Professional Documents
Culture Documents
ARMD
12.
Step 3
1. Jelaskan anatomi lensa dan fisiologi retina, choroid ?
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan
transparan. Lensa memiliki dua permukaan, yaitu
permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior
lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius
kurvatura anterior 10 mm dan radius kurvatura posterior
6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan ketebalan
lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia
lanjut. Berat lensa 135 mg pada usia 0-9 tahun hingga
255 mg pada usia 40-80 tahun.
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara
permukaan posterior iris dan badan vitreus pada
lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang
disebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris
membentuk diafragma optikal yang memisahkan bilik
anterior dan posterior bola mata Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa
dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang
berada di antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini,
yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin
yang mengelilingi lensa secara sirkular
dibentuk
dari
lapisan
neuroektoderma
sewaktu
proses
Lang GK. In: Ophtalmology a short textbook: retina. 1st ed. New York, Thieme Stuttgart
Germany; 2000. p. 299-314, 323-5
Pavan PR, Burrows AF, Pavan-Langston D. In: Pavan-Langston D, Azar DT, Azar N, Beyer J,
Baruner SC, Burrows A et at, editors. Manual of ocular diagnosis and therapy: retina and
vitreous. 6th ed. Massachusetts. Lippincotts Williams and Wilkins; 2008. p. 213-22
Hydrogenperoxide(H2O2)iselevatedintheaqueoushumorofdiabetics
andinducesthegenerationofhydroxylradicals(OH)afterenteringthe
lensthroughprocessesdescribedasFentonreactions.Thefreeradical
nitricoxide(NO),anotherfactorelevatedinthediabeticlensandinthe
aqueoushumor,mayleadtoanincreasedperoxynitriteformation,which
inturninducescelldamageduetoitsoxidizingproperties.
Furthermore,increasedglucoselevelsintheaqueoushumormayinduce
glycation of lens proteins, a process resulting in the generation of
superoxide radicals () and in the formation of advanced glycation
endproducts(AGE).ByinteractionofAGEwithcellsurfacereceptors
suchasreceptorforadvancedglycationendproductsintheepitheliumof
thelensfurtherandH2O2aregenerated.
Inadditiontoincreasedlevelsoffreeradicals,diabeticlensesshowan
impairedantioxidantcapacity,increasingtheirsusceptibilitytooxidative
stress. The loss of antioxidants is exacerbated by glycation and
inactivation of lens antioxidant enzymes like superoxide dismutases .
Copperzink superoxide dismutase 1 (SOD1) is the most dominant
superoxidedismutaseisoenzymeinthelens,whichisimportantforthe
degradationofsuperoxideradicals()intohydrogenperoxide(H 2O2)and
oxygen. The importance of SOD1 in the protection against cataract
development in the presence of diabetes mellitus has been shown in
variousinvitroandinvivoanimalstudies.
Inconclusion,avarietyofpublicationssupportthehypothesisthatthe
initiatingmechanismindiabeticcataractformationisthegenerationof
polyolsfromglucosebyAR,whichresultsinincreasedosmoticstressin
thelensfibersleadingtotheirswellingandrupture.
penyempitan
arteriol
yang
lebih
berat
dan
perubahan
pada
yaitu
perdarahan
retinopati
atau
hipertensi.
eksudat
retina
Retinopati
yang
pada
hipertensi
dapat
daerah
makula
berupa
dapat
Nuclear cataracts occur in the central region of the lens and appear to
involve an acceleration of processes that occur during aging even in the
normal lens. The proteins accumulate postsynthetic modifications,
especially resulting from oxidation, leading to formation of protein
aggregates that scatter light.5 The proteins in the nucleus also become
progressively more pigmented with age; in some nuclear cataracts the
color can become dark brown or even black. In such cases cataract may
result from absorption of light rather than light scattering. In contrast to
the cortical cataract, nuclear cataracts tend to become harder and less
hydrated than normal, age-matched lens nuclei.
Pathogenesis of Cataracts
J. SAMUEL ZIGLER JR and MANUEL B. DATILES III
Mathias RT, Rae JL, Baldo GJ: Physiological properties of the normal lens.
Physiol Rev 77:21, 1997
Duncan G, Bushell AR: Relationships between colour, sodium and protein
content in individual senile cataractous lenses. Ophthal Res 11:397, 1979
Kelainan di sarafnya.
8. Interpretasi hasil dari funduskopi di dapatkan kelainan
Harus bias membedakan retinopati diabetika, retinopati
hipertensi,HARUS DI CARI PENTING!!! DAN
GAMBARNYA JUGA JANGAN LUPA???
I.
RETINOPATI DIABETIK
Retinopati diabetik adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes melitus.
Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kebutaan di negara-negara Barat, terutama individu
produktif adalah(vaughan). Retinopati yang disebabkan oleh diabetes dapat berupa aneurisma,
pelebaran vena, perdarahan, dan eksudat lemak. Penyakit ini merupakan penyulit diabetes yang
paling penting karena angka kejadiannya mencapai 40-50% penderita diabetes dan prognosisnya
kurang baik terutama bagi penglihatan. Di Amerika Serikat terdapat kebutaan 5.000 orang
pertahun akibat retinopati diabetik, sedangkan di Inggris penyakit ini merupakan penyebab
kebutaan nomor 4 dari seluruh penyebab kebutaan.
