Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Perbedaan Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Fiskal
Informasi dari laporan keuangan banyak diperlukan oleh pihak-pihak yang
tertentu, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.
Sehingga laporan keuangan harus disusun dengan memenuhi standardstandard
yang dapat diterima oleh umum. Kemudian diuraikan lagi bahwa wajib pajak
harus memenuhi salah satu kewajiban perpajakan yaitu pembukuan. Ketentuan
perpajakan sendiri tidak mengatur secara teknis proses penyelenggaraan
pembukuan, cara atau sistem yang dipakai diserahkan kepada wajib pajak dengan
memenuhi syarat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Akuntansi komersial merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan
informasi kuantitatif mengenai suatu entitas ekonomi sebagai dasar untuk
pengambilan suatu keputusan ekonomis terhadap beberapa alternatif yang
tersedia, sedangkan akuntansi fiskal merupakan bagian dari akuntansi yang
berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pengertian pembukuan dalam undangundang perpajakan sedikit berbeda
dengan pengertian pembukan menurut akuntansi. Menurut Gunadi (2001 : 9)
pembukuan (book keeping) adalah pencatatan data perusahaan dengan teknik
tertentu dan mengolahnya sehingga dapat disusun menjadi laporan keuangan.
5
xx
Perbedaan tersebut
xxi
perundangundangan perpajakan.
xxii
xxiii
xxiv
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Sisi Fiskal sendiri, mengartikan Beban sebagai biaya untuk menagih,
memperoleh dan memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung
dengan perolehan penghasilan. Perbedaan inilah yang menyebabkan pihak fiskus
sering berbeda pendapat dengan wajib pajak dalam hal menentukan beban/biaya
yang boleh atau tidak boleh dikurangkan sehingga harus dikeluarkan/tidak boleh
diperhitungkan sebagai pengurangan penghasilan. Misalnya penafsiran atas bunyi
undang-undang yang menyatakan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan
adalah
meliputi
biaya
untuk
menagih,
memelihara
dan
mempertahankan penghasilan.
Wajib pajak sendiri sering diharuskan untuk memberikan sumbangan baik
yang wajib maupun tidak wajib, dan kadang kala tidak disertai dengan bukti-bukti
yang mendukung. Kemudian wajib pajak menganggap biaya yang dikeluarkan
xxv
xxvi
Tabel 1.1
Kelompok Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutan
Masa
Manfaat
Ayat 1
Ayat 2
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1
4 Tahun
25%
50%
Kelompok 2
8 Tahun
12.5 %
25%
Kelompok 3
16 Tahun
6.25 %
12.5 %
Kelompok 4
20 Tahun
5%
10%
II. Bangunan
Permanen
20 Tahun
5%
Tidak Permanen
10 Tahun
10%
Sumber : Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Kelompok harta
Masa
Tarif Amortisasi
Tarif Amortisasi
tidak berwujud
Manfaat
berdasarkan
Berdasarkan Metode
Saldo Menurun
Kelompok 1
4 Tahun
25 %
50 %
Kelompok 2
8 Tahun
12.5 %
25 %
Kelompok 3
16 Tahun
6.25 %
12.5 %
Kelompok 4
20 Tahun
5%
10 %
xxvii
Penentuan masa manfaat, jenis harta, metode, serta tarif dimaksudkan untuk
memberikan keseragaman bagi wajib pajak dalam melakukan penyusutan maupun
amortisasi.
b) Konsep Nilai Persediaan
Dalam undang-undang
tidak
dapat
digantikan
dengan
barang
lain
(not
ordinary
interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk
proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap
biayanya masing-masing.
xxviii
Laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim digunakan dalam dunia
bisnis. Laba komersial dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima
secara umum.
Laba komersial tersebut penghitungannya bertumpu pada prinsip matching
cost against revenue yaitu penandingan antara pendapatan dengan biayabiaya
terkait, dalam salah satu prinsip tersebut terhadap konsep tersebut ialah bahwa
pengeluaran perusahaan yang tidak mempunyai manfaat untuk masa yang akan
datang bukanlah merupakan asset maka akan dibebankan sebagai biaya. Dengan
demikian dalam akuntansi diakui bahwa seluruh pengeluaran/beban perusahaan
sepanjang memang harus dikeluarkan oleh perusahaan maka akan diakui sebagai
biaya/beban.
