Professional Documents
Culture Documents
EMULSIFIKASI
I.
TUJUAN
1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam
pembuatan emulsi.
2. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.
3. Mengevaluasi kestidakstabilan suatu emulsi.
4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan daiam pembuatan
emulsi.
5. Mengidentifikasi jenis emulsi dengan metode pengeceran dan metode
pewarna dengan metilen blue.
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatanbulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak tercampur.
Proses emulsifikasi menyebabkan farmasi dapat membuat suatu preparat yang
stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase kontinyu (zat cair yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal));
dan Emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi) (Ansel, 1989).
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam:
3.1.1
Komponen dasar
yang harus terdapat dalam emulsi, antara lain Fase dispersi/ fase internal/
fase discontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair yang terbagibagi menjadi butiran kecil di dalam cairan lain. Fase eksternal/ fase
kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
3.1.2
emulsi.
Komponen tambahan
2.
emulsi, yaitu:
1. Dengan pengenceran fase
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya. Dengan prinsip
tersebut, emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.
2. Dengan pengecatan atau pewarnaan
Zat warna akan tersebar merata dalam emulsi jika zat tersebut larut dalam
fase eksternal emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop):
a. Emulsi + larutan sudan III dapat memberi warna biru pada emulsi tipe
w/o, karena sudan III larut dalam minyak.
b. Emulsi + larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada tie
emulsi o/w, karena metilen biru larutdalam air. Selain metilen biru, metilen
merah dan amaranth juga dapat digunakan untuk emulsi o/w kerena
memberikan warna merah.
3. Dengan kertas saring atau kertas tisu
Jika emulsi diteteskan pada kertas saring tersebut terjadi noda minyak, berarti
emulsi tersebut tipe w/o, tetapi jika terjadi basah merata berarti emulsi
tersebut tipe o/w.
4. Dengan konduktifitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K watt dan
neon watt, semua dihubungkan secara seri. Lampu neon akan menyala jika
elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati jika
dicelupkan pada emusi tipe w/o.
(Syamsuni, 2007).
3.2 Metode Pembuatan Emulsi
Emulsi dapat dibuat dengan metode-metode dibawah ini :
a. Metode Gom Kering (Metode Kontinental)
Metode ini khusus untuk emulsi dengan zat pengemulsi gom kering.Basis
mulsi (corpus emulsi) dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air, 1
2
bagian gom, lalu sisa air dan bahan lainnya ditambahkan kemudian.
Caranya minyak dan gom dicampur, dua bagian air kemudia ditambahkan
sekaligus dan campuran tersebut digerus dengan segera dan dengan cepat
serta terus-menerus hingga terdengar bunyi lengket, bahan lainnya
kemudian ditambahkan dengan pengadukan.
a. Metode Gom Basah (Metode Inggris)
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dengan musilago atau gom
yang dilarutkan sebagai zat pengemulsi. Dalam metode ini digunakan
proporsi minyak, air dan gom yang sama seperti metode gom kering.
Caranya, dibuat musilago kental dengan sedikit air, minyak ditambahkan
sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat.Bila emulsi terlalu kental, air
ditambahkan lagi sedikit agar mudah diaduk dan bila semua minyak sudah
masuk, ditambahkan air sampai volume yang dikehendaki.
b. Metode Botol
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dari minyak-minyak
meenguap yang juga mempunyai viskositas rendah. Caranya, serbuk gom
arab dimasukkan kedalam suatu botol kering, ditambahkan dua bagian air,
kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat dalam wadah tertutup.
Minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus mengocok
campuran tersebut setiap kali ditambahkan air.Jika semua air telah
ditambahkan, basis emulsi yang terbentuk dapat diencerkan sampai
mencapai volume yang dikehendaki.
(Anief, 1999; Ansel, 1989).
minyak/air
membentuk
lapisan
monomolekular
dan
yang gugus hidrofilnya non ionik, contohnya Tween 80 dan Span 80.
Koloid hidrofilik yang membentuk suatu lapisan multimolekular sekitar
tetesan-tetesan terdispers dari minyak dalam suatu emulsi O/W. Beberapa
contoh kelompok ini adalah protein, gom, amilum dan turunan dari zat
sejenis dekstrin, metal selulosa, dan beberapa polimer sintetik seperti
3.3.3
polivinil alkohol.
Partikel-partikel padat yang terbagi halus, yang diadsorpsi pada batas
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan membentuk suatu
lapisan partikel di sekitar bola-bola terdispers. Contohnya adalah bentonit
dan veegum.
Tipe Sistem
A/M emulgator
Zat pembasah (wetting agent)
M/A Emulgator
Zat pembersih (detergent)
Zat penambah pelarutan (stobubilizer)
(Anief, 2000).
