You are on page 1of 16

LAPORAN TETAP

PRATIKUM AGROHIDROLOGI
Perhitungan Debit Air Saluran

OLEH :
SUCI YULIUS
05071181419183

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UNSRI
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan pertaian, kebutuhan air sudah tak ter elakkan lagi.
Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan
air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga
menghasilkan produksi yang maksimal tentunya.
Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman
tersebut, pemberian air yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
tanaman juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan
berakibat pada kematianpada tanaman tersbut.
Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan
berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air
pada tanamn hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
Factor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat
petani kesusahan dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi seperti ini
diperlukan system manajemen irigasi yang baik pengelolaan air.
Dalam sebuah saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah
sluran irigasi dalah sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju
penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan
atau tanaman di sebuah lahan tersebut. Dengan mengetahui besarnya laju aliran
per satuan waktu (debit) diharapkan akan dapat mengontrol laju aliran sesuai
dengan yang dibutuhkan.
Oleh karena itu perlunya pengukuran debit aliran pada sebuah saluran
irigasi adalah merupakan suatu metoda ataupun kepentingan dalam sebuah
manajemen irigasi atau dalam sebuah system keirigasian.
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis
proses yang terjadi dilapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat
diperlukan untuk mengetahui potensi suatu sumber daya air disuatu daerah atau
wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan
mengefaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya
air permukaan yang ada.
Air sangat dibutuhkan oleh setiap tanaman. Kebutuhan air untuk setiap
luasan lahan berbeda-beda. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat

penting bagi tanaman, karena sebagian besar penyusun tubuh tanaman terdiri dari
air. Selain itu banyak proses pada tanaman yang membutuhkan air, oleh karena itu
jika tanaman kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu bahkan mati. Untuk
menghindari hal tersebut maka diperlukan saluran irigasi jika kekurangan air atau
drainase untuk meminimalisir kelebihan air (Direktorat Jenderal Pengairan. 1986).
Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan dengan cara
menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan
mendistribusikannya secara sistematis. Sebaliknya pemberian air yang berlebih
pada tanah yang diolah itu akan merusakkan tanaman. Jika terjadi curah hujan
yang lama yang disebabkan oleh curah hujan yang deras, maka tanah yang diolah
itu akan tergenang dan dibanjiri air, yang kadang-kadang mengakibatkan
kerusakan yang banyak. Daerah-daerah yang rendah yang kurang baik
drainasenya, selalu akan tergenang air. Pada daerah-daerah demikian, pelapukan
dan dekomposisi tanah tidak berkembang, sehingga daerah itu tidak akan menjadi
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan padi. Banyaknya air yang diperlukan
untuk berbagai tanaman, masing-masing daerah dan masing-masing musim adalah
berlainan. Hal ini tergantung dari beberapa faktor antara lain jenis tanaman, sifat
tanah, keadaan tanah, cara pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam,
kondisi saluran dan bangunan, serta tujuan pemberian air. Oleh karena itu
diperlukan perhitungan yang tepat agar pemberian air pada lahan tidak melebihi
yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ialah untuk mengetahui

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Debit Air
Debit air menurut Asdak (2002) debit adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/dt). Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air.
Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debir air ditentukan oleh
kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, serta lebarnya
perairan. Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting
bagi pengelola sumberdaya air (Bazak. 1999). Debit puncak (banjir) diperlukan
untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil
diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai keperluan
terutama pada musim kemarau panjang. Debit rata-rata tahunan dapat
memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari
suatu daerah aliran sungai.
Menurut Harsoyo (1977) Metode pengukuran debit dilakukan dengan dua
metode, yaitu pengukuran debit secara langsung dan pengukuran debit secara
tidak langsung. Dimana pengukuran ini dilakukan dengan alat dan cara yang telah
ditetapkan sebelumnya.
a. Pengukuran debit secara langsung (debit sesaat) : Dalam pengukuran
debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang langsung dapat
menunjukkan ketersediaan air dalam pengairan bagi penyaluran melalui jaringanjaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur
yang telah biasa digunakan yaitu :
1. Alat Ukur Pintu Romin Ambang dari pintu Romin dalam pelaksanaan
pengukuran dapat di naik turunkan, yaitu dengan bantuan alat pengangkat.
Pengukuran debit air dengan pintu ukur romijin yaitu dengan menggunakan
rumus:
Q= 1,71 b h3/2
Keterangan: Q = debit air b = lebar ambang h = tinggi permukaan air

