You are on page 1of 1

Dari buku Bruno.

Intususepsi adalah akibat dari invaginasi dari satu bagian segmen usus ke bagian yang
lain. Yang sering terjadi adalah segmen usus besar bagian proksimal ke katup ileocecal.
Usus besar yang terjerat dan tarikan mesenterium mengakibatkan obstruksi limfa dan
vena mesenterika. Peningkatan udem mengakibatkan obstruksi / penurunan aliran arteri
mesenterika. Hasil akhir proses ini adalah terjadinya gangren pada usus.
Etiologi intususepsi belum dipahami dengan baik. Divertikulum Meckel, polip, duplikasi
intestinal, rotavirus atau nodus limpatikus kadang-kadang diitemukan.
Divertikulum Meckel yang paling sering ditemukan sebagai penyebab, diikuti polip dan
duplikasi usus besar. Sebagai tambahan koagulopati, khususnya purpura Henoch,
mempunyai implikasi. Limfosarkoma pada usus merupakan penyebab yang terbesar
intususepsi pada anak usia lebih dari 6 th.
Intususepsi idiopatik juga sering ditemukan, terjadi biasanya pada usia 5 18 bulan.
Dengan insiden 2 4 / 1000 kelahiran hidup dan laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan ( 3:2 ).
Riwayat nyeri perut yang hebat merupakan tanda yang paling sering. Abdomen mungkin
tegang, dengan auskultasi hiperperistaltik. BAB lendir dan darah merupakan tanda-tanda
klasik.
Resusitasi cairan harus segera dilakukan sebelum prosedur radiologi atau
pembedahan dilakukan. Untuk anak dengan tanda-tanda sepsis atau perdarahan
merupakan indikasi terapi yang agresif.
Setelah resusitasi yang adekuat dan kondisi yang stabil dapat dilakukan sedasi ringan
merupakan cara yang tepat untuk mereduksi intususepsi. Tindakan ini dilakukan pada
seting yang tepat dengan lingkungan dan orang yang tepat.
Reduksi Pneumatik juga merupakan cara yang praktis yang dilakukan beberapa senter.
Cara pembedahan merupakan hal yang umum dilakukan pada pasien dengan gejala yang
memanjang atau sepsis atau pasien dengan tanda dan gejala yang jelas.
Pada kasus yang terlambat penangannya atau kasus berat, penggunaan barium enema
untuk diagnosis merupakan hal yang kurang penting.
Rata-rata angka kekambuhan pada reduksi non operatif sekitar 2 %.

You might also like