You are on page 1of 33

LAPORAN FARMAKOLOGI

PENGGOLONGAN OBAT ANALGESIK DAN ANALISA RESEP OBAT

KELOMPOK :
1. Johan Heri Pratikno
2. Mohd. Haris
3. Marhaban
4. Rommy Almico
5. Yuni Agnes Lubis
6. Yulliza Kurniawaty L
7. Nona Novia Hanny
8. Nur Harafah
9. Anggun Rahmati
10. Lutfi Habibah
11. Maya sofiana
12. Ayu Tifani
13. Poppy Marzuki
14. Mahyudi

PEMBIMBING : dr. Mustafa


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2013

BAB II
PEMBAHASAN
1. Asam Mefenamat
1.1 Pengertian Asam mefenamat
Nama & Struktur Kimia N-(2,3-Xylyl) antranilic acid. Sifat fisiko kimia
Pemberian serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih kurang
230oC disertai peruraian, larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam methanol; praktis tidak larut dalam air.
Asam mefenamat memiliki kelarutan yang kecil dalam air (0,0041gr/100 ml (25 oC) dan
0,008 g/100 ml (37oC) pada PH 7.1). Kelarutan asam mefenamat yang kecil dalam air

menjadikan tahap penentu kecepatan terhadap bioavailabilitasnya adalah laju disolusi


asam mefenamat dalam media aqueous.

Gambar : molekul Asam Mefenamat


Asam Mefenamat adalah termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai NSAID (Non
Steroidal Antiinflammatory Drugs) dan Asam mefenamat merupakan derivat asam
antranilat. Asam mefenamat biasa digunakanuntuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri,

namun lebih sering diresepkan untuk mengatasi sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi dan
sakit ketika atau menjelang haid.Seperti juga obat lain, tentunya asam mefenamat dapat
menyebabkan efek samping. Contoh yang sering terjadi adalah merangsang dan merusak
lambung. Sebab itu, asam mefenamat sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang mengidap
gangguan lambung,dan sebaiknya diberikan pada saat lambung tidak dalam kondisi
kosong atau setelah makan.
Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik
Narkotik). Efek samping obat analgesik perifer:kerusakan lambung, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Asam mefenamat juga termasuk dalam label obat keras (lihat label gambar pada
kemasan) yang artinya harus dengan resep dokter serta penggunaanya perlu diawasi.
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat
pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan.
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsiadan gejala iritasi
lain terhadap mukosa lambung. Adapun nama dagang obat yangmengandung asam
mefenamat adalah mefamat, mefinter, mefix, megastan,panstonal forteponstan, pondex,
ponalar.

1.2 Farmakokinetika
Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran gastrointestinal apabila
diberikan secara oral. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1 sampai 2 jam setelah
pemberian2x250 mg kapsul asam mefenamat; Cmax dari asam mefenamat bebas adalah
sebesar3.5g/mL dan T1/2 dalam plasma sekitar 3 sampai 4 jam. Pemberian dosis tunggal
secara oral sebesar 1000 mg memberikan kadar plasma puncak sebesar 10 g/mLselama
2 sampai 4 jam dengan T1/2 dalam plasma sekitar 2 jam. Pemberian dosis ganda
memberikan kadar plasma puncak yang proporsional tanpa adanya bukti akumulasi dari obat.
Pemberian berulang asam mefenamat (kapsul 250 mg) menghasilkan kadar plasma
puncak sebesar 3.7 sampai 6.77g/mL dalam 1 sampai 25 jam setelah pemberian
masing-masing dosis.
Asam mefenamat memiliki dua produk metabolit, yaitu hidroksimetil dan turunan
suatu karboksi, keduanya dapat diidentifikasi dalam plasma dan urin. Asammefenamat
dan metabolitnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian besar
diekskresikan lewat urin tetapi ada juga sebagian kecil yang melalui feces. Pada
pemberian dosis tunggal, 67% dari total dosi diekskresikan melalui urin sebagai obat
yang tidak mengalami perubahan atau sebagai 1 atau 2 metabolitnya. 20-25% dosis
diekskresikanmelalui feces pada 3 hari pertama.
1.3 Farmakodinamika
Asam mefenamat dapat digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri sedang dalam berbagai
kondisi seperti nyeri otot, nyeri sendi, nyeri ketika atau menjelang haid, sakit kepaladan sakit gigi.
Secara terperinci efek dari asam mefenamat antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Nyeri perut ketika masa menstruasi (dysmenorrhoea)


Pendarahan yang tidak normal pada saat menstruasi
Sakit kepala
Penyakit yang disertai dengan radang
Nyeri otot (myalgia)
Osteoarthritis
Nyeri dan inflamasi
Nyeri pada saat melahirkan
Nyeri ketika dioperasi
Sakit gigi
Karena asam mefenamat termasuk kedalam golongan (NSAID), maka kerjautama

kebanyakan nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAID) adalah sebagai penghambat


sintesis prostaglandin, sedangkan kerja utama obat anti radangglukokortikoid
menghambat pembebasan asam arakidonat.

Asam mefenamat bekerja dengan membloking aktivitas dari suatu enzimdalam


tubuh yang dinamakan siklooksigenase. Siklooksigenase adalah enzim yang berperan pada
beberapa proses produksi substansi kimia dalam tubuh, salah satunya adalah prostaglandin. Prostaglandin
diproduksi dalam merespons kerusakan/adanya luka ataupenyakit lain yangmengakibatkan rasa
nyeri, pembengkakan dan peradangan. Prostaglandin (PG) sebenarnya bukan sebagai
mediator radang lebih tepat dikatakan sebagai mudulator dari reaksi radang. Sebagai
penyebab radang, prostaglandin (PG) bekerja lemah, berpotensi kuat setelah
berkombinasi dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan secara lokal, autakoid
seperti histamin,serotonin, PG lain dan leukotrien. Prostaglandinpaling sensibel pada
reseptor rasa sakit didaerah perifer. Prostaglandin merupakanvasodilator potensial,
dilatasi terjadi pada arteriol, prekapiler, pembuluh sfingter dan postkapiler venula.
Walaupun PG merupakan vasodilator potensial tetapi bukansebagai vasodilator universal.
Selain PG dari alur sikooksigenase jugadihasilkantromboksan. Tromboksan A2
berkemampuan menginduksi agregasi platelet maupunreaksi pembebasan platelet
Nama dagang : Mefinal (Sanbe), Mefetan (Kalbe)
Komposisi :
Tiap kaplet salut selaput mengandung :Asam mefenamat 500 mg
Cara Kerja Obat :
Asam Mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan cara
menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim
siklooksigenase sehingga mempunyai efekan algesik, anti inflamasi dan antipiretik.
Indikasi :
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala,sakit gigi,
dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma,nyeri ototdannyeri sesudah oprasi.
Over dosis
Jika terjadi over dosis maka pasien harus dirangsang muntah atau pasien diberi arang
aktif (karbo adsorben) untuk menyerap obat.
Kontra indikasi

Pasien yang hipersensitif terhadap Asam Mefenamat.


