You are on page 1of 120

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TENTANG

KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB


DI 4 TAMAN KANAK-KANAK
DI KECAMATAN SLEMAN
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan Oleh:
DWI ERNY AWATI
NIM : 998114224
NIRM : 990051122004120109

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

ii

Persembahan
You have only one life and one chance to do all the
things you want to do.

Tak perlu menyesali hidup, jika kita memang telah


siap lahir batin dan tak lelah memohon pada-Nya,
allah pasti membuat indah segala sesuatu pada
waktunya.

Ovi Shofianur, 2006, Anggun

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, November 2007


Penulis

INTISARI

Pemberian informasi tentang kontrasepsi sangat dibutuhkan dalam


pelayanan KB, mengingat besarnya keinginan masyarakat untuk berusaha mencari
dan memperoleh kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi dan keinginanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di 4 tk di
kecamatan Sleman, untuk mengetahui pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi,
untuk mengetahui motivasi yang mempengaruhi akseptor dalam pemilihan
kontrasepsi.
Penelitian ini bersifat deskriptif non eksperimental. Penelitian dilakukan di
4 TK di Kecamatan Sleman, dan sampel diambil sebanyak 100 responden dengan
cara non random purposive sampling.
Karakteristik responden di Kecamatan Sleman yaitu usia 23-41 tahun, usia
pernikahan 5-20 tahun, jumlah anak yang dimiliki 1-3 orang, lama menjadi
akseptor KB 2-16 tahun, pekerjaan Ibu Rumah Tangga (66%), tingkat pendidikan
SMA (52%), pekerjaan suami karyawan (54%), pendidikan suami SMA (49%),
kontrasepsi yang dipakai suntik (44%). Pengetahuan responden yaitu: 100%
mengetahui tentang arti KB; 100% mengetahui jenis kontrasepsi untuk pria dan
wanita, 50% kurang mengetahui jenis kontrasepsi sederhana, 71% mengetahui
pemakaian suntik, 91% mengetahui pemakaian implant, 64% mengetahui
pemakaian IUD, 50% mengetahui pemakaian tubektomi, 50% kurang mengetahui
pemakaian vasektomi; 59% mengetahui efek samping dari pil, 70% mengetahui
fek samping dari suntik, 70% mengetahui efek samping dari IUD, 41% kurang
mengetahui efek samping dari implant, 40% kurang mengetahui efek samping dari
vasektomi; 75% mengetahui kalau pil efektif bila dipakai tiap hari, 47% kurang
mengetahui efektivitas dari tubektomi; 50% mengetahui kontraindikasi pil, suntik,
implant; 40% mengetahui kontraindikasi IUD. 91% mengetahui kalau tenaga
kesehatan perlu memberikan informasi. Motivasi responden dalam memilih
kontrasepsi yaitu: 68% kondisi kesehatan, 91% kondisi keuangan keluarga, 95%
efek samping, 89% efektivitas, 82% mudah dipakai, 58% reversibilitas, 100%
nyaman, 80% praktis.
Kata kunci: kontrasepsi, akseptor, Keluarga Berencana

vi

ABSTRACT

Giving of information concerning contraception hardly required in service


of family planning program, remember level of desire of public for trying to look
and obtain; get contraception matching with condition and the desire. This
research aim to know acceptor characteristic family planning program in district
of Sleman, to know knowledge of acceptor concerning contraception, to know
motivation influencing acceptor in election contraception.
This research has the character of descriptive non experimental. Research
is done in 4 TK in District Of Sleman, and sample is taken counted 100 responder
by the way of non random purposive sampling.
Responder characteristic in kecamatan of Sleman that is age of 23-41 year,
nuptials age of 5-20 year, amount of child of which owned 1-3 people, old
become acceptor KB 2-16 year, work of housewife ( 66%), level of education of
SMA ( 52%), work of employees husband ( 54%), education of husband SMA (
49%), wearer by contraception is injection ( 44%). Knowledge of responder that
is: 100% know about meaning of KB; 100% know contraception type for man and
woman, 50% less know simple contraception type, 71% know usage of injection,
91% know usage of implant, 64% know usage of IUD, 50% know usage of
tubektomi, 50% less know usage of vasectomy; 59% know side effects from pill,
70% know fek side from injection, 70% know side effects from IUD, 41% less
know side effects from implant, 40% less know side effect from vasectomy; 75%
know if effective pill if wearer every day, 47% less know effectiveness from
tubektomi; 50% know contra indication pill, injection, implant; 40% know contra
indication IUD. 91% know health practition require to give information.
Responder motivation in choosing contraception that is: 68% condition of health,
91% condition of finance of family, 95% side effects, 89% effectiveness, 82%
easy to wearer, 58% reversibility, 100% balmy, 80% practical.
Keyword: contraception, acceptor, family planning program

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsinya yang berjudul PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TENTANG
KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DI 4 TAMAN KANAK-KANAK DI
KECAMATAN SLEMAN. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan
dalam menyelesaikan jenjang studi guna meraih gelar Sarjana Farmasi di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberi bimbingan, pengarahan dan waktu selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberi bimbingan, pengarahan dan waktu selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi.
4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. atas kesediaannya menguji serta
memberikan banyak masukkan dalam penulisan skripsi.

viii

5. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. atas kesediaannya menguji serta


memberikan banyak masukkan dalam penulisan skripsi.
6. Akseptor KB atas kesediannnya mengisi kuisoner.
7. Bapak, Ibu, kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan dorongan,
doa, perhatian dan fasilitas.
8. Teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu, mendukung, dan mendoakan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skipri ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis
mengaharapkan agar skripsi ini berguna bagi semua pihak.

Yogyakarta, November 2007

Penulis

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................

INTISARI...........................................................................................................

vi

ABSTRACT.........................................................................................................

vii

PRAKATA.........................................................................................................

viii

DAFTAR ISI......................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL..............................................................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................

xviii

BAB I. PENGANTAR .......................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................

1. Rumusan Permasalahan ............................................................

2. Keaslian Penelitian....................................................................

3. Manfaat Penelitian ....................................................................

B. Tujuan Penelitian...................................................................................

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................

A. Pengertian Keluarga Berencana.............................................................

B. Reproduksi Sehat ...................................................................................

Halaman
1. Anatomi fisiologi alat reproduksi pria ......................................

2. Anatomi fisiologi alat reproduksi wanita..................................

12

3. Hormon reproduksi wanita........................................................

15

4. Haid dan ovulasi........................................................................

16

5. Fertilisasi ...................................................................................

18

C. Kontrasepsi ............................................................................................

18

1. Pengertian kontrasepsi ...............................................................

18

2. Cara kerja kontrasepsi ................................................................

19

D. Metode Kontrasepsi Sederhana .............................................................

19

1. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat ..................

19

2. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat ...............

20

E. Metode Kontrasepsi Hormonal..............................................................

22

1. Pil KB.........................................................................................

22

2. Suntik KB...................................................................................

26

3. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) ....................................

27

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ..................................

30

5. Kontrasepsi post coital ...............................................................

33

F. Metode Kontrasepsi Mantap..................................................................

33

1. Vasektomi ..................................................................................

34

2. Tubektomi ..................................................................................

37

G. Penggunaan Kontrasepsi yang Rasional................................................

39

H. Pelayanan Kontrasepsi...........................................................................

43

I. Teori perilaku ........................................................................................

46

xi

Halaman
J. Keterangan Empiris ...............................................................................

47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................

48

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................

48

B. Definisi Operasional Penelitian .............................................................

48

C. Kriteria inklusi subyek ...........................................................................

49

D. Subyek Penelitian...................................................................................

49

E. Tempat Penelitian ..................................................................................

49

F. Populasi Penelitian .................................................................................

49

G. Besar Sampel..........................................................................................

50

H. Teknik Sampling ....................................................................................

51

I. Tatacara Penelitian .................................................................................

52

1. Tahap analisis situasi .................................................................

52

2. Tahap pembuatan kuisioner .......................................................

52

3. Tahap pengujian kuisioner .........................................................

53

4. Tahap pengambilan data ............................................................

54

5. Tahap penggolahan data.............................................................

55

6. Tahap analisis hasil ....................................................................

55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................

56

A. Karakteristik Responden ........................................................................

56

1. Usia respoden .............................................................................

56

2. Usia penikahan ...........................................................................

57

3. Jumlah anak yang dimiliki .........................................................

57

4. Lama menjadi akseptor KB........................................................

57

xii

Halaman
5. Pekerjaan responden ..................................................................

58

6. Pendidikan terakhir responden...................................................

58

7. Pekerjaan suami .........................................................................

59

8. Pendidikan terakhir suami..........................................................

59

9. Kontrasepsi yang dipakai ...........................................................

60

B. Pengetahuan Responden Tentang Kontrasepsi ......................................

61

1. Pengetahuan responden tentang KB..........................................

63

2. Pengetahuan responden tentang jenis kontrasepsi ....................

63

3. Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi...........

64

4. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi ......

67

5. Pengetahuan responden tentang efektivitas kontrasepsi ...........

70

6. Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi .....

71

C. Motivasi Responden Dalam memilih Kontrasepsi.................................

73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................

79

A. Kesimpulan ............................................................................................

79

B. Saran.......................................................................................................

81

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

82

LAMPIRAN.......................................................................................................

85

BIOGRAFI.........................................................................................................

102

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1

Anatomi alat reproduksi pria.........................................................

10

Gambar 2

Anatomi alat reproduksi wanita ....................................................

12

Gambar 3

Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang


rasional ....................................................................................

Gambar 4

40

Bagan model proses pengambilan keputusan melalui lima


tahap ..............................................................................................

47

Gambar 5

Bagan penentuan TK.....................................................................

51

Gambar 6

Bagan pengambilan sampel...........................................................

51

Gambar 7

Penggolongan responden berdasarkan usia...................................

56

Gambar 8

Penggolongan respoden berdasarkan usia pernikahan..................

57

Gambar 9

Penggolongan responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki

57

Gambar 10 Penggolongan responen berdasarkan lama menjadi akseptor KB

58

Gambar 11 Penggolongan responden berdasarkan pekerjaan..........................

58

Gambar 12 Penggolongan respoden berdasarkan tingkat pendidikan ............

59

Gambar 13 Penggolongan responden berdasarkan pekerjaan suami ...............

59

Gambar 14 Penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan suami

59

Gambar 15 Jenis kontrasepsi yang dipakai oleh responden.............................

60

Gambar 16 Pengetahuan responden tentang definisi KB ................................

63

Gambar 17 Pengetahuan responden tentang jenis kontrasepsi untuk wanita ..

63

Gambar 18 Pengetahuan responden tentang jenis kontrasepsi untuk pria .......

64

Gambar 19 Pengetahuan respomden tentang jenis kontrasepsi alami .............

64

xiv

Halaman
Gambar 20 Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi suntik....

65

Gambar 21 Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi implant

65

Gambar 22 Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi IUD ......

65

Gambar 23 Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi: pada


tubektomi tidak perlu dilakukan operasi pada saluran rahim...

66

Gambar 24 Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi: pada


vasektomi dilakukan operasi pada saluran mani...........................

66

Gambar 25 Sebelum memakai kontrasepsi, akseptor tidak perlu mengetahui


efek samping dari kontrasepsi yang ada........................................

67

Gambar 26 Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi oral ...

68

Gambar 27 Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi suntik

68

Gambar 28 Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi implant

69

Gambar 29 Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi IUD ..

69

Gambar 30 Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi


vasektomi ......................................................................................

70

Gambar 31 Pengetahuan responden tentang efektivitas kontrasepsi oral ........

70

Gambar 32 Pengetahuan responden tentang efektivitas kontrasepsi tubektomi

71

Gambar 33 Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi: pil


KB kombinasi dapat digunakan oleh ibu yang sedang menyusui

71

Gambar 34 Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi:


akseptor yang mempunyai kelainan jantung dan tekanan darah
tinggi tidak dapat menggunakan kontrasepsi jenis pil, suntik, dan
implant...........................................................................................

xv

72

Halaman
Gambar 35 Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi:
akseptor yang mempunyai kelainan bawaan rahim boleh
menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi .................................

73

Gambar 36 Tenaga kesehatan tidak perlu memberikan informasi mengenai


bagaimana memilh kontrasepsi yang sesuai .................................

73

Gambar 37 Tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu


sebelum memakai kontrasepsi.......................................................

74

Gambar 38 Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kondisi kesehatan .................

75

Gambar 39 Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kondisi keuangan keluarga ..

75

Gambar 40 Pemilihan kontrasepsi berdasarkan pengalaman efek samping ....

76

Gambar 41 Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kegagalan pemakaian ...........

76

Gambar 42 Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kemudahan pemakaian .........

77

Gambar 43 Pemilihan kontrasepsi berdasarkan pemulihan kesuburan............

77

Gambar 44 Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kenyamanan pemakaian .......

77

Gambar 45 Pemilihan kontrasepsi untuk pemakaian jangka panjang..............

78

xvi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1

Pengetahuan responden tentang kontrasepsi.................................

62

Tabel 2

Motivasi responden dalam pemilihan kontrasepsi ........................

74

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

Kuisioner ...................................................................................

85

Lampiran 2

Data Jawaban ............................................................................

89

Lampiran 3

Data Karakteristik Responden...................................................

93

Lampiran 4

Surat Ijin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lampiran 5

Pemerintah Kabupaten Sleman .................................................

98

Hasil Uji Realibilitas .................................................................

