You are on page 1of 25

FARMAKOLOGI - OBAT KEMOTERAPI ANTI KANKER

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang berlebihan,
maka akan terjadi suatu benjolan atau Tumor. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun
ganas. Tumor yang ganas inilah yang disebut dengan Kanker. Tumor Ganas
mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh tubuh
untuk berkembang menjadi Tumor yang baru. Penyebaran ini disebut . Kanker
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang
tumbuh tidak terlalu cepat.

Terdapat kurang lebih 130 jenis penyakit Kanker, yang mempengaruhi kondisi tubuh
kita dengan berbagai macam cara dan membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.
Tetapi semua jenis Kanker itu memiliki kesamaan: terdiri atas sel-sel yang membelah
dengan cepat dan tumbuh tak terkontrol. Fungsi utama obat-obat Kemoterapi (Ing.
Chemotherapy) adalah mengenali dan menghancurkan sel-sel seperti ini.

Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum atau
sesudah pembedahan. Tujuannya adalah membasmi seluruh sel-sel Kanker sampai ke
akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah. Paling tidak untuk
mengontrol sel-sel Kanker agar tidak menyebar lebih luas. Pengobatan Kanker
tergantung pada jenis atau tipe Kanker yang diderita dan dari mana asal Kanker

tersebut. Umur, kondisi kesehatan umum pasien serta system pengobatan juga
mempengaruhi proses pengobatan kanker.

Pada kasus Kanker Pengobatan utama adalah melalui Pembedahan atau Operasi,
Kemoterapi atau dengan cara pemberian Obat-obatan dan Radioterapi atau
Penggunaan Sinar Radiasi. Pada kenyataannya Secara umum biasanya digunakan
lebih dari satu macam cara pengobatan di atas, misalnyaPembedahan yang diikuti
olehKemoterapi atau Radioterapi, bahkan kadang pengobatan digunakan dengan 3
kombinasi (Pembedahan, Kemotarapi dan Radioterapi). Pada dasarnya Tujuan utama
dari Pembedahan adalah mengangkat Kanker secara keseluruhan karena Kanker
hanya dapat sembuh apabila belum menjalar ketempat lain. Sedangkan Kemoterapi
dan Riadiasi tidak bukan dan tidak lain bertujuan untuk membunuh sel-sel Kanker
atau menghentikan pertumbuhan sel-sel Kanker yang masih tertinggal

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Defenisi Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang


bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak
obat yang digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh
sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara
pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat
membunuh sel kanker.

Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak


semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam
kanker

darah. Kemoterapi

Merupakan

bentuk

pengobatan

kanker

dengan

menggunakan yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.

2.2

Tujuan Dan Manfaat Dari Pemberian Kemoterapi

Tujuan pemberian kemoterapi


1.

Pengobatan.

2.

Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.

3.

Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

4.

Mengurangi komplikasi

Manfaat Kemoterapi
Manfaat Kemoterapi antara lain adalah sebagai berikut:
1.

Pengobatan

Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis Kemoterapi
atau beberapa jenis Kemoterapi.

2.

Kontrol

Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar tidak
bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.

3.

Mengurangi Gejala

Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan
rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada
daerah yang diserang.

2.3

Jenis Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi Kanker

2.3.1

Golongan Alkilator

Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :

1.

Siklofosfamid

Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan
1,2 gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.

Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non


Hodgkin, Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium,
paru, Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau tumor Wilm.

Mekanisme kerja : Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam tubuh


mengalami

konversi

oleh

enzim

sitokrom

P-450

menjadi

4-

hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid yang merupakan obat aktif.


Aldofosfamid selanjutnya mengalami perubahan non enzimatik menjadi
fosforamid dan akrolein. Efek siklofosfamid dipengaruhi oleh penghambat
atau perangsang enzim metabolismenya. Sebaliknya, siklofosfamid sendiri
merupakan perangsang enzim mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi
aktivitas obat lain.

2.

Klorambusil

Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia limfositik


kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai
dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/kg
berat badan, sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat badan).

Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non


Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.

Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang


kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk
pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium
III dan IV), limfoma non-hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia
primer (Waldenstrom), dan dalam kombinasi dengan metotreksat atau
daktinomisin pada karsinoma testis dan ovarium.

3.

Prokarbazin

Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang
dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu

pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu


berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung
leukosit dibawah 4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis harus
dikurangi pada pasien dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.