2. Sekat Ukur Thompson Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o
dapat dipindah-pindahkan karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim
digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat
ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:
Q = 0,0138
Keterangan: Q = debit air h = tinggi permukaan air
3. Alat Ukur Parshall Flume Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari
bagian penyempitan, yang artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air
melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang
direndahkan.
4. Bangunan Ukur Cipoletti Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di
saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik
pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit.
Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H
dengan Q dapat dinyatakan dengan: Q = k . H3./2 . b Keterangan: Q = debit air H
= head k dan n = konstanta ,(0/0186) Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari
turunan pertama persamaan energi pada penampang saluran yang bersangkutan.
Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan dengan membuat
serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik akan
diperoleh garis hubungan H-Q yang paling sesuai untuk masing-masing jenis
bangunan ukur. Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air secara
langsung dengan pintu ukur romijin, sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe
Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu dapat memperhatikan daftar
debit air yang tersedia.
b. Pengukuran debit air secara tidak langsung
1. Pelampung Menurut Harsoyo (1977) terdapat dua tipe pelampung yang
digunakan yaitu: (1) pelampung permukaan, dan (2) pelampung tangkai. Tipe
pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada
permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan
seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin.

Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak
tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak
tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding
lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata-rata yang
diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata-rata
didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang
besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. kecepatan
pada permukaan Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu
pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak
dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai
5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan
rata-rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan
paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang
ini dicari penampang melintang rata-ratanya, dengan jangka garis tengah lebar
permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersamasama disusun berimpitan, penampang lintang ratarata didapat dengan menentukan
titik-titik pertengahan garis-garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika
terdapat tiga penampang melintang, maka mula-mula dibuat penampang
melintang rata-rata antara penampang melintang rata-rata yang diperoleh dari
penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan rata-rata:
Q = C . Vp Ap
Keterangan:
Q = debit aliran
C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
Vp = kecepatan rata rata pelampung
Ap = luas aliran rata rata
2. Pengukuran dengan Current meter Alat ini terdiri dari flow detecting
unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada

counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari
propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung
terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh
pembuat alat untuk tiap tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung,
kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan factor koreksi
yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting
unit dapat berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini
berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur. Debit aliran dihitung dari
rumus :
Q=VxA
dimana :
V = Kecepatang aliran
A = Luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada : Bentuk
Saluran, Kekasaran Saluran dan Kondisi Kelurusan Saluran.
2.2.Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa dan irigasi rawa (Susanto. 2006). Semua proses kehidupan dan
kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman
hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air
sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah
atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila
terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan
sumber kehidupan (Bustomi. 2000). Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan
dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur

sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi
untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal (Lenka 1991). Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh
tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air
tersedia yang dibutuhkan tanaman (sudjarwadi. 1990). Adapun fungsi irigasi yaitu
: a. memasok kebutuhan air tanaman b. menjamin ketersediaan air apabila terjadi
betatan c. menurunkan suhu tanah d. mengurangi kerusakan akibat frost
(pembekuan) e. melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah Tujuan irigasi
yaitu sebagai berikut : a. Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam
mengolah lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering
kekurangan air. b. Meningkatkan produksi pangan terutama beras c.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi d. Meningkatkan
intensitas tanam e. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam
pembangunan jaringan irigasi perdesaan. Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian,
terutama di pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat
dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.
Macam-macam irigasi, yaitu :
a.Irigasi Permukaan Irigasi Permukaan
Terjadi di mana air dialirkan pada permukaan lahan. Di sini dikenal alur
primer, sekunder dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air.
Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
b. Irigasi curah Irigasi curah atau siraman (sprinkle)
Menggunakan tekanan untuk membentuk tetesan air yang mirip hujan ke
permukaan lahan pertanian. Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi
angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari
sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke
beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah
(sprinkler) (Prastowo, 1995).

