Professional Documents
Culture Documents
Anggota kelompok :
Annisa Mardhiyyah
1318011018
Annisa Rusfiana
1318011019
1318011048
Dian Octaviani
1318011057
1318011085
1318011086
1318011087
1318011136
Restu Pamanggih
1318011138
Ria Arisandi
1318011139
Victoria Hawarima
1318011174
Wage Nurmaulina
1318011175
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
PRAKATA
Assalammu'alaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan diskusi tutorial
ini.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok gastrointestinal
dan hepatobiliar. Kepada para dosen yang terlibat dalam mata kuliah dalam blok
ini, kami mengucapkan terima kasih atas segala pengarahan yang telah diberikan
sehingga dapat menyusun laporan ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan ini, baik dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu,
kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Hal ini disebabkan karena
masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kami. Selain itu,
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna kesempurnaan laporan
ini dan perbaikan bagi kita semua.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
untuk kita semua.
Wassalammu'alaikum wr.wb.
Bandar Lampung,19 Desember 2015
Penyusun
Daftar Isi
Prakata......................................................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................3
Skenario 4.................................................................................................................4
Step 1............................................................................................ ...7
Step 2........................................................................................................................8
Step 3 & 4.............................................................................................................9
Step 5......................................................................................................................21
Step 7......................................................................................................................22
SKENARIO 4
(Multilevel Skenario)
Perut Membesar
Tn. S (52 tahun) datang dengan keluhan utama perut membesasr sejak 6 blan yang
lalu.
3. Sklera Ikterik
4. Konjungtiva Anemis
5. Head to Toe
: Bagian Torax (Normal)
Skuffner 1,2
Shifting Dulness (+)
Ektremitas Edema (+)
6. JVP
: 5+1 cm
Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Hb
Ht
Trombosit
Leukosit
SGOT
SGPT
HbsAg
: 9 gr/dl
: 27%
: 100.000
: 7500/mm3
: 100 (normal <40)
: 66
: (+)
Diagnosis Banding
1. Hepatitis B
2. Hepatitis D
STEP 1
STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STEP 3 dan 4
1. Hepatitis B
Virus hepatitis B merupakan jenis virus DNA untai ganda, family
hepadnavirus dengan ukuran sekitar 42 nm yang terdiri dari 7 nm lapisan luar
yang tipis dan 27 nm inti di dalamnya.Masa inkubasi virus ini antara 30-180
hari rata-rata 70 hari. Virus hepatitis B dapat tetap infektif ketika disimpan
pada 30-32C selama paling sedikit 6 bulan dan ketika dibekukan pada suhu
-15C dalam 15 tahun.
Cara penularan VHB pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa dapat terjadi
melalui beberapa cara, yaitu kontak dengan darah atau komponen darah dan
cairan tubuh yang terkontaminasi melalui kulit yang terbuka seperti gigitan,
sayatan, atau luka memar. Virus dapat menetap di berbagai permukaan benda
yang berkontak dengannya selama kurang lebih satu minggu, seperti ujung
pisau cukur, meja, noda darah, tanpa kehilangan kemampuan infeksinya. Virus
hepatitis B tidak dapat melewati kulit atau barier membran mukosa, dan
sebagian akan hancur ketika melewati barier. Kontak dengan virus terjadi
melalui benda-benda yang bisa dihinggapi oleh darah atau cairan tubuh
manusia, misalnya sikat gigi, alat cukur, atau alat pemantau dan alat perawatan
penyakit diabetes. Resiko juga didapatkan pada orang yang melakukan
hubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang tertular, berbagi jarum saat
menyuntikkan obat, dan tertusuk jarum bekas Virus dapat diidentifikasi di
dalam sebagian besar cairan tubuh seperti saliva, cairan semen, ASI, dan
cairan rongga serosa merupakan penyebab paling penting misalnya
ascites.Kebanyakan orang yang terinfeksi tampak sehat dan tanpa gejala,
namun bisa saja bersifat infeksius
Hepatitis D
Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau antigen Delta
yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA yang tidak sempurna.
Virus tersebut dari nukleo protein RNA merupakan hybrid DNA virus
11
dengan
penyembuhan
total.