Penghasilan (Income) adalah penambahan aktiva atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan
(gains). Menurut IAI (2007 : 23) Pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya
xxix
ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva
tersebut. Pada umumnya imbalan tersebut terbentuk kasa atau setara kas.
Biaya adalah semua pengurang terhadap penghasilan. Sehubungan dengan
periode akuntansi, pemanfaatan pengeluaran dipisahkan antara pengeluaran
kapital dengan pengeluaran penghasilan.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang menyebabkan penurunan ekiutas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
Beban juga menyangkut kerugian yang belum direalisasi, misalnya kerugian
yang timbul dari pengaruh selisih kurs mata uang asing. Beban diakui dalam
laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara yang biaya yang timbul dan
penghasilan tertentu yang diperoleh.
Kalau manfaat ekonomi yang timbul lebih dari satu periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tidak
langsung beban diakui berdasarkan alokasi yang rasional dan sistematis.
Misalnya pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap,
goodwill, paten dan merk dagang. Beban ini dikenal dengan istilah penyusutan
atau amortisasi.
b. Laba Fiskal
Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Laba fiskal atau
penghasilan kena pajak merupakan laba yang dihitung berdasarkan peraturan
perpajakan yang berlaku.
xxx
xxxi
beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung persediaan dengan
syarat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan dan dilakukan secara
konsisten (taat asas). Dalam neraca fiskal hanya mengakui penilaian persediaan
dengan menggunakan metode FIFO dan average saja.
3) Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Neraca komersial mengakui adanya beberapa metode yang dapat dipakai
dalam menyusutkan aktiva tetap, paling tidak ada tiga metode yang populer
dipakai dalam penghitungan penyusutan yaitu : Metode garis lurus (Straight line
method), metode saldo menurun (diminishing balance method) metode jumlah
unit (sum of the unit method). Penyusutan dalam akuntansi secara komersial
mengakui adanya nilai residu bila dikehendaki, masa manfaat aktiva tetap dan
xxxii
xxxiii
2) Beda Waktu
Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya
ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan
perpajakan dengan standard akuntansi keuangan.
Sesuai dengan adanya asumsi dasar dalam pembukuan yang berbeda
pembukuan (laporan keuangan fiskal) mengakui adanya prinsip kas basis dan
akrual basis (pasal 28 ayat 5 UU No. 16 Tahun 2000), akuntansi komersial hanya
mengakui pendapatan dan beban dengan prinsip akrual, hal ini tertuang dalam
PSAK Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2007)
Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of
cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara
gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari
transaksi atau peristiwa lain yang sama.
Warren, Reeve, Fess (2005:63), Menyatakan bahwa Pendapatan adalah
Peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau
jasa kepada pembeli. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan pengakuan
antara beban dan pendapatan yang diakui (prinsip matching). Laporan laba rugi
fiskal memberi peluang untuk menyajikan dengan sistem kas basis ha ini sesuai
xxxiv
dengan format yang ditawarkan dalam UU No. 16 Tahun 2000 pasal 28 ayat 5,
yang memberikan pilihan untuk menggunakan kas basis atau akrual basis.
Menurut Zain (2005 : 209) perbedaan waktu dapat dibagi menjadi :
a. Perbedaan waktu positif, terjadi apabila pengakuan beban untuk
akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak lebih
lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi.
b. Perbedaan waktu negatif, terjadi jika ketentuan perpajakan
mengakui beban lebih lambat dari pengakuan dari pengakuan beban
akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan lebih
lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak.
Contoh perbedaan waktu antara lain : penyusutan atau amortisasi, penilaian
persediaan, kerugian piutang (kecuali bank, sewa guna usaha dengan hak opsi,
cadangan untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi usaha pertambangan),
rugi laba selisih kurs, rugi laba atas penilaian efek dan rugi laba atas penyertaan
saham.
