perubahan-perubahan neurologis
mendadak, atau sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, mual, muntah, rasa mengantuk dan
bingung bila tidak segera diobati terjadi kejang dan koma. Jarang terjadi gangguan syaraf
seperti hemiparese, afasi, atau kebutaan akan kembali normal apabila tekanan darah
diturunkan. Keadaan ini dapat terjadi pada orang normal (normotensi) yang oleh sesuatu
sebab tekanan darahnya mendadak naik. Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan
diastolik melebihi 140 mmHg dan krisis lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun setelah
menderita hipertensi 2-10 tahun.

Etiologi
Krisis hipertensi pada penderita yang dulunya normotensi kemungkinan karena
glomerulonefitis akut, reaksi terhadap obat monamin oksidase inhibitor (MAO),
feokromasitoma atau toksemia gravidarum.
Sedangkan pada penderita yang telah mengindap hipertensi kronis, krisis hipertensi terjadi
karena glomerulonefritis, pielonefritis atau penyakit vaskuler kolagen, lebih sering pada
hipertensi renovaskuler dengan kadar renin tinggi.
Jenis krisis hipertensi adalah :
1. Ensefalopati hipertensi.
2. Krisis hipertensi karena pelepasan katekolamin
3. Krisis hipertensi karena perdarahan intrakranial (intra serebral atau arakhnoid)
4. Krisis hipertensi yang berhubungan dengan edema paru akut.
5. Krisis hipertensi yang berhubungan dengan penyakit ginjal, biasanya pada
glomerulonefritis akut.
6. Diseksi aneurisma aorta akut.
7. Eklampsia dan preeklampsia. ( 9 )

Epidemiologi
Di negara yang sudah maju, hipertensi telah merupakan masalah kesehatan yang memerlukan
penanggulangan dengan baik, oleh karena angka morbiditas dan mortabilitasnya yang tinggi.
Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa 1,8-28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun
adalah penderita hipertensi. Pada umumnya prevalensi hipertensi berkisar antara 8,6-10% dan
prevalensi terendah yang dikemukakan dari data berasal dari desa.

Dari penyelidikan yang ada, terlihat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan
lebih banyak menderita hipertensi dibanding masyarakat pedesaan.
Perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi,
angka prevalensi pria 6,0% sedangkan wanita 11,6%. ( 1 )

Patofisiologi Dan Gambaran Klinis


Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer sehingga semua yang
mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akanmempengaruhi tekanan darah. Secara
mudah tekanan darah dapat dituliskan dengan formulasi sebagai berikut :

Tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer


Selain curah jantung dan tahanan, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tekanan
atrium kanan akan tetapi karena tekanan atrium kanan mendekati nol, nilai tersebut tidak
banyak mempunyai pengaruh. ( 1 )
Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivasi saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme
natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa natrium (sodium pump) dan faktor renin,
angiotensin, aldosteron dibuktikan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah
pada hipertensi esensial.
Hipertensi krisis pada umumnya terjadi atas dasar adanya hipertensi sebelumnya baik
primer/esensial maupun sekunder. ( 1 ) Selain tingginya tekanan diastolik, kecepatan
meningkatnya tekanan darah (secara tiba-tiba) memegang peranan dalam timbulnya
hipertensi krisis. ( 2 ) Dimana tekanan darah mendadak meningkat melampaui batas
kemampuan ortoregulasi pembuluh darah otak. ( 7 )
Sindrom klinik ini timbul karena adanya dilatasi arteri otak dan nekrosis fibrinoid dan arterial
yang luas. Dilatasi arteri ini disebabkan oleh gagalnya sistem ortoregulasi sirkulasi otak,
sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan edem otak. Perdarahan otak biasanya
disebabkan karena tekanan darah yang tinggi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil
yang dapat menembus ke dalam jaringan otak.
Edema serebri ialah hal yang mendasari timbulnya gejala klinik hipertensi encephalopati. ( 2 )
Hipertensi ensefalopati apabila ditangani dengan cepat dan tepat bersifat reversibel. Gejala
klinik yang tampak : sakit kepala hebat, mual, muntah, rasa mengantuk dan bingung bila
tidak segera diobati terjadi kejang dan koma, jarang terjadi gangguan syaraf seperti :
hemiparese, afasia atau kebutaan. Gejala yang berat ini terjadi sekitar 24-48 jam. Biasanya
berhubungan dengan hipertensi Maligna. ( 3 )
Gejala klinis Hipertensi ensefalopati mungkin timbul mendadak atau pelan-pelan dan
biasanya didahului atau disertai nyeri kepala yang berat. Manifestasi neurologik bervariasi,
tetapi biasanya berakhir dengan kejang dan koma. Kelainan patologik primer yang mendasari
adalah emboli kecil multipel di otak yang berkaitan dengan edema serebri. Proses ini terjadi

akibat vasokontriksi yang menyertai tekanan darah yang meninggi. Vasokontriksi arteri di
otak lebih ringan dibanding vasa perifer, tetapi ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler di otak dan edema.