Koinfeksi
dengan
hepatitis
12
a. HBs Ag
Jika positif, pasien dianggap terinfeksi hepatitis B. Pengulangan tes setelah
6 bulan untuk menentukan infeksi telah sembuh atau kronik. HBsAg
positif setelah 6 bulan tetap terdeteksi dalam darah selama lebih dari enam
bulan berarti telah menjadi kronis.
b. Anti HBs
Jika positif, pasien dianggap memiliki kekebalan terhadap hepatitis B
(baik karena infeksi yang telah sembuh atau karena vaksinasi). Hepatitis B
karier kronis dapat menunjukkan HBsAg dan Anti HBs positif. positif
untuk HbsAg dan anti HBs pada saat yang bersamaan, tetapi hal ini sangat
jarang terjadi (<1%). Jika negatif pasien belum memiliki kekebalan
terhadap virus hepatitis B
13
c. HBeAg
HBeAg positif berhubungan dengan tingkat infeksi yang tinggi dan pada
karier kronik dengan peningkatan resiko sirosis. Tes ini dapat digunakan
untuk mengamati perkembangan hepatitis B kronik.
d. HBV DNA
HBV DNA positif menunjukkan infeksi aktif, bergantung pada viral load
(jumlah virus). Tes ini dapat digunakan untuk mengetahui prognosis dan
keberhasilan terapi.
e. Anti HBc
Jika positif, pasien telah terinfeksi oleh VHB. Infeksi telah sembuh
(HBsAg negatif) atau masih berlangsung (HBsAg positif). Jika infeksi
telah sembuh, pasien dianggap mempunyai kekebalan alami terhadap
infeksi VHB. IgM anti HBc mungkin menjadi satu-satunya marker yang
dapat terdeteksi selama masa window period ketika HbsAg dan anti-HBs
masih negatif.
f. Anti HBe
Umumnya Anti HBe positif dengan HBeAg negatif menunjukkan tingkat
replikasi virus yang rendah. Namun hal ini tidak berlaku pada virus
hepatitis B mutan.
g. Pemeriksaan tambahan
Anti HCV dan Anti HAV untuk menyingkirkan adanya infeksi hepatitis C
dan A.
14
Bila SGPT/SGOT tinggi, diagnosis HBV dilakukan dengan tes darah. Tes ini
jauh lebih rumit daripada tes HIV, tes HBV mencari antigen (pecahan virus
hepatitis B) tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh
sebagai reaksi terhadap HBV). Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV
mencari satu antigen HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis B)
dan dua antibodi anti-HBs (antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan
anti-HBc (antibodi terhadap antigen bagian inti, atau core, HBV). Sebetulnya
ada dua tipe antibodi anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM dan antibodi IgG.
Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi HBV dapat membingungkan,
karena ada berbagai kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda, dan
masing-masing kombinasi mempunyai artinya sendiri. Berikut adalah arti dari
kombinasi yang mungkin terjadi:
HBsA
Anti-
Anti-
Anti-
HBc
HBc
HBs
Negati
IgM
Negati
IgG
Negati
Negati
Tidak
f
Positif
f
Positif
f
Positif
f
Negati
(pertimbangkan divaksinasikan)
Terinfeksi, kemungkinan dalam enam
Positif
f
Negati
Positif
pemulihan
Terinfeksi, kemungkinan terjadi lebih
Negati
Positif
f
Negati
Negati
Positif
Status hepatitis B
pernah
terinfeksi
Negati
Negati
Negati
Positif
kekebalan tubuh
Pernah divaksinasi terhadap infeksi
f
Positif
f
Negati
f
Positif
Negati
15
Bila hasil tes ini menunjukkan infeksi kronis, viral load dapat memberi
gambaran mengenai keadaan, tetapi tes ini mahal. Lebih sering dilakukan
biopsi hati (sel hati yang diambil dengan jarum yang tipis diperiksa dengan
mikroskop). Tes fungsi hati harus tetap dilakukan secara berkala untuk
memantau kesehatan hati.
Sayangnya, tes darah tidak dapat memberikan semua informasi tentang
keadaan hati seseorang. Mengukur viral load HBV, tingkat enzim hati, dan
AFP dalam darah tidak dapat menentukan apakah ada kerusakan, dan bila ada,
tingkat kerusakan. Untuk ini, dibutuhkan biopsi hati. Biopsi hati hanya
diusulkan untuk pasien dengan viral load HBV yang tinggi (di atas 100.000
kopi) dan tingkat enzim hati yang tinggi.
Biopsi hati biasanya dilakukan di klinik rawat jalan di rumah sakit. Ultrasound
kadang kala dipakai untuk menentukan daerah terbaik untuk biopsi. Kita harus
telentang, sedikit ke kiri. Daerah kulit yang dipilih dibersihkan.. Kemudian,
daerah tersebut disuntik untuk mematikan rasa pada kulit dan jaringan di
bawahnya. Sebuah jarum khusus yang tipis ditusuk melalui kulit. Pada saat
ini, dokter akan minta kita mengambil napas masuk, keluar dan tahan untuk
kurang lebih lima detik. Jarum dimasukkan pada hati dan dikeluarkan lagi.