99

xviii

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Masalah kependudukan masih merupakan tantangan yang cukup berat
bagi pembangunan Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang erat
antara jumlah penduduk dengan masalah kebutuhan pangan, kesempatan
pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, dan kesehatan, yang semuanya
merupakan hal-hal yang penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu laju
pertambahan penduduk di masa datang amat penting untuk dikendalikan
(Notodihardjo, 2002).
Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia yang semakin
meningkat tiap tahunnya pemerintah melakukan program Keluarga Berencana
(KB). Penyelenggaraan KB bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah
saja tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat. Gerakan KB Nasional
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar bagi
terwujudnya

masyarakat

yang

sejahtera.

Dalam

rangka

perkembangan

kependudukan dan untuk mewujudkan keluarga sejahtera, program KB dipandang


perlu untuk mengadakan pengaturan kelahiran (Rukanda dkk,1993).
Untuk mensukseskan program KB, pemerintah mencanangkan program
KB Nasional. Penggarapan program Gerakan KB Nasional ditekankan kepada
lima jalur pemantapan yang terdiri dari pemerataan peserta KB dan pemerataan

persepsi tentang KB, peningkatan kualitas pelayanan KB, terus menggalakkan


kemandirian dalam rangka memantapkan kesertaan KB, generasi muda,
pemantapan lini lapangan yang meliputi struktur institusi masyarakat, jaringan
pelayanan dan petugas (Rukanda dkk, 1993).
Menurut Hartanto (2004) untuk mencapai tujuan dari KB yaitu
mewujudkan NKKBS, penggarapan program KB Nasional diarahkan kepada dua
bentuk sasaran yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.
1. Sasaran langsung, PUS yaitu pasangan dengan usia 15-49 tahun dimana
mereka secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif.
2. Sasaran

tidak

langsungnya

yaitu

organisasi-organisasi,

lembaga

kemasyarakatan, tokoh masyarakat yang diharapkan dapat memberikan


dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
Kalau kita berbicara tentang KB, tentu tidak akan lepas dari pembicaraan
tentang kontrasepsi. Hal ini karena metode kontrasepsi merupakan sarana vital
guna mensukseskan gerakan KB, sehingga penggunaan kontrasepsi sangat penting
untuk diinformasikan dan dimengerti oleh masyarakat luas. Demikian pula
informasi tentang sarana dan prasarana pendukung lainnya, seperti tempat
pelayanan kontrsepsi, tenaga medis yang melayani, tempat merujuk jika terjadi
kegagalan atau komplikasi serta upaya penanggulangan efek samping dari
pemakaian kontrasepsi secara mandiri (Mardiya, 1999). Untuk mendukung
gerakan KB ini mutu dari pelaksana, pengelola dan peserta KB harus
ditingkatkan. Untuk petugas klinik, dokter, dan penyuluh KB yang merupakan
ujung tombak harus lebih dahulu menguasai materi untuk mendukung gerakan

KB, sehingga dengan bekal tersebut diharapkan petugas KB dapat memberikan


informasi dan motivasi yang jelas dan benar kepada para PUS secara dini.
Pelayanan KB diarahkan untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan kontrasepsi. Peningkatan tersebut dalam hal pemakaian kontrasepsi
serta kemandirian dalam kegiatan pelayanan kontrasepsi maupun mengikuti caracara kontrasepsi (Rukanda dkk,1993).
Masalah konkrit yang dihadapi pasangan suami istri dalam melaksanakan
program KB adalah bagaimana memilih metode kontrasepsi yang paling baik,
tidak hanya soal cara mana yang paling gampang untuk mencegah kehamilan,
akan tetapi banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih cara berKB (Gieles, 2001). Sejalan dengan diterapkannya sistem KB secara mandiri
dimana masyarakat memilih sendiri kontrasepsi yang akan dipakai, diperlukan
pemahaman yang cukup mendalam tentang kontrasepsi agar masyarakat dapat
menentukan pilihan kontrasepsi secara tepat, cepat, dan rasional dengan
mempertimbangkan berbagai macam aspek yang berhubungan dengannya
(Mardiya, 1999).
Faktor terpenting yang dibutuhkan saat ini dalam pelayanan KB adalah
pemberian informasi yang jelas tentang kontrasepsi yang beredar mengingat
besarnya keinginan masyarakat untuk berusaha mencari dan memperoleh
pelayanan KB yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya. Berbagai macam
kontrasepsi bisa dipilih dan banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan
kontrasepsi contohnya usia, kesehatan, gaya hidup dll. Tentu saja masyarakat
harus tahu seberapa aman metode yang dipilih, tidak hanya untuk mencegah

kehamilan, tetapi juga berkaitan dengan kesehatan mereka, dan apakah metode
tersebut menimbulkan efek samping untuk jangka panjang atau pendek.
Masyarakat bisa mendapatkan pelayanan KB melalui dokter, Rumah Sakit,
bidan, apotik, dan penyalur kontrasepsi lainnya. Semakin banyak tempat
pelayanan KB akan semakin memudahkan masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kontrasepsi.
1. Rumusan permasalahan
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
a. seperti apakah karakteristik akseptor KB di 4 TK di Kecamatan Sleman?
b. bagaimana pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi?
c. motivasi apa saja yang mempengaruhi akseptor dalam pemilihan kontrasepsi?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka, banyak ditemukan penelitian yang hampir
sama, antara lain: Dasar Pemilihan dan Penggunaan Obat dan Alat Kontrasepsi di
Kecamatan Serangan Kota Surakarta oleh Setiawati (2000), Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Minat Akseptor Dalam Memilih Obat dan Alat Kontrasepsi di
Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul oleh Rusmiari (2001). Perbedaannya
terletak pada subyek pengambilan data, rumusan permasalahan dan tujuan
penelitian. Perilaku Akseptor Di Kota Yogyakarta : Kajian Motivasi, Pengetahuan
Dan Pola Penggunaan oleh Putra Dana Kusuma (2006), perbedaannya terletak
pada subyek pengambilan data.

3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana pengetahuan tentang kontrasepsi dan motivasi yang mendasari
akseptor dalam pemilihan kontrasepsi, untuk mengetahui kontrasepsi apa yang
paling banyak dipakai akseptor KB di 4 TK di Kecamatan Sleman.
b. Manfaat praktis
1) Supaya tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kontrasepsi kepada
masyarakat.
2)

Diharapkan para akseptor dapat memilih kontrasepsi yang sesuai dengan


kondisinya .
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu:

a. untuk mengetahui seperti apa karakteristik akseptor KB di 4 TK di


Kecamatan Sleman.
b. untuk mengetahui bagaimana pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi.
c. untuk mengetahui motivasi apa saja yang mempengaruhi akseptor dalam
pemilihan kontrasepsi.

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga Berencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah
mortalitas ibu dan anak. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara menghindari
kehamilan resiko tinggi, mengurangi angka kesakitan, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur jarak
kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Raharja & Tjay, 2002).
Keluarga Berencana adalah kegiatan untuk mengatur kelahiran baik untuk
sementara agar dapat dicapai jarak yang diharapkan antara dua kelahiran, maupun
untuk selamanya agar dapat mencegah bertambahnya anak. Pelaksanaan KB
antara lain bertujuan untuk mewujudkan NKKBS, yaitu suatu sikap atau tingkah
laku yang diharapkan menjiwai masyarakat, keluarga, dan individu agar
mempunyai 2 atau 3 orang anak saja demi meringankan beban hidup keluarga
baik secara moril maupun materiil untuk menuju keluarga bahagia dan sejahtera
(Anonim, 1990a).
Keluarga Berencana tidak lagi diartikan sebagai upaya pengaturan
kelahiran semata, tetapi lebih dari itu KB diartikan sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan,

pengaturan

kelahiran,

pembinaan

ketahanan

keluarga,

dan

peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan NKKBS (Mardiya, 1999).

Definisi KB menurut World Health Organisation (WHO) adalah tindakan


yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Keluarga Berencana Mandiri merupakan pelaksanaan KB dari seseorang
atau kelompok dimana pelaksanaannya tidak tergantung pada orang atau pihak
lain. Pembagian KB Mandiri ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. pra mandiri yaitu kondisi dimana kemandrian masyarakat masih memerlukan
subsidi penuh atas sarana dan pelayanan KB dari pemerintah maupun pihak
lain.
2. mandiri parsial yaitu kondisi dimana kemandirian masyarakat masih
memerlukan subsidi sebagian atas sarana dan pelayanan KB dari pemerintah
maupun pihak lain.
3. mandiri penuh yaitu kondisi dimana kebutuhan masyarakat untuk ber-KB
sepenuhnya merupakan usaha sendiri (Anonim, 1990a).
Setiap pasangan suami isteri dapat menentukan pilihannya dalam
merencanakan dan mengatur jumlah anak dan jarak antara kelahiran anak yang
berdasarkan pada kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap generasi sekarang
maupun generasi mendatang. Suami isteri juga mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam menentukan cara pengaturan kelahiran (Gieles, 2001).
Akseptor adalah pasangan usia subur yang menggunakan satu atau lebih
cara kontrasepsi. Pasangan Usia Subur adalah pasangan yang istrinya berumur

15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan dimana istrinya berumur dibawah
15 tahun atau lebih dari 49 tahun dan tetap mendapatkan menstruasi
(Anonim,1990a).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 347/MENKES/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotik, kontrasepsi oral dimasukkan ke dalam daftar Obat
Wajib Apotik (OWA). Obat Wajib Apotik adalah obat keras yang dapat
diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotik tanpa resep dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 347/MENKES/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotik: apoteker di apotik dalam melayani pasien
yang memerlukan obat dimaksud diktum kedua diwajibkan :
1. memenuhi ketentuan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam Obat Wajib Apotik yang bersangkutan.
2. membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
3. memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya,
kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan
oleh pasien
Kontrasepsi oral yang dimasukkan dalam daftar OWA yaitu linastrenol
dan etinodiol diasetat-mestranol. Untuk kontrasepsi oral tunggal yaitu linastrenol
dapat diserahkan ke akseptor dengan catatan untuk siklus pertama pemakaian
harus dengan resep dokter dan akseptor dianjurkan untuk kontrol ke dokter tiap 6
bulan sekali. Untuk kontrasepsi oral kombinasi etinodiol diasetat-mestranol dapat
diserahkan ke akseptor dengan catatan akseptor dianjurkan untuk kontrol ke
dokter tiap 6 bulan sekali, dan untuk akseptor lingkar biru wajib menunjukkan
kartu (Anonim, 1990b)
B. Reproduksi Sehat
Masa reproduksi adalah masa antara awal seorang wanita mendapat haid
(menorrhea) sampai akhir pubertas atau tidak haid lagi (menopause). Menopause

atau mati haid atau baki adalah suatu masa dimana seorang wanita tidak mendapat
haid lagi, dan biasanya terjadi sesudah umur 46-50 tahun (Anonim, 1990a).
Untuk memasuki kehidupan berkeluarga diperlukan kematangan dan
kesiapan jasmani maupun rohani untuk dapat melaksanakan reproduksi secara
sehat, hal ini dikarenakan peristiwa kehamilan dan persalinan mengandung resiko
yang cukup tinggi bagi kesehatan ibu dan anak (Rukanda dkk, 1993). Untuk
mengurangi resiko tersebut maka perencanaan kehamilan haruslah dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dan dilakukan dengan aman dengan tingkat kesehatan
yang baik dari ibu dan janinnya (Muchji, dkk, 1999).
Usia menikah yang umum dianjurkan ialah sekurang-kurangnya 20 tahun
untuk wanita dan 25 tahun bagi laki-laki. Anjuran ini didasarkan pada pemikiran
bahwa pada usia tersebut wanita dan pria sudah mempunyai kesiapan batin dan
jasmani untuk melakanakan proses reproduksi. Sedangkan kurun waktu yang
paling aman untuk terjadi kehamilan dan persalinan adalah umur 20-30 tahun,
dengan memperhitungkan jarak kelahiran tiap anak kurang lebih 4 tahun
diharapkan ibu hanya akan melahirkan dua kali. Kurun waktu 20-30 tahun itu
disebut kurun reproduksi sehat. (Rukanda dkk, 1993).
1. Anatomi fisiologi alat reproduksi pria
Menurut Mardiya (1999) secara anatomis dan fisiologis alat reproduksi
pria dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: alat reproduksi pria bagian luar
dan alat reproduksi pria bagian dalam.

10

Gambar 1. Anatomi alat reproduksi pria (Sundquist, 1993)


Alat reproduksi pria bagian luar terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. zakar (penis)
Adalah suatu organ yang berbentuk silindris dimana didalamnya terdapat
saluran kencing.
b. kantong zakar (scortum)
Adalah kantong yang terdiri dari jaringan ikat jarang, terletak di belakang
zakar, di antara kedua paha dan berisi 2 buah testis (buah zakar).
Alat reproduksi pria bagian dalam terdiri dari 7 macam, yakni:
a. buah zakar (testis)
Testis berjumlah 2, terletak dalam skortum dan merupakan kelenjar seks
utama pria yang mempunyai fungsi memproduksi spermatozoa, dan
memproduksi hormon androgenik yang memberikan sifat kejantanan pada
pria.