Indikasi : Limfoma Hodgkin.

Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan


alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik terhadap siklus sel.
Indikasi primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan
IV, terutama dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison
(regimen MOPP).

4.

Karboplatin

Sediaan : Serbuk injeksi 50 mg, 150 mg, 450 mg.

Indikasi : Kanker ovarium lanjut.

Mekanisme kerja : Mekanisme pasti masih belum diketahui dengan jelas,


namun diperkirakan sama dengan agen alkilasi. Obat ini membunuh sel pada
semua tingkat siklus, menghambat biosintesis DNA dan mengikat DNA
melalui ikatan silang antar untai. Titik ikat utama adalah N7 guanin, namun
juga terjadi interaksi kovalen dengan adenin dan sitosin.

2.3.2

Golongan Antimetabolit

Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :


1.

5-fluorourasil (5-FU)

Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL


untuk IV.

Indikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia


limfositik dan mielositik akut, Limfoma non-Hodgkin.

Target enzim untuk 5-FU ini adalah timidilat sintetase. Perbedaan respon ini
berkaitan erat dengan adanya polimorfisme gen yang bertanggungjawab
terhadap ekspresi enzim timidilat sintetase (TS). Enzim ini sangat penting
dalam sintesis DNA yaitu merubah deoksiuridilat menjadi deoksitimidilat.
Diketahui bahwa sekuen promoter dari gen timidilat sintetase bervariasi pada
setiap individu. Ekspresi yang rendah dari mRNA TSberhubungan dengan
meningkatnya kemungkinan sembuh dari penderita kanker yang diobati
dengan 5-FU.

2.

Gemsitabin

Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.

Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.

Mekanisme kerja : Sebelum menjadi bahan aktif, gemsitabin mengalami


fosforilasi oleh enzim deoksisitidin kinase dan kemudian oleh nukleosida
kinase menjadi nukleotida di- dan trifosfat yang dapat menghambat sintesis
DNA. Gemsitabin difosfat dapat menghambat ribonukleotida reduktase
sehingga menurunkan kadar deoksiribonukleotida trifosfat yang penting untuk
sintesis DNA.

3.

6-Merkaptopurin

Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.

Indikasi : Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia mieloblastik akut dan
kronik, kariokarsinoma.

Mekanisme kerja : Merkaptopurin dimetabolisme oleh hipoxantin-guanin


fosforibosil transferase (HGPRT) menjadi bentuk nukleotida (asam-6tioinosinat) yang menghambat enzim interkonversi nukleotida purin. Sejumlah
asam tioguanilat dan 6-metilmerkaptopurin ribotida (MMPR) juga dibentuk
dari 6-merkaptopurin. Metabolit ini juga membantu kerja merkaptopurin.
Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel limfoid pada
stimulasi antigenik.

4.

Methotrexat

Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial
50 mg/5ml.

Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher


dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.

Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi


sintesis

DNA.

Metotreksat

berikatan

dengan

dihidrofolat

reduktase,

menghambat pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase, menghasilkan


inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. Metotreksat bersifat spesifik untuk
fase S pada siklus sel. Mekanisme kerja metotreksat dalam artritis tidak
diketahui, tapi mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam psoriasis,
metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat proliferasi sel epitel kulit.

5.

Sitarabin

Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.

Indikasi : Termasuk zat paling aktif untuk leukemia, juga untuk limphoma,
leukemia meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit digunakan untuk
tumor solid.

Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel melalui proses
carrier dan harus mengalami perubahan menjadi senyawa aktifnya : arasitidin
trifosfat. Sitosin adalah analog purin dan bergabung ke dalam DNA, sehingga
cara kerja utamanya adalah inhibisi DNA polimerase yang mengakibatkan
penurunan sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat toksisitasnya mempunyai
korelasi linear dengan masuknya sitosin ke dalam DNA, bergabungnya DNA
dengan sitosin berpengaruh terhadap aktivitas obat dan toksisitasnya.

2.3.3

Golongan Produk Alamiah

Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Produk Alamiah yaitu :


1.

Vinkristin (VCR)

Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial berisi larutan 1, 2, dan 5 mL yang


mengandung 1 mg/mL zat aktif untuk penggunaan IV.

Indikasi

Leukimia

limfositik

akut,

neuroblastoma,

tumor Wilms,

Rabdomiosarkoma, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.

Mekanisme kerja : Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula,


menahan sel pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik, spesifik
untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis
protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.