Pasien yang dengan aspirin mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan

urtikaria.
Penderita dengan tukak lambung dan usus.
Penderita dengan ganguan ginjal yang berat.

Efek Samping

sistem pencernaan :mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal.
Sistem hematopoetik: leukopenia, eosinophilia, trombocytopenia,

agranulocytopenia.
Sistem saraf:rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia

dan

Peringatan dan Perhatian


Sebaiknya diminum sesudah makan.

Hati-hati jika digunakan pada wanita hamil dan menyusui.

Keamanan penggunaan pada anak-anak di bawah 14 tahun belum diketahui


dengan pasti.

jangan digunakan lebih dari 7 hari atau melebihi dosis yang dianjurkan kecuali
atas petunjuk dokter

dapat timbul reaksi alergik terutama asma,

jangan diberikan pada penderita penyakit bronkopasma, rhinitis alergi, urtikaria


atau pasien yang menggunakan obat non steroid anti inflamasi karena mungkin
menyebabkan cross sensitivitas.

Interaksi Obat
Penggunaan bersamaan denganantikoagulanoral dapat memperpanjang "prothrombin".
Dosis Pemakaian :
Dewasa dan anak-anak > 14 tahun :
Dosis awal : 500 mg, kemudian dianjurkan 250 mg tiap 6 jam sesuai kebutuhan.
2. Parasetamol
2.1 Pengertian Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara
kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal
sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu,
melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002).
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah
digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai

daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak
menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993).
Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid
sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga
efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai
sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung,
2011).
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan
asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol
tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan
lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun
Parasetamol.
Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang paling
ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya
digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter. Dari
penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal dengan
Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri.
(Sartono 1996)
2.2 Struktur Kimia Parasetamol

Sifat Zat Berkhasiat


Menurut Dirjen POM. (1995), sifat-sifat Parasetamol adalah sebagai berikut:
Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida
Berat Molekul : 151.16
Rumus Empiris : C8H9NO2.
Sifat Fisika
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam etanol.

Jarak lebur : Antara 168 dan 172.


2.3 Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum
puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati,
sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi
dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu
hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif
dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus
sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan
dengan sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002)

2.4 Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan
suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti
salisilat.

Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin
tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis
prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat
pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.
(Mahar Mardjono 1971)
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase.
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda.
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase
perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang
ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol
menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini
menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi
demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian
pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009)
Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai
antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.
(Cranswick 2000)
Kontra Indikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini.
(Yulida 2009)
2.5 Sediaan dan Posologi
Parasetamol tersedi sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500mg atau sirup yang
mengandung 120mg/5ml. Selain itu Parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi
tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan.
Dosis Paracetamol
Dosis Parasetamol untuk dewasa 300mg-1g per kali, dengan maksimum 4g per hari,
untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6

tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari. .(Mahar Mardjono
1971).
2.6 Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya
berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada
mukosa. Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian
kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, defisiensi
enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal.
Methemoglobinemia dan Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada
dosis

terapi,

karena

hanya

kira-kira

1-3%

Hb

diubah

menjadi

met-Hb.

Methemoglobinemia baru merupakan masalah pada takar lajak. Insidens nefropati


analgesik berbanding lurus dengan penggunaan Fenasetin. Tetapi karena Fenasetin
jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan sebab akibat sukar disimpulkan.
Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal lebih mudah terjadi
akibat Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara
menahun terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan nefropati analgetik.
2.7 Mekanisme Toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit Parasetamol bersifat hepatotoksik,
didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan
diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih produksi metabolit hepatotoksik
meningkat melebihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga metabolit
tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena
itu pada penanggulangan keracunan Parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi
sintesa glutation. Dengan proses yang sama Parasetamol juga bersifat nefrotoksik.
Dosis Toksik
Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa berpotensi
hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat menyebabkan
hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati. Dosis lebih dari 20g
bersifat fatal. Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat-obat yang
menginduksi enzim hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik meningkat karena
produksi metabolit meningkat.

Gambaran Klinis
Gejala keracunan parasetamol dapat dibedakan atas 4 stadium :
a. Stadium I (0-24 jam)
Asimptomatis atau gangguan sistem pencernaan berupa mual, muntah, pucat,
berkeringat. Pada anak-anak lebih sering terjadi muntah-muntah tanpa berkeringat.
b. Stadium II (24-48 jam)
Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan menghilang dan muncul ikterus,
nyeri perut kanan atas, meningkatnya bilirubin dan waktu protombin. Terjadi pula
gangguan faal ginjal berupa oliguria, disuria, hematuria atau proteinuria.
c. Stadium III ( 72 - 96 jam )
Merupakan puncak gangguan faal hati, mual dan muntah muncul kembali, ikterus dan
terjadi penurunan kesadaran, ensefalopati hepatikum.
d. Stadium IV ( 7- 10 hari)
Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresif dapat terjadi
sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian. (Lusiana Darsono
2002)
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan :
a. Adanya riwayat penggunaan obat.
b. Uji kualitatif: sampel diambil dari urin, isi lambung atau residu di tempat
kejadian. Caranya: 0,5ml sampael + 0,5ml HCL pekat, didihkan kemudian
dinginkan, tambahkan 1ml larutan O-Kresol pada 0,2ml hidrolisat, tambahkan
2ml larutan ammonium hidroksida dan aduk 5 menit, hasil positip timbul warna
biru dengan cepat. Uji ini sangat sensitive
c. Kuantitatif:
Kadar dalam plasma diperiksa dalam 4 jam setelah paparan dan dapat dibuat
normogram untuk memperkirakan beratnya paparan.
d. Pemeriksaan laboratorium:
Elektrolit, glukosa, BUN, kreatinin, transaminase hati dan prothrombin time.
Penanganan
a. Dekontaminasi
Sebelum ke Rumah Sakit:

