Professional Documents
Culture Documents
UANG
Page 1
Page 2
4. Modus penyelundupan uang tunai atau sistem bank paralel ke Negara lain.
Modus ini menyelundupkan sejumah fisik uang itu ke luar negeri. Berhubung
dengan cara ini terdapat resiko seperti dirampok, hilang atau tertangkap
maka digunakan modus berupa electronic transfer, yakni mentransfer dari
satu Negara ke negara lain tanpa perpindahan fisik uang itu.
5. Modus akuisisi, yang diakui sisi adalah perusahaanya sendiri.Contoh seorang
pemilik perusahaan di indonesia yang memiliki perusahaan secara gelap pula
di Cayman Island, negara tax haven. Hasil usaha di cayman didepositokan
atas nama perusahaan yang ada di Indonesia. Kemudian perusahaan yang
ada di Cayman membeli saham-saham dari perusahaan yang ada di
Indonesia (secara akuisisi). Dengan cara ini pemilik perusahaan di Indonesia
memliki dana yang sah, karena telah tercuci melalui hasil pejualan sahamsahamnya di perusahaan Indonesia.
6. Modus Real estate Carousel, yakni dengan menjual suatu property berkai-kali
kepada perusahaan di dalam kelompok yang sama. Pelaku Money Laundrying
memiliki sejumlah perusahaan (pemegang saham mayoritas) dalam bentuk
real estate. Dari satu ke lain perusahaan.
7. Modus Investasi Tertentu, Investasi tertentu ini biasanya dalam bisnis
transaksi barang atau lukisan atau antik. Misalnya pelaku membeli barang
lukisa dan kemudian menjualnya kepada seseorang yang sebenarnya adalah
suruhan si pelaku itu sendiri dengan harga mahal. Lukisan dengan harga tak
terukur, dapat ditetapkan harga setinggitingginya dan bersifat sah. Dana
hasil penjualan lukisan tersebut dapat dikategorikan sebagai dana yang
sudah sah.
8. Modus over invoices atau double invoice. Modus ini dilakukan dengan
mendirikan perusahaan ekspor-impor negara sendiri, lalu diluar negeri (yang
bersistem tax haven) mendirikan pula perusahaan bayangan (shell
company). Perusahaan di Negara tax Haven ini mengekspor barang ke
Indonesia dan perusahaan yang ada d diluar negeri itu membuat invoice
pembelian dengan harga tingi inilah yang disebut over invoice dan bila dibuat
2 invoices, maka disebut double invoices.
9. Modus Perdagangan Saham, Modus ini pernah terjadi di Belanda. Dalam
suatu kasus di Busra efek Amsterdam, dengan melibatkan perusahaan efek
Nusse Brink, dimana beberapa nasabah perusahaan efek ini menjadi pelaku
pencucian uang. Artinya dana dari nasabahnya yang diinvestasi ini
Money Laundering dan Modus Kejahatan Produk Perbankan
Page 3
bersumber dari uang gelap. Nussre brink membuat 2 (dua) buah rekening
bagi nasabah-nasabah tersebut, yang satu untuk nasabah yag rugi dan satu
yang memiliki keuntungan. Rekening di upayakan dibuka di tempat yang
sangat terjamin proteksi kerahasaannya, supaya sulit ditelusuri siapa
benefecial owner dari rekening tersebut.
10.Modus Pizza Cinnction. Modus ini dilakukan dengan mnginvestasikan hasil
perdagangan obat bius diinvestasikan untuk mendapat konsesi pizza,
sementara sisi lainnya diinvestasikan di Karibia dan Swiss.
11.Modus la Mina, kasus yang dipandang sebagai modus dalam money
laundrying terjadi di Amerika Serikat tahun 1990. dana yang diperoleh dari
perdagangan obat bius diserahkan kepada perdagangan grosiran emas dan
permata sebagai suatu sindikat. Kemudian emas, kemudian batangan
diekspor dari Uruguay dengan maksud supaya impornya bersifat legal. Uang
disimpan dalam desain kotak kemasan emas, kemudian dikirim kepada
pedagang perhiasan yang bersindikat mafia obat bius. Penjualan dilakukan di
Los Angeles, hasil uang tunai dibawa ke bank dengan maksud supaya
seakan-akan berasal dari kota ini dikirim ke bank New York dan dari kota ini di
kirim ke bank New York dan dari kota ini dikirim ke bank Eropa melalui Negara
Panama. Uang tersebut akhirnya sampai di Kolombia guna didistribusi dalam
berupa membayar onkosongkos, untuk investasi perdagangan obat bius,
tetapi sebagian untuk unvestasi jangka panjang.
