You are on page 1of 10

A.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum
ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi biji?
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan dalam laporan praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi
biji.
C. Hipotesis
1. Ha : terdapat pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi biji.
2. Ho : tidak terdapat pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi
biji.
D. Kajian Pustaka
Air merupakan syarat esensial untuk perkecambahan. Jumlah air
yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada spesies yang ada. Misalnya
seledri memerlukan kandungan air tanah dekat kapasitas lapang,
sedangkan tomat akan berkecambah dengan kandungan air tanah di atas
titik layu permanen. Untuk kebanyakan benih, kondisi lewat basah sangat
merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang kondisi
favortabel untuk perkembangan penyakit (Harjadi, 2002).
Perkecambahan dapat diartikan sebagai proses pengaktifan kembali
aktifitas pertumbuhan sumbu embrio (embryonic axis) di dalam biji yang
berhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Pada embrio yang
sangat muda sel-selnya hampir sama bentuk dan ukuran belum
terdiferensisasi.

Sel-sel

ini

membelah

berulang-ulang

kemudian

mengalami pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi beberapa


waktu, akhirnya akan kelihatan organ-organ permulaan yang belum
sempurna seperti akar, batang dan daun. (Firdaus, dkk. 2006).
Perkecambahan biji tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, tapi juga
(bergantung pada spesies) dipengaruhi oleh cahaya, pemecahan kulit biji
agar radikula dapat menerobos keluar dan oksigen dan/atau air dapat
masuk, penghilangan zat penghambat kimiawi, dan pematangan embrio.
(Salisbury, 1995).

Air yang memegang peranan yang penting dalam proses


perkecambahan biji dan kehidupan tumbuhan. Fungsi air pada
perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji. Air yang masuk
secara imbibisi akan melunakkan biji dan menyebabkan pengembangan
embrio dan endosperm. Air akan memberikan kemudahan masuknya
oksigen kedalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel
untuk gas. (Firdaus, dkk. 2006).
Dinding sel hidup selalu rembes dan kadang-kadang dikelilingi
oleh larutan cair yang sinambung dari satu sel ke sel lainnya, sehingga
membentuk suatu jalinan pada seluruh tumbuhan. Dipandang dari sudut
hubungannya dengan larutan ini, sebuah sel tumbuhan biasanya dapat
dibandingkan dengan sistem osmosis tipe tertutup. Kedua selaput
sitoplasma, yaitu plasmalema di sebelah luar dan tonoplas di sebelah
dalam, kedua-duanya sangat permeabel terhadap air, tetapi relatif tak
permeabel terhadap bahan terlarut, sehingga untuk mudahnya seluruh
lapisan sitoplasma itu dapat dianggap sebagai membran sinambung dan
semi-permeabel. (Loveless, 1991).
Penyerapan air melalui imbibisi dan osmosis merupakan proses
yang pertama terjadi pada perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji.
Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga
mendesak kulit biji yang sudah lunak sampai pecah. Makanan cadangan
yang disimpan dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak dan protein.
Sumber energi ini pada monokotil terdapat dalam endosperm dan pada
dikotil terdapat kotiledon. Makanan ini berupa senyawa komplek
bermolekul besar, tidak dapat diangkut kedaerah sumbu embrio sehingga
tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh titik tumbuh untuk pembentukan
protoplasma baru. Oleh sebab itu zat ini harus dipecah dahulu menjadi
senyawa sederhana, larut dalam air sehingga dapat diangkut. Proses
perombakan senyawa ini dapat terjadi dengan bantuan enzim-enzim
pencernaan yang terdapat dalam biji yang mnguraikan pati dan
hemiselulosa menjadi gula; lemak menjadi asam lemak dan gliserol serta

protein menjadi asam amino. Hasil rombakan ini larut dalam air sehingga
mudah untuk di angkut. (Salisbury, 1995).
Imbibisi air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia
sehingga perkecambahan terjadi dengan adanya penembusan radial kulit
biji dan pelepasan posfat dan kation dari vitin juga berlangsung segera
setelah perkecambahan dan sebagian ion diangkut oleh tumbuhan lewat
floem. (Santoso, 1990).
Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor
tumbuhan) dan faktor luar atau faktor lingkungan (Soedirokoesoemo,
1993).
Menurut Soedirokoesoemo (1993), Faktor dalam terdiri dari:
a. Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat
penyerapan Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system
perakaran berkembang baik, akan mampu mengadakan penyerapan
lebih kuat karena jumlah bulu akar semakin banyak.
b. Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka
semakin cepat metabolismem (terutama respirasi) akan

mempercepat

penyerapan.
Menurut Soedirokoesoemo (1993), faktor lingkungan terdiri dari:
a.
Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air
tersedia antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air
melebihi kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan
berada dalam lingkungan anaerob.
b.
Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan
yang

berisi berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah

c.

semakin sulit penyerapan.


Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan
metabolism. Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu

d.

saja ada temperatur optimum untuk penyerapan.


Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran

udara, yaitu maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan.


Aerasi mempengaruhi proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan
menyebabkan

terjadinya

kenaikan

kadar

CO2

yang

selanjutnya

menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap permeabilitas


membran sel.
E. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam praktikum antagonisme ion
adalah sebagai berikut :
1. Variabel manipulasi : kadar konsentrasi larutan glukosa, jenis larutan.
2. Variabel respon : berat akhir biji setelah 24 jam perendaman.
3. Variabel kontrol : berat awal biji, jenis biji, lama perendaman, jumlah biji,
volume larutan.
F. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel pada praktikum kali adalah sebagai
berikut :
1. Pada praktikum kali ini menggunakan 2 jenis larutan yang berbeda
yaitu aquades dan larutan glukosa dalam berbagai macam kadar
konsentrasi yaitu 0,0 M ; 0,25 M ; 0,5 M ; dan 1,0 M.
2. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu adanya perubahan berat
akhir pada biji kacang tanah yang telah diberi perlakuan dengan cara
direndam selama 24 jam dalam larutan aquades dan larutan glukosa.
Hasil berat akhir didapatkan dari penimbangan biji kacang tanah
menggunakan timbangan.
G. Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
1. Alat
a. Timbangan
b. Petridisk
c. Kertas saring
2. Bahan
a. Biji kacang tanah kering
b. Larutan glukosa 0,25 M ; 0,5 M ; dan 1,0 M
c. Air suling (Aquades)
H.

Rancangan Percobaan

Menyiapkan 12 biji kacang tanah


Membagi setiap biji dalam 4
kelompok

Menimbang biji dengan berat yang


sama sebagai berat awal

Meletakkan 3 biji pada larutan yang berisi

Kacang tanah +
aquades 0,0 M

Kacang tanah +
glukosa 0,25 M

Kacang tanah +
glukosa 0,5 M

Kacang tanah +
glukosa 1 M

Direndam selama 24 jam

Cawan petri dibersihkan dengan tisu, biji


diambil, dan ditiriskan sampai airnya kering

Ditimbang dengan menggunakan


timbangan
Hasil
Gambar 1. Rancangan percobaan pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi biji

I. Langkah Kerja
1. Membuat larutan gula dengan konsentrasi 0,0 M (aquades); 0,25 M;
0,5 M dan 1,0 M masing-masing sebanyak 10 ml. Masing-masing
larutan ditaruh dalam petridisk-petridisk yang telah disiapkan.
2. Memilih 12 butir biji kacang tanah yang baik dan seragam. Biji-biji ini
dibagi 4 kelompok dan masing-masing kelompok ditimbang.
3. Kedalam tiap petridisk yang sudah berisi larutan. Selanjutnya
dimasukkan 3 butir biji yang telah diketahui beratnya tersebut untuk di
rendam selama 24 jam.
4. Setelah 24 jam perendaman, kemudian biji-biji tersebut diambil dan
masing-masing kelompok diletakkan pada kertas saring.
5. Setelah tiris (kering airnya), kemudian masing-masing kelompok biji
ini ditimbang dan selanjutnya dibandingkan dengan berat awalnya.
J. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil percobaan pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi biji kacang tanah

No
1
2
3
4

Larutan
Aquades
Glukosa 0,25 M
Glukosa 0,5 M
Glukosa 1 M

Berat awal
1,98
1,92
2,08
1,95

Berat biji (gr)


Berat akhir
2,5
2,3
2,2
2,1

Selisih
0,52
0,22
0,28
0,15

2.6
2.5

2.5

2.4
2.3

Berat akhir (g)

2.3
jenis larutan

2.2

2.2

2.1

2.1

2
1.9

aquades

glukosa 0,25 M

glukosa 0,5 M

glukosa 1 M

Gambar 2. Grafik kepekatan larutan terhadap imbibisi biji

K. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel 1 yaitu
terdapat pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi biji kacang tanah
ditunjukkan dengan adanya perbedaan berat akhir pada biji yang telah
direndam selama 24 jam didalam larutan aquades dan larutan glukosa.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan biji kacang
tanah sebanyak 12 biji kemudian ditimbang untuk mengetahui berat
awalnya, selanjutnya biji dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing
cawan petri berisi 3 biji kacang tanah dan diredam larutan meliputi
aquades, glukosa 0,25 M, glukosa 0,5 M, dan glukosa 1 M selama 24 jam.
Langkah selanjutnya setelah dilakukan perendaman selama 24 jam
biji dikeringkan dan ditimbang, hasil timbangan biji tersebut dijadikan
berat akhir sebagai suatu proses imbibisi yang merupakan suatu tujuan
dalam praktikum.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil
yaitu biji kacang tanah yang direndam dalam larutan aquades memiliki