Dapat diberikan karbon aktif atau sirup ipekak untuk menginduksi muntah pada
anak-anak dengan waktu paparan 30 menit.
Rumah Sakit:
Pemberian karbon aktif, jika terjadi penurunan kesadaran karbon aktif diberikan
melalui pipa nasogastrik. Jika dipilih pemberian metionin sebagai antidotum untuk
menstimulasi glutation, karbon aktif tidak boleh diberikan karena akan mengikat dan
menghambat metionin.
b. Antidotum

N-asetilsistein merupakan antidotum terpilih untuk keracunan Parasetamol. Nasetil-sistein bekerja mensubstitusi glutation, meningkatkan sintesis glutation dan
mening-katkan konjugasi sulfat pada parasetamol. N-asetilsistein sangat efektif
bila diberikan segera 8-10 jam yaitu sebelum terjadi akumulasi metabolit.

Methionin per oral, suatu antidotum yang efektif, sangat aman dan murah tetapi
absorbsi lebih lambat dibandingkan dengan N asetilsistein

Dosis - Cara pemberian N-asetilsistein


a. Bolus 150 mg /KBB dalam 200 ml dextrose 5 % : secara perlahan selama 15 menit,
dilanjutkan 50 mg/KBB dalam 500 ml dextrose 5 % selama 4 jam, kemudian 100
mg/KBB dalam 1000 ml dextrose melalui IV perlahan selama 16 jam berikut.
b. Oral atau pipa nasogatrik
Dosis awal 140 mg/ kgBB 4 jam kemudian, diberi dosis pemeliharaan 70 mg / kg BB
setiap 4jam sebanyak 17 dosis. Pemberian secara oral dapat menyebabkan mual dan
muntah. Jika muntah dapat diberikan metoklopropamid ( 60-70 mg IV pada dewasa ).
Larutan N-asetilsistein dapat dilarutkan dalam larutan 5% jus atau air dan diberikan
sebagai cairan yang dingin. Keberhasilan terapi bergantung pada terapi dini, sebelum
metabolit terakumulasi.
2.8 PAMOL
KOMPOSISI :
PAMOL" Sirop
Tiap sendok takar (5ml) mengandung:
Paracetamol
: 120 mg
PAMOL Tablet
: Tiap Tablet mengandung Paracetamol 500 mg
CARA KERJA OBAT:
Paracetamol merupakan derivat para-aminofenol, bekerja sebagai analgesik dan
antipiretik.
INDIKASI:

Untuk meringankan:
- Rasa sakit atau nyeri, misalnya : sakit kepala, sakit gigi, sesudah pencabutan gigi,
nyeri pada otot.
- Demam misalnya karena imunisasi.
KONTRA INDIKASI:
- Penderita yang hipersensitif terhadap Paracetamol.
EFEK SAMPING:
- Jarang terjadi, efek samping yang tidak spesifik pada pemakaian Paracetamol
pernati dilaporkan.
- Mual, muntah, diare, diaforesis, pallor dan sakit perut.
- Pada dosis besar dan pemakaian lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
PERINGATAN/PERHATIAN:
- Hati-hati bila digunakan pada pasien dengan penyakit ginjal menghilang, segera
-

hubungi dokter atau Unit Pelayanan Kesehatan.


Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan

resiko kerusakan fungsi hati.


INTERAKSI OBAT:
- Paracetamol memperkuat kerja vasopresin.
- Polysorbate mempercepat absorpsi Paracetamol.
- Paracetamol memperkuat efek beberapa obat antihipertensi dengan jalan
-

menambah efek depresi susunan saraf pusat.


Propantheline menghambat absorpsi Paracetamol.
Metoclopramide mempercepat pengosongan lambung sehingga mgmpercepat

absorpsi Paracetamol dengan demikian mempercepat efek analgesik.


ATURAN PAKAI:
PAMOL* Sirop :
Dibawah 1 tahun
: 1/2-1 sendok takar, 3 kaii sehari.
1-5tahun
: 1-2 sendok takar, 3 kali sehari.
6-12tahun
: 2-4 sendok takar, 3 kali sehari.
1 sendok takar = 5 ml.
Atau menurut petunjuk dokter.
PAMOL'Tablet
Dewasa :
: 1-2 tablet, 3-4 kali sehari.
6-12 tahun : 1/2-1 tablet, 3-4 kali sehari.
Atau menurut petunjuk dokter.
KEMASAN:
PAMOL'Sirop
Botol berisi 60 ml netto dilengkapi dengan sendok takar. Reg.No.: DBL9117606937A1
SIMPAN Dl BAWAH 30C
TERLINDUNG DARI CAHAYA. JANGAN DISIMPAN DALAM LEMARI
PEMBEKU

3. AMOXICILLIN 500 INF


3.1 FARMAKODINAMI
Amoxicillin ( alpha amino p hydoxy benzyl penicillin ) adalah derivat
dari 6 aminopenicillonic acid, merupakan antibiotika berspektrum luas yang mempunyai
daya kerja bakterisida. Amoxicillin, aktif terhadap bakteri gram positif maupun bakteri
gram negatif. Bakteri gram positif: Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridan,
Streptococcus faecalis, Diplococcus pnemoniae, Corynebacterium sp, Staphylococcus
aureus, Clostridium sp, Bacillus anthracis. Bakteri gram negatif: Neisseira gonorrhoeae,
Neisseriameningitidis, Haemophillus influenzae, Bordetella pertussis, Escherichia coli,
Salmonella sp, Proteus mirabillis, Brucella sp.
3.2 FARMAKOKINETIK
Amoxicillin diserap secara baik sekali oleh saluran pencernaan. Kadar bermakna
didalam serum darah dicapai 1 jam setelah pemberian per-oral. Kadar puncak didalam
serum darah 5,3 mg/ml dicapai 1,5-2 jam setelah pemberian per-oral. Kurang lebih 60%
pemberian per-oral akan diekskresikan melalui urin dalam 6 jam.
3.3 KANDUNGAN
Amoksisilina Trihidrat
KOMPOSISI :
Tiap kapsul mengandung Amoxicillin Anhidrat 250 mg
Tiap kaplet mengandung Amoxicillin Anhidrat 500 mg

CARA KERJA OBAT :


Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas
yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram
negatip yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara lain :
Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli,
dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta
laktamase.

