You are on page 1of 7

I.

Riset dan Metode Ilmiah


Riset bisnis yang baik didasarkan pada penalaran yang logis. Periset yang cakap dan
manajer yang lihai sama-sama mempraktekkan kebiasaan berpikir yang mencerminkan
penalaran yang logis.
Metode ilmiah, sebagaimana dipraktekkan dalam riset bisnis, menuntun pendekatan
kita terhadap pemecahan masalah. Prinsip dasar dari metode ilmiah adalah :
1. Observasi langsung atas fenomena.
2. Variabel, metode, dan prosedur yang didefinisikan dengan jelas.
3. Hipotesis yang dapat diuji secara empiris.
4. Kemampuan untuk mengesampingkan hipotesis tandingan.
5. Pembenaran statistik ketimbang linguistik untuk kesimpulan.
6. Proses koreksi diri.
Pengujian empiris atau empirisisme dikatakan untuk menunjukkan observasi dan
proposisi berdasarkan pengalaman indera melalui metode logika induktif, termasuk
matematika dan statistik. Periset yang menggunakan pendekatan ini berusaha
menggambarkan, menjelaskan, dan membuat prediksi dengan mengandalkan informasi
yang diperoleh melalui observasi.
Pada umumnya, metode ilmiah dan penyelidikan ilmiah digambarkan sebagai
aktivitas pemecahan masalah pada sebuah puzzle. Bagi periset, sebuah puzzle adalah
masalah yang dapat diatasi, dijelaskan, atau dipecahkan melalui proses penalaran. Periset
bisnis yang pengambilan kesimpulannya dihasilkan dari data empiris menggunakan
langkah-langkah dibawah ini dalam menggambarkan satu pendekatan untuk menilai
keabsahan kesimpulan mengenai kejadian yang dapat diobservasi :
1. Menemukan keingintahuan, keraguan, penghalang, kecurigaan, atau rintangan.
2. Mengajukan pertanyaan, merenungkan pengetahuan yang sudah ada, dan
mengumpulkan fakta.
3. Mengusulkan hipotesis dan penjelasan yang masuk akal untuk menjelaskan fakta
yang diyakini berhubungan secara logis dengan masalahnya.
4. Menyimpulkan hasil atau konsekuensi dari hipotesis.
5. Merumuskan beberapa hipotesis tandingan.
6. Merancang dan menjalankan uji empiris yang penting dengan berbagai hasil yang
mungkin, dimana masing-masing hasil tersebut secara selektif mengesampingkan
satu atau lebih hipotesis.
7. Menarik kesimpulan berdasarkan penerimaan atau penolakan hipotesis.
8. Mengumpankan informasi kembali ke masalah yang semula dan memodifikasinya
menurut kekuatan dari bukti.

II.

Penalaran Logis untuk Jawaban yang Berguna


Setiap hari kita bernalar dengan mengkomunikasikan maksud kita dalam bahasa
sehari-hari, kasus khusus, simbolis, atau logis. Maksud kita dapat disampaikan melalui
salah satu jenis wacana, yaitu eksposisi atau argumen. Eksposisi terdiri atas pernyataan

yang menggambarkan tanpa berupaya menjelaskan. Argumen memungkinkan kita


menjelaskan, menafsirkan, membela, menantang, dan mengeksplorasi makna. Dua jenis
argumen yang sangat penting untuk riset adalah sebagai berikut :
1. Deduksi
Deduksi adalah bentuk argumen yang dimaksudkan untuk mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan yang harus sejalan dengam alasan yang diberikan. Agar
tepat, suatu deduksi harus :
Benar, premis (alasan) yang diberikan untuk suatu kesimpulan harus sejalan

dengan dunia nyata.


Absah, kesimpulan harus sejalan dengan premis.
Deduksi dikatakan absah apabila tidak mungkin bagi kesimpulan untuk salah

apabila premisnya benar. Kesimpulan tidak dibenarkan secara logis apabila satu atau
lebih premisnya tidak benar atau bentuk argumennya tidak absah.
Contoh :
Premis 1 : Semua karyawan di BankOne dapat dipercaya untuk mematuhi kode
etik.
Premis 2 : Sara adalah karyawan BankOne.
Kesimpulan : Sara dapat dipercaya untuk mematuhi kode etik.
2. Induksi
Dalam induksi, kita menarik kesimpulan dari satu atau lebih fakta atau potongan
bukti tertentu. Kesimpulannya menjelaskan fakta dan faktanya mendukung
kesimpulan. Sifat dari induksi adalah bahwa kesimpulannya hanyalah sebuah
hipotesis. Kesimpulan induktif adalah lompatan pengambilan kesimpulan di luar
bukti yang disajikan. Hal tersebut merupakan sifat dasar dari penalaran induktif.
Induksi dan deduksi digunakan bersama-sama dalam penalaran riset. Dewey
menggambarkan proses ini sebagai pergerakan ganda dari pikiran reflektif. Induksi
terjadi ketika kita mengobservasi fakta dan bertanya, Mengapa begini? Dalam jawaban
untuk pertanyaan ini, kita mengajukan penjelasan tentatif (hipotesis). Hipotesis tersebut
masuk akal apabila menjelaskan kejadian atau kondisi (fakta) yang mendorong
timbulnya pertanyaan tersebut. Deduksi adalah proses yang kita gunakan untuk menguji
apakah hipotesis tersebut mampu menjelaskan fakta tadi.
III.