c. Irigasi pompa
Irigasi digunakan bila Muka Air berada jauh dari lahan pertanian yang
diusahakan. Menaikan Muka air selain dengan membangun konstruksi bagunan
bendung dan mengalirkannya melalui saluran memang sangat tepat namun
pembiayaan pembangunan juga sangat tinggi. Penggunaan pompapompa irigasi
dapat mengatasi hal tersebut. Namun peyediaan dan pengoperasian pompa
mekanis berbahan bakar minyak juga memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan
yang tinggi pula dan mereka belum tahu bagaimana menggunakan mesin-mesin
penggerak untuk pompa-pompa irigasi dengan baik, apalagi memelihara mesinmesin itu supaya tetap dapat terawat dengan baik. Maka penggunaan pompa
irigasi sederhana tanpa menggunakan BBM dapat menjadi alternatifnya.
d. Irigasi tetes
Irigasi tetes adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan
membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui permukaan
tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan emitor. Kegiatan
menyiram tanaman di musim kemarau bagi sebagian petani tradisional menjadi
rutinitas yang cukup merepotkan. Mulai dari mengambil air dari sumbernya,
mengangkutnya ke kebun, hingga menyiramkannya satu per satu pada setiap
tanaman, merupakan aktivitas yang melelahkan. Prinsip dasar irigasi tetes adalah
memompa air dan mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang
dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman). Penyiraman dengan
sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit.
Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada
akar-akar tanaman, tetes demi tetes. Keuntungannya dengan sistem ini sedikit
menggunakan air, air tidak terbuang percuma, dan penguapan pun bisa
diminimalisir. Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk
mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan
kering.

BAB III
PELAKSANAAN PRATIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 13 april 2016 pukul
13.00- 14.30.
Bertempat di ruang kelas C 1103 Fakultas pertanian Universitas Sriwijaya

3.2.Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah 1. Alat
tulis 2. kalkulator
3.3.Cara kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah
1. Untuk menghitung debit saluran di gunakan rumus
Keterangan
Q = Debit Air
A = Luas Penampang
V = kecepatan

BAB IV

Q = A xV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Hasil
Soal
Sebuah bola bergerak pada saluran irigasi dengan panjang 10 meter, tinggi 3 meter
dan panjang dasar 5 meter. Jika waktu tempuh bola tersebut adalah 2 s dari titik a
ke titik b. Hitunglah debit air pada saluran tersebut ! ( diketahui penampang
saluran irigasi berbentuk trapesium )
10 meter
t= 3m

3 meter
Jawab
Diketahui s = 10 m
t=2m
a = 10 m, b = 5 m
Di tanya = Dbit Air (Q) ?
a+b
xt
2

Luas penampang (A) =

Kecepatan (V) =

S
t

10 m
2s

10+ 5
x3
2

= 5 m/s

Debit Air (Q) = A x V


= 22,5 m2 x 5 m/s
= 112,5 m3/ s = 112,500 l/s

= 22,5 m2

4.2.Pembahasan
Debit merupakan jumlah air yang mengalir didalam saluran atau sungai
per unit waktu. Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air
yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan
liter per/detik, untuk memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih
cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah disiapkan. Debit adalah satuan
besaran air yang keluar dari daerah aliran sungai. Debit air merupakan ukuran
banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di
tampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu. Debit aliran adalah jumlah
air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.Satuan debit adalah meter
kubik per detik (m3 /s).
Metode yang umum diterapkan untuk menetapkan debit sungai adalah
metode profil sungai (cross section). Pada metode ini debit merupakan hasil
perkalian antara luas penampang vetikal sungai (profil sungai) dengan kecepatan
aliran air.
Q =Ax V
Keterangan :
Q = Debit aliram (m/s)
A = Luas penampang vertical (m)
V = Kecepatan aliran sungai (m/s)
Luas penampang diukur dengan menggunakan meteral dan piskal (tongkat
bambu atau kayu) dan kecepatan aliran diukur dengan menggunakan current
meter.
Kecepatan aliran sungai pada suatu penampang saluran tidak sama.
Kecepatan aliran sungai ditentuhkan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan
faktor-faktor lainnya. Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan
aliran pada tiap bagian penampang sungai tersebut. Idealnya, kecepatan aliran
rata-rata diukur dengan mempergunakan flow proble atau current meter. Alat
ini dapat mengetahui kecepatan aliran pada berbagai kedalaman penampang.
Namun apabila alat tersebut tidak tersedia, kecepatan aliran dapat diukur dengan
metode apung.
Pengukuran debit dengan alat pengapung.
Pengukuran debit dilakukan jalan mengapungkan suatu benda misalnya bola tenis,
pada lintasan tertentu sampai dengan suatu titik yang telah dikeahui jaraknya.
Pengukuran dilakukan oleh tiga orang yang masing-masing bertugas sebagai

pelepas pengapung diawal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu
perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir.
Langkah pengukuran debit adalah sebagai berikut:
1. Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang relative lurus dan tidak
banyak pusaran air. Bila sungai relative lebar, bawah jembatan adalah
tempat pengukuran yang cukup ideal.
2. Tentuhkan lintasan dengan jarak tertentu, kira-kira waktu tempuh benda
yang diapungkan lebih kurang 20 detik.
3. Buat profil sungai pada titik akhir lintasan.
4. Catat waktu tempuh benda apung mulai saat dilepaskan sampai dengan
garis akhir lintasan.
5. Ulangi pengukuran sebanyak tiga kali.
Pengukuran debit aliran sangat bermanfaat diberbagai bidang. Salah satu
kegunaan pengukuran debit aliran adalah debit aliran dapat dijadikan sebuah alat
untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan
potensi sumber air permukaan. Dalam bidang pertanian debit aliran dimanfaatkan
untuk :
1.