Perubahan pada retina meliputi:
1. Mikroaneurisma yaitu penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena dengan bentuk
berupa bintik merah kecil. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecil sehingga
tidak terlihat dan dapat terlihat dengan bantuan angiografi fluoresein. Mikroaneurisma
merupkan kelainan diabetes melitus dini pada mata. Hal ini terbenbentuk akibat hilangnya
fungsi perisit. Mikroaneurisma ini dapat pecah dan menyebabkan kebocoran pembuluh
darah ke jaringan retina di sekitarnya.
Gambar 1. Mikroaneurisma5
2. Perdarahan retina dapat berupa titik, garis, maupun bercak yang biasanya terletak dekat
mikroaneurismata. Kelainan ini dapat digunakan sebagai prognosis penyakit. Perdarahan
yang luas memberikan prognosis yang lebih buruk dibanding yang kecil.
3. Dilatasi pembuluh darah vena dengan lumen ireguler dan berkelok-kelok. Biasanya
pembuluh darah tidak menyebabkan perdarahan. Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi dan
kadang disertai dengan kelainan endotel dan eksudasi plasma.
4. Eksudasi baik hard exudate maupun soft exudate. Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke
dalam retina. Gambarannya ireguler, kekuning-kuningan. Eksudat ini dapat muncul dan
hilang dalam beberapa minggu. Kelainan ini terutama banyak ditemukan pada keadaan
hiperlipoproteinemia. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches yang merupkan
iskemia retina. Kelainan ini akan memperlihatkan bercak berwarna kuning dan difus.
3.
4.
5.
6.
7.
Kehamilan
Hipertensi
Hiperglikemia kronik
Merokok
Trauma yang dapat menimbulkan perdarahan retina yang mendadak.
Departemen Mata FKUI/RSCM mengklasifikasikan retinopati diabetes sebagai berikut:2
1. Derajat I : terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
2. Derajat II : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa
eksudat lemak pada fundus okuli
3. Derajat II : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, neovaskularisasi dan
proliferasi pada fundus okuli
Klasifikasi retinopati diabetik yaitu: retinopati nonproliferatif, makulopati, dan retinopati
proliferatif.3
Retinopati Diabetes Non-Proliferatif
Retinopati diabetes merupakan mikroangiopati proresif yang ditandai dengan sumbatan
pembuluh-pembuluh darah kecil. Kelainan awal adalah penebalan dari membran basal endotel
kapiler dan berkurangnya jumlah perisit. Kelainan ini menyebabkan kapiler membentuk kantong
kecil yang disebut mikroaneurisma. Perdarahan akan berbentuk seperti nyala api. Retinopati
nonproliferatif terbagi atas:2,3,4
1. Retinopati nonproliferatif ringan : sedikitnya satu mikroaneurisma
2. Retinopati nonproliferatif sedang
: mikroaneurisma jelas, perdarahan intra
retina, gambaran manik pada vena, dan atau bercak-bercak cottton wool.
3. Retinopati nonproliferatif berat : gambaran maik pada vena. Bercak-bercak cotton
wool, dan kelainan mikrovaskular intraretina (IRMA)
dan
pucat,
arteri
meregang
dan
percabangan
tajam,
perdarahan ada atau tidak ada, eksudat ada atau tidak ada.
2. Tipe 2: fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati sklerosa senil,
terdapat pada orang tua. Pada funduskopi, pembuluh darah tampak
mengalami penyempitan, pelebaran dan sheating setempat. Perdarahan
retina ada atu tidak ada, tidak ada edema papil.
3. Tipe 3: fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis,
terdapat pada orang muda. Pada funduskopi, penyempitan arteri,
kelokan bertambah fenomena crossing, perdarahan multipel, cotton wool
patches, makula star figure.
4. Tipe 4: hipertensi yang progresif. Pada funduskopi, edema papil, cotton
wool patches, hard eksudat, dan star figure exudate yang nyata.
Klasifikasi
retinopati
hipertensi
menurut
Scheie,
adalah
sebagai
berikut:2,8
1. Stadium I: terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil.
2. Stadium II: penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan
kadang-kadang penciutan setempat sampai seperti benang, pembuluh
darah arteri tegang, membentuk cabang keras.
3. Stadium III: lanjutan stadium II, dengan eksudat cotton, dengan
perdarahan yang terjadi akibat diastol di atas 120 mmHg, kadangkadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan.
4. Stadium IV: seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat
star figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan diastol
kira-kira 150 mmHg.
yang
paling
hipertensi
Retinopati
Refraksi anomali
ARMD
Step 4
Usia
degenerative
Penyakit
sistemik
Proses
degeneraive
DM
hipertensi
Akumulasi
sorbitol
Mikroaneurism
a
Dilatasi PD
Kekeruhan
lensa
Visus turun
PX
penunjan
g
Sikatrik kornea
RPD
keratitis
Kelainan
refraksi