You are on page 1of 8

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP PENGETAHUAN

IBU DALAM PENANGANAN PREHOSPITAL KASUS TERSEDAK PADA


ANAK USIA TODDLER DI DESA PENGANGSALAN
KALITENGAH LAMONGAN
Yuni Nur Rahmawati*, Farida Juanita**, Sulistiyowati***
ABSTRACK
Choking is an emergency situation where there is a blockage in the airway by a strange object and
common in toddler ages children. Low maternal knowledge will lead to the provision of pre-hospital
handling of cases of choking wrong due to errors in the act can worsen the situation of children and
can be a cause of death. The aim of research is to determine the effect of jigsaw learning methods
against the mothers knowledge in the pre-hospital handling of cases of choking in toddler child.
Pre-experimental research design using one-group pretest-posttest design, with a total sampling
method. Samples taken as many as 33 respondents. Data were analyzed using the Wilcoxon test.
The results showed that pretest mostly mothers knowledge was less as much as 66.7% while posttest
mostly mothers knowledge is quite as much as 54.5%. Based on test results obtained value Wilcoxon
Z = -4.944 to P = 0.000 where P <0.05 this means there are significant jigsaw learning methods
against the mothers knowledge in the pre-hospital handling of the case Choking toddler age children
in the village Pengangsalan, Kalitengah, Lamongan.
Based on the results of the study are a method of jigsaw expected to be a choice in the delivery of
effective information and mother could handle pre-hospital choke case according to what is already
taught.
Keywords: Knowledge, Choke, Jigsaw
I. PENDAHULUAN
Masa toddler merupakan masa anak memasuki
usia bermain yaitu 1-3 tahun dimana anak
mengalami masa eksplorasi lingkungan yang
intensif karena keingintahuan yang tinggi akan
sesuatu. Keingintahuannya menyebabkan anak
toddler ingin meraih, memegang, atau
memasukkan ke dalam mulut semua yang
menarik perhatiannya. Akibatnya anak-anak
usia ini lebih sering terkena luka bakar,
terjatuh, tersedak, dibanding mengalami
kekerasan oleh orang yang tak dikenal.
Tersedak merupakan suatu kondisi dimana
tubuh
mengalami
gangguan
karena
terhalangnya jalur pernapasan bagian atas
(Tilong, 2014).
Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus
tersedak 77,2% terjadi pada anak usia dibawah
4 tahun, pada anak dibawah usia 1 tahun
sebasar 11,6%, pada anak dengan rentang usia
1 hingga 2 tahun sebesar 36,2%, terjadi pada
usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4%
(Commitee, Violence, & And, 2010).
Data dari DepKes RI (2009), menunjukkan
penyebab tersedak adalah benda asing bijibijian sejumlah 105 pasien, 82 pasien tersedak

benda asing kacang-kacangan, sayuran 79


pasien, lainnya tersedak disebabkan oleh
logam, makanan, dan tulang ikan. Menurut
hasil penelitian Chlivisia Charnovan Putra
(2015), tingkat pengetahuan ibu tentang
pertolongan pertama pada anak tersedak di
posyandu dusun Sadon Sawahan Ngemplak
Boyolali
83,4%
dikategorikan
kurang,
sedangkan 16,6% dikategorikan baik.
Berdasarkan survey awal yang telah
dilakukan oleh peneliti melalui wawancara
dengan 8 ibu yang memiliki anak usia toddler
di Desa Pengangsalan Kecamatan Kalitengah
Kabupaten Lamongan pada 10 Desember 2015
didapatkan 6 (75%) ibu mengatakan bahwa
tidak tahu cara melakukan pertolongan pertama
atau penanganan prehospital kasus tersedak
pada anaknya, sedangkan 2 (25%) ibu
mengatakan bahwa hanya memberikan minum
sebanyak-banyaknya saat anaknya mengalami
kejadian tersedak. Berdasarkan fenomena
tersebut dapat disimpulkan bahwa masih
banyak ibu yang tidak tahu cara penanganan
prehospital kasus tersedak.