Pembuatan irigasi

Pengukuran debit aliran sangat bermanfaat dalam pembuatan saluran irigasi.


Dengan melakukan pengukuran debit aliran maka dapat diketahui debit andalan
aliran air tersebut. Debit andalan merupakan debit maksimum yang dapat
digunakan untuk irigasi.
2.

Sebagai tenaga pembangkit listrik

Tenaga pembangkit listrik dapat berasal dari uap, angin, bahan bakar minyak,
nuklir maupun air. Apabila tenaga pembangki listrik berasal dari air, pengukuran
debit aliran dapat membantu untuk menentuhkan kecepatan pergerakan turbin.
3.

Sebagai sarana trasportasi

Dalam bidang trasportasi pengnkuran debit aliran juga sangat bermanfaat. Dengan
adanya pengukuran debit aliran, maka dapat diketahui besarnya debit air di suatu
sungai dan kecepatan gerak air.
Selain itu debit aliran juga dapat di gunakan untuk memperkirakan daya tampung
waduk atau bendengan, dan masih banyak lagi kegunaan pengukuran debit aliran.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya debit suatu aliran air.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Intensitas hujan

Curah hujan merupakan salah satu faktor utaman yang memiliki komponen
musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan
dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek) atau musim hujan
pendek (kemarau panjang). Semakin panjang musim hujan maka debit air akan
semakin besar.
b. Penggundulan hutan
Hutan merupakan sumber resapan air hujan yang sanagat penting. Oleh karena itu
hutan yang terjaga kelestariannya dengan baik akan memberikan manfaat berupa
ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaliknya apabila
kelestarian hutan tidak terjaga maka ketika hujan datang yang terjadi adalah
bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Karena fungsi hutan sebagai daerah
resapan air tidak berjalan sebagai mana mestinya.
c. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Pengalih fungsian hutan menjadi lahan pertanian sangat beresiko, karena dengan
ditebanginya pohon-pohon dabat menimbulkan erosi. Erosi menyebabkan debit
aliran sungai menurun.
d. Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas permukaan
tanah. Air hujan yang jatuh itu tertahan beberapa saat untuk diuapkan kembali ke
atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Setiap hujan jatuh
didaerah bervegetasi ada sebagian air yang tidak mencapai permukaan tanah dan
dengan demikian intersepsi berpengaruh terhadap besar kecilnya debit aliran.
e. Evaporasi dan evapotraspirasi
Evaporasi adalah penguapan air yang berasal dari danau, sungai, lautan maupun
permukaan tanah. Sedangkan evapotraspirasi adalah penguapan air oleh
tumbuhan. Kedua proses ini dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya debit
aliran karena melalui proses ini dapat membuat air baru (hujan).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di peroeh dari pratikum ini yaitu:
1.Debit air adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik ( m3 /dt).
2.
3.
4.
5.
5.2.Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada pratikum ini ialah untuk lebih
teliti dalam melakukan pratikum agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang di
harapkan,dan sebaik nya materi yang disampaikan oleh kakak asisten lebih jelas
agar para pratikan lebih dapat memahami.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Bazak, N.N., 1999. Irrigation Engineering. Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited, New Delhi.
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
1986, Standart Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencencanaan (KP-01,
KP-07).
Fuad Bustomi, 2000. Simulasi Tujuh Teknik Pemberian Air Irigasi Untuk Padi di
Sawah dan Konsekuensi Kebutuhan Air Satu Masa Tanam. Tesis Program
Pasca sarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta
Harsoyo. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa timur.
Lenka, D. 1991. Irrigation and Drainage. Kalyani Publishers, New Delhi.
Prastowo, H. 1995. Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip Fateta.
IPB. Bogor.
Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antara Universitas Ilmu
Teknik, UGM, Yogyakarta.
Susanto, E. 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. USU Press, Medan.

You might also like