INDIKASI

Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip yang peka terhadap
Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut
dan kronik, pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi,
infeksi kulit dan jaringan lunak.

DOSIS :
Disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi
-

Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per hari

dibagi dalam 3 dosis.


Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam dosis

terbagi, diberikan tiap 8 jam sebelum makan.


Pada infeksi yang lebih berat digunakan dosis yang lebih besar atau menurut petunjuk

dokter.
Untuk gangguan ginjal dengan kreatinin klirens 10 ml/menit, dosis tidak boleh lebih

dari 500 mgtiap 12 jam.


Untuk gonorhea yang tidak terkomplikasi: Dewasa : 3 gram Amoxicillin dosis tunggal.

Anak-anak pra pubertas : 50 mg/kg BB Amoxicillin + 25 mg /kg BB Probenecid diberikan


bersama dalam dosis tunggal.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :


-

Penggunaan dosis tinggi dalam jangka lama dapat menimbulkan super infeksi (biasanya
disebabkan Enterobacter, Pseudomonas, S. aureus, Candida) terutama pada saluran

gastro intestinal.
Pemakaian pada wanita hamil belum diketahui keamanannya dengan pasti.
Hati - hati pemberian pada wanita menyusui daparmenyebabkan sensitifitas pada bayi.
Pada kasus gonorhea : hati-hati penggunaan pada anak-anak karena probenecid

dikontra-indikasikan untuk anak-anak dibawah 2 tahun.


Pengobatan dengan Amoxicillin dan jangka waktu yang lama harus disertai dengan

pemeriksaan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah.

EFEK SAMPING :
-

Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urticaria, ruam kulit,
angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan

stomatitis.
Kemungkinan reaksi anafilaksi.

KONTRA INDiKASI :
-

Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya.


Bayi baru lahir dimana ibunya hipersensitif terhadap Penicillin atau turunannya.
Jangan digunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang sendi karena
Amoxicillin oral tidak menembus ke dalam cairan cerebrospinal atau sinovial.

INTERAKTIF OBAT :
-

Probenecid memperiambat ekskresi Amoxicillin


Penggunaan bersama-sama allopurinol dapat meningkatkan terjadinya reaksi kulit.

CARA PENYIMPANAN :
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

KEMASAN

Amoxicillin kapsul 250 mg dus 10 strip @ 10 kapsul No. Reg. GKL 0007113501 A1
Amoxicillin kapiet 500 mg dus 10 strip @ 10 kaplet No. Reg. GKL 0007113604 A1

4. NEUROBION
4.1 Susunan Vitamin
Struktur kimia dari vitamin yang larut dalam air sangat beraneka ragam, tetapi
mereka mempunyai sifat molekul plar, sehingga larut dalam air. Semua vitamin yang
larut dalam air, dapat disintesis oleh tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan, biji-bijian,
sayuran berdaun hijau dan ragi) kecuali vitamin B12. vitamin B komplek dan vitamin C
karena ke larutannya dalam air, tidal dapat disimpan lama dalam bentuk stabil, harus
disediakan terus menerus dalam makanan, kecuali vitamin B12, pada hati manusia dapat
disimpan untuk persediaan beberapa tahun. Semua vitamin yang larut dalam air, kecuali
vitamin C, berfungsi sebagai koenzim atau kofaktor dalam reaksi enzimatik.
Vitamin B, Koenzim, dan fungsi Enzimatiknya
Vitamin
Tiaminin

Bentuk koenzim
Tiaminin pirofosfat (TPP)

Fungsi enzimatik
Transfer atau pengangkatan
gugus aldehida

Flavin adenin dipuklotida (FAD)


Flovida mononukleotida (FMN)

Transfer hidrogen
Transfer hidrogen
Transfer hidrogen

Asam

Nikotinamida adenin dinukletida


(NAD+)
Nikotinamida adenin demikleotida
fosfat (NADP+)
Koenzim A (KoA)

fantolenat
Peridoksen

Peridoksalfosfat

(B6)
Biotin

Transfer gugus amino, gugus


karboksil dari rasenisasi.

Biotin

Asam falat
Vitamin B12

Asam titrahidroksi falat


Koenzim B12

Transfer atau pengangkatan


gugus karboksial
Transfer satu C
Pergeseran 1,2 dari atom
hidrogen, karier gugusan
metil
Transfer gugus asil

(B1)
Reboflovin
(B2)
Nikotinamid
a

Asam lipoat
Lipoatmid
Sumber : Frank B. Amstrong 1989

4.2 Tiamin (Vitamin B1)

Transfer atau karier gugus


asil

a. Kimiawi
Tiamin (vitamin B1) diperlukan dalam makanan semua hewan, kecuali hewan
memamah biak. Tiamin dijumpai pada semua tumbuhan, tetapi dalam konsentrasi,
tinggi terdapat dalam padi-padian sebagai molekul bebas, lapisan luar dari biji padipadian kaya akan tiamin. Kekurangan tiamin pada diet manusia menyebabkan penyakit
beri-beri, suatu penyakit yang ditandai tidak terkendalinya syarat, paralisis dan
kehilangan berat badan. Tiamin pertama kali diisolasi dan dimurnikan tahun 1926, dan
struktur kimianya ditentukan pada awal tahun 1930-an oleh Robert R. Williams di
Amerika Serikat.
Struktur kimia teamin, mengandung, sistem dua cincin yaitu perimidin dan tiazol.
Pada jaringan hewan tiamin terutama terdapat sebagai tiamin pirofosfat atau kimia
difosfat (TPP), yang merupakan bentuk koenzimnya.