2.

Vinblastin (VLB)

Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial 10 mg/10 ml.

Indikasi : Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, kariokarsinoma dan tumor


payudara.

Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi


mikrotubula, kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara
mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga
mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam
glutamat dan penggunaannya.

3.

Paklitaksel

Sediaan : Anzatax (vial),Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial)

Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.

Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara
berikatan dengan mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi tubulin. Efek
ini menyebabkan terhentinya proses mitosis dan pembelahan sel kanker.

4.

Etoposid

Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.

Indikasi : Kanker testis, paru, payudara, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,


leukimia mielositik akut, sarkoma kaposi.

Mekanisme kerja : Etoposid bekerja untuk menunda transit sel melalui fase S
dan menahan sel pada fase S lambat atau fase G2 awal. Obat mungkin
menginhibisi transport mitokrondia pada level NADH dehidrogenase atau
menginhibisi uptake nukleosida ke sel Hella. Etoposid merupakan inhibitor
topoisomerase II dan menyebabkan rusaknya strand DNA.

5.

Irinotekan, Topotekan

Indikasi : Karsinoma ovarium, karsinoma paru sel kecil, karsinoma kolon.

Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal dari


tanaman Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I,
enzim yang bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan
kembali rantai tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan
DNA.

6.

Daktinomisin ( AktinimisinD)

Sediaan : Tersedia dalam bentuk Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi : 0,5 mg


(mengandung manitol 20 mg).

Indikasi : Kariokarsinoma, tumor Wilms, testis, rabdomiosarkoma, sarkoma


Kaposi.

Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA, mengalami


interkalasi antara pasang basa guanin dan sitosin sehingga menginhibisi
sintesis DNA dan RNA serta protein.

7.

Antrasiklin : Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin

Sediaan : Daunorubisin tersedia dalam bentuk 20 mg daunorubisin


hidroklorida dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL (50 mg) daunorubisin dengan
10

rasio

molar

distearofosfatidilkolin

kolesterol

daunorubisin.Doksorubisin tersedia dalam bentuk vial 10 mg dan 50 mg.

Indikasi : Leukimia limfositik dan mielositik akut sarkoma jaringan lunak,


sarkoma ostiogenik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukemia akut,
karsinoma payudara, genitourinaria, tiroid, paru, lambung, neuroblastoma dan
sarkoma lain pada anak-anak.

Mekanisme kerja : Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi transkripsi dan


replikasi secara langsung. Selain itu, obat ini juga mampu membentuk
kompleks tripartit dengan topoisomerase II dan DNA. (Topoisomerase II
adalah enzim dependen ATP yang terikat pada DNA dan memisahkan untai
DNA dimulai dari 3 fosfat, menyebabkan DNA terpisah dan kemudian
menggabungkannya lagi, fungsi penting dalam replikasi DNA dan repair).
Formasi kompleks tripartit dengan antrasiklin dan etoposid menghambat
pengikatan kembali untai DNA rusak, mengakibatkan apoptosis. Efek ini
memungkinkan sel rusak karena obat ini, sementara adanya overekspresi
repair DNA terkait transkripsi menunjukkan resistensi. Antrasiklin juga
membentuk radikal bebas dalam larutan pada jaringan normal dan maligna.
Intermediat semikuinon yang dihasilkan dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk radikal anion superoksida yang membentuk radikal hidroksil dan
hidrogen peroksida yang menyerang dan mengoksidasi basa DNA
(~kardiotoksisitas). Produksi ini dipicu interaksi antrasiklin dengan besi.
Antrasiklin berik atan dengan membran sel mempengaruhi fluiditasdan
transpor ion.

Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan interkalasi antara basa DNA oleh inhibisi
topoisomerase II dan obstruksi sterik. Doksurubisin menginterkalasi pada titik lokal
uncoiling dari ikatan heliks ganda. Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum
diketahui, mekanismenya diduga melalui ikatan langsung DNA (interkalasi) dan
inhibisi pembentukan DNA (topoisomerase II) yang selanjutnya memblokade sintesis
DNA dan RNA dan fragmentasi DNA. Doksorubisin merupakan logam khelat yang
kuat, komplek logam doksorubisin dapat mengikat DNA dan sel membran dan
menghasilkan radikal bebas yang akan merusak DNA dan membran sel dengan cepat.

8.