Bahasa Riset

Ketika kita melakukan riset, kita berusaha untuk mengetahui apa saja yang diperlukan
untuk mengerti, menjelaskan, dan meramalkan fenomena. Metode ilmiah dan cara
berpikir ilmiah didasarkan pada konsep, simbol-simbol yang kita lekatkan pada
seperangkat makna yang kita pegang dan berikan pada orang lain. Kita menciptakan
konsep untuk memikirkan dan mengkomunikasikan abstraksi. Kita juga menggunakan
konsep tingkat tinggi (konstruk) untuk tujuan penjelasan ilmiah khusus yang tidak dapat
diamati secara langsung. Konsep, konstruk, dan variabel dapat didefinisikan secara
deskriptif atau operasional.
1. Konsep
Untuk mengerti dan mengkomunikasikan informasi mengenai objek dan
kejadian, harus ada landasan yang sama untuk mengerjakannya. Konsep memenuhi
tujuan ini. Konsep adalah kumpulan makna atau karakteristik yang diterima secara
umum dan berhubungan dengan kejadian, objek, kondisi, situasi, dan perilaku
tertentu.
Kita menggunakan banyak konsep setiap harinya dalam berpikir, bercakapcakap, dan aktivitas lain. Kita membuat abstraksi makna dari pengalaman kita dan
memakai kata-kata sebagai label untuk menggambarkan makna tersebut. Sebagai
contoh, kita melihat seorang pria lewat dan mengidentifikasi bahwa ia berlari,
melompat, atau merangkak. Semua pergerakan ini menggambarkan konsep. Kita
juga sudah membuat abstraksi elemen visual tertentu yang kita gunakan untuk
mengidentifikasi bahwa objek yang bergerak tersebut adalah seorang pria dewasa.
Konsep-konsep yang biasa digunakan merupakan bagian terbesar dalam
komunikasi bahkan dalam riset, tetapi kita sering mengalami kesulitan saat
berurusan dengan konsep yang tidak lazim atau ide yang baru diajukan. Satu cara
untuk menangani masalah ini adalah dengan meminjam dari bahasa lain atau
meminjam dari bidang lain.
Dalam riset, masalah-masalah tertentu berkembang lebih cepat dari kebutuhan
mereka akan presisi dan daya cipta konsep. Suksesnya riset bergantung pada
seberapa jelas kita melakukan konseptualisasi dan seberapa baik orang lain mengerti
konsep yang kita gunakan. Tantangannya adalah mengembangkan suatu konsep
yang dapat dimengerti dengan jelas oleh orang lain. Kita akan menerima jawaban
yang beraneka ragam dan membingungkan jika kita tidak membatasi atau
menyempitkan suatu konsep dengan menetapkan :
Periode waktu (mingguan, bulanan, atau tahunan).
Sebelum atau sesudah dipotong pajak.
Untuk kepala keluarga saja atau untuk semua anggota keluarga.