Diagnosa
1. Anamnesa
Riwayat singkat harus diketahui pada saat pasien masuk, khususnya yang paling penting
mengenai riwayat hipertensi dan riwayat penggunaan obat antihipertensi. Riwayat harus
dipusatkan pada gejala-gejala neurologis, fungsi ginjal dan gejala-gejala gangguan jantung.
Semuanya bertujuan untuk menilai tingkat kerusakan target organ. Beberapa hal yang
penting untuk ditanyakan pada pasien dengan hipertensi krisis terdapat pada tabel 1. ( 4, 7 )
Tabel 1. Hal yang penting ditanyakan pada pasien hipertensi krisis

Kategori

Hal yang ditanyakan

Keterangan

Riwayat sekarang

Riwayat hipertensi

Umumnya menderita
hipertensi

Umur

Umumnya 40-60 tahun

Penurunan berat badan Mencari tanda kerusakan


target organ. Harus
dibedakan antara Hipertensi
Gejala neurologi
ensefalopati dan Kelaianan
- Gangguan penglihatan neurologi lain atau Dengan
kecemasan
- Nyeri kepala
(headache)
- Pusing (Dizziness)
- Kecemasan

Gejala ginjal

- Gross Hematuria

Mencari kerusakan ginjal

- Penurunana urine
output

Gejala jantung

Mencari kerusakan target


organ (jantung) harus
dibedakan dengan udem
- Gejala gagal ginjal
kongestif dan udem paru paru karena sebab lain.
- Nyeri dada

Riwayat penyakit

Riwayat
glomerulonefritis

dahulu

Riwayat pielonefritis

Riwayat kehamilan

Masalah yang terjadi


saat kehamilan

Riwayat penggunaan MAO inhibitor


obat sekarang
Obat anti hipertensi

Hipertensi krisis dengan


toxemia

Gravidarum berat
(eklampsia)

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus difokuskan pada pengukuran tekanan darah yang akurat dan
bukti/tanda adanya kerusakan target organ, khususnya pemeriksaan funduskopi dan
pemeriksaan neurologik. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan hipertensi krisis dapat
dilihat tabel 2. ( 4 )
Tabel 2. Hasil pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan hipertensi krisis.

Sistem

Hasil pemeriksaan

Keterangan/signifikasi

Keadaan umum Ansietas, gelisah

Hipertensi ensefalopati atau


kecemasan (ansietas)

Vital sign

Tekanan darah yang sangat

Tekanan darah 180/120

(pada pengukuran pada


kedua lengan)

tinggi tanpa tanda hipertensi


krisis seperti tidak ada
kerusakan target organ dan
papiledem

Mata

Perdarahan dan eksudat


pada fundus, papil edema

Papile tidak selalu dapat


dijumpai

Jantung/dada

Rale

Bukti adanya dekompensasai


ventrikel kiri

S3
S4

Pembuluh darah Arterial Bruits

Bukti penyakit arteri

Perifer

Karotis atau penyakit


Arterosklerosis pembuluh
perifer

Nadi berkurang

Hati-hati terjadi penurunan


Tekanan darah dengan cepat

Neurologik

Tanda-tanda kelainan

Bedakan hipertensi

Fokal

Ensefalopati dengan
Keadaan gawat darurat
Neurologis karena sebab lain.

3. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3. Pemeriksaan laboratorium/penunjang pada penderita hipertensi krisis ( 4 )
A. Emergensi (dilakukan pada semua pasien)
1. Darah : Ureum, kreatinin, elektrolit, kadar glukosa, hematokrit dan Pn darah Pns.
2. Urin : Urinalisis dan kultur urin.