NH2

H3C

CH2

HC

N
CH2

CH2OH

CH3

Tiamin (vitamin B1)

NH2

C
C
N

HC

CH2

N
C

H3C

CH2

CH3

Tiami pirofosfat (TPP)

P
O

O
O

P
O

Tiamin penafosfat berfungsi sebagai koenzim pada beberapa reaksi penting dalam
metabolis karbohidrat, yang melibatkan pengangkatan atau transfer, gugus aldehida dari
molekul donor menjadi molekul penerima. Pada reaksi tersebut TPP berfungsi sebagai
senyawa perantara yang membawa gugus aldehida yang terikat secara kovalen pada
cincin tiazol. Contohnya adalah reaksi yang dekatalisis oleh enzim perivat
dekarboksilase yang merupakan langkah penting dalam permentasi glukosa oleh klamer
untuk menghasilkan alkohol pada reaksi dekarboksilasi piruvat, gugus korboksil dari
piruvat dikeluarkan sebagai CO2 dan sisa molekul piruvat yang kadang-kadang disebut
sebagai asetaldehida aktif, secara bersamaan dipindahkan ke posisi C-2 dari cincin
taizol (tempat reaktif TPP) yang terikat kuat dengan TPP untuk menghasilkan turunan
hidroksietil. Senyawa antara ini hanya sementara terdapat, karena gugus hidroksielil
dilepaskan dengan cepat dari koenzim untuk menghasilkan asetaldehida bebas.

CH3

COO +
H2O

Dekarboksilase
piravat

CH3

HCO3-

Reaksi dalam Tahapan


Piruvat + H2O + TPP E
-hidroksietil-TPP-E

-hidroksietil-TPP-E + HCO3Asetaldehida + TPP-E

TPP juga mempunyai peran sebagai koenzim dari enzim dehidrogenase piruvat dan
dehidrogenase -ketoglutarat yang lebih kompleks. Reaksi ini terjadi pada lintas utama
oksidasi karbohidrat di dalam sel.
b. Farmakodinamik dan fisiologi
Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan efek
farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian intravena secara cepat dan dapat terjadi
efek langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai
penurunan tekanan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam
metabolisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula darah.
Dosis toksik pada hewan coba adalah 125-300 mg/kgBB secara iv dan kira-kira 40

kalinya untuk pemberian oral. Pada manusia reaksi toksik setelah pemberian parenteral
biasanya terjadi karena reaksi alergi.
Tiamin piroposfat adalah bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim
dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat
dalam darah merupakan salah satu tanda defisiensi tiamin.
Defisiensi tiamin
Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak
pada sistem saraf dan kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis perifer
dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti
hiperestesia,anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar. Kekuatan otot semakin berkurang dan
pada keadaan berat dapat terjadi kelumpuhan tungkai. Kelainan pada SSP dapat berupa
depresi, kelelahan, lekas tersinggung serta menurunkannya kemampuan konsentrasi dan
daya ingat. Gejala yang timbul pada sistem kardiovaskular dapat berupa gejala
insufisiensi jantung anatara lain sesak nafas setelah kerja jasmani, palpitasi, takikardi,
gangguan ritme serta pembesaran jantung dan perubahan elektrokardiogram. Pada saluran
cerna gangguan dapat berupa konstipasi, nafsu makan berkurang, perasaan tertekan dan
nyeri didaerah epigastrium. Beri-beri basah adalah bentuk defisiensi tiamin yang disertai
dengan edema. Bengkak ini terjadi karena hipoprotrombinemia dan gangguan fungsi
jantung.

c. Farmakokinetik
Setelah pemberian parenteral absorbsi berlangsung cepat dan sempurna. Absorbsi
berlangsung cepat dan sempurna dalam usus halus dan duodenum, maksimal 8-15
mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg. Dalam satu hari sebanyak
1 mg tiamin tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika asupan jauh melebihi
jumlah, maka zat ini akan dikeluarkan melalui urin sebagai tiamin atau pirimidin.
Efek Samping
Tiamin tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral dan bila kelebihan
tiamin cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang reaksi anafilaktoid dapat terjadi

setelah pemberian intravena dosis besar pada penderita yang sensitive, dan beberapa
diantaranya bersifat fatal.
Sediaan dan Indikasi
Tiamin HCl (Vitamin B1, aneorin HCL) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg,
larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan eklisir mengandung 2-25 mg
tiamin tiap ml.
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan defisiensi tiamin dengan
dosis 2-5 mg/hari

untuk pencegahan defisiensi dan 5-10 mg tiga kali sehari untuk

pengobatan defisiensi. Dosis lebih besar parenteral dianjurkan untuk kasus berat akan
tetapi respons tidak meningkat dengan dosis lebih dari 30 mg/hari. Tindakan pencegahan
dilakukan pada penderita dengan gangguan absorpsi, misalnya pada diare kronik, atau
pada keadaan dengan kecepatan metabolisme yang meningkat.
Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan oleh
defisiensi tiamin, misalnya pada (1) neuritis alkoholik yang terjadi karena sumber kalori
hanya alkohol saja; (2) wanita hamil yang kurang gizi; atau (3) penderita emesis
gravidarum. Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai anemia, penyakit infeksi
dan pemakaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang-kadang dapat memberikan Tiamin
juga digunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yang
dasarnya defisiensi tiamin

Piridoksin (Vitamin B6)


Pendokpin atau vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yang berhubungan erat,
yaitu peridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Ketiganya tersebar luas di alam baik pada
hewan maupun tumbuhan. Padi-padian termasuk sumber yang sangat kaya vitamin B6.
Bentuk aktif vitamin B6 :
CH2OH
HO

H3C

CH2OH

CH2NH2

CHO
HO

H3C

CH2OH

HO

H3C

CH2OH

Piridoksin

Piridoksal

Pitidoksamin

Bentuk aktif dari vitamin B6 adalah peridoksal fosfat, yang selalu terdapat dalam bentuk
aminopiridoksumin fosfat, yang berfungsi sebagai gugus prostetik sejumlah enzim yang
mengkatalisis reaksi mentabalisme asam amino, transaminasi, dekarboksilasi dan
rasemisasi. Walaupun reaksi-reaksi ini dikatalisis oleh

enzim yang berlainan, tetapi

koenzimnya sama yaitu piridoksal fosfat.