Untuk gaji dan upah saja atau juga untuk dividen, bunga, dan capital gain.
Tunjangan lainnya (sewa gratis, diskon karyawan, atau kupon makanan).
2. Konstruk
Konsep mempunyai tingkat abstraksi yang progresif, yaitu tingkat di mana
konsep mempunyai atau tidak mempunyai sesuatu yang objektif untuk dijadikan
acuan. Konsep abstrak seperti ini sering disebut konstruk. Konstruk adalah gambar
atau ide abstrak yang diciptakan secara khusus untuk suatu riset tertentu dan/atau
tujuan pengembangan teori. Kita membangun konstruk dengan mengkombinasikan
konsep-konsep yang lebih sederhana dan lebih konkret, khususnya jika ide atau
gambar yang kita inginkan sampaikan tidak dapat diobservasi langsung.
3. Definisi
Kebingungan mengenai makna konsep dapat merusak manfaat suatu studi riset
bahkan tanpa periset menyadarinya. Apabila kata-kata mempunyai makna yang
berbeda bagi pihak-pihak yang terlibat, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak
tersebut tidak melakukan komunikasi denga baik. Definisi adalah salah satu cara
untuk mengurangi bahaya ini. Periset berhadapan dengan dua jenis definisi, yaitu :
a. Definisi Kamus
Dalam definisi kamus yang lebih dikenal, suatu konsep didefinisikan
padanan katanya. Sebagai contoh, seorang pelanggan didefinisikam sebagai
pembeli tetap; pembeli tetap pada gilirannya didefinisikan sebagai pelanggan
atau klien suatu perusahaan; klien didefinisikan sebagai orang yang
menggunakan jasa profesional. Definisi tanpa ujung pangkal ini mungkin
memadai bagi komunikasi umum, tetapi tidak bagi riset. Dalam riset, kita
mengukur konsep dan konstruk, dan ini mensyaratkan adanya definisi yang
lebih ketat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang dinyatakan dalam istilah-istilah
dengan kriteria spesifik untuk pengujian atau pengukuran. Istilah-istilah ini
harus mengacu pada standar empiris. Entah objek yang akan didefinisikan
bersifat fisik atau sangat abstrak, definisinya harus menyebutkan karakteristik
dan bagaimana karakteristik tersebut akan diamati. Spesifikasi dan prosedurnya
harus sedemikian jelasnya sehingga siapa pun yang kompeten menggunakannya
akan mengklasifikasikan objek apapun dengan cara yang sama.
4. Variabel
Dalam praktek, istilah variabel digunakan sebagai padanan untuk konstruk atau
sifat yang sedang dipelajari. Variabel yang dimaksud adalah simbol dari suatu
kejadian, tindakan, karakteristik, sifat khusus, atau atribut yang dapat diukur dan

dikategorikan. Untuk tujuan pemasukan dan analisis data, kita memberikan nilai
numerik pada suatu variabel berdasarkan sifat variabel yang bersangkutan.
Semua variabel yang menghasilkan data yang dapat dimasukkan ke dalam suatu
kategori dikatakan sebagai variabel diskret, karena hanya nilai tertentu yang
dimungkinkan. Variabel dapat digolongkan sebagai :
a. Variabel Penjelas
b. Variabel Bebas & Terikat
Periset paling tertarik pada hubungan antara variabel. Banyak buku teks
menggunakan istilah variabel prediktor sebagai padanan untuk variabel bebas
(VB) dan variabel kriteria yang digunakan sebagai padanan untuk variabel
terikat (VT). Variabel prediktor dimanipulasi oleh periset dan manipulasi
tersebut menyebabkan efek pada VT. Sedangkan variabel kriteria diukur,
diprediksi, atau dipantau dan diharapkan dipengaruhi oleh manipulasi VB.
c. Variabel Moderat
Variabel moderat (VM) adalah variabel bebas kedua yang dimasukkan
karena diyakini mempunyai kontribusi signifikan atau efek bersyarat pada
hubungan awal antara VB dan VT. Penentuan suatu variabel sebagai variabel
bebas atau moderat bergantung pada hipotesisnya.
d. Variabel Luar (Extraneous Variable)
Keberadaan variabel luar (VL) yang jumlahnya hampir tak terbatas
mungkin mempengaruhi suatu hubungan tertentu. Untungnya, variabel ini hanya
menimbulkan sedikit efek atau bahkan tanpa efek pada situasi tertentu.
e. Variabel Intervensi (Intervening Variable)
Variabel intervensi merupakan suatu mekansime konseptual yang dilalui oleh
VB dan VM untuk mempengaruhi VT. Variabel intervensi (VI) dapat
didefinisikan sebagai faktor yang secara teoritis mempengaruhi fenomena yang
diamati, tetapi tidak dapat dilihat, diukur, atau dimanipulasi.
5. Proposisi dan Hipotesis
Proposisi sangat menarik dalam riset karena dapat digunakan untuk menilai
kebenaran atau kesalahan hubungan di antara fenomena yang dapat diamati. Ketika
kita mengajukan suatu proposisi untuk diuji, kita sebenarnya membuat hipotesis.
Hipotesis menggambarkan hubungan di antara dan di tengah variabel-variabel.
Hipotesis juga biasa digambarkan sebagai pernyataan di mana kita menetapkan
variabel pada kasus (entitas atau hal yang dibicarakan oleh hipotesis). Dalam riset,
sebuah hipotesis mempunyai beberapa fungsi penting :
Menuntun arah studi.
Mengidentifikasi fakta yang relevan dan yang tidak.
Menyarankan bentuk desain riset mana yang mungkin paling cocok.
Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang dihasilkan.