11

b. epididimis
Merupakan saluran berkelok-kelok seperti spiral yang terletak di samping
belakang testis. Epididimis dihubungkan dengan testis oleh saluran yang
disebut vas deferens. Fungsi dari epididimis adalah sebagai saluran
penghubung antara testis dengan saluran mani, merupakan lumbung pertama
sperma, mengeluarkan getah yang berguna untuk perkembangan dan proses
pematangan spermatozoa, mengabsorbsi cairan testis yang mengandung
sperma.
c. saluran mani (vas deferens)
Ada dua buah saluran kiri dan kanan, berasal dari testis, masuk ke dalam tali
mani kemudian berjalan masuk ke dalam panggul melewati kantung kencing
bagian prostat. Sebelum bermuara ke saluran kecing, saluran mani ini
bergabung dengan kantung air mani.
d. saluran kantung air mani
Adalah kelenjar tubuler, terletak di sebelah kanan dan kiri di belakang leher
kandung kencing. Berfungsi untuk menyimpan sperma dan menghasilkan
cairan kaya dengan zat gula.
e. kelenjar prostat
Terletak di bawah kandung kencing dan mengelilingi saluran kencing.
Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bersifat basa dan berfungsi untuk
mempertahankan hidupnya sperma.

12

f. kelenjar cowperi (glandula cowperi)


Menghasilkan cairan mukus, bening dan bersifat basa yang berguna sebagai
pelicin pada waktu persetubuhan berlangsung.
g. saluran kencing
Panjang 17-23 cm yang berfungsi untuk menyalurkan air mani dan air
kencing.
2. Anatomi fisiologi alat reproduksi wanita
Organ penting saluran reproduksi wanita meliputi indung telur (ovarium),
saluran telur (tuba falopii), rahim (uterus), dan liang senggama (vagina). Satu
ovum dilontarkan dari satu folikel ovarium masuk rongga abdomen pada
pertengahan siklus seksual setiap bulan. Kemudian ovum akan berjalan melalui
salah satu tuba falopii ke uterus, bila bertemu sperma dan dibuahi ovum akan
berkembang menjadi fetus, plasenta, dan membran fetal (Ganong, 1999).

Gambar 2. Anatomi alat reproduksi wanita (Sundquist, 1993)

13

Menurut Mardiya (1999) alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua


bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar terdiri dari 5 macam,
yaitu bibir kecil, bibir besar, keletit, vestibulum, selaput dara.
a. Bibir besar (Labium mayus)
Terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh
jaringan lemak. Ke bawah dan ke belakang kedua labium mayus bertemu dan
membentuk commisure posterior.
b. Bibir kecil (Labium minus)
Merupakan lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labium mayus. Kulit yang
meliputi labium minus mengandung banyak glandulae cebacea (kelenjar
lemak) dan juga ujung-ujung syaraf yang menyebabkan bibir kecil ini sangat
sensitif. Jaringan ikatnya banyak mengandung pembuluh darah dan beberapa
otot polos yang menyebabkan labium minus dapat mengembang.
c. Keletit (clitoris)
Merupakan suatu organ kecil yang terdiri dari jaringan yang dapat
mengembang penuh dengan pembuluh darah dan saraf, sehingga amat sensitif
dan erektif.
d. Vestibulum
Adalah daerah segitiga yang dibatasi di sebelah luar (lateral) oleh labium
minus kanan dan kiri, di atas oleh klitoris, dan di belakang oleh perineum. Di
daerah ini ditemukan orifisium urethra eksterna (lubang kemih) tempat
keluarnya aluran kencing. Selain itu juga terdapat dua buah muara dari

14

kelenjar ckene. Kelenjar ini pada waktu bersenggama akan mengeluarkan


getah lendir.
e. Selaput dara (hymen)
Pada seorang perawan, liang senggama selalu dilindungi oleh labium minus.
Bila labia ini dibuka akan terlihat hymen. Hymen bentuknya berbeda-beda,
dari yang berbentuk bulan sabit (semilunar) sampai yang berlubang-lubang,
atau yang ada pemisahnya (septum). Konsistensinya mulai dari yang kaku
sampai yang lunak sekali.
Menurut Mardiya (1999) alat reproduksi wanita bagian dalam juga terbagi
atas 5 bagian, yaitu vagina, rahim, saluran telur, indung telur, sel telur.
a. Vagina (liang senggama/liang kemaluan)
Merupakan saluran penghubung antara introitus vaginae di vulva dengan
uterus dan merupakan bagian yang langsung digunakan untuk senggama.
b. Rahim (uterus)
Letaknya di dalam rongga panggul, di belakang kandung kecing, di depan
rektum, besarnya sebesar telur ayam. Uterus terdiri dari fundus uretri yang
merupakan bagian proksimal uterus tempat masuknya kedua falopii, corpus
uretri (badan) berfungsi sebagai tempat berkembangnya janin, cervix uretri
(leher) berbentuk silindir dan bagian cervix yang menonjol ke dalam vagina
disebut mulut rahim (portio).
c. Saluran telur (tuba falopii)
Saluran telur ini bermuara dalam uterus bagian atas dan panjangnya 10 cm.
saluran ini terdiri dari pars interstitialis, pars ismica, pars ampularis. Pars

15

ampularis merupakan tempat terjadinya konsepsi, bagian tuba yang terbuka


kearah abdomen dan mempunyai fimbriae yang akan menangkap sel telur
yang dilepaskan oleh ovarium.
d. Indung telur (ovarium)
Pada tiap wanita umunya ada dua indung telur kanan dan kiri. Bentuknya
seperti buah kenari. Pada wanita dewasa selama masa hidupnya akan
mengeluarkan kira-kira 400 butir sel telur. Setiap bulannya indung telur akan
mengeluarkan satu sel telur yang matang, kadang-kadang dua sel telur.
Lepasnya sel telur dari indung telur disebut ovulasi.
e. Sel telur (ovum)
Garis tengah 0,2 mm. Lama daya tahan sel telur untuk dapat dibuahi kira-kira
12 jam. Tidak lama setelah keluarnya sel telur, di sekelilingnya banyak
menempel sel-sel yang akhirnya terlepas pada waktu melalui saluran telur.
3. Hormon reproduksi Wanita
Sistem reproduksi dan segala aktivitasnya diatur oleh poros HipotalamusPituitari-Gonad. Follicle Stimulating Hormone (FSH) merupakan produksi
kelenjar pituitari yang distimulasi oleh Follicle Stimulating Hormone Releasing
Hormone (FSHRH). Tugas dari FSH adalah untuk menstimulasi perkembangan
folikel-folikel di indung telur. Folikel-folikel tersebut memproduksi suatu hormon
yang disebut estrogen (Notodihardjo, 2002).
Hormon estrogen yang diproduksi oleh folikel tersebut makin lama makin
banyak sehingga kadarnya dalam darah makin tinggi. Estrogen menstimulasi selsel epitel di dinding rahim untuk berkembang atau berproliferasi. Disamping itu

16

estrogen menyebabkan perubahan pada organ kelamin, dan estrogen juga


merangsang vagina memproduksi cairan mukus sehingga sekresinya menjadi
lebih banyak (Notodihardjo, 2002).
Tingginya estrogen dalam darah mengaktifkan mekanisme umpan balik.
Tingginya estrogen dalam darah akan meyebabkan hipotalamus memproduksi
Follicle Stimulating Hormone Inhibiting Hormone (FSHIH), dimana FSHIH ini
berfungsi untuk mengurangi produksi hormon FSH. Pada saat yang bersamaan
hipotalamus mengirimkan sinyal berupa Luteinizing Hormone Releasing
Hormone (LHRH) sehingga kelenjar pituitari mengeluarkan Luteinizing Hormone
(LH). Hormon LH disekresikan secara pulsatif, dan kira-kira pada hari ke-14 tibatiba kadar LH menjadi tinggi dan menyebabkan folikel yang paling masak pecah
dan melepaskan sel telur. Sel folikel yang pecah tersebut membentuk suatu badan
kuning yang disebut corpus luteum. Corpus luteum menghasilkan hormon
progesteron (Notodihardjo, 2002).
Produksi hormon progesteron menyebabkan meningkatnya temperatur
basal tubuh. Progesteron bertugas mempersiapkan rahim untuk menerima
kehamilan, relaksasi otot polos, membuat sekresi vagina menjadi lebih kental, dan
mengakibatkan penebalan dinding rahim sehingga kelenjar di dinding rahim
menjadi aktif dan siap memproduksi zat-zat yang dapat memberi makan bagi
janin manakala kehamilan terjadi (Notodihardjo, 2002).
4. Haid dan ovulasi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan rahim yang fisiologik, terjadi pada
wanita yang tidak hamil pada masa reproduksi. Menstruasi terjadi secara berkala,

17

dengan selang waktu kurang lebih 4 minggu. Panjangnya suatu siklus menstruasi
tidak sama pada setiap wanita, yaitu berkisar antara 20-35 hari, rata-rata panjang
siklus menstruasi adalah 28 hari. Sebuah siklus menstruasi dihitung dari hari
pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya, menstruasi
berlangsung 2-8 hari, rata-rata 4-5 hari (Mardiya, 1999).
Menurut Mardiya (1999) pada tiap siklus menstruasi dikenal tiga masa
utama, yaitu:
a. masa haid selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan
pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah.
b. masa proliferasi sampai hari ke-14. pada waktu itu endometrium tumbuh
kembali. Pada hari 12-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium.
c. masa sekresi, pada waktu itu corpus rubrum menjadi corpus luteum yang
mengeluarkan

progesteron.

Dibawah

pengaruh

progesteron,

kelenjar

endometriun yang tumbuh berlekuk-lekuk mulai bersekresi dan mengeluarkan


getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma
endometrium berubah ke sel-sel desidua, terutama yang berada di sekitar
pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.
Menstruasi terjadi karena adanya perubahan pada alat reproduksi,
khususnya rahim dan indung telur. Melalui proses tertentu kedua indung telur
memilih satu sel telur untuk dimatangkan. Sel telur yang matang dilapisi oleh
selaput yang sangat tipis. Setelah matang sel telur ini akan mendekati permukaan
indung telur kemudian selaput pembungkusnya pecah dan sel telurnya keluar, sel
telur yang bebas ini lalu menuju ke rahim. Peristiwa keluarnya sel telur dari

18

selaput pembungkusnya disebut ovulasi. Lebih kurang satu minggu sebelum


ovulasi dinding rahim akan menebal dan jaringan pembuluh darah bertambah, bila
tidak terjadi kehamilan persiapan ini tidak terpakai dan dinding rahim yang
menebal akan lepas dan keluar sebagai menstruasi (Mardiya, 1999).
5. Fertilisasi
Fertilisasi adalah bertemunya sel telur dan sel sperma di dalam saluran
telur (Mardiya, 1999). Fertilisasi dapat terjadi dengan syarat: pertama, adanya sel
telur dan sel sperma yang subur. Kedua, cairan sperma harus ada di dalam vagina
sehingga sel sperma dapat berenang menuju cervix kemudian ke rahim, lalu ke
saluran oviduk untuk membuahi sel telur. Ketiga, sel telur yang sudah dibuahi
harus mampu bergerak dan turun ke rahim, di rahim sel telur tersebut akan
melakukan nidasi. Keempat, endometrium atau dinding rahim harus dalam
keadaan siap untuk menerima nidasi (Notodihardjo, 2002).
C. Kontrasepsi
1. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
mencegah, menolak, melawan. Konsepsi berarti penyatuan sel telur dengan
sperma (pembuahan). Kontrasepsi berarti obat atau alat untuk mencegah
terjadinya konsepsi (Anonim, 1990a).
Peraturan pemerintah RI nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, definisi obat adalah bahan atau
paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi aatau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan
kesehatan termasuk kontrasepsi (Anonim, 1998).

19

2. Cara kerja kontrasepsi


Dasar atau cara kerja dari kontrasepsi adalah dengan mencegah masuknya
sperma ke dalam vagina, mencegah masuknya sperma ke dalam uterus,
membunuh atau melemahkan sperma sehingga tidak dapat masuk ke dalam rahim,
menghambat terjadinya ovulasi, mengganggu dan mencegah terjadinya nidasi di
dalam cavum uteri, mencegah masuknya sel telur ke dalam tuba/rahim (Rukanda
dkk, 1993).
D. Metode Kontrasepsi Sederhana
Menurut Muchji, dkk (1999) metode kontrasepsi sederhana adalah suatu
cara kontrasepsi yang dapat dikerjakan sendiri oleh peserta KB, tanpa melakukan
pemeriksaan medis terlebih dahulu. Metode kontrasepsi sederhana dibagi menjadi
dua, yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat, dan metode
kontrasepsi sederhana dengan obat atau alat. Dasar dari metode kontrasepsi
sederhana adalah mencegah bertemunya sperma dengan sel telur.
1. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat
a. Senggama terputus
yaitu metode kontrasepsi sederhana dimana senggama dilakukan seperti biasa
tetapi pada pucak senggama saat pria akan penetrasi kemaluan pria dikeluarkan
dari vagina sehingga sperma tumpah diluar vagina (Muchji, dkk, 1999).
b. Pantang berkala
yaitu metode kontrasepsi sederhana dimana pasangan suami istri tidak
melakukan senggama pada masa subur wanita (Muchji, dkk, 999).