HO

MgADP

MgATP

CH2OH

CH2OH

CH2OH

HO

CH2

Piridoksal Kinase

H3C

PIridoksal

Piridoksal fosfat

O-

CHO
HO

CH2

O-

CH2-NH2
O-

HO

CH2

H3C

Piridoksal fosfat, bentuk


penerima gugus amino

OH

H3C

P
O

H3C

Piridoksamin fosfat, bentuk


penerima gugus amino

O-

Pada gambar transaminasi yang dikatalisis oleh transaminasi atau aminotransferase,


piridoksal fosfat yang terikat kuat, berfungsi sebagai pembawa sementara gugus amino
dari senyawa donor yaitu asam -amino, menuju senyawa penerima gugus amino yaitu
asam -keto
+

NH3

CO2
COO-

CH

COO-

COO-

O
R

CH2

Dekarboksidasi

O
R

NH3

COO- + R

NH3

CH

(D + L)
COO-

Rasemisasi
Transaminasi

Reaksi transamenasi
COOH
COOH

CH2
CH2
H

C NH2
COOH

Asam glutamat
(donor asam amino)

CH2

Glatamat-aspartat

C =O
COOH
Oksaloasetat
(akseptort Asam keto)

transaminase

COOH

COOH

CH2

CH2

CH2

CH2

C =O

H-C-NH2

COOH

COOH

- ketogkketaraf
(Produk Asam keto)

Aspartaf
(Produk Asam Amino)

Reaksi Dekarboksilasi
COOH

COOH
Glatamat dekarbok

CH2

CH2

Silase

CH2

H-C-NH2

+ CO2

H-C-NH2
COOH
Asam glutamat

Reaksi Pasemisasi :
COOH
NH2 -C-H

COOH
Glatamat rasemase

H-C- NH2

CH2

CH2

CH2

CH2

COOH

COOH

L-Asam glutamat

D-Asam Glutamat

Telah diketahui ada kira-kira 20 macam reaksi asam amino, dimana periodoksal
fosfat terlibat, salah satu diantaranya adalah interkonversi serin dan lesin. Koefnzim
piridoksal ini menarik perhatian sebab berikatan dengan lisin pada enzim fosfarilase
dalam hewan dan tumbuhan.
FARMAKOKINETIK
Piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin dalam proses penyerapannya mudah
terabsorbsi melalui saluran pencernaan. Metabolit terpenting dari ketiga bentuk tersebut

adalah 4-asam piridoksat, ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat
dan piridoksal.
EFEK SAMPING
Piridoksin dapat menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalam
dosis antara 50 mg-2 g per hari untuk jangka panjang. Gejala awal yang dirasakan
biasanya sikap yang tidak stabil dan rasa kebas dikaki, diikuti pada tangan dan sekitar
mulut, gejala ini akan berangsur-angsur hilang setelah beberapa bulan bila asupan
piridoksin dihentikan.
FARMAKODINAMIK DAN FISIOLOGI
Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukan efek
farmakodinamika yang nyata. Dosis yang diberikan sangat besar yaitu 3-4 g/ kg BB dapat
menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba, tetapi dosis kurang dari ini
umumnya tidak menimbulkan efek yang jelas. Kebutuhan manusia akan piridoksin
berhubungan dengan konsumsi protein yaitu kira-kira 2 g / 100 mg protein.
SEDIAAN DAN INDIKASI
Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan
steril 100 mg / L piridoksin HCl untuk injeksi. Selain itu mencegah dan mengobati
defisiensi vitamin B6, vitamin ini juga diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai
multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi
lain adalah untuk mencegah atau mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid,
sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau
meningkatkan ekskresinya melalui urin. Piridoksin dapat diberikan secara profilaksis
sejumlah 300% - 500% AKG selama terapi dengan antagonis piridoksin. Pemberiannya
pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga
dibenarkan, karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita wanita
tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat memperbaiki gejala keilosis, dermatitis
seboroik, glositisdan stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap tiamin, riboflavin
dan niasin serta dapat mengurangi gejala gejala yang menyertai tegangan prahaid
(premenstrual tension). Piridoksin diindikasikan untuk anemia yang responsif terhadap
piridoksin yang biasanya sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan genetik.

Sebaiknya pemakaian piridoksin hendaknya dihindari pada pasien yang mendapat


levodopa.
4.3 Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin B12 merupakan vitamin yang memiliki struktur kimia paling komplek
dibandingkan dengan vitamin lainnya. Vitamin B12 tidak dibuat oleh tumbuhan atau
hewan, tetapi dapat dijumpai pada hewan dan mikroorganisme. Vitamin B12 ini hanya
dapat disintesis oleh mikroorganisme 50% vitamin B12 pada orang dewasa dihasilkan
oleh bakteri usus. Menurut H.A Baker, vitamin B12 merupakan bagian dari koenzim
B12, dengan struktur sebagai berikut :

H2COH

OH

O
P

N
O

O
C3H

CH

HC
N

H
C
C

CH3

CH3

C
H

5,6-Dimetibenzimidazol
ribonukleotida

CH2
NH

CH2 CH2 CONH2

CO

CH3

CH2

CH2
H

CH3
CH3

CH2

CH
CH2 CH2 CONH2

Co
CH3

CH2

CONH2 CH3
CH2

CONH2

H
CH2 CONH2

CH3

CH3

CH2
CH2

Sistim cincin korin

NH2
CN

CONH2

N
HC
CH2

O
H

OH

OH

C
C

CH
N

5 Deoksidenosin

Koenzim B12
Vitamin B12 bersifat unik diantara semua vitamin lainnya, yaitu molekulnya tidak
hanya mengandung suatu molekul organik yang kompleks, tetapi juga mengandung
unsur mikro yang esensial yaitu kobalt (Co). Vitamin B12 disebut juga sianokobalamin
sebab molekulnya mengandung gugus amino yang berikatan dengan kobalt, kompleks
terkoordinasi serupa dengan sistem cincin porfinin pada heme dan protein heme pada
bentuk koenzim vitamin B12 yang disebut 5 desksiadenosilkobalamin, gugus siono