12.Modus Deposit taking, Mendirikan perusahaan keuangan seperti Deposit
taking Institution (DTI) Canada. DTI ini terkenal dengan sarana pencucian
uangnya seperti chartered bank, trust company dan credit union. Kasus
Money Laundrying ini melibatkan DTI antara lain transfer melalui telex, surat
berharga, penukaran valuta asing, pembelian obligasi pemerintahan dan
teasury bills.
13.Modus Identitas Palsu, Yakni memanfaatkan lembaga perbankan sebagai
mesin pemutih uang dengan cara mendepositokan dengan nama palsu,
menggunakan safe deposit box untuk menyembunyikan hasil kejahatan,
menyediakan fasilatas transfer supaya dengan mudah ditransfer ke tempat
yang dikehendaki atau menggunakan elektronic fund transfer untuk melunasi
kewajiban transaksi gelap, menyimpan atau mendistribusikan hasil transaksi
gelap itu.
Page 4
Page 5
Page 6
Pengusaha Mr. ES adalah direktur utama PT. AB. Pada saat dia datang kepada saya
dengan sejumlah proposal proyek, untuk mengajukan permohonan pembiayaan
proyek dengan sumber dana dari investor asing. Sebagai jaminan pinjaman kepada
investor asing tersebut, pengusaha Mr. ES telah menyiapkan beberapa surat dari
Bank M, yang katanya merupakan fasilitas yang di berikan Bank M kepada
pengusaha ES. Surat-surat dimaksud adalah 1. Surat Keterangan Bank yang isinya
menjelaskan tentang persetujuan penerbitan bank garansi dan 2. Surat Konfirmasi
yang berisi nomor bank garansi lengkap dengan bank kordinatnya.3. Surat
Pengikatan Sewa Jaminan. ( ? )
Yang membuat saya langsung curiga adalah jumlah pemberian fasilitas yang
melampaui BMPK karena di surat tertulis satu triliun lebih yang walaupun itu adalah
fasilitas credit non cash loan, akan tetapi pada akhirnya akan menjadi cash loan,
sehingga sangat meragukan. Namun atas dasar keluguan Pengusaha ES, membuat
saya tidak bisa banyak bertanya mengenai legalitas surat dari bank tersebut, saya
hanya menanyakan apakah bapak aplikasi sendiri ke bank ? jawabnya: Tidak
mengurus sendiri, saya mengurus melalui bu M ! begitu kata Mr. ES dan katanya ibu
M itu dekat dengan pejabat bank M.
Akhirnya saya menghubungi investor, untuk mengajukan permohonan client saya.
Investor memutuskan akan mengecek keaslian document tersebut malalui bank-nya
di Singapore, hasil konfirmasi atas document yang di pegang Mr. ES nomor Bank
Garansi (BG) dinyatakan masih On, dan saya pun mengkonfirmasimelalui telepon
kepada Mr. EP (Bank Officer) sesuai yang tertera di bank kordinat bank M, dari hasil
pengecekan saya mendapat jawaban dengan kesimpulan bahwa document yang di
pegang Mr. ES adalah benar, tinggal menunggu dana masuk dari investor.
Dan investor saya pun akhirnya menyatakan sanggup untuk menyetorkan dana ke
Bank M, serta menugaskan saya dan Mr.X untuk bertemu Mr. ES di bank M.
Selanjutnya kami mengajak Mr. ES untuk mendatangi bagian legal Bank M. Mr. ES
menelpon Mr. EP (BO-nya) bahwa ia akan kebagian legal bank M, tetapi Mr. EP
melarang Mr.ES untuk datang ke bagian legal bank M, kami sebagai pihak investor
memaksa Mr.ES untuk ke bagian legal bank M. Setelah berada di bagian legal Bank
M dan dokumen-dokumen yang dimiliki Mr. ES diperiksa, ternyata oleh staf
berwenang bagian bank garansi dinyatakan fiktif atau bodong. Sehingga jika nanti
Bank Garansi terbit statusnya adalah bank garansi fiktif atau jaminan bank garansi
fiktif.