Ketidaktahuan orang tua atau pengasuh


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
pengalaman, umur, tingkat pendidikan, sumber
informasi, penghasilan, dan seni budaya
(Notoatmodjo, 2007). Akan tetapi faktor yang
lebih mendasari ketidaktahuan ibu dalam
memberikan penanganan prehospital kasus
tersedak pada anak usia toddler di Desa
Pengangsalan Kalitengah Lamongan adalah
kurangnya sumber informasi yang didapatkan
oleh ibu, karena memang belum pernah ada
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
penanganan prehospital kasus tersedak pada
anak usia toddler sebelumnya.
Tersedak pada anak usia toddler menjadi
salah satu masalah kesehatan yang penting.
Sehingga, penanganan prehospital perlu
dipahami oleh masyarakat terutama para orang
tua atau pengasuh sebagai orang yang paling
dekat dengan anak, karena kesalahan
pemberian
pertolongan
pertama
akan
memperparah kondisi anak dan dapat menjadi
penyebab kematian. Sehingga, akan lebih baik
untuk dilakukan pendidikan atau promosi
kesehatan tentang tersedak dan pertolongan
pertamanya. Pendidikan kesehatan merupakan
suatu usaha untuk menyediakan kondisi
psikologis dan sasaran agar seseorang
mempunyai
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan nilainilai kesehatan (Notoatmojo, 2007).
Sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk

No
.
1.
2.
3.
4.

Pendidikan
SD
SMP/ Sederajat
SMA/ Sederajat
Akademi/ PT
Jumlah

Jumlah

16
12
5
33

48,5%
36.4%
15.2%
100%

bekerjasama dengan sesama peserta didik lain


dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut
sistem pembelajaran gotong royong atau
cooperative learning.
Menurut
Indah Kusharyati
(2009)
Pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw
dikembangkan agar dapat membangun sebuah
komunitas belajar yang menghargai semua
kemampuan peserta. Dalam metode ini peserta
secara individual berkembang dan berbagi
kemampuan dalam berbagai aspek kerja yang
berbeda. Dengan demikian, pengalaman belajar
peserta akan semakin banyak dan bervariasi

yang akhirnya dapat mengoptimalkan potensi


yang ada pada diri peserta sehingga,
penguasaan konsep materi akan meningkat
dibandingkan dengan metode yang lain yang
lebih berfokus pada pendidik.
2. METODE PENELITIAN
Desain penelitian menggunakan Pra
Eksperimental (One Group Pretest-Posttest
Design), dengan metode sampling Total
sampling. Sampel diambil sebanyak 33
responden yaitu ibu rumah tangga yang
memiliki anak usia toddler yang terdaftar di
Posyandu Desa Pengangsalan Kalitengah
Lamongan pada bulan Maret 2016. Data
penelitian diambil menggunakan kuesioner
tertutup Setelah ditabulasi, data dianalisis
menggunakan uji wilcoxon.
3. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Karakteristik

Responden
Berdasarkan Umur Ibu.
No Umur
Jumlah
%
.
1. 18-21 Tahun
9
27,3%
2. 22-40 Tahun
20
60,6%
3. 41-60 Tahun
4
12,1%
4. >60 Tahun
Jumlah
33
100%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar umur
ibu adalah 22-40 tahun yaitu sebanyak 20
orang atau 60,6% dan sebagian kecil umur
ibu 41-60 tahun yaitu 4 orang atau 12.1%.
Tabel 4.2 Karakteristik

Responden
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Ibu

Berdasarkan tabel 4.2 di atas


menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu
memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak
16 orang atau 48,5% dan sebagian kecil ibu
berpendidikan SMA/ Sederajat sebanyak 5
orang atau 15,2%.
Tabel 4.3 Karakteristik
Responden
Berdasarkan Jumlah Anak Yang
Dimiliki

No Jumlah anak Frekuensi


.
1. 1 anak
9
2. 2 anak
7
No
Pengetahuan
Frekuensi
3. >2 anak
17
1. Baik
-

Berdasarkan tabel 4.3 di atas


menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
memiliki anak >2 sebanyak 17 orang atau
51,5% dan sebagian kecil ibu memiliki 2
anak sebanyak 7 orang atau 21,2%.

