Professional Documents
Culture Documents
Adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Infeksi ini terjadi di seluruh
dunia tetapi lebih sering ditemukan di daerah beriklim hangat dengan tingkat kebersihan yang
buruk.
Penyebab
Penyebabnya adalah Ascaris lumbricoisdes, suatu cacing gelang usus.
Epidemiologi Askariasis
Indonesia memiliki prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 6090 %. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah di sekitar
halaman rumah, di bawah pohon, tempat mencuci, dan pembuangan sampah. Tanah liat
dengan kelembaban tinggi dan suhu berkisar antara 25-30C merupakan keadaan yang baik
untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif. Anjuran mencuci
tangan sebelum makan, menggunting kuku secara teratur, dan pemakaian jamban keluarga
serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan lingkungan merupakan tindakan pencegahan
askariasis.
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda kedua yang paling banyak menginfeksi manusia.
Ascaris telah dikenal pada masa Romawi sebagai Lumbricus teres dan mungkin telah
menginfeksi manusia selama ribuan tahun. Jenis ini banyak terdapat di daerah yang beriklim
panas dan lembab, tetapi juga dapat hidup di daerah beriklim sedang.
Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan
berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur.
Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis
sekitar 70-80%.
dewasa
embrio
bentuknya silindris dengan
ujung anterior meruncing. Betina berukuran 20-35cm, sedang pada jantan berukuran 1531cm. Jenis ini mempunyai tiga buah bibir yang sempurna. Ascaris memiliki beberapa jenis
telur. Telur yang dibuahi bentuknya oval melebar, mempunyai lapisan tebal (luar: albuminoid,
dalam: hialin) dan benjol-benjol, umumnya berwarna coklat keemasan dengan panjang
7550mm. Telur yang belum dibuahi, umumnya lebih oval dengan panjang 9050mm
dengan lapisan lebih tipis daripada telur yang dibuahi. Sering kedua jenis telur ini terdapat
dalam satu spesimen tinja. Jika tidak ditemukan telur yang dibuahi maka di dalam usus hanya
terdapat cacing betina saja.
Infeksi pada manusia terjadi karena menelan telur matang dari tanah yang terkontaminasi.
Telur yang tertelan akan menetas di duodenum, kemudian secara aktif menembus dinding
usus dan via sirkulasi portal menuju jantung kanan. Kemudian larvanya masuk ke dalam
sirkulasi pulmonal dan tersaring kapiler. Setelah kira-kira 10 hari di paru-paru, larva
menempus kapiler dan masuk ke alveoli, melalui bronchi bermigrasi sampai trakea dan
faring, lalu tertelan. Cacing akan menjadi matur dan kawin di dalam usus dan memproduksi
telur yang akan keluar bersama tinja. Siklus ini membutuhkan waktu 8-12minggu mencapai
27.000.000 telur.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan
Animalia
Filum
Nematoda
Kelas
Secernetea
Ordo
Ascaridida
Famili
Ascarididae
Genus
Ascaris
spesies
A.lumbricoides
Nama Binomial
Ascaris lumbricoides
Siklus hidup
Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung
telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. bila terdapat
orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci
tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan
menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran,
yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru.
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea,
kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva
akan menjadi cacing dewasa.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya
akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini
membuang tinjanya tidak pada tempatnya.
bersifat sementara. Foto torax menunjukkan ilfiltrat yang menghilang dalam tiga minggu.
Keadaan ini disebut sindroma Loeffler.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti
tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke
saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian
masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.