Money Laundering dan Modus Kejahatan Produk Perbankan
Page 7
Dari contoh kasus diatas, terdapat beberapa kemungkinan modus Bank Garansi
(BG) fiktif, yaitu
Modus BG fiktif terskenario
Modus ini telah direncanakan dengan cermat memperhitungkan semua
kebiasaan dari calon beneficiary atau investor ataupun seseorang yang
memegang dokumen kemana saja orang itu akan mengecek. Tempat dan nomor
telepon yang tertera dalamsurat konfirmasi telah disiapkan, sampai dengan
jawaban-jawaban untuk menjawab pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat
jika ada pengecekan, semuanya sudah di persiapkan secara matang. Hal ini
terlihat dari hasil pengecekan atau mengkonfirmasi yang selalu dijawab oleh
pihak bank M dengan sangat meyakinkan.
Sehingga dalam hal ini Mr.ES adalah korban, dan tersangkanya adalah ibu M dan
Mr. EP. Akan tetapi biasanya si korban akan jadi tersangka dengan alasan telah
memalsukan dokumen sehingga Mr. ES bisa dikenakan pasal 263 (2) KUHP
sebagai yang menggunakan Surat palsu, karena Bank M akan berpegang pada
prinsip pembuktian cukup sampai bukti di tangan, yaitu dokumen fiktif di pegang
Mr. ES dengan kata lain Mr. ES seolah tertangkap tangan.
Modus BG fiktif kerjasama
Modus kerjasama adalah adanya kerjasama antara pihak luar bank dengan bank
M atau oknum bank M untuk menarik dana dari luar yang di masukan ke bank M
dengan menggunakan sarana dokumen fiktif. Dalam hal ini yang terlibat adalah
Mr. EP dari bank M menyerahkan dokumen kepada ibu M (sebagai orang luar
bank) dan ibu M menyerahkanya kepada Mr. ES (sebagai nasabah bank M) dari
Mr. ES diserahkan kepada Mr. X sebagai investor. Lalu Mr. X memasukan dananya
sebesar nominal BG ke bank M, dan Mr. X menerima copy Bank Garansi palsu
melalui Mr. ES. Pada saat jatuh tempo bank garansi, Mr. X akan mencairkan BG
tersebut karena Mr. ES wanprestasi, tapi BG tersebut tidak dapat dicairkan
karena palsu, sehingga Mr. X kehilangan dananya dan Mr. X dituduh
menggunakan BG fiktif, dijerat pasal 263 (2) KUHP.
Modus ini sangat membahayakan untuk para investor yang ceroboh, dan modus
ini biasanya memakan korban orang yang dekat dengan si pelaku.
Modus BG fiktif perencanaan floating
Modus floating ini digunakan oleh bank M untuk mengantisipasi kemungkinan,
yaitu apabila bank belum mau memberikan Bank Garansi Asli, akan tetapi bank
hanya memberikan copy BG dengan nomor BG yang asli, dengan tujuan jika
dana dari investor sudah masuk di bank M, maka BG asli akan dikeluarkan. Dan
Money Laundering dan Modus Kejahatan Produk Perbankan
Page 8
jika dana investor tidak masuk juga, maka copy BG yang bernomor asli tersebut
akan di hapus juga nomor aslinya dari data computer, sehingga copy BG pun
menjadi bodong atau fiktif karena nomor tersebut sudah tidak ter-register
(unregister) di bank M.
Modus floating ini biasa digunakan dalam modus kerjasama untuk menjebak
investor demi keuntungan pribadi-pribadi oknum, atau juga menjebak si nasabah
yaitu Mr.ES guna mencari uang kecil yang bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Jadi gerakan yang dilakukan oknum adalah jika terlihat ada gejala akan
terbongkar kejahatannya, maka pihak di dalam bank M akan segera menghapus
semua dokumen BG dengan cepat, dan pihak luar-pun sudah sama menghilang.
Sehingga yang menjadi korban adalah pemegang BG terakhir, karena BG
tersebut sudah menjadi bodong, mengingat semua data yang ada di bank telah
bersih di hapus. Sehingga pemegang BG terakhir akan dikenakan pasal 263(2)
KUHP yang menggunakan suratpalsu.
