You are on page 1of 6

1.

Pendahuluan
Angka kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Sebagian
besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba (90%), terutama di ampula tuba. Kehamilan
ektopik ialah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uterus. Termasuk dalam kehamilan servikal, dan kehamilan
abdominal primer dan sekunder.
2. Laporan Kasus
Perempuan 28 tahun, datang ke IGD dengan keluhan perdarahan dari kemaluan
sejak 3 hari yang lalu. Perdarahan sedikit-sedikit serta disertai nyeri di perut kanan
bawah. Pasien menikah 3 bulan yang lalu dan terakhir haid pada tanggal 30 Maret 2011.
Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum tampak kesakitan. TD=100/60
mmHg, N=98x/menit, RR=24x/menit, Suhu=37,8oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva pucat, nyeri tekan abdomen kuadran kanan bawah
Inspekulo, tampak portio licin, hyde, flour (-), fluksus (+). Vaginal toucher, nyeri
goyang portio (+), teraba massa di kavum douglass.
Hasil pemeriksaan -HCG urin (+). Hasil lab : Hb 6,7 g/dl , Ht 25%, Leukosit
12.500g/dl , Trombosit 260000g/dl, GDS 98g/dl, Urinalisan dalam batas normal.
USG : Uterus sedikit membesar, tampak gambaran Endometrium menebal, tidak
didapatkan massa intra uterin. Tampak kistik di adneksa kanan melintang 2 cm. Tampak
cairan bebas (+). Pada pasien ini dilakukan laparotomi salpingektomi dekstra atas
indikasi KET dan transfuse darah untuk keadaan umum.
3. Pembahasan
3.1 Masalah
Keluhan utama yang membawa pasien datang ke IGD adalah perdarahan dari
kemaluannya sejak 3 hari yang lalu disertai nyeri pada perut bagian kanan bawah.
Pada anamnesis selanjutnya diketahui bahwa perempuan tersebut terlambat haid
1

3.2 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan tanda vital keadaan umum tampak kesakitan. Tekanan darah
rendah yaitu 100/60 mmhg (normal : 120/80 mmhg). Nadi dalam keadaan normal ;
98x/menit (normal : 60 100x/menit). Pernafasan lebih dari normal 24x/menit
(normal: 16 20x/menit). Suhu agak tinggi yaitu 37,8 C (normal : 36,5 37,2 C)
Pada pemeriksaan keadaan umum ditemukan konjungtiva pucat yang menandakan
adanya anemia, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah. Pada pemeriksaan
inspeksi terlihat perdarahan dari kemaluan. Pemeriksaan inspekulo didapat portio
licin, livide, tidak ada fluor, terdapat flukus yaitu keluarnya cairan dalam tubuh. Pada
pemeriksaan toucher didapat : nyeri goyang portio, teraba masa pada cavum dogulass
karena ada darah mengumpul yang membentuk benjolan / abses.
3.3 Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan ektopik tersebut, dapat dilakukan
pemeriksaan pada area pelvis. Tes laboratorium yang akan dilakukan, contohnya:(1)
Tes hematokrit
Tes ini dilakukan untuk mengukur persentase dari volume whole blood yang
difokuskan pada eritrosit. Pengukuran ini tergantung dari jumlah dan ukuran dari
eritrosit. Tes ini dilakukan untuk memeriksa jika pasien mengidap penyakit
sistemik seperti anemia dan leukimia.

Tes leukosit (white blood count)


Tes leukosit dilakukan untuk mengukur jumlah dari sel darah putih yang berfungsi
sebagai sistem pertahanan tubuh dari infeksi. Lima tipe dari leukosit adalah
basofil, eosinofil, limfosit (T cells dan B cells), monosit, dan neutrofil. Kadar
leukosit rendah disebut dengan leukopenia yang diantaranya dapat disebabkan
2

oleh infeksi dan tumor. Sedangkan kadar leukosit tinggi disebut dengan
leukositosis, yang diantaranya dapat disebabkan oleh anemia dan leukimia.

Tes HCG (Human Chorionic Gonadotropin)


Tes ini dapat mengukur level spesifik dari HCG di dalam darah. HCG adalah
hormon yang diproduksi pada kehamilan. HCG dapat dideteksi di dalam darah
dan urin wanita hamil kira-kira sepuluh hari setelah konsepsi. Pengukuran HCG
dapat menentukan umur kehamilan dan dapat membantu diagnosa dari kehamilan
abnormal, contohnya kehamilan ektopik.