20

2. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat


a. Kondom
Kondom ialah alat pencegah kehamilan, dibuat dari karet tipis yang
disarungkan ke alat kelamin pria yang ereksi. Cara kerja dari kondom sebagai alat
kontrasepsi yaitu mencegah sperma bertemu dengan ovum atau sel telur pada
waktu senggama karena cairan semen tertampung oleh kondom (Anonim, 1990a).
Penggunaan kondom akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan
spermatisida. Kegagalan kondom dapat diperkecil dengan menggunakan kondom
secara benar, yaitu digunakan saat ereksi dan lepaskan segera setelah ejakulasi
(Suririnah, 2005).
(1) Cara pemakaian
Kondom harus dipergunakan setiap melakukan hubungan senggama, mulai
sebelum memasukkan zakar ke dalam liang vagina. Pemasangan dilakukan secara
hati-hati untuk mencegah robeknya karet kondom. Harus dijaga pula supaya
cairan sperma tidak tumpah ke dalam vagina (Anonim, 2000).
(2) Keuntungan dan kerugian kondom
Keuntungan dari kondom antara lain biaya murah, mudah didapat, tidak
memerlukan resep dokter, pemakaian mudah, dapat mencegah penularan penyakit
kelamin dan efektif bila dipakai dengan benar. Kerugian atau efek samping dari
pemakaian kondom ialah adanya rasa nyeri dan panas akibat alergi terhadap karet
kondom dan lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian tergesa-gesa atau
kurangnya pelicin (Rukanda dkk, 1993).

21

b. Diafragma
Adalah suatu kontrasepsi yang berupa mangkok karet, yang dimasukkan ke
dalam vagina untuk menutup mulut rahim (cerviks uteri). Sebaiknya dipakai
dengan mengoleskan krim atau jelly pada permukaannya dan dimasukkan ke
dalam vagina sedalam mungkin sampai menutupi mulut rahim (Anonim,1992a).
Cara kerja dari diafragma yaitu mencegah masuknya sperma ke dalan
rahim disebabkan tertutupnya mulut rahim oleh diafragma. Cara pemakaiannya
dengan dimasukkan ke dalam liang senggama, dipasang di bagian atas pada
bagian lunak symphisis dan dibagian belakang pada forniks posterior menutupi
mulut rahim. Dipasang sebelum senggama, sebaiknya dipakai bersama
spermatisida (Rukanda dkk, 1993).
Keuntungan dari pemakaian diafragma antara lain dapat mencegah
kemungkinan penularan penyakit kelamin. Efektivitas diafragma cukup baik
apabila dipakai bersama spermatisida (Muchji, dkk, 1999). Efek samping dari
pemakaian diafragma yaitu adanya rasa panas dan nyeri akibat alergi terhadap
karet dan lecet pada saluran kemaluan wanita akibat pemakaian diafragma yang
tergesa-gesa/akibat goresan kuku pada saat pemakaian diafragma (Rukanda dkk,
1993).
c. Obat-obat spermatisida
Adalah obat kontrasepsi yang berbentuk jeli, cream, tablet, ovula,
suppositoria, kertas tipis yang mengandung obat spermatisida. Cara kerja obat
spermatisida yaitu dengan membunuh atau melemahkan sperma, dan menghambat
sperma masuk ke dalam rahim (Rukanda dkk, 1993).

22

Keuntungan dari obat spermatisida antara lain: tidak memerlukan resep


dokter, dapat mencegah penyakit kelamin, mudah pemakaiannya, dan dapat
digunakan sebagai pelicin. Efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian obat
spermatisida antara lain rasa panas dan nyeri akibat reaksi alergi terhadap bahan
kimia. Efektivitas obat spermatisida cukup tinggi apabila digunakan dengan
kontrasepsi lain seperti kondom dan difragma (Rukanda dkk, 1993).
E. Metode Kontrasepsi Hormonal
1. Pil KB
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk
pil/tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya
berisi hormon progesteron saja (Rukanda dkk, 1993).
Ada 2 macam pil KB menurut kandungan hormonnya, yaitu pil kombinasi
dan pil mini. Pil kombinasi adalah tablet-tablet kecil yang berisi hormon sintetik
estrogen dan progestin. Pil kombinasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pil dosis
tinggi dan pil dosis rendah (Anonim, 2001). Pil dosis tinggi adalah pil yang
mengandung 50-150 mcg estrogen dan 1-10 mg progesteron. Yang termasuk jenis
ini adalah lyndiol yang berisi etinilestradiol 50 mcg dan linestrenol 2,5 mg. Pil
dosis rendah adalah pil yang mengandung 30-50 mcg estrogen dan kurang dari 1
mg progesteron. Yang termasuk jenis ini adalah Microgynon 30 yang berisi 1Norgestrel 150 mcg dan etinil estradiol 30 mg (Rukanda, dkk,1993).
Pil mini adalah pil kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron
sintetik yang diberikan terus-menerus dalam siklus haid. Kelebihan dari pil mini

23

adalah dapat diberikan pada ibu menyusui (Anonim, 2001). Contoh dari pil jenis
ini adalah exluton yang berisi linestrenol 0,5 mg (Sujudi, dkk, 2000).
Yang termasuk pil KB lainnya adalah pil pasca sanggama. Pil pasca
sanggama berisi dietilstilbestron 25 mg dan cara pemakaiannya yaitu diminum 2
kali sehari dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama selama 5 hari
berturut-turut (Suherman, 1998).
Pil KB harus diminum tiap hari agar efektif karena zat yang terkandung di
dalam pil KB dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1 atau 2
tablet, maka mungkin terjadi peningkatan kadar hormonhormon alamiah yang
selanjutnya akan mengakibatkan ovum menjadi matang lalu dilepaskan (Hartanto,
2004).
a. Komponen aktif
Pil KB kombinasi mengandung 2 komponen aktif yaitu estrogen dan
progesteron. Estrogen yang dipakai dalam pil KB adalah etinil estradiol (EE) dan
mestranol. Dosis yang umum dipakai dalam pil KB kombinasi saat ini adalah 20100 mcg EE dan yang paling banyak dipakai 30-35 mcg EE. Progestin
(progesteron) yang dipakai dalam pil KB saat ini adalah: (1) kelompok
noretindron yaitu noretindron, noretindron asetat, etinodiol diasetat, linestrenol,
noretinodrel, (2) kelompok norgestrel yaitu norgestrel, levonogestrel, desogestrel,
gestoden (Hartanto, 2004).
b. Cara kerja
Menurut Anonim (2001) cara kerja dari pil KB adalah menekan ovulasi
yang akan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan

24

lendir mulut rahim sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim,
menipiskan garis endometrium sehingga tidak siap untuk implantasi, mengubah
motilitas tuba.
Dasar dari pil KB adalah meniru proses alamiah. Pil KB akan
menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium, sehingga
juga menekan releasing faktor di otak dan akhirnya mencegah ovulasi (Hartanto,
2004).
c. Keuntungan
Keuntungan dari pil KB antara lain reversibilitasnya sangat tinggi
(kesuburan mudah kembali), mudah menggunakannya, dapat mengurangi rasa
sakit pada waktu menstruasi, mencegah anemia karena defisiensi zat besi,
mengurangi kemungkinan resiko pelvic infection (infeksi panggul) dan kematian
ektropik, mengurangi resiko kanker ovarium, cocok digunakan untuk menunda
kehamilan pertama dari PUS muda, dan untuk pil mini tidak mempengaruhi Air
Susu Ibu (ASI) (Rukanda, dkk,1993). Keuntungan lain pil KB yaitu tetap
membuat menstruasi yang teratur, mengurangi kram saat menstruasi (Suririnah,
2005).
d. Efektivitas dan kontraindikasi
Secara teoritis efektivitas dari pil KB sangat tinggi, akan tetapi tapi hal
tersebut tergantung pada disiplin si pemakai. Jika pil KB dipakai secara benar
efektivitasnya dapat mencapai 99,99%. Pemakaian pil KB dikontraindikasikan
antara lain untuk wanita yang sedang menyusui kecuali pil mini, yang pernah
sakit jantung, yang menderita tumor, kelainan jantung, varises, hipertensi,

25

perdarahan ginekologi yang tidak diketahui sebabnya, migrain hebat, mengalami


gangguan pembekuan darah, sedang memakai obat rifampisin atau obat epilepsi
(Anonim, 2001).
e. Efek samping pil KB
Efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian pil KB menurut Rukanda
dkk (1993) antara lain:
1) perdarahan antar haid, terjadi bercak-bercak perdarahan diantara masa haid
terutama pada bulan-bulan pertama pemakaian pil KB.
2) tekanan darah meninggi, TD 140/90 mm Hg dalam keadaan istirahat.
3) perubahan berat badan, berkurang/bertambah beberapa kg dalam beberapa
bulan setelah pemakaian pil KB.
4) cloasma, hyperpigmentasi berwarna coklat, tidak mempunyai bentuk tertentu.
5) thromboemboli, terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah oleh darah yang
membeku.
6) air susu berkurang atau bahkan sampai berhenti setelah pemakaian pil KB
dengan estrogen dosis rendah.
7) varises, rasa panas pada tungkai dan terdapat pelebaran balik (vena) pada
extrimitas yang biasanya terlihat menonjol di bawah kulit.
8) perubahan libido, biasanya terjadi penurunan libido dikarenakan akibat dari
penurunan lubrikasi pada vagina.
9) depresi, rasa lesu dan tidak bersemangat, rambut rontok, pusing, sakit kepala.

26

2. Suntik KB
Kontrasepsi suntik telah banyak digunakan sejak tahun 1960, terdapat dua
jenis kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yaitu:
1. depo provera: mengandung depot medroxyprogesteron assetat (DMPA)
dosis 150 mg yang diberikan tiap 3 bulan sekali.
2. noristerat: mengandung norethindron enanthate (NET-EN) dosis 200 mg
tiap 8 minggu sekali (Hartanto, 2004).
a. Cara kerja suntik KB
Menurut Anonim (2001) cara kerja kontrasepsi suntik adalah mencegah
pematangan dan pelepasan sel telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga
sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim, dan menipiskan endometrium
sehingga tidak terjadi nidasi.
Cara kerja depo provera adalah menekan produksi hormon FSH sehingga
mengakibatkan folikel-folikel indung telur tidak dapat mengalami pematangan
dan selanjutnya ovulasi tidak dapat terjadi (Notodihardjo, 2002).
b. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi suntikan
Keuntungan pemakaian kontrasepsi suntik antara lain praktis, aman, tidak
mempengaruhi ASI (kecuali cyclofem), dapat menurunkan kemungkinan anemia
(Mardiya, 1999). Keuntungan lainnya yaitu mengurangi resiko lupa karena
pemakaiannya jangka panjang (Suririnah, 2005).
Kerugian dari kontrasepsi suntik antara lain kembalinya kesuburan agak
terlambat beberapa bulan, jika mengalami efek samping suntikan tidak dapat

27

ditarik kembali, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut


(Anonim, 2001).
Penggunaan kontrasepsi suntik di kontraindikasikan untuk wanita yang
diduga hamil, menderitan perdarahan ginekologi yang tidak diketahui sebabnya,
menderita tumor, menderita penyakit jantung, hati, hipertensi, kencing manis
(penyakit

metabolisme).

Menderita

penyakit

paru-paru

berat

juga

dikontraindikasikan pada penggunaan kontrasepsi suntikan (Rukanda dkk, 1993).


c. Efek samping kontrasepsi suntik
Menurut Hartanto (2004) efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian
kontrasepsi suntikan adalah:
1) gangguan haid, antara lain amenorrea yaitu tidak datangnya haid pada setiap
bulan selama akseptor mengikuti kontrasepsi suntik, spotting yaitu bercakbercak perdarahan di luar haid, methorhagia yaitu perdaraham yang
berlebihan diluar masa haid, menorrhagia yaitu datangnya darah haid yang
berlebihan jumlahnya.
2) perubahan berat badan, berat badan bertambah dalam beberapa bulan.
3) pusing dan sakit kepala yang sifatnya sementara.
4) pada sistem kardiovaskular efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-kolesterol.
3. Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
Alat kontrasepsi bawah kulit atau biasa disebut implant adalah kontrasepsi
yang disusupkan dibawah kulit (Rukanda, dkk,1993). Ada tiga macam jenis
implant yaitu implant yang terdiri dari 1 batang, 2 batang, dan 6 batang (Anonim,

28

2004). Sedangkan dua macam implant yang beredar saat ini yaitu norplant dan
implanon:
1. susuk norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi bawah kulit
berjangka waktu 5 tahun. Susuk norplant terdiri dari 6 batang susuk
yang mengandung hormon. Setiap batang Norplant berukuran panjang
3,4 cm diameter 2,4 mm mengandung 36 mg levonogestrel.
2. implanon terdiri dari 1 kapsul silastik panjang 4 cm diameter luar 2 mm
dan terpasang di dalam jarum inserter siap pakai, mengandung 68 mg
progestin 3-keto-desogestrel dan 66 mg Simpai Kopolimer Etilen
Vinilacetat (kopolimer EVA) berdaya kerja 2-3 tahun (Hartanto, 2004).
a. Cara kerja
Menurut Mardiya (1999) cara kerja dari implant dalam mencegah
kehamilan terdiri atas beberapa mekanisme dasar. Mekanisme tersebut yaitu
menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan endometrium tidak siap untuk
nidasi, mempertebal lendir serviks, menipiskan garis endometrium.
b. Keuntungan dan kerugian
Keuntungan dari pemakaian implant antara lain tidak mengurangi produksi
ASI, praktis, efektif, tidak ada faktor lupa, masa pakai panjang, membantu
mencegah anemia, khasiat kontrasepsi berakhir setelah pengangkatan, dan dapat
digunakan untuk ibu yang tidak cocok dengan estrogen (Rukanda dkk, 1993).
Kerugian dari pemakaian implant antara lain membutuhkan tindak pembedahan
minor untuk inversi dan pencabutan sehingga hanya dapat dilalukan oleh tenaga