LANGKAH-LANGKAH JIKA KITA AKAN BERUSUSAN DENGAN BG SEPERTI KASUS
DIATAS.
Mr. EP di bank M
Periksa pembukuan Laporan Keuangan Perusahaan Mr. ES miniman tiga bulan
terakhir
Study kelayakan proyek sebagai underlying atas persetujuan penerbitan BG
jaminan (collateral).
Pastikan bahwa si applicant telah mengisi formulir aplikasi permohonan
Page 9
Page 10
(akan tetapi kartu ATM tersebut telah di program untuk berkerja membaca
transksi terakhir dari mesin ATM), dan seandainya si korban atau
nasabahmelaporkan kejadian seperti ini pada bank yang bersangkutan, tentu
si korban akan di tuduh melakukan penipuan, karena transaksi yang
dilakukan valid. Kenapa dianggap Valid ? karena biasanya si pelaku kejahatan
ikut mengantri transaksi ATM di belakang anda, dengan demikian selisih
waktu penarikan uang pun hanya beda beberapa menit, sehingga anda akan
dianggap menarik uang secara berturut-turut oleh pihak bank. Bagaimana
menghindari kejahatan seperti ini? caranya sangat sederhana, setelah anda
melakukan transaksi pengambilan uang atau transaksi apapun yang anda
lakukan di mesin ATM, dan setelah kartu anda keluar dari mesin ATM, anda
tinggal memasukan kartu anda kembali dan memasukan PIN yang salah atau
melakukan cancel, jadi record terakhir yang dibaca atau terekam oleh pelaku
adalah PIN yang salah, jadi kita juga perlu nakal untuk menghindari
kejahatan. Sip kan ?!
4. Modus lainnya dari kejahatan kartu ATM adalah bisa dilakukan oleh oknum
pegawai bank, (tapi ini hanya kemungkinan kecil), yaitu dengan cara
membuat kartu ATM fiktif melalui nomor rekening nasabah yang tidak
menginginkan kartu ATM. Oknum pelaku biasanya memakai rekening yang
saldonya besar akan tetapi pasif dalam aktivitas transaksi. Dengan kartu ATM
yang fiktif tadi si oknum menguras isi rekening nasabahnya yang tidak aktif
tadi dengan nyaman.
5. Modus lainya adalah dengan cara agar kartu ATM menyangkut pada ATM slot,
dengan menyisipkan sesuatu benda (bisa plastik, permen karet, korek api,
atau benang nilon dll) yang akan membuat kartu ATM tertahan didalam. Dan
si pelaku kejahatan akan pura-pura membantu atau menolong si korban
dengan menyuruh kembali mencoba memasukan PIN, setelah berkali-kali
dicoba gagal dan kartu ATM-pun seolah telah ditelan mesin, maka si korban
pergi untuk melakukan pengaduan pada bank yang bersangkutan, pada saat
si korban pergi, si pelaku kejahatan mengambil kartu dari slot ATM dengan
menarik benda yang dipasangnya, selanjutnya menarik tunai uang si korban.
Dalam modus ini ada juga si penjahat yang memasang striker palsu serta
memalsukan nomor telepon bank, sehingga pada saat si nasabah atau
korban menghubungi nomor telepon yang tercantum di stiker palsu, si
Money Laundering dan Modus Kejahatan Produk Perbankan
Page 11
Pihak Perbankan dalam sistem kartu ATM agar segera memanfaatkan Card
Verification Value (CVV) supaya bisa mempersulit upaya-upaya pemalsuan
kartu ATM.
Pihak Perbankan sebaiknya menambah security camera disetiap sudutdi
lokasi mesin ATM atau di ATM center baik di Mall maupun di bank dan
tempat-tempat di sekitar mesin ATM ada, agar dapat merekam semua segala
yang dipakai untuk menggandakan (kloning) kartu ATM. terbuat dari gipsum,
warnanya mirip dengan warna ATM. Skimmer umumnya ditempel dengan
double tape sehingga mudah lepas saat digoyang, dipoasang ditempat untuk
memasukkan kartu.