27,3%
21,2%
%
51,5%
-

2.

Jumlah
Cukup

1133

100%
33,3%

3.

Kurang

22

66,7%

No Pengetahuan Frekuensi
1.
Baik
15

%
45,5%

Jumlah

33

100%

2.

54,5%

3.

No

Jenis Pekerjaan

Jumlah

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Petani
Buruh tani
Wiraswasta
Swasta
PNS
Ibu rumah tangga/

5
3
5
20

15,2%
9,1%
15,2%

tidak bekerja
Jumlah

33

100%

Cukup

18

Kurang
Jumlah
33
100%
Tabel 4.4 Karakteristik
Responden
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan tabel 4.4 di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
bekerja sebagai ibu rumah tangga atau tidak
bekerja sebanyak 20 orang atau 60,6% dan
sebagian kecil ibu bekerja sebagai buruh
sebanyak 3 orang atau 9,1%.
Tabel 4.5 Distribusi

Responden
berdasarkan tingkat pengetahuan
Pre-Test
pada
ibu
Desa
Pengangsalan tahun 2016

60,6%

Berdasarkan tabel 4.5 di atas


menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
memiliki tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 22 orang atau 66,7%, hampir
sebagian ibu memiliki tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 11 orang atau 33,3%, dan
tidak satu pun responden dengan tingkat
pengetahuan baik.
Tabel 4.6 Distribusi

Responden
berdasarkan tingkat pengetahuan
Post-Test pada ibu di Desa
Pengangsalan tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.6 di atas


menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
berpengetahuan cukup sebanyak 18 orang
atau 54,5%, hampir sebagian ibu
berpengetahuan baik sebanyak 15 orang
atau 45,5%, dan tidak satu pun dengan
tingkat pengetahuan kurang.
Tabel 4.7
4. PEMBAHASAN

4.1 Pengetahuan
Remaja
Sebelum
Diberikan
Pembelajaran
Dengan
Metode Think Pair Share
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan
bahwa pengetahuan remaja sebelum diberikan
pembelajaran dengan metode Think Pair Share
adalah sebagian besar mempunyai pengetahuan
kurang yaitu sebanyak 16 orang atau 53,3%,
dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan
baik yaitu sebanyak 3 orang atau 10%.
Pengetahuan adalah hasil tahu, terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoatmodjo, 2007).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah umur. Dari segi umur
remaja yang terlihat pada tabel 4.1
menunjukkan bahwa sebagian besar umur
remaja adalah 15-17 tahun yaitu sebanyak 19
orang atau 63,3%%, sedangkan sebagian kecil
umur remaja 18-21 tahun yaitu sebanyak 3
orang atau 10%. Makin tua umur seseorang
maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini
tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Selain itu, daya ingat seseorang
dipengaruhi oleh umur (Notoatmodjo, 2007).
Hasil pada saat pretest pengetahuan remaja
yaitu menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
kurang sebagian besar didapatkan pada remaja
yang berumur 15-17 tahun. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor kurangnya pengalaman
karena umur yang masih belasan tahun
tersebut, pengalaman dapat diperoleh dari
individu atau orang lain. Pengalaman yang
sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
Adapun faktor yang lainnya seperti
sumber informasi tentang kesehatan yang
masih sangat kurang ditandai dengan belum
adanya
penyuluhan-penyuluhan
tentang
kesehatan
(Health
Education)
tentang
pertolongan
pertama
pada
syncope.
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi
dapat membantu mempercepat seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang baru.
Cara memperoleh pengetahuan menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2010) antara lain cara
tradisional (non ilmiah) dan cara modern