Tindakan ini hanya membutuhkan satu-dua detik. Sepotong jaringan hati yang
kecil dicabut dengan jarumnya, dan diperiksa dalam laboratorium. Proses ini
dari awal hanya membutuhkan 15-20 menit. Tetapi setelah itu,kita harus
terbaring secara tenang selama beberapa jam untuk menghindari kemungkinan
akan perdarahan di dalam. Mungkin akan dirasakan sedikit nyeri pada dada
atau bahu, tetapi ini bersifat sementara.
Orang bereaksi secara berbeda-beda pada biopsi beberapa orang merasa
sakit, sementara kebanyakan merasa heran karena mereka hampir tidak
mengalami rasa sakit. Sebagian besar orang menggambarkan proses sebagai
membosankan, karena harus terbaring begitu lama setelah dilakukan tindakan.
Hasil biopsi biasanya didapat dalam satu minggu
16
17
5. Penatalaksanaan Hepatitis B
Tujuan pengobatan VHB adalah untuk mencegah atau menghentikan radang
hati (liver injury) dengan cara menekan replikasi virus atau menghilangkan
injeksi. Dalam pengobatan hepatitis B, titik akhir yang sering dipakai adalah
hilangnya pertanda replikasi virus yang aktif secara menetap. Obat-obat yang
digunakan untuk menyembuhkan hepatitis antara lain obat antivirus, dan
imunomulator. Pengobatan antivirus harus diberikan sebelum virus sempat
berintegrasi ke dalam denom penderita. Jadi pemberiannya dilakukan sedini
mungkin sehingga kemungkinan terjadi sirosis dan hepatoma dapat dikurangi.
Yang termasuk obat antivirus adalah interferon (INF). Sedangkan obat
imunomodulator yang menekan atau merangsang sistem imun misalnya
transfer faktor,immune RNA, dan imunosupresi.
Untuk hepatitis B akut ringan, penderita dapat dirawat jalan, kecuali penderita
dengan mual berat yang dapat menyebabkan kekurangan cairan. Prinsip
pengobatan adalah mempertahankan masukan nutrisi dan cairan, menghindari
aktivitas fisik berlebihan, serta pengobatan sesuai gejala. Hampir 99%
penderita dewasa hepatitis B akut sembuh secara spontan sehingga tidak
diperlukan pengobatan spesifik seperti antivirus. Pemberian antivirus terbatas
untuk penderita hepatitis fulminan dan penderita dengan gangguan imun
(pertahanan tubuh).
Pada gagal hati akut, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Meskipun tidak
ada terapi yang terbukti efektif, namun tujuan perawatan adalah menunggu
perbaikan infeksi secara spontan dan perbaikan fungsi hati, mendeteksi
komplikasi dan segera mengatasinya, serta mempersiapkan transplantasi hati
jika tidak terdapat perbaikan. Angka harapan hidup jika dilakukan
transplantasi dini adalah 65 -75%. Untuk hepatitis B kronik, terdapat 2
golongan obat yang digunakan: kelompok imunomodulator (termasuk terapi
vaksinasi) dan kelompok antivirus. Tujuan pengobatan hepatitis B kronik
adalah mencegah atau menghentikan kerusakan hati untuk mencegah
18
komplikasi
lanjut
(gagal
hati,
pengerasan
hati,
dan
kanker
hati).
dan
komplikasi
kronis
hepatitis
B.
Vaksinasi
ulang
tidak
abnormal,
atau
19
tanda-tanda
gagal
hati
yang
keseimbangan
cairan,
studi
laboratorium
yang
20
STEP 5
1.
2.
3.
4.
Penegakan diagnosis
Komplikasi (Sirosis Hati)
Kriteria rujukan
Hepatitis A,C,D,E
21
STEP 7
1. Diagnosis
Penderita penyakit hati secara umum, termasuk hepatitis, akan diperiksa
darahnya untuk beberapa jenis pemeriksaan parameter biokimia, seperti
AST, ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfatase, bilirubin, albumin,
dan juga waktu protrombin. Pemeriksaan laboratorium ini juga dapat
dilakukan secara serial, yakni diulang beberapa kali setelah tenggang
waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
maupun perbaikan sel dan jaringan hati.