3. EKG.
4. Foto thoraks PA.
B. Pemeriksaan lanjutan (berdasarkan hasil pemeriksaan sebelumnya dan gejala klinis,
dilakukan setelah terapi dilakukan)
1. Jika curiga terjadi kelainan pada ginjal
IVP.
Angiografi ginjal.
Biosi ginjal.
2. Untuk menyingkirkan kelainan neurologis yang harus ditangani dengan pembedahan
Spinal tap (ketok spinal)
CT Scan.
3. Jika curiga pheochromocytoma
Pemeriksaan urin 24 jam untuk melihat katekolamin, metonefrin atau asam vanillyl
mondelik.
a. EKG : dapat dijumpai tanda kelainan infark miokard, hipertrofi ventrikel kiri, gangguan
konduksi karena penyakit arteri kotoner.
b. Pemeriksaan foto toraks-PA : biasanya terdapat kardiomegali, pembesaran aorta, udema
paru.
c. IVP : terdapat gambaran sumbatan arteri ginjal, hidronefrosis, penyakit kongenital dan
lain-lain.
d. CT scan : terdapat gambaran perdarahan intraserebral.
e. Kateterisasi dan angiografi, dapat dijumpai diseksi aorta sebagai komplikasi hipertensi
krisis.

Penatalaksanaan
1. Dasar pengobatan
Seperti keadaan klinik yang gawat lainnya, penderita hipertensi krisis sebaiknya dirawat di
ruang intensif. ( 2 )
Pengobatan hipertensi ensefalopati dapat dibagi :

a. Penurunan tekanan darah


Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat mungkin tetapi seaman
mungkin. Tingkat tekanan darah yang akan dicapai tidak boleh terlalu rendah karena akan
menyebabkan hipoperfusi target organ. ( 2 )
Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang diinginkan perlu ditinjau kasus demi kasus.
Terutama untuk penderita tua, tekanan daarah perlu dipertahankan pada tingkat yang tinggi.
Juga penderita dengan hipertensi kronik yang disertai isufisiensi serebral, tekanan darah tidak
boleh terlalu rendah sebagai pegangan, tekanan darah dapat diturunkan mencapai tekanan
darah sebelum terjadi krisis. ( 6, 9, 11 )
b. Pengobatan target organ
Walaupun penurunan tekanan darah yang tepat dapat memperbaiki fungsi target organ pada
umumnya masih diperlukan pengobatan dan pengelolaan khusus untuk mengatasi kelainan
target organ yang terganggu. ( 2 )
2. Obat anti hipertensi
Untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi krisis diperlukan obat-obat hipertensi
khusus yaitu obat-obat yang mempunyai sifat : bekerja cepat, efektif, aman dengan sedikit
efek samping. Obat-obat yang dapat digunakan untuk hipertensi ensefalopaty ( 2, 12, 13 ) harus
dirawat di rumah sakit dan harus diberikan :
a.1. Furosemide 40 mg iv
a.2. Obat anti hipertensi parenteral dapat berupa : sodium nitroprusid, diazoxid, trimetophan,
labetolol, nitrogliserin, hidralazin (obat parenteral)
Tabel 4. Obat parenteral yang dapat digunakan pada hipertensi krisis

Obat

Dosis

Vasodilator :

0,5-10 mcg/kgBB/mnt Segera

Sodium nitroprusid melalui infus


Nitrogliserin

Efek awal
(min)

Durasi : 1 2
menit

Hidralazin
Adrenergic
inhibitor

Mual, muntah,
intoksikasi thiosianat,
Berkeringat,

5-100 mcg/min
25

Diazoxid

Efek samping

melalui infus
50-150 mg, IV
bolus, diulang, atau

Durasi : 3 5
menit
2-4

Methemoglobinemia
Nyeri kepala, muntah,
takikardi,
Methemoglobinemia
Hipotensi, takikardi,

Trimetaphan

15-30 mg/min infus

melalui infus

Durasi : 6 12 Takikardi, nyeri


jam
kepala, muntah, nyeri
dada
10 20
Parese usus dan
kandung kemih,
20 30
hipotensi ortostatik,
Durasi : 3 8 penghilatan kabur,
mulut kering
jam

Labetolol

10-20 mg IV

20-80 mg IV bolus,

15

10-50 mg IM
0,5-5 mg/menit

tiap 10 menit dan

Bronkokontriksi, AVblock, hipotensi


Durasi : 3 10 ortostatik
jam

2 mg/menit
5 10
melalui infus
Durasi : 3 6
jam

Prognosis : bila ditangani cepat/tepat baik, bila lambat jelek (kematian). ( 3 )


DAFTAR PUSTAKA
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

You might also like