(ilmiah). Pengetahuan yang dimiliki remaja


selama ini kemungkinan diperoleh dari cara
tradisional atau non ilmiah, sehingga masih
lebih banyak remaja yang berpengetahuan
kurang dan cukup. Selain itu cara memperoleh
pengetahuan dengan cara tradisional tingkat
keakuratannya masih kurang dibanding dengan
cara modern atau cara ilmiah yang sudah
terbukti dengan adanya penelitian atau
pengamatan
secara
langsung.
Menurut
Kusmiran (2011) seseorang pada masa remaja
akan mengalami transisi dalam hal pemahaman
perkembangan kognitif yang pesat sehingga
mulai mengembangkan kemampuan berfikir
abstrak. Apa yang didapatkan oleh remaja juga
akan diaplikasikan oleh remaja juga, Terlebih
zaman sekarang untuk mendapatkan sebuah
informasi sudah tidaklah sulit, dengan semakin
maraknya akses internet yang sangat mudah
diakses. Informasi yang belum tentu
kebenarannya bisa menyebabkan sebuah
kesalahan yang tidak dihrapkan.
4.2 Pengetahuan
Remaja
Sebelum
Diberikan
Pembelajaran
Dengan
Metode Think Pair Share
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan
bahwa pengetahuan remaja sesudah diberikan
pembelajaran dengan metode Think Pair Share
sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 18 orang atau 60%, dan hampir
sebagian mempunyai pengetahuan baik yaitu
sebanyak 12 orang atau 40%.
Pada penelitian ini intervensi yang
dilakukan
adalah
dengan
memberikan
pendidikan kesehatan melalui pembelajaran
menggunakan metode Think Pair Share, yang
mana termasuk cara modern (ilmiah) yaitu cara
yang
diperoleh
dari
mulai
diadakan
pengamatan langsung dari suatu gejala,
kemudian hasil pengamatan dikumpulkan,
diklasifikasikan
dan
akhirnya
diambil
kesimpulan. Opini tersebut dapat didukung
dengan teori menurut Wasis (2008) bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah hal-hal yang
kita ketahui tentang kebenaran yang ada di
sekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya,
didapat melalui pengamatan yang lebih
mendalam.
Peningkatan pengetahuan pada saat
posttest dapat disebabkan oleh faktor jenis
kelamin yang dituangkan pada tabel 4.2 bahwa
remaja yang hadir mengikuti pembelajaran
sebagian besar berjenis kelamin perempuan
sebanyak 20 orang atau 66,7% dan laki-laki

hanya 10 orang atau 33,3 %, seperti yang kita


ketahui bahwa perempuan cenderung lebih
kooperatif dan lebih rajin dibandingkan dengan
laki-laki. Tetapi keaktifan dan antusiasnya
remaja ketika mengikuti pembelajaran juga
menjadi alasan utama penyebab peningkatan
pengetahuan, terlebih pada usia remaja
biasanya rasa keinginan untuk mengetahui halhal baru cukup tinggi, sehingga dapat
menjadikan
pengetahuan
remaja
ada
peningkatan. Aspek perkembangan seorang
remaja dari segi kognitif adalah
termotivasi memahami dunia karena
perilaku adaptasi secara biologis
mereka.
Remaja
secara
aktif
membangun dunia kognitif mereka
dimana informasi yang didapatkan
tidak langsung diterima begitu saja
ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan
antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting
dibanding
ide
lainnya
(Handoyo, 2010).
Ada beberapa remaja yang pengetahuan
sebelum dan sesudah intervensi tetap artinya
tidak meningkat dan rata-rata terjadi pada umur
15-17 tahun. Hal ini bisa disebabkan oleh daya
ingat remaja yang dipengaruhi oleh faktor umur
dan mungkin bisa jadi karena human error.
Berdasarkan
fakta
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
setelah
dilakukan
intervensi dengan memberikan pembelajaran
menggunakan metode Think Pair Share,
pengetahuan remaja mengalami peningkatan
dari sebelum di lakukan intervensi sesuai
dengan hasil yang sudah dituangkan dalam
tabel 4.4.