Parameter biokimia hati. Beberapa parameter biokimia hati yang dapat
dijadikan
pertanda
fungsi
hati,
antara
lain
sebagai
berikut
a. Aminotransferase (transaminase)
Parameter yang termasuk golongan enzim ini adalah aspartat
aminotransferase
(AST/SCOT)
dan
alanin
aminotransferase
normal. ALT meningkat 1-3 kali nilai normal pada perlemakan hati, 310 kali nilai normal pada hepatitis kronis aktif dan lebih dari 20 kali
nilai normal pada hepatitis virus akut dan hepatitis toksik.
b. Alkalin fosfatase (ALP)
Enzim ini ditemukan pada sel-sel hati yang berada di dekat saluran
empedu. Peningkatan kadar ALP merupakan salah satu petunjuk
adanya sumbatan atau hambatan pada saluran empedu. Peningkatan
ALP dapat disertai dengan gejala warna kuning pada kulit, kuku, atau
bagian putih bola mata.
c. Serum protein
Serum protein yang dihasilkan hati, antara lain albumin, globulin, dan
faktor pembekuan darah. Pemeriksaan serum protein-protein tersebut
dilakukan untuk mengetahui fungsi biosintesis hati. Penurunan kadar
albumin menunjukan adanya gangguan fungsi sintesis hati. Namun
karena usia albumin cukup panjang (15-20 hari), serum porotein ini
kurang sensitif digunakan sebagai indikator kerusakan sel hati. Kadar
albumin kurang dari 3 g/L menjadi petunjuk perkembangan penyakit
menjadi kronis (menahun). Globulin merupakan protein yang
membentuk gammaglobulin. Gammaglobulin meningkat pada penyakit
hati kronik, seperti hepatitis kronis atau sirosis. Gammaglobulin
mempunyai beberapa tipe, seperti lg G, lg M, serta lg A. Masingmasing tipe sangat membantu dalam mengenali penyakit hati kronis
tertentu.
Hampir semua faktor-faktor pembekuan darah disintesis di hati. Umur
faktor-faktor pembekuan darah lebih singkat dibandingkan albumin,
yaitu 5-6 hari sehingga pengukuran faktor-faktor pembekuan darah
merupakan pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan albumin untuk
menentukan fungsi sintesis hati. Terdapat lebih dari 13 jenis protein
yang terlibat dalam pembekuan darah, salah satunya adalah
protrombin. Adanya kelainan pada protein-protein pembekuan darah
dapat dideteksi, terutama dengan menilai waktu protrombin. Waktu
protrombin adalah ukuran kecepatan perubahan protrombin menjadi
trombin. Waktu protrombin tergantung pada fungsi sintesis hati dan
23
24
individu
tersebut
pernah
terinfeksi
VHB.
orang
lain,
maupun
ibu
ke
janinnya.
25
dan
Pemeriksaan
peningkatan
molekuler
aspartate
merupakan
aminotransferase
pemeriksaan
yang
(AST).
dapat
mendeteksi RNA VHC. Tes ini terdiri atas dua jenis, yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Tes kualitatif menggunakan teknik PCR (Polymerase
Chain Reaction) dan dapat mendeteksi RNA VHC kurang dari 100
kopi per mililiter darah. Tes kualitatif dilakukan untuk konfirmasi
viremia (adanya VHC dalam darah) dan juga menilai respon terapi.
Selain itu, tes ini juga berguna untuk pasien yang anti-HCV-nya
negatif, tetapi dengan gejala klinis hepatitis C atau pasien hepatitis
yang tidak teridentifikasi jenis virus penyebabnya. Adapun tes
kuantitatif sendiri terbagi atas dua metode, yakni metode dengan
teknik branched-chain DNA dan teknik reverse-transcription PCR. Tes
kuantitatif berguna untuk menilai derajat perkembangan penyakit.
Pada tes kuantitatif ini dapat diketahui derajat viremia. Biopsi
26
(pengambilan
sedikit
jaringan
suatu
organ)
dilakukan
untuk
27
Pemeriksaan USG untuk hepatitis akut tidak akurat karena pada hepatitis
akut, proses penyakit masih awal sehingga belum terjadi kerusakan
jaringan. Pemeriksaan USG pun dapat digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis banding, yakni diagnosis lain yang mungkin terkait kelainan
hati, misalnya tumor had, abses hati, radang empedu, atau amubiasis hati
(komplikasi infeksi amuba ke dalam hati sehingga terjadi abses hati).