29

kesehatan yang terlatih, mahal, mengubah pola haid. Efektivitas dari implant
sangat tinggi dengan angka kegagalan 1-3% (Anonim, 2001).
c. Cara pemakaian
Cara pemakaian dari implant adalah dengan disusupkannya 6 kapsul
silastik tepat dibawah kulit, umumnya pada bagian dalam lengan atas atau lengan
bawah. Waktu terbaik untuk dilakukannya insersi adalah pada saat haid atau
jangan melebihi 5-7 hari setelah mulainya haid. Setiap hari dilepaskan secara tetap
sejumlah leveonolgestrel ke dalam darah (Rukanda dkk, 1993).
d. Kontraindikasi
Pemakaian kontrasepsi implant dikontraindikasikan untuk wanita yang
diduga hamil atau sedang hamil, yang mengalami perdarahan melalui vagina yang
tidak diketahui sebabnya. Pemakaian implant juga dikontraindikasikan untuk
wanita yang mempunyai penyakit tromboemboli, penyakit hati akut, mempunyai
tumor, penyakit jantung, hipertensi, kencing manis (Hartanto, 2004).
e. Efek samping
Efek samping yang timbul dari pemakaian implant menurut Mardiya
(1999) adalah gangguan haid (amenorrhoe, spotting, methrorhagia), depresi,
keputihan, jerawat, perubahan libido, perubahan berat badan, hematona, nyeri
pada daerah pemasangan akibat iritasi saraf setempat, infeksi dan abses
diakibatkan karena alat-alat yang digunakan tidak sucihama. Efek samping
lainnya dalam penggunaan implant menurut Anonim (2001) yaitu mastalgia (rasa
perih pada daerah payudara), hirsutisme (pertumbuhan berlebihan rambut daerah
muka).

30

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau Intra Uterine Devices (IUD) adalah
suatu alat kontrasepsi yang pemakaiannya dimasukkan ke dalam rahim,
mempunyai

bentuk

yang

bermacam-macam

dan

terbuat

dari

plastik

(polyethylene). Tak kurang dari 40 juta wanita di dunia memakai IUD dewasa ini.
Jenis IUD bermacam-macam, ada yang dililit tembaga, dan ada yang dililit
dengan tembaga bercampur perak. Dalam pemasarannya tersedia 3 tipe IUD yaitu
IUD inert (dibuat dari plastik), IUD yang mengandung tembaga, dan IUD yang
mengandung hormon steroid (Anonim, 2001).
Jenis-jenis IUD yang beredar menurut Rukanda dkk (1993) adalah: IUD
generasi pertama, dibuat dari plastik (Lippes Loop), IUD generasi kedua,
batangnya dililiti tembaga (Cu T 200 B), IUD jenis ketiga, batangnya dililiti
tembaga lebih banyak (Cu T 380 A) atau dililiti campuran tembaga dan perak
(Nova T). Untuk IUD generasi pertama dapat dipakai selama yang diinginkan
kecuali apabila ada keluhan dalam pemakaiannya. Untuk IUD generasi kedua
dipakai selama 3-4 tahun, untuk progestasert dipakai selama 1 tahun. Untuk IUD
generasi ketiga dipakai selama lebih dari 5 tahun (Rukanda dkk, 1993).
Semakin besar bentuk IUD, maka semakin rendah resiko terjadinya
kehamilan. Akan tetapi semakin besar besar bentuk IUD, maka semakin besar
pula kemungkinan terjadinya kram, dan rasa sakit yang hebat pada waktu
menstruasi. Efektivitas IUD secara teoritis mencapai 98% (Notodihardjo, 2002).
Setelah pemasangan IUD beberapa akseptor mungkin merasa nyeri di
bagian perut dan terjadi sedikit pendarahan (spoting), hal tersebut dapat

31

berlangsung selama 3 bulan setelah pemasangan dan biasanya akan hilang dengan
sendirinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan tersebut masih berlanjut,
akseptor dianjurkan untuk memeriksakan ke dokter. Nyeri dibagian perut juga
dapat terjadi karena akseptor tegang pada saat pemasangan IUD (Anonim, 2003).

a. Mekanisme kerja
Ada beberapa mekanisme kerja IUD menurut Hartanto (2004), yaitu:
(1) timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
(2) produksi

lokal

prostaglandin

yang

meninggi,

yang

menyebabkan

terhambatnya implantasi.
(3) gangguan atau terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
(4) pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi.
(5) imobilisasi spermatozoa saat melawati cavum uteri.
b. Keuntungan
Keuntungan dari pemakaian IUD antara lain praktis, ekonomis, mudah
dikontrol, aman untuk jangka panjang, dapat dilepaskan setiap saat, kembalinya
kesuburan cukup tinggi dan tidak dipengaruhi faktor lupa seperti pil. Keuntungan
lain dari IUD adalah dapat dipakai untuk wanita yang sedang menyusui dan ingin
memakai kontrasepsi (Mardiya, 1999).

32

c. Kerugian
Kerugian dari pemakaian IUD yaitu memerlukan pemeriksaan dalam dan
penyaringan infeksi saluran genitalia sebelum pemasangan, klien tidak dapat
mencabut sendiri IUD, dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul,
memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya.
Dilihat dari perlindungan terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual), IUD tidak
dapat melindungi pemakai dari penularan PMS (Anonim, 2001).
d. Kontraindikasi
Pemakaian IUD dikontraindikasikan antara lain untuk wanita hamil,
wanita yang mengalami gangguan perdarahan, wanita yang mengalami
peradangan alat kelamin, kecurigaan tumor ganas di alat kelamin, tumor jinak
rahim, dan kelainan bawaan rahim (Rukanda dkk, 1993). Wanita yang
mempunyai rahim yang terlalu kecil, alergi terhadap tembaga, menderita anemia
berat, dan

mengalami kesakitan waktu haid juga termasuk kontraindikasi

pemakaian IUD (Sundquist, 1993 ).


e. Efek samping
Efek samping dari pemakaian IUD adalah perdarahan, keputihan, ekspulsi
yaitu teraba terasa adanya IUD dalam liang senggama yang menyebabkan rasa tak
enak yang biasanya terjadi pada waktu haid (Rukanda, 1993). Efek samping
lainnya adalah kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan, nyeri,
infeksi, translokasi (keluarnya IUD dari tempat seharusnya) ( Suririnah, 2005).
Pada pemasangan IUD hampir selalu disertai dengan sedikit perdarahan,
jumlah haid dan lamanya haid akan bertambah selama 2 bulan pertama pemakaian

33

IUD, perdarahan diantara 2 haid biasanya terjadi dalam bentuk spotting atau
perdarahan sedikit, keadaan ini bukan merupakan alasan untuk mengeluarkan
IUD. Bila kejadian seperti diatas berlangsung lama dan terjadi pendarahan hebat
sebaiknya IUD dikeluarkan (Anonim, 2000).
5. Kontrasepsi Post Coital
Kontrasepsi post-coital atau biasa disebut kontrasepsi pasca senggama,
atau metode kontrasepsi intersepsi atau metode kontrasepsi penyergap. Metode ini
tidak dianjurkan sebagai suatu pilihan cara ber-KB, akan tetapi metode ini hanya
digunakan sebagai metode cadangan untuk keadaan darurat waktu terjadi
senggama yang tidak direncanakan sebelumnya dan tidak dilindungi oleh metode
kontrasepsi apapun. Pemakaian kontrasepsi post coital ini dapat dilakukan dalam
waktu 72 jam setelah senggama. Macam-macam metode kontrasepsi post coital
yaitu: morning after pil dan morning after IUD insertion (Hartanto,2004).
F. Metode Kontrasepsi Mantap.
Yang dimaksud dengan Kontrasepsi Mantap (KONTAP) ialah salah satu
cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau
saluran mani pria yang akan mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. Pada wanita cara ini disebut
tubektomi atau Medis Operatif Wanita (MOW), pada pria disebut vasektomi atau
Medis Operatif Pria (MOP) (Rukanda dkk, 1993).
Menurut Rukanda dkk (1993) secara umum ada tiga syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap calon peserta kontrasepsi mantap, yaitu:

34

1) sukarela: artinya calon akseptor harus secara sukarela atau tidak dipaksa atau
ditekan untuk menjadi peserta kontrasepsi mantap.
2) bahagia: artinya calon akseptor tersebut harus terikat dalam perkawinan yang
sah dan harmonis, telah dianugerahi sekurang-kurangnya dua orang anak
dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun dan umur istri sekurang-kurangnya
25 tahun.
3) kesehatan: artinya setiap calon akseptor harus memenuhi syarat kesehatan,
yaitu pada calon akseptor tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan jika
diberikan pelayanan kontrasepsi mantap.
1. Vasektomi atau Kontrasepsi Mantap Pria atau Medis Operatif Pria
(MOP)
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode
kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat
efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi
umum (Hartanto, 2004). Vasektomi merupakan operasi kecil dan merupakan
operasi yang lebih ringan daripada sunat yang dilakukan untuk menghalangi
transport sperma di saluran mani pria (Mardiya, 1999).
Akseptor tidak langsung steril sesudah operasi, tetapi hasil dari operasi
baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan sesudah dilakukan operasi.
Maka daripada itu sebelum operasi berhasil atau sebelum masa tersebut,
dianjurkan setiap melakukan hubungan harus menggunakan kondom atau akseptor
memakai cara kontrasepsi lain agar tidak terjadi kehamilan (Anonim, 2004).

35

Delapan minggu sesudah operasi akseptor harus melakukan pemeriksaan


sperma. Hal tersebut dapat dilaksanakan bila dalam jangka waktu tersebut
akseptor sudah ejakulasi 10 kali. Analisa diulangi 4 minggu kemudian, setelah
pemeriksaan menunjukkan hasil negatif 2 kali, baru kemudian akseptor dapat
dikatakan steril. Efektivitas metode kontrasepsi ini sanggat tinggi, angka
kegagalan 0-0,22 % (Mardiya, 1999).
a. Dasar
Dasar dari vasektomi adalah oklusi pada saluran mani. Dengan
dilakukannya oklusi pada saluran mani akan menyebabkan terhambatnya
perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen. Hal
ini disebabkan karena tidak ada penghantaran spermatozoa dari testis ke penis
(Hartanto, 2004).
b. Keuntungan dan kekurangan
Keuntungan dari vasektomi antara lain efektif, aman tidak ada mortalitas,
morbiditas (akibat sakit) kecil sekali, pasien tidak perlu dirawat di Rumah Sakit,
dilakukan dengan anestesi lokal, cepat, tidak menganggu hubungan seks, tidak
banyak memerlukan biaya (Hartanto, 2004). Kekurangan dari vasektomi antara
lain harus dilakukan dengan pembedahan, masih ada kemungkinan terjadinya
komplikasi, masih menunggu selama beberapa minggu sampai sel mani menjadi
negatif. Reversibilitas tidak dijamin sehingga metode ini tidak dapat dilakukan
oleh orang yang masih ingin mempunyai anak. Pada orang-orang yang
mempunyai problem-problem psikologis yang mempengaruhi seks dapat
menjadikan keadaan semakin parah (Rukanda dkk, 1993).

36

Keluhan yang mungkin terjadi pada vasektomi adalah impotensi, berat


badan

naik,

nyeri

yang

hebat,

infeksi

pada

bekas

luka,

hematona

(membengkaknya skortum karena pendarahan) (Rukanda, dkk,1993). Luka


memar dan bengkak juga dapat terjadi pada pemakaian kontrasepsi vasektomi
(Sundquist, 1993).
c. Syarat
Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan kontrasepsi mantap
pria (vasektomi) yaitu: harus secara sukarela, mendapat persetujuan istri,
mempunyai jumlah anak yang cukup, mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan
dari kontrasepsi vasektomi, umur tidak kurang dari 30 tahun, umur istri tidak
kurang dari 20 tahun atau tidak lebih dari 45 tahun, pasangan suami istri sudah
mempunyai anak minimal 2 orang dan yang paling keci sudah berumur diatas 2
tahun ( Mardiya, 1999).
d. Kontraindikasi
Kontrasepsi mantap pria (vasektomi) dikontraindikasikan untuk pria
dengan:
1). Infeksi kulit lokal, misalnya scabies
2). Infeksi traktus genitalia
3). Kelainan skortum dan sekitarnya
4). Penyakit sistemik yaitu: penyakit-penyakit perdarahan,

diabetes melitus,

penyakit jantung koroner.


5). Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Hartanto,
2004).