Bleomisin

Sediaan : Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk pemberian
IV, IM, atau kadang-kadang SK atau intraarterial.

Indikasi : Kanker paru, lambung dan anus karsinoma testis dan serviks,
limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.

Mekanisme kerja : Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk


selanjutnya terjadi pemutusan untai tunggal dan ganda.

9.

L-asparaginase

Sediaan : Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.

Indikasi : Leukemia limfositik akut.

Mekanisme kerja : Asparaginase menghambat sintesis protein melalui


hidrolisis asparaginase menjadi asam aspartat dan amonia. Sel leukimia,
terutama limfoblast, memerlukan asparaginase eksogen, sel normal dapat
memproduksi asparaginase. Asparaginase adalah daur spesifik untuk fase G1.

2.3.4

Golongan Hormon dan Antagonis

Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
1.

Prednison

Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.

Indikasi : Leukemia limfositik akut dan kronik, limfoma Hodgkin dan nonHodgkin, tumor payudara.

Mekanisme kerja : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti


radang.

2.

Medroksiprogesteron asetat

Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100 mg.

Indikasi : Tumor endometrium.

Mekanisme kerja : Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang akan


menghambat maturasi follicular yang menyebabkan penebalan endometrial.

3.

Etinil estradiol

Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg, 0,05 mg dan
0,5 mg.

Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan


menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala
kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi selama atau sebelum
menopause, oleh sebab itu tidak boleh diberikan untuk indikasi tersebut).
Hipogonadism pada wanita. Terapi paliatif karsinoma prostat yang tak dapat
dioperasi, pada tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat
dioperasi, hanya dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada
wanita yang sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit yang makin
parah dan resisten terhadap radiasi.

4.

Tamoksifen

Sediaan : Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20 mg.

Indikasi : Tumor payudara.

Mekanisme kerja : Berikatan secara kompetitif dengan reseptor estrogen pada


tumor atau target lain, membentuk kompleks nuklear yang menurunkan
sintesis DNA dan menghambat efek estrogen, agen nonstreroidal dengan sifat
antiestrogenik yang berkompetisi dengan estrogen untuk berikatan di bagian
aktif pada payudara dan jaringan lain, sel terakumulasi pada fase Go dan G1.
Sehingga tamoksifen lebih sifat sitostatik daripada sitosidal.

5.

Testosteron propionate

Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, injeksi, topikal,


mucoadhesive, pellet, dan transdermal.

Indikasi : Tumor payudara.

Mekanisme kerja : Androgen endogen bertanggung jawab terhadap


pertumbuhan dan perkembangan organ seks pria dan mempertahankan
karakteristik seks sekunder pada pria yang mengalami defisiensi androgen.

2.3.5

Macam Macam Obat Kemoterapi

Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :

1.

Obat

golongan Alkylating

agent,

platinum

Compouns,dan Antibiotik

Anthrasiklinobst golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel,
sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.

2.

Obat golonganAntimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang

berakibat menghambat sintesis DNA.

3.

Obat golonganTopoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanesbekerja

pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.

4.

Obat

golongan Enzimseperti, L-Asparaginasebekerja

dengan

menghambat

sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel
kanker tersebut.

2.4

Mekanisme Kerja Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi Kanker

Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker
tersebut

berproliferasi

maka

semakin

peka

terhadap

sitostatika

hal

ini

disebut sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah


, hal ini disebut

Pada inti sel, pada waktu sel membelah (mitosis). Makin cepat sel bermitosis, makin
sensitive terhadap kemoterapi. CELL CYCLE PHASE SPECIFIC, yaitu obat yang
bekerja pada sel yang berkembang aktif, jadi harus diberikan secara kontinyu. CELL
CYCLE PHASE NON SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja pada sel yang berkembang
maupun yang istirahat, jadi dapat diberikan secara single bolus.

2.5

Indikasi Dan KontraindikasiObat Anti Kanker Dan Kemoterapi

2.5.1

Indikasi

Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi :

Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu pertimbangan sbb :

1.

Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu

status penampilan <= 2

2.

Jumlah lekosit >=3000/ml

3.

Jumlah trombosit>=120.0000/ul

4.

Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10

5.

Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )

6.

Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).

7.

Elektrolit dalam batas normal.

8.

Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia

diatas 70 tahun.

Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini


mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat pasti
akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan
faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status
penampilannya.