Tween
80
merupakan
nama
komersial
dari
polysorbate
80
atau
Span 40
Span 60
Span 65
Span 80
Span 85
a. Gelas ukur
b. Gelas beker
c. Penangas air
d. Pengaduk air
e. Tabung sedimentasi
f. Timbangan analitik
g. Batang pengaduk
h. Sendok tanduk
i. Pipet tetes
4.1.2 Bahan
a. Span 80
b. Tween 60
c. Minyak kelapa
d. Aquadest
4.2 Prosedur Kerja
4.2.1 Perhitungan Tween 80 dan Span 60
Diketahui :
HLB Span 60 = 4,7
HLB Tween 80 = 15
R/
Minyak
Tween
20 gram
Total 3 gram
Span
Air
Ad 100 gram
Misal jumlah Tween yang dibutuhkan adalah a gram maka jumlah Span yang
dibutuhkan adalah (3 a) gram. Sehingga perhitungannya menjadi :
Pembuatan Emulsi HLB 5
Tween
(a x 15) + ((3-a) x 4,7
=3x5
15 a + 14,1 - 4,7a
= 15
15 a 4,7 a
= 15 14,1
10,3 a
= 0,9
a
= 0,08 gram
Maka :
Tween = a; Tween
= 0,08 gram
Span
= 3-a
Span
= 3 0,08 gram
= 2,92 gram
=3x6
15 a + 14,1 - 4,7a
= 18
15 a 4,7 a
= 18 14,1
10,3 a
= 3,9
a
= 0,37 gram
Maka :
Tween = a ; Tween
= 0,37 gram
Span
= 3-a
Span
= 3 0,37 gram
= 2,63 gram
PembuatanEmulsi HLB 7
(a x 15) + ((3-a) x 4,7)
=3x7
15 a + 14,1 - 4,7a
= 21
15 a 4,7 a
= 21 14,1
10,3 a
= 6,9
a
= 0,66 gram
Maka :
Tween = a; Tween
Span
= 3-a
Span
= 3 0,66
= 0,66 gram
= 2,34 gram
Karena bobot jenis air = 1, maka perhitungan untuk volume air yang diperlukan
adalah
10
V. Analisis Data
5.1 Tabel Jumlah Tween dan Span untuk Nilai HLB 5, 6, 7.
No.
HLB
1.
0,08 gram
2,92 gram
2.
0,37 gram
2,63 gram
3.
0,66 gram
2,34 gram
2.
3.
Nama Bahan
Jumlah
HLB 5
Tween 80
Span 60
Air
Minyak
0,08gram
2,93gram
77 mL
20,0 gram
HLB 6
Tween 80
Span 60
Air
Minyak
0,3675 gram
2,63 gram
77 mL
20 gram
HLB 7
Tween 80
Span 60
Air
Minyak
0,655 gram
2,35 gram
77 mL
20 gram
Paraf
TERLAMPIR
TERLAMPIR
TERLAMPIR
11
1.
2.
3.
4.
Waktu
Selasa,
24.05.16
Rabu,
25.05.16
Kamis,
26.05.16
Jumat,
27.05.16
HLB
Emulsi
Busa
HLB 5
15,5 cm
1,5 cm
HLB 6
15,5 cm
3,5 cm
HLB 7
15,5 cm
3 cm
HLB 5
15,4 cm
2,6 cm
HLB 6
15,2 cm
4,4 cm
HLB 7
15,5 cm
1,5 cm
HLB 5
15,5 cm
1,3 cm
HLB 6
15,2 cm
3,6 cm
HLB 7
15,4 cm
2,6 cm
HLB 5
15,4 cm
1,5 cm
HLB 6
15,4 cm
4 cm
HLB 7
15,7 cm
2,5 cm
15,5 cm
1,2 cm
HLB 6
15,2 cm
3,9 cm
HLB 7
15,6 cm
2,8 cm
HLB 5
16,5 cm
HLB 6
18,2 cm
0,3 cm
HLB 7
17 cm
1,1 cm
HLB 5
16,4
HLB 6
18,5
HLB 7
16,4
1,4
HLB 5
5.
6.
7.
Sabtu,
28.05.16
Minggu,
29.05.16
Senin,
30.05.16
Tinggi Lapisan
12
Metode Pengenceran
(penambahan akuades)
(3 tetes )
HLB 5
HLB 6
Metilenblue terdispers
sempurna (M/A)
HLB 7
Metilenblue terdispers
sempurna (M/A)
VI. PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika,
yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah
satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan kecil, yang
berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok
(Martin dkk., 2008). Menurut fase terdispersinya ada dua jenis emulsi yaitu
emulsi minyak dalam air (o/w) dan emulsi air dalam minyak (w/o). Pembuatan
jenis emulsi dapat dilihat dari banyaknya jumlah fase minyak atau air. Jumlah fase
yang lebih banyak akan menyebabkan fase tersebut menjadi fase eksternalnya.
Emulsi yang akan dibuat pada praktikum ini adalah emulsi minyak dalam air
dengan HLB yang berbeda. Nilai HLB merupakan angka yang menunjukkan
ukuran keseimbangan gugus hidrofilik yang suka air/polar dan gugus lipofilik
yang suka minyak atau non polar Semakin tinggi nilai HLB (hydrofilik-lypophilic
balance) suatu surfaktan, sifat kepolarannya akan meningkat (Supriyo, 2007).
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting
13
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1993. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas
Indonesia Press
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi IV . Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Martin, Alfred, James Swarbrick, and Arthur Cammarata. 2008. Farmasi Fisika 2,
Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
McClements, DJ. 2004. Food Emulsion Principles, Practices, and Techniques.
New York: CRC Press.
Rita, Irma. 2011. Proses Emulsifikasi dan Analisis Biaya Produksi Minuman
Emulsi Minyak Sawit Merah. Surabaya: Universitas Narotama.
17
18