4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan Keungan Fiskal
Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan
fiskal akan menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan
kena pajak.
akuntansi komersial yang mendasarkan pada laba konsep dasar akuntansi yaitu the
proper matching cost against revenues, sedangkan dari segi fiskal tujuannya
adalah penerimaan Negara. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, wajib
pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laoran keuangan
komersial yang dibuat berdasarkan standard akuntansi keuangan harus
disesuaikan/dikoreksi fiskal terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya
penghasilan kena pajak.
xxxv
Untuk
xxxvi
perhitungan pajak atas jumlah laba yang berbeda dengan laba menurut
akuntansi.
xxxvii
d) Penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk objek
pajak.
Penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang dikenakan PPh final dan
yang tdak termasuk objek pajak harus dikeluarkan.
e) Penyesuaian Fiskal Positif
Pengeluaran komersial yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan, misalnya biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
dana cadangan, imbalan natura dan kenikmatan serta pajak penghasilan.
f) Penyesuaian Fiskal Negatif
Perhitungan komersial yang lebih rendah dari ketentuan fiskal, misalnya
selisih penyusutan komersial dibawah penyusutan fiskal dan penghasilan
yang ditangguhkan pengakuannya.
Merekonsliasi perbedaan tersebut diperlukan kertas kerja rekonsiliasi
tersendiri yang berisi perbedaan waktu dan perbedaan tetap. Perbedaan waktu
positif dan perbedaan tetap positif akan diberlakukan sebagai penambah,
sedangkan perbedaan waktu negatif dan perbedaan tetap negatif akan
diberlakukan sebagai pengurang. Hasil penambahan atau pengurangan tersebut
merupakan saldo yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan fiskal.
Berikut ini adalah gambar rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan
keuangan fiskal :
xxxviii
Jurnal
Buku
Besar
Neraca
Percobaan
L/K
Komersial
Dicocokkan
Penyesuaiain
Fiskal
Buku
Pembantu
L/K
(Fiskal)
xxxix
xl
Kerugian dari usaha yang berasal dari luar negeri tidak diakui sebagai
kerugian
4) PPh Pasal 25
Ketentuan PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran
bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.
Konsep Umum
xli
dikreditkan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21, 22, 23, dan
24, kemudian dibagi dengan 12 atau banyaknya bulan dalam tahun
pajak.
5. PPh Pasal 26
Yang dikenakan PPh pasal 26 adalah Wajib Pajak luar negeri (orang pribadi
maupun badan) selain bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh
penghasilan.
Gambar 5.1 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak
PENGHASILAN
KOMERSIAL
Objek PPH
4 (1)
Dikecualikan
4 (1) Huruf K
K-
K+
Objek Final
4 (2)
K-
K-
Bukan Objek
4 (3)
K-
Over
Penghasilan Fiskal
Under
(-)
Biaya Fiskal
PAJAK TERUTANG
(Penghasilan Kena Pajak
x Tarif Pajak Psl 17
L/R Fiskal
Sumber : Manajemen Pajak Penghasilan Dalam Undang-undang pajak
penghasilan oleh Edi jatmiko, 2001
xlii
Gross method
Menentukan dasar pengenaan pajak (tax base), dapat menggunakan jumlah
bruto (gross method), misalnya adalah nilai transaksi. Penggunaan gross method
sering dijumpai pada penghasilan yang dikenakan PPh final. Misalnya, pengenaan
PPh atas bunga deposito dan tabungan, PPh atas penghasilan sewa tanah dan
bangunan.
Dikenal pula Metode Neto (net method) yang dasar pengenaan pajaknya
ditentukan sebesar jumlah bruto dikurangi dengan beban yang diperkenankan
(deductible expenses). Penggunaaan metode netto ini digunakan didalam
menentukan penghasilan kena pajak (taxable income).
(ii)
Gross up method
Gross Method dimaksudkan untuk membebankan beban pajak yang timbul.
Pada umumnya terjadi pada transaksi pambayaran bunga kepada WP luar negeri.
Berhubungan sesuai dengan perjanjian pinjaman, WP luar negeri akan menerima
xliii
bersih jumlah bungan dan dibebankan dari segala pungutan termasuk pajak maka
biaya bunga di gross up sehingga jumlahnya sebesar baiya bunga ditambah beban
pajak. Konsenkuensi biaya bunga yang telah di gross up merupakan dasar
pengenaan pajak.