digantikan oleh gugus S;deoksiadenosil. Bentuk lain dari koenzim B12 adalah
metilkobalamin.
Vitamin B12 disebut juga antipernisim anemia, karena pertama kali diketemukan
sebagai senyawa yang dapat mengobati penyakit anemia permisiosa, yaitu pembentukan
sel-sel darah merah tidak dewasa dan rapuh, vitamin B12 dikenal sebagai faktor
pertumbuhan beberapa bakteri dan protozora.
Koenzim vitamin B12 desintesis dari vitamin B12 dengan enzim khusus, sintetase
B12. koenxim ini tidak stabil, jika kena cahaya matahari akan berubah menjadi
hanokobalamin atau hidroksi kobalamin,

terdapat dua jenis reaksi enzimatik yang

memerlukan koenzim vitamin B12 jenis pertama mengakatalisis penggeseran 1,2 suatu
atom hidrogen dari satu atom karbon substrat ke atom berikutnya dengan pengeseran 2,1
(terbalik) yang serentak dari beberapa gugus lainnya, alkil, karboksil, hidroksil atau
gugus amino

11

12

11

12

Reaksi koenzim B12 yang diketalisis oleh mutase metilaspartat,

HOOC

Mutase metil
aspartot

HOOC

CHNH2

CHNH2 H

COOH

COOH

Asam glutamat

Asam B-metil aspartat

Jenis reaksi yang kedua, koenzim B12 tertindak sebagai pembawa gugusan metil yang
didapat dari N5 metiltetrahidrobolat, terhadap molekul akseptor yang sesaui, dalam suatu
reaksi, gugus metil menduduki posisi, S-deaksi adensil dari koenzim B12, suatu contoh
adalah metilasi dari homosistein untuk menghasilkan metionin
SH

FH4
N5 metil-FH4

CH
3

CH2

CH2
CH2
Koenzim B12
+

HC

NH3

CH2
HC

NH3+

COOCOO-

Homosistenin

Metionin

4.4 Asam Lipoat


Asam lipoat yang juga disebut asam tioktat dekristalisasi tahun 1951 oleh Lester J. Reed dan
Irurin C. Gunsalus dan hewan-hewan. Ketika pertama kali diisolasi asam lipoat diduga
merupakan vitamin B, namun bukti mutakhir menunjukkan bahwa hewan mensintesis
sejumlah kecil asam lipoat yang diperlukan, dan dengan demikian tidak mempunyai
kebutuhan diet terhadap homolekul ini. Sering diklasifikasi. Sebagai vitamin B karena
fungsi koenzimatiknya, dan asam lipoat disebut sebagai suatu vitamin, psenzo.

Asam lipoat

Asam dihidrolipoat

(bentuk teroksidasi)

(bentuk bereduksi)

Ada dua bentuk asam lipoat, yang pertama adalah asam lipoat dalam bentuk
teroksidasi, yang merupakan suatu disulfida siklik dan yang kedua adalah asam
dihirdokpoat, bentuk tereduksi dengan dua gugusan sulfhidril pada C-6 dan 8.
Bentuk koenzim dari asam lipoat, seperti biotin, berikatan secara kovalen melalui
suatu ikatan amida pada gugus amino- suatu residu lisil spesifik dari apoenzim, lipolisin

N- asam lipoal berfungsi dalam dua dekorboksilasi aksidatil kunci dalam pemanfaatan
aerobik karbohidrat untuk energi dengan menstransfer suatu gugusan asil, yang
disumbangkan oleh tiamin pirofosfat (TPP) kepada KoA-SH.

Lipoamid (-N-Lipolisin)
Skema fungsi asam lipoat dalam reaksi transfer gugusan asal :
O
TPP dan

C
S

Enz

Enz TPP

SH

Enz
C

+ Enz

TPP

O
C

SH

Enz

CoA -SH

C
SH

Enz

+ CoA

SH

C
TPP dan

C
S

Masing-masing mewakili tiamin pirofosfat dan lipoamid

FUNGSI METABOLIK
Vitamin B12 bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel. Pada
rangkaian reaksi ini vitamin B12 terdapat sebagai koenzim B12 yang aktif yaitu 5deoksiadenosilbalamin Silkobalamin dan metal kobalamin. Yang pertama merupakan unsur

penting dalam reaksi enzimatik di mitokondria, sedangkan metilkobalamin diperlukan


sebagai donor metil pada pembentukan metiolin dan derifatnya dari homosistein. Kelainan
neurologi pada defisiensi vitamin B12 diduga karena kerusakan pada sarung mielin.
DEFISIENSI VITAMIN B12
Kekurangan vitamin B12 dapat disebabkan oleh kurangnya asupan, terganggunya
absorpsi, terganggunya utilisasi, meningkatnya kebutuhan, destruksi yang berkelebihan atau
eksresiyang meningkat. Defisiensi kobalamin ditandai dengan hematopoesis, gangguan
neurologi, kerusakn sel epitel, terutama epitel saluran cerna, dan debilitas umum. Defisiensi
vitamin B12 pada orang dewasa lebih sering disebabkan oleh gangguan reabsorbsinya,
misalnya pada defisiensi vitamin B12 yang klasik yang disebut anemia pernisiosa Addison.
Pada penyakit tersebut terjadi kegagalan sekresi factor intrinsic castle oleh sel parietal
lambung yang berfungsi dalam absorbs vitamin B12 di ileum.
KEBUTUHANVITAMIN B12
Kebutuhan vitamin B12 bagi orang sehat kira-kira 1 g sehari yaitu sesuai dengan
jumlah yang diekskresi oleh tubuh. Setiap hari tubuh akan mengeluarkan 3-7 g sehari
kedalam saluran empedu, sebagian besar akan di reabsorbsi melalui usus dan hanya 1 g
yang tidak direabsorbsi. Pada anemia perniasiosa dimana factor intrinsic castle berkurang
atau tidak ada, kebutuhan ini akaan meningkat sebab apa yang dikeluarkan melalui saluran
empedu tidak dapat direabsorbsi.
FARMAKOKINETIK
Absorbsi. Sianokobalamin diabsorbsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK.
Hidroksokobalamin dalam koenzim B12 lebih lambat di absorbs karena ikatannya yang lebih
kuat dengan protein.
Absorbsi dengan perantara FIC. Sangat penting dan sebagian besar anemia
megaloblastik disebabkan oleh gangguan mekanisme ini. FIC hanya mampu mengikat
sejumlah 1,5-3 mcg vitamin B12.kompleks ini masuk ke ileum dan disini melekat pada
reseptor khusus disel mukosa ileum untuk diabsorbsi. Intrinsic konsentrat (eksegen) yang
diberikan bersama vitamin B12 hanya berguna untuk penderita yang kurang mensekresi FIC
dan penderita menolak untuk disuntik .
Absorbsi secara langsung, tidak begitu penting karena baru terjadi kadar B12 yang
tinggi, dan berlangsung secara difusi.

