You are on page 1of 2

a.

Sifat Malam
1) Rentang lebur (melting range)
Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range
dan pada melting point karena malam tersebut terdiri dan molekul
yang sama

tetapi berat molekulnya berbeda, atau beberapa tipe

molekul yang berbeda dan masing-masing memiliki variasi berat


molekul. Sebagai contoh titik lebur parafin 44 - 62 C, titik lebur
carnauba wax 50 - 90 C. Campuran parafin 75% dan carnauba 25%
memiliki titik lebur yang berbeda.
2) suhu transisi padat-padat (solid-solid transition temperature) .
Bila malam dipanaskan hingga di bawah titik lebur, terjadi transisi
padatpadat yaitu perubahan struktur kristal lattice yang stabil (biasanya
orthorombik) menjadi heksagonal. Pada keadaan tersebut malam dapat
dimampulasi tanpa menyerpih, robek atau stress. Transisi padat-padat
ini juga menentukan sifat fisis dan kesesuaian malam untuk berbagai
prosedur klinis dan laboratoris. Malam yang harus tetap kaku bila ada
dalam mulut, hams memiliki suhu transisi padatpadat di atas 37C.
3) Ekspansi termis (thermal expansion) .
Seperti bahan lain, malam akan mengembang/ekspansi bila suhu
meningkat dan akan mengkerut/ kontraksi bila suhunya menurun.
Koefisien ekspansi termis malam lebih besar danpada bahan lain di
kedokteran gigi. Sifat

ekspansi termis linier bahan malam dapat

dijelaskan berdasarkan kekuatan

ikatan valensi sekunder dan titik

transisi. Malam yang berasal dari mineral

umumnya mempunyai

koefisien ekspansi lebih besar dan malam tumbuhan. Malam mineral


ikatan valensi sekundemya lemah, bila suhu meningkat terjadi
pergerakan yang lebih besar pada komponennya, maka ekspansi
termalnya

lebih besar. Ekspansi tennis mi berpengaruh terhadap

ketepatan restorasi yang

dibuat. Sebagai contoh, malam dengan

koeisien ekspansi tennis 350 x 10 / C bila didinginkan dan suhu 37


ke suhu 20 derajat celcius akan mengalami pengkerutan linier sebesar
hampir 0,6%.
4) Kekuatan mekanis .

Modulus elastisitas, limit proporsional, dan kekuatan kompresi malam


lebih rendah daripada bahan lain. Sifat mekanis tersebut sangat
dipengaruhi oleh suhu.
5) Daya alir (flow) .
Bila malam diberi beban pada waktu tertentu, akan terjadi deformasi
atau perubahan bentuk. Deformasi plastis dan prosentase daya alimya
tergantung temperatur. Di bawah suhu transisi, daya alirnnya rendah.
Daya alir im penting untuk malam inlay yang polanya dikerjakan
secara direct. Pada suhu 5 derajat di atas suhu mulut, daya alirnya
harus besar, tetapi pada suhu mulut /37 derajat harus tidak ada daya
alirnya.
6) Stres internal (Internal stress) .
Stres internal sering juga disebut residual stress. Malam memiliki
konduktivitas panas rendah, sehingga sukar mencapai pemanasan yang
merata. Bila malam dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan yang
cukup di atas suhu transisi padat-padat, maka akan terjadi stress dalam
bahan. Bila malam
mengakibatkan distorsi.

dipanaskan, terjadi pelepasan stress dan

You might also like