Sebagai sebuah pernyataan deklaratif mengenai hubungan antara dua variabel


atau lebih, sebuah hipotesis bersifat tentatif dan terkaan. Hipotesis yang baik adalah
hipotesis yang memadai untuk mencapai tujuannya, apa yang diklaim dapat
dijelaskan, dapat diuji, dan mempunyai kisaran, probabilitas, dan kesederhanaan
yang lebih besar dibandingkan pesaingnya.
Periset sering menggunakan pertanyaan riset ketimbang hipotesis deskriptif.
Sebagai contoh :
Format Hipotesis Deskripif
Format Pertanyaan Riset

Kota-kota di Amerika (kasus)


Mengalami kesulitan anggaran (variabel)
Apakah kota-kota di Amerika mengalami

kesulitan anggaran?
Kedua format dapat diterima, tetapi format hipotesis deskriptif mempunyai
beberapa keuntungan :
Mendorong periset untuk menjernihkan dan menjelaskan cara berpikir mereka

mengenai kemungkinan hubungan yang ingin ditemukan.


Mendorong mereka berpikir tentang implikasi dari suatu temuan yang didukung

atau ditolak.
Berguna untuk menguji signifikansi statistik.
Format pertanyaan riset lebih jarang digunakan pada situasi yang memerlukan

hipotesis relasional. Hipotesis jenis ini adalah pernyataan yang menggambarkan


hubungan antara dua variabel sehubungan dengan suatu kasus. Hipotesis
korelasional menyatakan bahwa beberapa variabel terjadi bersamaan dalam pola
tertentu tanpa menyiratkan adanya hubungan sebab akibat di antara mereka. Dengan
hipotesis penjelas (sebab akibat), ada implikasi bahwa keberadaan atau perubahan
satu variabel menyebabkan atau membawa perubahan pada variabel yang lain.
Dalam mengusulkan atau menafsirkan hipotesis sebab akibat, periset harus
mempertimbangkan arah pengaruhnya.
6. Teori
Hipotesis memainkan peranan penting dalam pengembangan teori. Perbedaan
antara teori dan hipotesis adalah perbedaan kadar kompleksitas dan abstraksi. Pada
umumnya, teori cenderung kompleks, abstrak, dan melibatkan banyak variabel.
Sebaliknya, hipotesis cenderung merupakan pernyataan yang lebih sederhana
dengan variabel terbatas dan hanya melibatkan kejadian-kejadian konkret.
Agar fakta dan teori bermanfaat, maka keduanya diperlukan. Kemampuan kita
untuk membuat keputusan yang rasional dan juga untuk mengembangkan

pengetahuan ilmiah diukur berdasarkan kemampuan kita dalam menggabungkan


fakta dan teori.
Teori merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang saling terkait
secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena
(fakta). Sejauh teori yang kita gunakan tersebut logis dan cocok dengan situasinya,
maka kita telah sukses dalam penjelasan dan prediksi kita.
7. Model
Model adalah sarana penting untuk mengajukan teori dan membantu
pengambilan keputusan. Istilah model digunakan dalam riset bisnis dan bidang lain
dalam bisnis untuk menggambarkan fenomena melalui pemakaian analogi. Model
didefinisikan sebagai representasi dari suatu sistem yang dibangun untuk
mempelajari suatu aspek dari sistem itu atau sistem secara keseluruhan. Model
berbeda dengan teori dalam hal peran dimana teori adalah penjelas sementara peran
model adalah representasi. Model memungkinkan periset dan manajer untuk
menggolongkan kondisi masa sekarang atau masa depan. Tujuan model adalah untuk
meningkatkan pemahaman, prediksi, dan pengendalian kita atas kompleksitas
lingkungan.
Model deskriptif, prediktif, dan normatif didapatkan di dalam riset bisnis.
Model deskriptif sering digunakan untuk sistem yang lebih kompleks serta
memungkinkan visualisasi banyak variabel dan hubungan. Model prediktif
meramalkan kejadian di masa akan datang. Model normatif digunakan terutama
untuk kontrol, menginformasikan kita tentang tindakan apa yang harus diambil.
Model dapat pula statis, yang menggambarkan suatu sistem pada satu titik waktu
atau dinamis yang menggambarkan evolusi suatu sistem bersama berlalunya waktu.
Model dikembangkan melalui penggunaan penalaran induktif dan deduktif.
Penalaran induktif memungkinkan pembuat model untuk menarik kesimpulan dari
fakta atau bukti dalam perencanaan dinamika model. Pembuat model mungkin pula
menggunakan teori yang sudah ada, pengalaman manajerial, penilaian, atau fakta
yang dideduksi dari hukum alam yang sudah diketahui. Dalam hal ini, penalaran
deduktif berfungsi untuk menciptakan kesimpulan tertentu yang berasal dari premis
umum.

You might also like