(iii)
terapkan oleh world wide income principle, atas pajak yang telah dibayar di luar
negeri sehubungan dengan penghasilan luar negeri yang diperoleh atau diterima,
dapat kreditkan dengan PPh yang terutang di akhir tahun. Namun jumlah pajak
yang dapat dikreditkan (creitable) tidak boleh melebihi batas maksimum yang
diperkenankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penentuan besarnya
maksimum dilakukan per negara.
(iv)
kedua metode penilaian parsediaan (Fifo atau average). Metode ini diperkenalkan
dan diuraikan dalam ketentuan Pasal 10 ayat (6) undang-undang pajak
penghasilan.
(v)
Perpectual method
Membukukan persediaan dapat menggunakan metode perpectual. Dengan
metode ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan harga pokok
penjualan secara terus-menerus. Sistem perpetual tidak menggunakan cara
penaksiran dalam menghitungnilai persediaan.
xliv
(vi)
Depreciation method
Metoda alokasi harga perolehan aktiva berwujud (fixed assets) ke dalamtahun-
tahun pajak yang menikmatinya yang diperkenankan sesuai dengan undangundang PPh adalah garis lurus (straight line) atau saldo menurun (double
declinimg balance). Khusus untuk aktiva berwujud yang diklasifikasikan sebagai
bangunan, metode penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis lurus.
Penerapan metode penyusutan yang dipilih harus dilakukan secara taat asas
(konsisten). Khusus dalam rangka pemberian fasilitas perpajakan, accelerate
depreciation method digunakan baik untuk aktiva bangunan maupun aktiva bukan
bangunan.
(vii)
Rugi usaha yang diderita oleh WP dapat dikompesasikan dengan laba uasah
tahunan pajak berikutnya. Jangka waktu kompesasi kerugian adalah selama 5
tahun sejak tahun rugi usaha terjadi. Apabila setelah 5 tahun terdapat sisa rugi
yang belum habis terkompensasi maka sisanya tersebut tidak dapat lagi
dikompensasi ke tahun berikutnya. Khususnya dalam rangka pemberian fasilitas
perpajakan, jangka waktu kompensasi kerugian diberikan selama-lamanya 8
tahun.
(viii)
xlv
Pemupukan dana cadangan hanya berlaku pada industri tertentu yaitu perbankan,
leasing dengan hak opsi, asuransi dan pertambangan.
(ix)
nilai tukar akhir antara rupiah dengan mata uang asing, dapat dilakukan sesuai
dengan metode pembukuan yang dianut dengan kurs tetap atau kurs fluktuasi.
Sesuai dengan metode kurs tetap, pengakuan keuntungan atau rugi selisih kurs
pada saat realisasi. Sedangkan sesuai dengan metode fluktuasi, keuntungan atau
rugi selisih kurs timbul saat akhir tahun dengan membandingkan kurs tengah
akhir tahun dengan kurs awal tahun saat terjadinya bila timbul pada tahun
berjalan. Pemiliahan metode pembukuan selisih kurs ini harus dilakukan dengan
konsisten dan taat azas.
(xi)
xlvi
Teknis pengalokasian
xlvii
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dignakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
A. Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian dilakukan di Kantor PT. Jamsostek (Persero)
Cabang Medan yang berlokasi di Jl. Kapt. Pattimura No 334 Medan dan waktu
penelitian dimulai pada bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Mei 2010.
B. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan berupa Penelitian Lapangan (Field
Research). Penelitian lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian
mengenai kegiatan yang berhubungan dengan internal audit.
b. Wawancara, yaitu dengan pengumpulan data melalui tanya jawab dengan
bagian internal auditor dan bagian Akuntansi.
C. Jenis Data
1. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut
sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan
laporan keuangan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan Metode Deskriptif yaitu
suatu metode dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan
dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan
masalah yang dihadapi.
33
xlviii
E. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian adalah sebagai berikut:
No
Tahapan Penelitian
1
2
3
4
5
6
Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal
Pengumpulan Data
Seminar Proposal
Penulisan Laporan
Penyelesaian Laporan
Januari
2010
Februari
2010
xlix
Maret
2010
April
2010
Mei
2010