Telur askarasis infektif
Usus halus
Larva labdivormis
Fase perpindahan
larva dari darah
ke paru - paru
Manifestasi klinik
Fase cacing
dewasa
Usus halus
Venula, limfa,
hati, hati,
jantung, paru
Larva merusak
kapiler
Glotis, epiglotis
dan esofagus
Kembali ke usus
Cacing dewasa
Gejala klinis akibat askaris dapat asimtomatis. Gejala yang timbul biasanya sesuai dengan
organ yang dilalui oleh larva atau cacing dewasa (migrasi)
Gejala yang nyata bervariasi dapat berupa :
Nyeri perut dengan kolik di daerah epigastrium
Perut buncit (pot belly)
Mual, kadang kadang sampai muntah
Penderita cengeng
Anoreksia
Susah tidur
Diare
Bila dikelompokan menurut askaris gejala klinis dapat berupa :
Spoliative action
Toksin
Alergi
Trauma action
Erratic action
Irritative action
Diagnosis Banding
Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria , Loefflers syndrome
dan asma . Pneumonitis yang disebabkan Ascaris lumbricoides menyerupai gejala
Pneumonitis yang disebabkan cacing tambang atau Strongiloides . Cacing ini dapat
merupakan pencetus untuk terjadinya pankreatitis , apendisitits , divertikulitis dan lain-lain .
Keterangan
Ascaris lumbricoides
Necator americanus,
Ancylostoma
Strongloldes stercoralis
duodenale
Angka kejadian
1221
740
50
Daerah endemik
Seluruh dunia
Daerah panas
Daerah panas
Tahap infektif
Telur
Filariform larva
Filariform larva s
Jalur infeksi
Oral
Percutaneous
Percutaneous
atau
autoinfection
Lokasi dan
Lumen jejunum
Mukosa jejunum
15-40 cm
7-12 mm
2mm
Iya
Iya
17-28
gastrointestinal
Ukuran dewasa
60-75
40-100
Lama
1 th
240,000
th
A. duodenale : 6-8 th
autoinfection
N.
5000-10,000
americanus
4000-10,000
A.
duodenale
10,000-25,000
Gejala utama
Gejala gastrointestinal;
(krn
Tahap diagnostik
biller
berat
hyperinfection
Mebendazole
Albendazole
Pyrantel pamoat
Ivermectin
Mebendazole
Pyrantel pamoat
Albendazole
Ivermectin
Pengobatan :
Piperazin , merupakan obat pilihan utama
Heksilresorsinol
Pirantel pamoat
Tetramisol
Cara diagnosis
Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung.
Adanya telur memastikan diagnosis askariasis. Diagnosis juga dapat dibuat bila cacing
dewasa keluar sendiri baik melalui hidung, mulut, maupun tinja.
Infeksi oleh cacing dewasa biasanya didiagnosis berdasarkan adanya telur did alam contoh
tinja.
Kadang di dalam tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa dan di dalam
dahak ditemukan larva.
Jumlah eosinofil di dalam darah bisa meningkat.
Tanda-tanda adanya perpindahan parasit bisa terlihat pada foto rontgen dada
Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau masal pada masyarakat. Untuk
perorangan dapat diberikan piperasin dosis tunggal untuk dewasa 3-4gram, anak 25mg/kgBB;
pirantel pamoat dosis tunggal 10mg/kgBB; mebenzadol 2x100mg/hr selama 3hr atau 500mg
dosis tunggal; albenzadol dosis tunggal 400mg.
Pengobatan masal diperlukan beberapa syarat seperti :
Prognosis
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai
70 hingga 99%.
Patofisiologi
Siklus hidup parasit Ascaris menyerupai Trichuris trichiura, tetapi parasit Ascaris juga sampai
ke paru-paru. Setelah menetas, larva akan berpindah ke dinding usus halus dan dibawa oleh
pembuluh getah bening serta aliran darah ke paru-paru. Di dalam paru-paru, larva masuk ke
dalam kantung udara (alveoli), naik ke saluran pernafasan dan akhirnya tertelan. Larva
mengalami pematangan di dalam usus halus dan disini menetap sebagai cacing dewasa.
Cacing
dewasa
memiliki
panjang
15-50
cm
dengan
diameter
0,25-0,5
cm.
Gejala bisa timbul sebagai akibat berpindahnya lara melalui paru-paru dan akibat adanya
cacing dewasa di dalam usus.