37

2. Tubektomi atau Kontrasepsi Mantap Wanita atau Medis Operatif wanita


(MOW)
Kontrasepsi mantap wanita atau tubektomi ialah suatu metode kontrasepsi
permanen, yan dilakukan dengan cara tindakan pada kedua saluran tuba falopii.
Macam-macam metode tubektomi yaitu tubektomi laparoskopik, kuldoskopik,
kolpotomo, posterior dan minilaparatomi (Rukanda dkk, 1993).
Tubektomi dapat dilakukan pada saat:
a. pasca persalinan: biasanya dalam jangka waktu 24 jam sesudah persalinan
atau bila dilakukan sectio caesaria dapat langsung dilakukan.
b. pasca keguguran
c. interval, paling sedikit 3 bulan sesudah melahirkan dan dilakukan segera
setelah haid (Mardiya, 1999).
Metode kontrasepsi ini tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun
perasaan seksual (Anonim, 2004). Akseptor harus memikirkan dulu secara matang
apakah yakin untuk menggunakan metode tubektomi, karena sekali melakukan
operasi ini, maka akseptor akan langsung steril secara permanen, dan tidak ada
jaminan fertilitas dapat kembali seperti sedia kala (Notodihardjo, 2002).
a. Dasar
Dasar dari kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) yaitu oklusi pada tuba
falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu. Untuk memperoleh
hal tersebut, diperlukan 2 langkah tindakan yaitu:
1). mencapai tuba falopii.

38

2). oklusi atau penutupan tuba falopii.


b. Keuntungan dan kekurangan
Keuntungan tubektomi antara lain sekali untuk selamanya, teknik mudah
sehingga dapat dilakukan oleh dokter umum, dapat dilakukan pada pasca
persalian, pasca keguguran, efektifitas langsung setelah sterilisasi. Kerugian dari
tubektomi yaitu harus dengan pembedahan, tingkat reversibilitas rendah (Mardiya,
1999).
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari pelaksanaan tubektomi adalah penderita penyakit
jantung, penderita penyakit paru-paru, hernia. Komplikasi yang terjadi pada
kontrasepsi tubektomi yaitu: henti jantung dapat terjadi karena pengaruh obat
anestesi, perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan pembuluh darah
besar, perforasi usus, emboli udara atau gas, perforasi rahim, infeksi (Rukanda
dkk, 1993).
Pada saat ini kontrasepsi mantap wanita dianggap sebagai suatu metode
kontrasepsi yang permanen. Akan tetapi dikemudian hari 1-3 % akseptor meminta
untuk dilakukan reversal/pemulihan kembali dengan berbagai alasan. Meskipun
sekarang telah ada teknik bedah mikro untuk melakukan pemulihan kembali, tetap
saja prosedur pemulihan kembali tersebut merupakan tindakan bedah abdomen
yang besar dengan segala resikonya, memerlukan anestesi umum, memerlukan
waktu operasi yang lama, mahal, dan tidak menjamin sukses yang sempurna
(Hartanto, 2004).

39

Ada tiga faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya prosedur pemulihan


kembali, yaitu:
1). Kesehatan umumdan kesehatan reproduksi akseptor
2). Efek dari tindakan kontapnya pada tuba fallopii
3). Tehnik dan ketrampilan bedah yang dipakai untuk melakukan anastomose tuba
fallopii (Hartanto, 2004).
G. Penggunaan Kontrasepsi yang Rasional
Kesehatan ibu dan anak sangat mempengaruhi kebahagiaan dan
kesejahteraan keluarga. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh umur ibu waktu
melahirkan, jumlah kelahiran atau banyak anak yang dimiliki dan jarak antara tiap
kelahiran (Rukanda dkk, 1993).
Agar dapat merencanakan keluarga dengan baik, maka kita harus
memperhitungkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu waktu untuk hamil dan
melahirkan, jumlah anak, dan jarak kelahiran. Usia minimal wanita untuk hamil
dan melahirkan adalah 20-30 tahun, dengan pertimbangan pada masa itu secara
fisik maupun mental siap untuk hamil dan melahirkan. Kedua, jumlah anak 2 saja,
karena jumlah ini yang ideal, baik ditinjau dari segi kesehatan, demografi, sosial
ekonomi maupun budaya. Ketiga, jarak kelahiran antara 2 anak antara 3-4 tahun,
karena dengan rentang waktu tersebut kondisi tubuh ibu (terutama alat reproduksi)
telah siap untuk hamil lagi (Mardiya, 1999).
Prinsip untuk membentuk NKKBS memerlukan dukungan berupa
penggunaan alat kontrasepsi yang mempunyai daya lindung paling efektif, dan

40

sesuai dengan kurun reproduksi sehat. Jadi pemilihan jenis kontrasepsi sebaiknya
disesuaikan dengan kurun reproduksi pemakainya (Rukanda dkk, 1993).
Untuk mencapai tujuan dari pelayanan kontrasepsi yaitu pemberian
dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB (dihayatinya NKKBS) dan
tercapainya penurunan angka kelahiran yang bermakna, maka ditempuh
kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran. Tiga fase
tersebut yaitu fase menunda perkawinan atau kesuburan, fase menjarangkan
kehamilan, dan fase menghentikan kehamilan (Hartanto, 2004).
Fase menunda/mencegah

2 ----- 4 th

fase mengakhiri kesuburan/

kehamilan

kehamilan
fase menjarangkan
kehamilan

20 tahun

30-35 tahun

Gambar 3: Pola perencanaa keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang


rasional (Hartanto, 2004)
Sesuai gambar diatas menurut Rukanda dkk (1993) pola penggunaan
kontrasepsi yang rasional ini disusun sesuai dengan masa-masa pola kontrasepsi
keluarga serta ciri-ciri masing-masing kontrasepsi, sebagai berikut:
1. masa menunda kehamilan/kesuburan
Yang termasuk dalam fase ini adalah wanita dengan usia kurang dari 20
tahun. Bila belum menikah disarankan untuk menunda pernikahannya dan bila
sudah menikah disarankan untuk menunda kehamilan sampai usia 20 tahun
(Rukanda dkk, 1993). Pertimbangannya adalah bahwa wanita yang berumur

41

kurang dari 20 tahun apabila ditinjau dari segi fisik alat reproduksinya masih
lemah. Secara psikis jiwanya belum cukup dewasa serta belum siap untuk hamil
dan melahirkan (Mardiya, 1999).
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan pada fase ini menurut Rukanda dkk
(1993) adalah:
1) reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin
hampir 100 % karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
2) efektivitas yang tinggi, artinya tingkat terjadinya kegagalan pada pemakaian
alat kontrasepsi ini kecil karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi.
Prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan adalah pil KB disusul dengan IUD
kemudian metode sederhana (Rukanda dkk, 1993).
2. Masa mengatur kehamilan/kesuburan:
Yang termasuk fase ini adalah wanita dengan usia 20-30/35 tahun. Bagi
wanita yang berusia antara 20-30/35 tahun dianjurkan untuk mengatur
kehamilannya dengan jarak kelahiran 3-4 tahun dengan jumlah anak 2 orang saja
(Rukanda dkk, 1993). Pertimbangan dari pernyataan diatas yaitu pada fase ini
wanita sudah siap secara fisik dan mental untuk hamil dan melahirkan anak
(Mardiya, 1999).
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan pada fase ini yaitu kontrasepsi yang
mempunyai efektivitas cukup tinggi, reversibilitas cukup tinggi karena peserta
masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3 sampai 4 tahun sesuai
dengan jarak kehamilan yang direncanakan, tidak menghambat ASI karena pada

42

fase ini kemungkinan si ibu habis melahirkan dan sedang menyusui. Pemberian
ASI tidak boleh dihambat oleh kontrasepsi yang dipakai pada saat menyusui
karena ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan
akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

Prioritas pertama

kontrasepsi yang disarankan pada masa ini adalah IUD, disusul pil atau suntikan,
metode sederhana, implant, dan kontrasepsi mantap (Rukanda dkk, 1993).
3. Masa mengakhiri kehamilan/kesuburan
Yang termasuk pada fase ini adalah wanita dengan usia diatas 30 tahun
terutama diatas 35 tahun. Bagi wanita yang telah berusia diatas 30 tahun terutama
diatas 35 tahun atau sudah mempunyai anak dua dianjurkan untuk tidak
melahirkan (tidak hamil) lagi (Rukanda dkk, 1993). Pada masa ini wanita harus
mengakhiri kehamilannya atau kesuburannya, sebab jika dipaksakan hamil akan
beresiko tinggi bagi jiwa si ibu maupun anak yang akan dilahirkannya, mengingat
kondisi fisik si ibu yang sudah tidak memungkinkan untuk melahirkan karena otot
panggul sudah tidak lentur dan elastis lagi, dan masih banyak alasan lainnya
(Mardiya, 1999).
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan pada masa ini yaitu kontrasepsi yang
mempunyai efektivitas sangat tinggi, karena kegagalam kontrasepsi menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu
memang peserta tidak mengharapkan punya anak lagi, dapat dpakai untuk jangka
panjang, tidak menambah kelainan yang sudah ada. Prioritas pertama kontrasepsi
yang disarankan pada masa ini adalah kontrasepsi mantap, disusul implant, IUD,
Suntikan KB, Pil KB dan metode sederhana (Rukanda dkk, 1993).

43

Untuk dapat mewujudkan tujuan Keluarga Berencana, syarat-syarat yang


harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah aman atau tidak
berbahaya, dapat diandalkan, sederhana sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan
oleh dokter, murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan pemakaiannya untuk
jangka panjang (Hartanto, 2004).
Menurut Hartanto (2004) diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:
1. faktor pasangan, meliputi umur, gaya hidup, frekwensi senggama, jumlah
keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan kontraseptivum lain, sikap
kewanitaan, sikap kepriaan.
2. faktor kesehatan (kontraindikasi absolut atau relatif), meliputi status
kesehatan, riwayat haid, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul.
3. faktor metode kontrasepsi (penerimaan dan pemakaian berkesinambungan dari
metode kontrasepsi), meliputi efektivitas, efek samping umum, kerugian,
komplikasi-komplikasi yang potensial, biaya yang dibutuhkan.

H. Pelayanan Kontrasepsi
Tujuan diadakannya program pelayanan kontrasepsi ini adalah untuk
menyelenggarakan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas, yang dimaksudkan
dengan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas adalah untuk memberikan
perlindungan kepada para akseptor KB dari kemungkinan terjadinya kehamilan.
Dengan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas tersebut diharapkan dapat

44

menunjang tercapainya akseptor KB yang berkualitas, meningkatnya akseptor KB


yang mandiri, serta tercapainya kepuasan akseptor (Anonim, 1994).
Peningkatan kualitas pelayanan harus bermuara pada kepuasan para
akseptor KB sehingga mereka bersedia mempergunakan kontrasepsi dengan
kelangsungan yang tinggi. Bahkan kalau kontrasepsi itu meragukan, mereka
bersedia untuk menukarkanya dengan kontrasepsi lain yang mempunyai daya
perlindungan ekstra atau efektivitas yang lebih tinggi (Rukanda, dkk,1993).
Menurut Rukanda dkk (1993) pelayanan kontrasepsi diarahkan untuk lebih
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan maupun pemakaian kontrasepsi
dan kemandirian dalam kegiatan pelayanan kontrasepsi maupun mengikuti caracara kontrasepsi. Untuk itu dikembangkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. pola pelayanan kontrasepsi rasional yang berpedoman pada masa reproduksi
sehat yaitu dengan menganjurkan penggunaan cara-cara kontrasepsi yang
lebih rasional bagi mereka yang berusia dibawah 20 tahun, antara 20-30 tahun
dan diatas 30 tahun sesuai dengan kondisinya masing-masing.
b. pelayanan kontrasepsi ditujukan agar cara-cara KB baik bagi wanita maupun
pria dapat lebih mantap dengan mengarah pada metode yang efektif dan
terpilih.
c. mengusahakan pemerataan tempat dan tenaga pelayanan kontrasepsi, serta
mendekatkan tempat pelayanan kepada saran dengan memperhatikan situasi
dan kondisi masyarakat di sekitarnya.

45

d. meningkatkan dan menyempurnakan mutu pelayanan serta usaha pengayoman


bagi seluruh peserta KB dengan pemantapan system jaringan pelayanan
kontrasepsi serta rujukannya.
Dalam rangka meningkatkan kemandirian masyarakat dalam ber-KB,
pelayanan kontrasepsi diarahkan pada 3 strata. Strata 1 yaitu : dimana pemerintah
sepenuhnya menyediakan pelayanan kontrasepsi terhadap masyarakat. Strata 2
yaitu: dimana pemerintah hanya membantu kelompok-kelompok masyarakat yang
kemampuannya mulai tumbuh untuk mendapatkan pelayanan atau menyediakan
tempat pelayanan kontrasepsi. Strara 3 yaitu: dimana masyarakat yang sudah
mampu menyediakan keperluannya untuk KB sehingga bantuan dari pemerintah
dapat lebih diarahkan kepada usaha-usaha yang bersifat menguntungkan dan
bersifat pengayoman (Rukanda dkk, 1993).
Jalur distribusi juga diatur agar penyaluran kontrasepsi dapat sampai di
masyarakat dengan memperhatikan keamanan pemakai, mudah didapat,
terjangkau harganya dan mudah dipantau (Anonim, 1995). Salah satu aspek lain
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi adalah dengan cara
memberikan pelayanan konseling kepada setiap calon akseptor KB (Muchji dkk,
1999).
Menurut Hartanto (2004) informasi yang perlu diberikan dalam pemberian
konseling pada pengguna kontrasepsi yaitu arti dan manfaat Keluarga Berencana,
macam-macam metode KB, desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya,
pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional, dan
membuat rujukan pelayanan kontrasepsi.