2. Komplikasi
Sirosis Hepatis atau sirosis hati atau pengerasan pada hati merupakan
kelainan bentuk dan fungsi hati sebagai salah satu organ besar manusia
yang menetralisir racun dalam tubuh. Seseorang dengan sirosis mengalami
pergantian jaringan hati yang normal dengan jaringan parut yang merusak
sel hati sehingga hati tidak dapat berfungsi secara normal. Sirosis hepatis
dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah. Sirosis hepatis ringan
dapat memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga hati dapat
bekerja secara normal kembali. Sedangkan pada sirosis hepatis parah,
jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi hati tidak dapat
berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis hepatis adalah virus,
obat-obatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara penyembuhan
terbaik bagi sirosis hepatis adalah dengan melakukan pencangkokan hati.
Gangguan pencernaan
28
Hepatitis B dan C
Obat-obatan tertentu
Pendarahan
29
3. Kriteria rujukan
a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap tanpa
disertai keluhan yang lain.
b. Penderita Hepatitis A dengan
penurunan
kesadaran
dengan
31
dua
minggu
untuk
memberikan
perlindungan.Vaksinasi
32
biasanya
33
Masa inkubasi (waktu sejak virus pertama masuk sampai gejala muncul)
untuk hepatitis C adalah dua minggu hingga enam bulan. Infeksi pada
enam bulan pertama ini dikenal dengan hepatitis C akut. Meski ada gejala
hepatitis C yang muncul, indikasinya mirip dengan penyakit lain sehingga
sulit disadari. Hanya sekitar 25 persen penderita hepatitis C akut yang
mengalami gejala. Beberapa indikasinya meliputi:
Kelelahan.
Demam.
Sakit perut.
34
Sakit kepala.
Gangguan pencernaan.
Depresi.
35
Selama masa pengobatan, kondisi pasien akan dipantau melalui tes darah
secara berkala. Proses ini biasanya dianjurkan setelah pengobatan selama
satu dan empat bulan. Sama seperti obat lain, kombinasi pegylated
interferon dan ribavirin berpotensi menyebabkan efek samping. Misalnya
tidak nafsu makan, anemia, demam, mual, rambut rontok, depresi,
kecemasan, sulit berkonsentrasi, serta sulit mengingat sesuatu. Hampir
semua penderita hepatitis C kronis yang menjalaninya mengalami lebih
dari satu jenis efek samping. Tetapi efek-efek samping tersebut umumnya
akan berkurang seiring proses adaptasi tubuh terhadap obat.
36
Para pakar kemudian berhasil menemukan dua jenis obat baru, boceprevir
dan telaprevir. Keduanya adalah obat penghambat enzim (protease
inhibitors). Obat ini menghalangi kinerja enzim yang dibutuhkan oleh
virus untuk berkembang biak. Penggunaan boceprevir dan telaprevir harus
dikombinasikan dengan pegylated interferon dan ribavirin. Kombinasi
keempat obat ini direkomendasikan sebagai alternatif pengobatan bagi
penderita hepatitis C yang belum pernah menjalani penanganan apa pun
atau tidak responsif terhadap penanganan lain. Penderita hepatitis C
dianjurkan untuk menjalani pengobatan ini selama satu tahun.
Hepatitis D
Hepatitis D (hepatitis delta) adalah inflamasi hati yang disebabkan oleh
infeksi virus hepatitis D (HDV), merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi hepatitis B.
HDV dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan HBV.
Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau antigen
Delta yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA yang tidak
sempurna. Virus tersebut dari nukleo protein RNA merupakan hybrid DNA
virus Hepatitis B. Virus ini juga memerlukan selubung HBSAg. Virus
hepatitis D tidak terdapat dalam serum atau darah tetapi anti HVD Ig M
dapat ditemukan dalam sirkulasi (Selamihardja/G.Sujayanto (2007).
37
38
HBsAg
terinfeksi
oleh
VHD.
Ko-infeksi
umumnya
39
40
Insidens :
Diagnosa :
41
(gelisah,
perubahan
kepribadian,
letargi,
ke
mulut).
Infeksi
dengan
virus
ini
pertama
kali
42
Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah
dilaporkan. Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering
dikaitkan dengan wabah besar dan epidemi di negara-negara berkembang
dengan kondisi sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4 menginfeksi
manusia, babi dan spesies hewan lainnya dan telah bertanggung jawab
untuk kasus-kasus sporadis hepatitis E di negara-negara berkembang dan
industri.
43
protein-protein
virus
yang
di-re-kombinasi,
telah
dikembangkan dan baru-baru ini diuji dalam suatu populasi berisiko tinggi
(personil militer dari negara berkembang). Vaksin tampak efektif dan
aman,
namun
penelitian
lebih
lanjut
diperlukan
untuk
menilai
44