4.3 Pengaruh Metode Pembelajaran Think


Pair Share Terhadap Pengetahuan
Remaja Tentang Pertolongan Pertama
Pada Syncope
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan remaja sesudah diberikan
pembelajaran dengan metode Think Pair Share
mengalami peningkatan dari sebelum diberikan
intervensi. Sesuai dengan hasil analisis uji
Wilcoxon hasil didapatkan nilai Z -4,134
dengan tingkat signifikan 0,000 (p<0,05).
Berdasarkan hasil pengujian dengan uji

Wilcoxon menunjukkan bahwa H0 ditolak yang


artinya ada pengaruh metode pembelajaran
Think Pair Share terhadap pengetahuan remaja
tentang pertolongan pertama pada Syncope.
Berdasarkan tabel 4.5 juga dapat dilihat
perbedaan pengetahuan remaja sebelum dan
sesudah diberikan pembelajaran dengan metode
Think Pair Share yakni pada pretest
pengetahuan
remaja
sebagian
besar
berpengetahuan kurang sebanyak 16 orang atau
53,3% dan sebagian kecil berpengetahuan baik
sebanyak 3 orang atau 10%. Sedangkan pada
posttest pengetahuan remaja sebagian besar
berpengetahuan cukup sebanyak 18 orang atau
60% dan sebagian kecil berpengetahuan baik
sebanyak 12 orang atau 40%.
Kurangnya pengetahuan dalam melakukan
pertolongan pertama pada syncope dapat
menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam
melakukan pertolongan dan mungkin bisa
mengakibatkan terjadinya adanya kesalahan
dalam penanganan.
Dengan
adanya
informasi
dapat
menambah pengetahuan seseorang meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik
maka pengetahuan seseorang akan meningkat.
Seperti yang dijelaskan oleh Notoatmodjo
(2007) bahwa Semakin banyak informasi dapat
mempengaruhi atau menambah pengetahuan
seseorang
dan
dengan
pengetahuan
menimbulkan kesadaran yang akhirnya
seseorang akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Seperti halnya
pemberian
informasi
melalui
Metode
Pembelajaran Think Pair Share yang diberikan
pada remaja masjid Al-Muttaqin di Desa
Pengangsalan Kalitengah Lamongan yang
mana menunjukkan adanya perbandingn
pengetahuan antara pre-test dan post-test yang
hasilnya telah dituangkan pada tabel 4.5.
Pada saat pre-test pengetahuan remaja
banyak yang kurang, remaja menjawab
pertanyaan yang ada di lembar kuisioner hanya
sekedar yang diketahuinya saja, entah
pengetahuan sebelumnya didapatkan dari
pengalaman pribadi atau pengetahuan melalui
media
informasi
yang
belum
tentu
kebenarannya. Dan pada saat post-test remaja
mengalami peningkatan pengetahuan yang
dipengaruhi oleh adanya pembelajaran dengan
metode Think Pair Share yang mencakup
informasi tentang pertolongan pertama pada
syncope, dan secara teknis pembelajaran
dimulai dari remaja meningkatkan daya pikir

(thinking) terlebih dahulu, sebelum masuk ke


dalam kelompok berpasangan (pairing) untuk
berdiskusi, kemudian berbagi pengetahuan
dengan kelompok (sharing), langkah sharing
merupakan penyempurnaan dari langkahlangkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah
ini mampu membuat kelompok untuk menjadi
lebih memahami mengenai pemecahan masalah
yang diberikan berdasarkan penjelasan
kelompok lain.
Berdasarkan
fakta
diatas
dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran
Think Pair Share ini sangat efektif untuk
meningkatkan pengetahuan seseorang dan
menambah wawasan lebih luas tentang
pertolongan pertama pada syncope karena
metode ini mampu mengubah asumsi bahwa
metode
resitasi
dan
diskusi
perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok secara
keseluruhan sehingga setiap peserta bisa leluasa
dalam berbagi atau berpendapat.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Sebagian
besar
remaja
memiliki
pengetahuan
yang
kurang
tentang
pertolongan pertama pada syncope sebelum
diberikan pembelajaran dengan metode
think pair share.
2) Sebagian
besar
remaja
memiliki
pengetahuan cukup tentang pertolongan
pertama pada syncope sesudah diberikan
pembelajaran dengan metode think pair
share.
3) Ada pengaruh metode pembelajaran Think
Pair Share terhadap pengetahuan remaja
tentang pertolongan pertama pada Syncope
di
Desa
Pengangsalan
Kalitengah
Lamongan