46

Dalam pemberian konseling untuk pelayanan KB percakapan sebaiknya


dilakukan secara dua arah. Hal ini dilakukan untuk membahas berbagai pilihan
konrasepsi yang tersedia, memberikan informasi selengkap mungkin mengenai
konsekuensi pilihannya, membantu akseptor untuk memilih metode kontrasepsi
yang sesuai, dan membantu akseptor dalam penyesuaian diri terhadap kondisi
barunya. Bila setiap calon peserta KB sebelum memakai kontrasepsi melalui
konseling yang baik, maka kelangsungan pemakaian kontrasepsi akan lebih tinggi
(Hartanto, 2004).
Pada konseling untuk keluarga berencana, bantuan yang diberikan petugas
kesehatan kepada calon akseptor antara lain :
1. mendengarkan ketakutan-ketakutan dan kecemasan calon akseptor tentang
metode-metode kontrasepsi.
2. memberi informasi yang jelas, benar dan tepat mengenai berbagai metode
kontrasepsi, pelaksanaannya, keuntungan dan kerugian sehingga calon
akseptor dapat menentukan kontrasepsi mana yang akan dipilih, yang sesuai
dengan keadaan, kondisi dan kebutuhan dirinya (Rukanda dkk, 1993).

I. Teori Perilaku
Dharmmesta dan Handoko (2000) menjelaskan perilaku konsumen
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi,
dan keluarga. Faktor intrenal meliputi motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian
beserta konsep diri dan sikap.

47

Perilaku manusia dimulai dengan adanya motivasi, yaitu keadaan dalam


pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Selain dipengaruhi motivasi,
sikap dan perilaku seseorang dapat berubah dengan adanya pengetahuan atau
tambahan informasi yang diperolehnya (Sarwono, 1997).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dan penginderaan terjadi
melalui indera panca indera manusia, yaitu indera pengelihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan peraba (Notoatmodjo,1993b).
Proses pengambilan keputusan menurut Kotler dan Susanto (2000),
melalui lima tahap yaitu tahap pengenalan masalah atau kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, kepuasan pembelian, dan perilaku setelah
pembelian.
Pengenalan
Kebutuhan
1

Pencarian
Informasi
2

Evaluasi
Alternatif
3

Keputusan
Pembelian
4

Perilaku Setelah
Pembelian
5

Gambar 4. Bagan model proses pengambilan keputusan melalui lima tahap


(Kotler dan Susanto, 2000)

J. Keterangan Empiris
Untuk mengetahui pengetahuan tentang kontrasepsi dan motivasi dalam
pemilihan kontrasepsi pada akseptor KB di 4 TK di Kecamatan Sleman.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat non eksperimental deskriptif dengan rancangan
penelitian cross sectional yaitu untuk mengetahui bagaimana pengetahuan
akseptor tentang kontrasepsi dan motivasi yang mendasari akseptor dalam
pemilihan kontrasepsi pada akseptor KB di 4 TK di kecamatan Sleman. Penelitian
non eksperimental menurut Pratiknya (2001), adalah

penelitian yang

observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan


apa adanya, tanpa manipulasi peneliti.
Rancangan penelitian Cross Sectional merupakan penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat yaitu tiap subyek hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subyek pada saat pemeriksaan. Penelitian deskriptif hanya menyuguhkan
hasil penelitian sedeskriptif mungkin (Pratiknya, 2001).
B. Definisi Operasional Penelitian
1. Karakteristik responden adalah usia responden, usia pernikahan, jumlah anak
yang dimiliki, lama menjadi akseptor KB, pekerjaan responden, pendidikan
terakhir responden, pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami,
2. Pengetahuan adalah pemahaman dari akseptor KB di 4 TK di kecamatan
Sleman tentang KB, jenis kontrasepsi, pemakaian kontrasepsi, efek samping

48

49

kontrasepsi, efektivitas kontrasepsi, kontraindikasi kontrasepsi yang mereka


yakini kebenarannya dari berbagai sumber.
3. Motivasi adalah dorongan yang mendasari akseptor KB di 4 TK di kecamatan
Sleman dalam memilih kontrasepsi untuk mencapai harapan yang diinginkan.
4. Akseptor KB adalah pengguna kontrasepsi yang masih aktif dan merupakan
penduduk tetap di kecamatan Sleman.
5. Keluarga berencana adalah suatu upaya manusia untuk mengatur secara
sengaja jarak kelahiran dan jumlah anak.
C. Kriteria Inklusi Subyek
Kriteria inklusi subyek penelitian adalah istri yang merupakan PUS yang
keduanya menjadi akseptor KB, istri saja yang menjadi akseptor maupun suami
saja yang menjadi akseptor. Akseptor tersebut telah menjalani program KB
selama minimal 1 tahun dan merupakan penduduk tetap di kecamatan Sleman.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah akseptor KB yang memenuhi kreteria inklusi.
E. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah 4 Taman Kanak-kanak yang berada di
kecamatan Sleman. Penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2007.
F. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoatmodjo, 1993a). Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau

50

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteriksik tertentu di


dalam suatu penelitian (Nawawi, 2003).
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993a).
Menurut Nawawi (2003) sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari
populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian.
Populasi dari penelitian ini adalah akseptor KB yang memenuhi kriteria
inklusi yang berada di 4 TK di kecamatan Sleman Yogyakarta.
G. Besar Sampel
Jumlah TK yang ada di kecamatan Sleman sebanyak 24, kemudian
diambil 20% dan diperoleh 4 TK sebagai tempat penelitian.
Jumlah sampel ditentukan sesuai dengan rumus berikut (Nawawi, 2003):
N=

Z 2 PQ
d2

Dimana :
N

: Ukuran cuplikan terkecil

: Koefisien keterandalan (reability coefficient) yang besarnya


ditentukan oleh tingkat kepercayaan yaitu 95% sehingga Z =
1,96

PQ

: Variasi atau keanekaragaman individu di populasi, PQ


maksimum bila P = Q = 0,5

: Presisi yang ingin dicapai = 10 %

51

Jadi ukuran cuplikan terkecil adalah sebagai berikuit :


N=

1,96 2 x (0,5) x (0,5)


3,84 x 0,25
=
= 96,04 subyek
2
0,01
(0,1)

Sampel diambil sebanyak 100 orang dari 4 TK yang berada di kecamatan


Sleman. Dari tiap TK diambil sampel sebanyak 25 orang.
TK di kecamatan
Sleman
(24)
Purposive sampling

TK A

TK B

TK C

TK D

Gambar 5. Bagan Penentuan TK


Populasi di 4 TK

Purposive sampling

25
responden

25
responden

25
responden

25
responden

Gambar 6. Bagan Pengambilan Sampel

H. Teknik Sampling
Penelitian yang ideal mensyaratkan pengambilan sampel yang random
untuk mendapatkan sampel yang representatif. Namun karena keterbatasan yang
dimiliki peneliti dalam hal tenaga, waktu dan biaya menyebabkan peneliti

52

memilih metode pengambilan sampel yang praktis. Penelitian ini menggunakan


teknik purposive sampling untuk memilih sampel yang akan diteliti.
Sampel diambil dengan cara non random purposive sampling. Purposive
sampling adalah metode pengambilan sampel yang dilakukan peneliti secara
selektif memilih kelompok atau setting tertentu sebagai sampel (Kusnanto, 1999).
Menurut Nawawi (2003) pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling
disesuaikan dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan berdasar tujuan
penelitian dan ukuran sampel tidak dipersoalkan. Sampel diambil dengan cara
peneliti mendatangi TK tempat penelitian, kemudian diambil responden yang
memenuhi kriteria inklusi.
I. Tatacara Penelitian
1. Tahap analisis situasi
Tahap analisis situasi dimulai dengan mengumpulkan data tentang jumlah
TK yang ada di kecamatan Sleman.
2. Tahap pembuatan kuisioner
Pada penelitian ini alat untuk pengambilan data dengan menggunakan
kuisioner. Kuisioner merupakan suatu instrumen pengumpulan data dalam
penelitian sosial. Dengan kuisioner tersebut peneliti menggali informasi dari
responden (orang yang menjadi subjek penelitian) (Adi, 2005). Kuisioner pada
penelitian ini dibuat dengan menggunakan metode skala likert. Kuesioner dibuat
setelah dilakukan perumusan masalah dan keterangan empiris, dan juga ditetapkan
variabel-variabel yang akan diteliti. Lembar kuisioner dibuat berdasarkan
permasalahan yang dihadapi untuk mendapatkan hasil yang dinginkan. Pada awal

53

kuisioner dibuat 49 pernyataan untuk kemudian dilakukan pengujian dan akan


diambil 30 pernyataan.
3. Tahap pengujian kuisioner
Pada kuisioner yang sudah disusun dilakukan pengujian, pengujian
tersebut yaitu pengujian validitas, pengujian pemahaman bahasa, dan pengujian
realibilitas.
a. Pengujian validitas
Suatu alat ukur dikatakan valid (benar /sahih) jika alat ukur tersebut jitu
untuk mengukur konsep atau variabel yang diukur (Adi, 2005). Dalam penelitian
ini dilakukan uji validitas terlebih dahulu. Uji validitas yang dilakukan yaitu uji
validitas isi. Pada penelitian ini uji validitas isi dilakukan dengan cara analisis
rasional atau profesional judgment. Uji validitas isi dengan cara profesional
judgment ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya
analisis rasional. Analisis rasional dilakukan dengan mendiskusikan isi dari
kuisioner dengan dosen pembimbing .
b. Pengujian pemahaman bahasa
Dalam penelitian ini dilakukan uji pemahanam bahasa untuk mengetahui
apakah kuisioner yang dibuat telah tepat dalam hal ini mudah dimengerti, tidak
menimbulkan pertanyaan yang lain, tidak membingungkan dan terperinci. Uji
pemahaman bahasa ini dilakukan dengan cara mengujikan kuisioner kepada 10
orang responden sebagai uji coba, selama mengujikan kuisioner ditunggu oleh
peneliti dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan atau apa yang tidak jelas
dari kuisioner tersebut. Kemudian berdasarkan hasil uji pemahaman bahasa ini

54

didapatkan bahwa perlu ada beberapa pertanyaan yang harus diubah tata
bahasanya supaya lebih mudah dipahami oleh responden.
c. Pengujian realibilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika alat ukur tersebut
mantap (stabil), tepat dan homogen. Alat ukur dikatakan mantap (stabil) apabila
dalam mengukur sesuatu berulangkali, alat ukur tersebut memberikan hasil yang
sama, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah. Pertanyaan (alat
ukur) dikatakan tepat apabila pertanyaan tersebut mudah dimengerti dan
terperinci. Suatu alat ukur dikatakan homogen apabila pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat untuk mengukur suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu
sama lain (Adi, 2005).
Pada penelitian ini uji realibilitas dilakukan dengan cara mengolah hasil
kuisioner yang di uji cobakan pada 10 orang responden uji coba menggunakan
metode SPSS untuk mencari nilai alpha dari pernyataan yang ada di kuisioner.
Dari pengolahan diperoleh nilai alpha 0,699 > 0,60, maka pernyataan yang dibuat
reliabel.
4. Tahap pengambilan data
a. Penyebaran kuisioner
Penyebaran kuisioner langsung kepada responden dan dilakukan pada
waktu pagi hari. Peneliti mendampingi langsung responden dalam mengisi
kuisioner untuk dapat menjelaskan kepada responden maksud dari kuisioner dan
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalamnya. Periode penyebaran kuisioner
dilakukan pada bulan September 2007.

55

b. Penarikan kuisioner
Penarikan kuisioner dilakukan pada saat itu juga setelah responden selesai
mengisi kuisioner, tapi ada beberapa kuisioner yang ditinggal dan diambil
keesokkan harinya dikarenakan responden tidak sempat bila harus langsung
mengisi kuisioner.
5. Tahap pengolahan data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah menggunakan metode
statistik deskriptif. Data disusun dan digolongkan dalam kategori-kategori,
kemudian dilakukan interpretasi.
6. Tahap analisis hasil
Hasil penelitian diolah menggunakan metode statistik deskriptif untuk
mengetahui bagaimana pengetahuan mengenai kontrasepsi dan motivasi apa yang
mendasari akseptor dalam memilih kontrasepsi. Hasil penelitian yang berupa
perhitungan persentase dibuat dalam bentuk tabel dan diagram.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
Karakteristik dari akseptor KB di 4 TK di kecamatan Sleman meliputi usia
responden, usia pernikahan, jumlah anak yang dimiliki, lama menjadi akseptor
KB, pekerjaan responden, pendidikan terakhir responden, pekerjaan suami,
pendidikan terakhir suami, dan kontrasepsi yang dipakai oleh responden.
1. Usia responden
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa usia dari 100 orang responden
yaitu 23-41 tahun, dengan perincian usia 20-25 tahun sebanyak 4%, usia 26-30
tahun sebanyak 48 %, usia 31-35 tahun sebanyak 36%, usia >35 tahun sebanyak
12%.
Usia 20-35 tahun merupakan usia dimana responden menjadi akseptor KB
dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan dan harus mengatur kehamilan.
Responden usia >35 tahun menjadi akseptor KB dengan tujuan untuk mengakhiri
kehamilan, karena resiko kehamilan

>35 tahun mempunyai resiko tinggi

(Hartanto, 2004).
4%

12%

48%

36%

20 - 25 tahun

26 - 30 tahun

31 - 35 tahun

> 35 tahun

Gambar 7. Penggolongan responden berdasarkan usia

56

57

2. Usia pernikahan
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa usia perkawinan dari responden
yaitu 5-20 tahun dengan rincian sebagai berikut: usia pernikahan 1-5 tahun
sebanyak 3%, usia pernikahan 6-10 tahun sebanyak 78%, usia pernikahan 11-15
tahun sebanyak 13%, usia pernikahan >15 tahun sebanyak 6%.
13%

6%

3%

78%
1-5 tahun

11-15 tahun

6-10 tahun

>15 tahun

Gambar 8. Pengolonggan responden berdasarkan usia pernikahan


3. Jumlah anak yang dimiliki
Dari hasil penelitian diperoleh data tentang jumlah anak yang dimiliki oleh
responden yaitu: responden yang mempunyai 1 orang anak sebanyak 42%,
responden yang mempunyai 2 orang anak sebanyak 37%, responden yang
mempunyai 3 orang anak sebanyak 21%.
21%
42%

37%
1 anak

2 anak

3 anak

Gambar 9. Penggolongan responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki


4. Lama menjadi akseptor KB
Dari hasil penelitian diperoleh data tentang lama responden menjadi
akseptor KB 2-16 tahun, yaitu: responden yang menjadi akseptor KB selama 1-5

58

tahun sebanyak 42%, responden yang menjadi akseptor KB selama 6-10 tahun
sebanyak 48%, responden yang menjadi akseptor KB selama >10 tahun sebanyak
10%.
10%
42%

48%
1-5 tahun

6-10 tahun

>10 tahun

Gambar 10. Penggolongan responden berdasarkan lama menjadi akseptor


KB
5. Pekerjaan responden
Dari hasil penelitian diperoleh data tentang pekerjaan responden yaitu:
sebagai ibu Rumah Tangga sebanyak 66%, sebagai guru sebanyak 2%, sebagai
wiraswasta sebanyak 5%, sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 5%, sebagai
karyawan sebanyak 22%.