berat akhir 2,5 g ; untuk biji yang direndam dalam larutan glukosa 0,25 M
sebesar 2,3 g ; untuk biji yang direndam dalam larutan glukosa 0,5 M
sebesar 2,2 g ; dan untuk biji yang direndam dalam larutan glukosa 1 M
sebesar 2,1 g.
Berat akhir paling besar diperoleh dari biji kacang tanah yang di
rendam dalam larutan aquades sebesar 2,5 g. Begitupun sebaliknya berat
paling rendah di peroleh dari biji kacang tanah yang direndam dalam
larutan glukosa 1 M sebesar 1 M. Sesuai dengan teori bahwa semakin
rendah kepekatan larutan maka semakin tinggi proses imbibisi biji.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1 dapat di buat grafik
(gambar 2) pengaruh kadar garam terhadap imbibisi biji.
L. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diatas didapatkan hasil bahwa
kepekatan larutan dapat mempengaruhi proses imbibisi biji yang ditandai
dengan pertambahan berat pada biji kacang tanah. Hal tersebut
dikarenakan potensial air yang di dalam biji lebih rendah di bandingkan
potensial air di luar, akibatnya air masuk secara osmosis dalam biji. Data
yang dihasilkan untuk biji yang direndam dalam larutan aquades memiliki
berat akhir paling besar dibandingkan dengan biji yang direndam dalam
larutan glukosa dengan konsentrasi 0,25 M; 0,5 M; dan 1 M.
Menurut teori (Firdaus, 2006) air yang memegang peranan penting
dalam proses perkecambahan biji dan kehidupan tumbuhan. Fungsi air
pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji. Air yang
masuk secara imbibisi akan melunakkan biji dan menyebabkan
pengembangan embrio dan endosperm.
Penyerapan air melalui imbibisi dan osmosis merupakan proses
yang pertama terjadi pada perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji.
Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak
kulit biji yang sudah lunak sampai pecah. (Salisbury, 1995)
Proses imbibisi sendiri yaitu memiliki arti suatu proses penyerapan
air yang dilakukan oleh permukaan bahan atau zat yang besifat hidrofilik,
sehingga bahan atau zat itu dapat mengembang. Keberlangsungan proses
imbibisi sendiri ditentukan oleh potensial imbibisi, yang mana suatu bahan

atau zat memiliki kemampuan untuk menyerap molekul air. (Salisbury,


1995).
Oleh karena itu peristiwa imbibisi ini dianggap sebagai suatu
proses difusi karena di dalam peristiwa imbibisi tidak terdapat membran
yang membatasi antara molekul yang di imbibisi dengan molekul yang
mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat yang melakukan
imbibisi selalu naik selama proses imbibisi berlangsung. Penambahan
volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan
volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam
keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul yang
diimbibisikan harus menempati ruang diantara molekul-molekul zat yang
mengimbibisi sehingga volume zat yang diimbibisikan tertakan lebih kecil
dari pada bila dalam keadaan bebas. (Heddy, 1990)
Berdasarkan teori yang ada dapat dikatakan bahwa hasil praktikum
terima Ha tolak Ho. Kepekatan larutan terkecil dapat mempermudah
jalannya proses imbibisi dan mengakibatkan pertambahan berat paling
besar dibandingkan dengan biji yang direndam dalam larutan glukosa.
M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengaruh kepekatan larutan terhadap imbibisi
biji dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin rendah kepekatan suatu larutan, maka semakin tinggi
imbibisi biji, yaitu berat tertinggi dimiliki oleh biji yang direndam di
dalam larutan aquades sebesar 2,5 g dan berat terendah dimiliki biji
yang direndam dalam larutan glukosa 1 M sebesar 2,1 g.
N. Daftar Pustaka
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan.
Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Harjadi, M. 2002. Pengantar Agronomi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali Press.
Loveless. RA. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung :
Penerbit Institus Teknologi Bandung.
Santoso, 1990. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press

Soerodikosoemo, Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.


Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HARA


PENGARUH KEPEKATAN LARUTAN TERHADAP PROSES
IMBIBISI BIJI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.)

CAPRIATI ANNISA BENING


14030244019
BIOLOGI 2014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2016

You might also like