2.5.2

Kontra Indikasi Kemoterapi

Kontra indkasi absolut:

pada stadium terminal

Kehamilan trimester pertama

Kondisi septikemia dan koma.

Kontra indikasi relatif :

2.6

Bayi <>8g/dl, leukosit > 3000/mm

Bentuk Sediaan Dan Dosis Dari Obat Kemoterapi

Bentuk Sediaan

Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah
kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).

Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari.

Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.

Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter,

rumah sakit, klinik, bahkan di rumah.

Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh

paramedis yang terlatih).

Dosis

Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung dengan
table berdasarkan tinggi badan dan berat badan.Apabila tubuh pasien makin kurus
selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian seri selanjutnya
harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat
X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5 mg = 75 mg.

2.7

Efek Samping Kemoterapi

Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan
psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.

Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi
sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah
mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan
muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika
danberlangsung tidak melebihi 24 jam.

Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi
sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau
kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit
mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan
waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum
tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertamatama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar

leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu
keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada
traktus gastrointestinal.

Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan.
efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot
jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit,
reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang
dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.

Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian


besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis paru umumnya
iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika
selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping
pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.

Tergantung jenisnya, ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga minggu
sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa seri penderita harus menjalani, juga tergantung
pada jenis kanker penderita. Yang paling ditakuti dari kemoterapi adalah efek
sampingnya. Ada orang yang sama sekali tidak merasakan adanya efek samping
Kemoterapi. Ada yang mengalami efek samping ringan. Tetapi ada juga yang sangat
menderita karenanya. Ada-tidak atau berat-ringannya efek samping kemoterapi
tergantung pada banyak hal, antara lain jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda,
kondisi psikis Anda, dan sebagainya. Efek samping Kemoterapi timbul karena obatobat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga
menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu
efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya
membelah dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan

pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.

F Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:

1.

Lemas

Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak
langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir
pengobatan.

2.

Mual dan Muntah

Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada
beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah
dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan
Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.

3.

Gangguan Pencernaan

Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare
disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare:
kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti
cairan yang hilang. Bila susah BAB: perbanyak makanan berserat, olahraga ringan
bila memungkinkan.

4.

Rambut Rontok

Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah
kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala.

Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah
kemoterapi selesai.

5.

Otot dan Saraf

Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan
atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.

6.

Perdarahan

Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah
trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.

7.

Anemia

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb
(hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah
seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.

8.

Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna

Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih
melintang.

Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap siklus
juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya
dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal
mungkin. Lagi pula semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi
dihentikan, kondisi Anda akan pulih seperti semula.

Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping


kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh Anda. Anda bisa
menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan
dokter Anda juga.

Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin
diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan
kemoterapi

herbal

yang

bebas

efek

samping.

Kalau

Anda

bermaksud

menggunakannya, pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut adalah seorang


dokter medis. Paling tidak Anda harus berkonsultasi dengan dokter yang merawat
Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk memantau
hasilnya.

2.8

Cara mengatasi efek samping Kemoterapi

Pemberian anti mual dan muntah

Saat merasa mual duduk ditempat yang segar

Makan makanan tinggi kadar protein dan karbohidrat (sereal, bakso, puding,

susu, roti panggang, sup, yoghurt, keju, susu kental, kurma, kacang, dll)

Lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan setelah

makan. Bila tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah, gunakan pembersih
mulut

Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan

Hindari rokok, makanan pedas dan air es.

Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita


kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan
kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien
untuk sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap sedangkan
kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang


bertujuan

untuk

membunuh

atau

memperlambat

pertumbuhan

sel-sel

Kanker.Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi,


merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati
beberapa macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker
dengan menggunakan yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker.

Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi

sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah
mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan
muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika
danberlangsung tidak melebihi 24 jam.

DAFTAR PUSTAKA

De Vita V.T. Jr : Principles of Cancer Management : Chemoterapy, in De Vita V.T Jr.


Hellman S, Rosenberg,S.A., : Cancer Principles and Partice of Oncology, 5th edition.

Daly J.M, Bertagnolli, De Cosse JJ, Morton D.L : Oncology in Schwartz : Principles
of Surgery. 6th Ed. Mc Graw-Hill, New York, 1999.

I Dewa G, Dasar-Dasar Kemoterapi, Onkologi Klinik, UPF Bedah FK UNAIR ,


RSUD Dr.Sutomo, Surabaya.

You might also like