2. Kamera kecil (Spycamera/mini camera) biasanya dipasang dibadan ATM atau
disekitarnya, ukurannya tipis dan memanjang sehingga bisa ditempel diatas
atau samping tombol untuk mengetik PIN. Intinya semua yang mengarah ke
tombol untuk mrngrtik PIN harus diwaspadai.
Kejahatan Kartu Kredit
Para pelaku kejahatan dengan dengan modus kartu ATM maupun kartu kredit sudah
semakin modern dan mempunyai jaringan luas, bahkan dari media informasi yang
pernah saya tahu bahwa jaringan ini telah sampai ke luar negeri. Serta teknik
maupun peralatan dan bahan baku pembuat kartu palsu dijaringan ini telah saling
bertukar informasi dan saling jual beli bahan baku guna pemalsuan.
Para pelaku kejahatan kartu ATM maupun Kartu Kredit mempunyai mesin pembuat
kartu. Mesin encodingenconding data pada magnetic stripe kartu sesuai dengan
data yang terekam pada kartu asli. kartu ini sering dipakai untuk membuat tanda
Page 12
pengenal ID card, kartu anggota, dan lain-lain. Bahan bakunya bisa dibeli dari luar
negeri maupun dari bank di dalam negeri yang kemudian dicetak sesuai aslinya
atau menyerupai dan
Ada beberapa dugaan alternative dalam pencurian data korban :
1. Data dan nomor awalnya didapat dengan cara Skimming artinya merekam
secara elektronik data pada magnetic stripe skimming ini biasanya di
kerjakan dengan suatu alat sebesar bungkus rokok dan tergantung ada
berbagai model yang dijual di pasaran, biasanya si pelaku kejahatan dalam
mencuri data dan nomor dari kartu kredit asli akan
menitipkan Skimming tersebut di Restoran, hotel, Toko, atau tempat-tempat
pembayaran dengan istilah gesek, yang artinya harus ada keterlibatan orang
dalam dari tempat-tempat tersebut, biasanya si kasir
menyembunyikan SKIMMER di bawah meja dan melakukan dua kali
penggesekan tanpa sepengetahuan pemilik kartu.
2. Cara lain pencurian data pemilik kartu kredit asli adalah bisa dengan cara
memasang semacam CHIP pada terminal POS (point of sale)yaitu sebuah alat
gesek kartu kredit yang digunakan unbtuk pembayaran, pada restoran, toko,
hotel, super market, dan si pelaku kejahatan disini bisa petugas service
terminal POS, karyawan pada terminal POS, atau orang lain yang menitipkan.
Intinya bahwa CHIPharus dipasang oleh petugas yang menangani terminal
POS, misalkan pada saat service.
3. Maka dengan cara SKIMMING dan CHIP Information Card Verification Value
(CVV) yang mempunyai tiga digit angka yang berfungsi sebagai pengaman
kartu kredit akan ikut terekam.
4. Dalam tindak kejahatan Kartu Kredit umumnya terdapat beberapa modus
antara lain
Modus IDT (Identity Theft) yaitu pencurian Identitas orang lain yang dipake
Page 13
Page 14
bank tidak jarang menyeret aparat kepolisian untuk melacak sebab akibatnya.
Bahkan tidak jarang, raibnya dana korporasi tersebut melibatkan nasabah dan
pegawai bank itu sendiri. Apalagi kalau ternyata ditemukan motivasi penempatan
dana itu karena adanya imbal balik fee dan kedekatan diantara Pimpinan. Bukan
tidak mungkin diantara Pimpinan tersebut malah diduga terlibat dalam
penggelapan dana korporasi. Kejahatan perbankan nasional masih relatif
konvensional, seperti perampokan, pemalsuan dokumen seperti L/C, bilyet deposito,
cheque, bahkan pembobolan rekening nasabah oleh oknum dalam bank dan kolusi
antara orang dalam dan luar bank. Lalu kenapa kenapa penempatan dana sangat
dekat kaitannya dengan pembobolan bank, jawabannya karena setiap dana
nasabah yang hilang biasanya Bank akan menggantinya ? Apakah ini sebuah
permainan ? Ini masih merupakan misteri penempatan dana ???!!!!!! Misteri
permaianan Asset management Bank, misteri permainan Cash Collateral.......????
Page 15