Tes USG
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk memeriksa bagaiman keadaan
perkembangan janin di dalam rahim. Tes ini juga dilakukan untuk memeriksa
organ pelvis pada wanita hamil. USG yang dilakukan pada trimester pertama
dapat mendeteksi adanya keadaan normal kehamilan, menentukan umur janin,
melihat adanya masalah pada kehamilan seperti kehamilan ektopik dan
keguguran, dan sebagainya.
Masih ada beberapa tes laboratorium lainnya yang dapat dilakukan untuk

menegakkan diagnosa kehamilan ektopik. Jika tes-tes diatas masih dirasa belum
memadai, dapat dilakukan tes penunjang, seperti:

Laparoskopi
Laparoskopi adalah tindakan bedah pada abdomen untuk melihat langsung isi dari
abdomen tersebut, seperti pelvis, tuba falopi, ovarium, uterus, hepar, dan
sebagainya. Laparoskopi dapat membantu diagnosa dari kelainan pada abdomen
3

dan pelvis, seperti kehamilan ektopik. Tes ini bersifat non invasif sehingga sering
digunakan karena aman.

Laparotomi
Tes ini dilakukan dengan cara eksplorasi dari isi di dalam abdomen. Tindakan
bedah ini dilakukan dengan membuka abdomen. Laparotomi juga dapat
membantu diagnosa dan terapi pada suatu penyakit tertentu

3.4 Hipotesis
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dengan hasil konsepsi di luar
endometrium rahim sedangkan yang dimaksud dengan kehamilan ektopik yang
terganggu (KET) yaitu kehamilan ektopik yang disertai dengan abortus atau rupture
dan dapat membahayakan bagi perempuan tersebut.
Seringkali diagnosis ditegakan sebelum gejala dan tanda berkembang dengan
adanya pemeriksaan serum secara dini dan sonografi vagina.

Nyeri perut, tidak ada menstruasi, dan perdarahan per vaginaan irregular
(biasanya dalam bentuk bercak-bercak darah) merupakan gejala utama kehamilan

ektopik.
Tanda paling umum ditemukan pada wanita dengan kehamilan ektopik
simtomatik adalah nyeri tekan perut. Setengah dari wnaita yang mengalami
kehamilan ektopik akan memiliki massa adneksa yang dapat dipalpasi.
Perdarahan intraperitoneal yang jelas akan menyebabkan tahikardi dan hipotensi.
(2)

3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bedah ( laparoskopi atau laparotomi ) :(3)
1. Pemilihan tindakan tergantung pada penilaian bedah. Laparotomi merupakan
tindakan terbaik untuk pasien dengan kedaruratan bedah. Dewasa ini,
4

laparoskopi dengan salpingostomi liniar antimesentrik makin digunakan


secara luas untuk kehamilan ektopik yang tidak rupture dan pada situasi bukan
kedaruratan
2. Kendalikan perdarahan
3. Keluarkan hasil konsepsi
4. Upayan tuba atau organ-organ lain tetap normal atau hanya sedikit rusak. Jika
kehamilan masih

dini lakukan salpingostomi untuk mengeluarkan hasil

kehamilan dan mempertahankan tuba. Ligasi tepat perdarahan. Penutupan


dengan penjahitan tidak diperlukan
5. Indikasi pengangkatan organ meliputi :
a. Perdarahan yang tidak terkendali
b. Tuba rusak berat
c. Biasanya diperlukan histerektomi pada kehamilan servikal atau intertisial
yang rupture
d. Ooforektomi diperlukan pada kehamilan ovarium tetapi tidak dianjurkan
pada kasus-kasus yang memerlukan pengangkatan tuba.
Penatalaksanaan suportif
1. Berikan antibiotic spectrum luas untuk infeksi
2. Berikan terapi besi per-oral untuk mengembalikan simpanan besi
3.6 Prognosis
Dubia ad malam, dikarenakan beberapa alasan :
1. Kehamilan ektopik : kehamilan yang terjadi di luar uterus.
2. Kehamilan ektopik terganggu : kehamilan ektopik yang disertai dengan abortus
atau ruptur yang dapat membahayakan ibu.
3. Hasil pemeriksaan dengan ciri khas :
a. Status ginekologi : tanda tanda kehamilan, vaginal toucher, nyeri pada
penekanan cavum Douglass, cavum Douglass terlihat menonjol.
b. Laboratorium : Hb menurun, leukositosis, -HCG urin (+).

Daftar Pustaka
1. PubMed Health. (2010). Ectopic Pregnancy. Tubal pregnancy; Cervical pregnancy;
Abdominal pregnancy. Diakses pada 21 Mei 2011. Dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001897/
2. O. Schorge John, Nowritz R. Errol. At a glance Obstetri & Ginekologi. Ed 2. Jakarta :
Penerbit Erlangga,2007.
3. Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Ed. 9. Jakarta : EGC,
2008, p: 312-3

You might also like