Transport, setelah diabsorbsi hampir semua vitamin B 12 dalam darah terikat dengan
protein plasma. Sebagian besar terikat pada betaglobulin (transkobalamin II), sisanya terikat
pada alfaglikoprotein (transkobalamin I) dan interalfa glikoprotein (transkobalamin III).

FARMAKODINAMIK
Ada dua reaksi enzimatik penting pada manusia yang memerlukan vitamin B 12 (gambar 1).
Pada salah satu reaksi, metilkobalamin menjadi perantara dalam tranfer satu gugus metil dari
N5- metiltetrahidrofolat ke homosistein, membentuk metionin (gambar 1A ; gambar 2 bagian
1).

Tanpa vitamin B12 konversi sebagian besar folat dalam makanan dan dalam
simpanan, yakni N5- metiltetrahidrofolat, menjadi tetrahidrofolat, yang merupakan
prekursor kofaktor folat, tidak dapat terjadi. Akibatnya, timbul defisiensi kofaktor folat
yang diperlukan dalam beberapa reaksi biokimiawi yang melibatkan transfer satu gugus
karbon. Secara khusus, deplesi tetrahidrofolat mencegah sintesis pasokan adekuat
deoksitimidilat (dTMP) dan purin yang diperlukan untuk sintesis DNA dalam sel yang
membelah dengan cepat, seperti yang disajikan pada gambar 2, bagian 2. Akumulasi folat
sebagai N5- metiltetrahidrofolat dan deplesi kofaktor tetrahidrofolat yang terkait dalam
defisiensi vitamin B12 disebut sebagai perangkap metilfolat. Peristiwa ini merupakan
satu tahap biokimiawi ketika metabolisme vitamin B12 dan asam folat terhubung, dan hal
ini menjelaskan mengapa anemia megaloblastik akibat defisiensi vitamin B 12 sebagian
dapat dikoreksi dengan ingesti sejumlah besar asam folat. Asam folat dapat direduksi
menjadi dihidrofolat oleh enzim dihidrofolat reduktase (gambar 2, reaksi 3) dan, oleh

karena itu, berperan sebagai sumbertetrahidrofolat yang diperlukan untuk sintesis purin
dan dTMP yang digunakan dalam sintesis DNA.
Reaksi enzimatik lain yang membutuhkan vitamin B12 ialah isomerisasi
metilmalonil-KoA menjadi suksinil-KoA oleh enzim metilmalonil-KoA mutase (gambar
1B). Pada defisiensi vitamin B12, konversi ini tidak dapat terjadi, dan substratnya, yakni
metilmalonil-KoA, terakumulasi. Dahulu, akumulasi abnormal metilmalonil-KoA
dianggap menyebabkan manifestasi neurologik defisiensi vitamin B12. Akan tetapi,
temuan terbaru menyatakan bahwa gangguan jalur sintesis metioninlah yang
menyebabkan timbulnya kelainan neurologik. Apapun penjelasan biokimiawi untuk
kerusakan neurologik, intinya adalah bahwa pemberian asam folat pada defisiensi
vitamin B12 tidak akan mencegah manifestasi neurologik meskipun akan sangat
mengoreksi anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12.

SEDIAAN dan POSOLOGI


Vitamin B12 diindikasikan untuk penderita defisiensi vitamin B12 misalnya
anemia pernisiosa. Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan

larutan untuk suntik. Penggunaan sediaan oral pada pengobatan anemia pernisiosa kurang
bermanfaat dan biasanya terapi oral lebih mahal dari pada terapi pariteral. Tetapi sediaan
oral dapat bermanfaat sebagai supplement diet, namun kecil manfaatnya untuk penderita
yang kekurangan factor intrinsic atau penderita dengan ileum, karena absorbsi secara
difusi tidak dapat diandalkan sebagai terapi efektif. Maka cara pemberian yang terbaik
adalah secara IM atau SK yang disuntikkan dalam. Dikenal tiga jenis suntikan vitamin
B12 yaitu : (1) Sianokobalamin yang berkekuatan 10-1000 ncg/ml, (2) Larutan ekstrak hati
dalam air, (3) Suntikan depot vitamin B12. Suntikan larutan sianokobalamin jarang sekali
menyebabkan reaksi alergi dan iritasi di tempat suntikan, adapun manfaat larutan ekstrak
hati terhadap anemia pernisiosa di sebabkan oleh vitamin B 12 yang terkandung
didalamnya penggunaan suntikan ekstrak hati ini dapat menimbulkan reaksi alergi local
maupun umum, dan dari yang ringan sampai berat. Dosisianokobalamin untuk penderita
anemia pernisiosa tergantung dari berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respon
trhadap pengobatan.
Pada terapi awal, di berikan dosis 100 mcg sehari parenteral selama 5-10 hari.
Dengan terapi ini respon hematologi baik sekali, tetapi respon depot kurang memuaskan
terdapat keadaan yang menghambat hematopoesis misalnya, infeksi, urenia atau
penggunaan kloramfenikol. Respon yang buruk dengan dosis 100 mcg/hari selama 10
hari, mungkin juga disebabkan oleh salah diagnosis atau potensi obat yang kurang.
Terapi penunjang, dilakukan dengan memberikan dosis penunjang 100-200 mcg
sebulan sekali sampai diperoleh remisi yang lengkap yaitu jumlah eritrosit dalam darah
4,5 juta/mm3 dan morfologi hematologic berada dalam batas-batas normal.

You might also like