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pemerintah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
membantu pemerintah dalam meningkatkan
pertolongan pertama pada syncope atau
pingsan,
dengan
cara
meningkatkan
pengetahuan melalui pembelajaran.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat di
Desa
Pengangsalan Kalitengah Lamongan dapat
mengetahui tentang pertolongan pertama pada
Syncope dengan benar dan menerapkannya

dikehidupan sehari-hari sehingga dapat


mencegah terjadinya kesalahan penanganan.
5.2.3 Bagi Profesi Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan terutama
perawat untuk menggunakan metode Think
Pair Share sebagai alternative untuk melakukan
penyuluhan,
pemberian
konseling
dan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat
sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan
penanganan. Selain itu juga sebagai sarana
pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan
dalam memperkaya informassi tentang
pertolongan pertama pada syncope.
5.2.4 Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman peneliti dalam menganalisis suatu
masalah serta menerapkan teori yang telah
didapat selama perkuliahan dan juga salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana
keperawatan.
5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan lebih cermat dalam
melakukan penelitian, khususnya tentang
pertolongan pertama pada syncope dengan
memperluas variabel yang diduga dapat
menyebabkan kejadian syncope.
DAFTAR PUSTAKA
Alimurdianis.
(2010).
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan Sinkop Kardiak.
Padang-Indonesia:
Sub
Bagian
Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran UNAND.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dewanto, & dkk. (2009). Panduan Praktis
Diagnosis dan Tatalaksana penyakit
Syaraf. Jakarta: EGC.
Fathurrohman, P. (2007). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: PT Refika
Aditama.
Handoyo, 2010. Remaja
Jakarta: Perca

dan Kesehatan.

Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medik


Praktis. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Harnowo, P. (2013). P3K: Pertolongan
Pertama dan Penanganan Darurat.
health.detik.com/firstaid.

Hauser, S. (2006). Harrisons Neurology in


Clinical Medicine. San Fransisc:
Mcgraw Hill.

Nursalam. (2014). Metode Penelitian Ilmu


Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian


Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Sanjaya, W. (2013). Strategi Pembelajaran


Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan.
Jakarta:
Kencana
Prenadamedia Group.

Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian


Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya : Health Books Publishing.
Hurlock, E. B. (2007) Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (5 ed). Jakarta: Erlangga.
Iru, L., & Ode, L. (2009). Analisis Penerapan
Pendekatan Metode, Strategi Dan
Model-Model Pembelajaran. Kendari:
Multi Prasendo.
Iskandar. (2011). Pedoman Pertolongan
Pertama Yang Harus Dilakukan Saat
Gawat Darurat Medis. Yogyakarta:
Mitra Setia.
Kunandar.
(2009).
Guru
Professional
Implementasi
Kurikulum
Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses
Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:
Rajawali Press.
Kusmiran, 2011. Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Malmed, S. (2007). Medical Emergencies In
The Dental Office (Edisi 6). Mosby: St.
Louis.
Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan
Metodelogi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.

Saubers, N. (2011). Semua yang Harus Anda


Ketahui Tentang P3K. Yogyakarta:
Mitra Setia.
Smith, T. (2006). Dokter Dirumah Anda.
Jakarta: Dian Rakyat.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta .
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka.
Trianto.

(2010).
Mendesain
model
pembelajaran
inovatif-progresif.
Surabaya: Kencana Prenada Media
Group.

Triyadi.

(2015). Peran Guru Dalam


Pertolongan Pertama Pada Syncope Di
SMP Muhammadiyah 2 Surakata.

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk


Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori &
Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Widarti, A. (2007). Efektivitas Penggunaan
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Terhadap Hasil
Belajar Pokok Bahasan Segi Empat
Pada Kelas VII Semester 2.

You might also like