80%

66%

60%

22%

40%

2%

20%

5%

5%

0%
Ibu RT

Guru

Wirasw asta

PNS

Karyaw an

Gambar 11. Penggolongan responden berdasarkan perkerjaan


6. Pendidikan terakhir responden
Dari hasil penelitian diperoleh data tentang pendidikan terakhir responden
yaitu: SD sebanyak 8%, SMP sebanyak 14%, SMA/sederajat sebanyak 52%,
Diploma sebanyak 19%, Sarjana sebanyak 7%.

59

52%

60%
50%
40%
30%
20%

19%
14%

8%

7%

10%
0%
SD

SMP

SMA/Sederajat

Diploma

Sarjana

Gambar 12. Penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan


7. Pekerjaan suami
Dari hasil penelitian diperoleh data tentang pekerjaan suami dari
responden yaitu: sebagai karyawan sebanyak 55%, sebagai wiraswasta sebanyak
12%, sebagai polri sebanyak 5%, sebagai guru sebanyak 4%, sebagai Pegawai
Negeri Sipil sebanyak 11%, sebagai petani sebanyak 13.
60%

55%

50%
40%
30%

12%

20%

11%
5%

10%

13%

4%

0%
Karyaw an

Wirasw asta

Polri

Guru

PNS

Petani

Gambar 13. penggolongan responden berdasarkan pekerjaan suami


8. Pendidikan terakhir suami
Dari hasil penelitian diperoleh data tentang pendidikan terakhir suami
responden yaitu: SD sebanyak 5%, SMP sebanyak 9%, SMA/sederajat sebanyak
49%, Diploma sebanyak 17%, Perguruan tinggi sebanyak 20%.

60

49%
50%
40%

17%

30%

20%

9%

20%

5%

10%
0%
SD

SMP

SMA/sederajat

Diploma

Sarjana

Gambar 14. Penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan suami


9. Kontrasepsi yang dipakai
Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kontrasepsi yang dipakai oleh
responden yaitu: kontrasepsi secara alamiah sebanyak 4%, kondom sebanyak 3%,
pil sebanyak 24%, suntik sebanyak 44%, implant sebanyak 2%, IUD sebanyak
10%, MOW sebanyak 5%.
Kontrasepsi yang paling banyak dipakai oleh akseptor KB di 4 TK di
Kecamatan Sleman adalah kontrasepsi suntik. Hal ini mungkin karena kontrasepsi
suntik praktis, pemakaiannya untuk jangka waktu panjang, efek samping yang
ditimbulkan sedikit, murah, nyaman.
44%

50%
40%

24%

30%

18%

20%
10%

4%

3%

Alamiah

Kondom

5%

2%

0%
Pil KB

Suntik

Implant

IUD

MOW

Gambar 15. Jenis kontrasepsi yang dipakai oleh responden

61

B. Pengetahuan Responden Tentang Kontrasepsi


Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi
perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi
dirinya atau keluarganya (Notoadmodjo, 2003). Sebelum memilih dan memakai
kontrasepsi sebaiknya akseptor mempunyai pengetahuan terlebih dahulu
mengenai kontrasepsi, manfaatnya, dan segala macam problemnya, sehingga
akseptor dapat menentukan kontrasepsi mana yang kira-kira cocok untuknya dan
dapat mengatasi masalah yang terjadi berkaitan dengan kontrasepsi yang
dipakainya. Pengetahuan yang dimiliki oleh akseptor tentang kontrasepsi
berkaitan dengan seberapa lengkap, dan jelas informasi yang didapat oleh
akseptor.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan
akseptor KB di Kecamatan Sleman tentang kontrasepsi, yang meliputi
pengetahuan tentang KB, pengetahuan tentang jenis kontrasepsi, pengetahuan
tentang

pemakaian kontrasepsi, pengetahuan tentang kontrasepsi yang

menimbulkan efek samping, pengetahuan tentang efektivitas kontrasepsi,


pengetahuan tentang kontraindikasi pemakaian kontrasepsi, dan pengetahuan
tentang pemberian informasi. Berikut ini gambaran pengetahuan akseptor KB di
Kecamatan Sleman tentang kontrasepsi.

62

Tabel I. Pengetahuan responden tentang kontrasepsi


NO

Pernyataan

KB adalah tindakan untuk mengatur


jumlah anak dan jarak lahir
Pil, suntik, implant, IUD, dan tubektomi
termasuk jenis kontrasepsi untuk wanita
Kondom dan vasektomi bukan termasuk
jenis kontrasepsi untuk pria
Senggama terputus dan pantang berkala
tidak termasuk metode kontrasepsi
Kontrasepsi suntik dipakai tiap 1 atau 3
bulan sekali
Kontrasepsi implant dipakai untuk masa 3
atau 5 tahun sekali
Kontrasepsi IUD dipakai di dalam rongga
rahim
Pada tubektomi (steril) tidak perlu
dilakukan operasi pada saluran rahim
Pada vasektomi (steril) dilakukan operasi
pada saluran mani
Sebelum memakai kontrasepsi, kita tidak
perlu mengetahui efek samping dari
kontrasepsi yang ada
Pil KB tidak menyebabkan flek-flek pada
kulit,perdarahan
Kontrasepsi suntik tidak menyebabkan
perubahan berat badan.
Kontrasepsi
implant
menyebabkan
keputihan
IUD tidak menyebabkan perdarahan dan
keputihan
Vasektomi
(steril)
tidak
dapat
menyebabkan impotensi dan infeksi pada
bekas luka
Pil KB tetap efektif biarpun tidak
diminum tiap hari
Tubektomi (steril) tidak efektif karena
masih sering terjadi kegagalan
Pil KB kombinasi dapat digunakan oleh
ibu yang sedang menyusui
Akseptor yang mempunyai kelainan
jantung dan tekanan darah tinggi tidak
dapat menggunakan kontrasepsi jenis pil,
suntik dan implant
Akseptor yang mengalami kelainan
bawaan rahim boleh menggunakan IUD
sebagai alat kontrasepsi
Tenaga kesehatan tidak perlu
memberikan informasi mengenai
bagaimana memilih kontrasepsi yang
sesuai

2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15

16
17
18
19

20

21

Setuju
(SS+S)

Kecenderungan (%)
Ragu-ragu
Tidak
setuju
(TS+STS)

100

100

89

30

50

20

71

29

91

64

30

20

30

50

50

50

96

11

30

59

20

10

70

41

30

29

20

10

70

20

40

40

15

10

75

47

26

27

40

40

20

50

40

10

20

40

40

91

63

1. Pengetahuan responden tentang KB


Sebelum mengikuti program KB sebaiknya akseptor harus mengetahui
terlebih dahulu apa arti dari KB itu sendiri. Dari hasil penelitian semua responden
setuju bahwa KB adalah tindakan untuk mengatur jumlah anak dan jarak lahir.
100%
100%

50%
0%

0%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 16. Pengetahuan responden tentang definisi KB


2. Pengetahuan responden tentang jenis kontrasepsi
Tidak semua akseptor mengetahui macam-macam dari metode kontrasepsi
yang ada. Dari hasil penelitian pada pernyataan kedua diperoleh hasil semua
responden setuju bahwa pil, suntik, implant, IUD, dan tubektomi, termasuk jenis
kontrasepsi untuk wanita. Hal ini berarti bahwa responden mengetahui jenis-jenis
kontrasepsi untuk wanita.
100%
100%

50%
0%

0%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 17. Pengetahuan responden tentang jenis kontrasepsi untuk wanita


Pada pernyataan ketiga yaitu kondom dan vasektomi bukan termasuk jenis
kontrasepsi untuk pria diperoleh hasil sebanyak 2% responden setuju, sebanyak

64

9% responden ragu-ragu, sebanyak 89% responden tidak setuju. Sebagian besar


responden mengetahui jenis kontrasepsi untuk pria.
89%
100%
50%

2%

9%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Gambar 18. pengetahuan responden tentang jenis kontrasepsi untuk pria


Pada pernyataan keempat yaitu senggama terputus dan pantang berkala
tidak termasuk metode kontrasepsi diperoleh hasil sebanyak 30% responden
setuju, sebanyak 50% responden ragu-ragu, sebanyak 20% responden tidak setuju.
Responden (50%) kurang mengetahui tentang metode kontrasepsi sederhana,
walaupun sebenarnya mereka melakukan cara kontrasepsi seperti yang disebutkan
diatas.
50%
60%

30%

20%

40%
20%
0%

Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 19. Pengetahuan responden tentang jenis kontrasepsi alami


3. Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi
Pada peryataan kelima yaitu kontrasepsi suntik dipakai tiap 1 atau 3 bulan
sekali diperoleh hasil sebanyak 71% responden setuju, sebanyak 29% responden
tidak setuju. Sebagian besar responden mengetahui bahwa kontrasepsi suntik bisa
dipakai dalam jangka waktu 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali.

65

100%

71%
29%

50%

0%

0%

Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 20. Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi suntik


Pada pernyataan keenam yaitu kontrasepsi implant dipakai untuk masa 3
atau 5 tahun sekali diperoleh hasil sebanyak 91% responden setuju, dan sisanya
sebanyak 9% ragu-ragu. Sebagian besar responden (91%) mengetahui kalau
kontrasepsi implant dipakai dalam jangka waktu 3 tahun sekali atau 5 tahun
sekali.
91%
100%
50%

9%

0%

0%

Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 21. Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi implant


Pada pernyataan ketujuh yaitu kontrasepsi IUD dipakai di dalam rongga
rahim diperoleh hasil sebanyak 64% responden setuju, sebanyak 30% responden
ragu-ragu, sebanyak 6% responden tidak setuju. Sebagian besar responden
mengetahui kalau kontrasepsi IUD dipakai di dalam rongga rahim.

80%

64%

60%

30%

40%

6%

20%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 22. Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi IUD

66

Pada pernyataan kedelapan yaitu pada tubektomi (steril) tidak perlu


dilakukan operasi pada saluran rahim diperoleh hasil sebanyak 20% setuju, 30%
ragu-ragu, 50% tidak setuju. Hal ini berati responden mengetahui (50%) kalau
pada kontrasepsi tubektomi perlu dilakukan operasi pada saluran rahim.
50%

60%
40%

20%

30%

20%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 23. Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi:


pada tubektomi tidak perlu dilakukan operasi pada saluran rahim
Pada pernyataan kesembilan yaitu pada vasektomi (steril) dilakukan
operasi pada saluran mani diperoleh hasil sebanyak 50% responden ragu-ragu,
50% responden tidak setuju. Jumlah responden yang tidak tahu kalau pada
vasektomi (steril) dilakukan operasi pada saluran mani (50%) dan responden yang
kurang mengetahui sebanyak (50%).
50%

60%

50%

40%
20%

0%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 24. Pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi:


pada vasektomi dilakukan operasi pada saluran mani
Pengetahuan responden tentang metode kontrasepsi mantap perlu
ditingkatkan, oleh karena itu peran tenaga kesehatan sebagai salah satu sumber
infomasi juga perlu ditingkatkan dan informasi yang diberikan kepada akseptor
harus lengkap dan jelas.

67

4. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi


Pada pernyataan kesepuluh yaitu sebelum memakai kontrasepsi, kita tidak
perlu mengetahui efek samping dari kontrasepsi yang ada diperoleh hasil bahwa
sebagian besar responden (96%) tahu kalau sebelum memakai kontrasepsi harus
mengetahui efek samping yang ada pada kontrasepsi.
Pengetahuan tentang efek samping dari kontrasepsi perlu untuk diketahui
akseptor sebelum mereka menentukan pilihan kontrasepsi yang akan dipakai,
karena salah satu pertimbangan akseptor dalam memilih kontrasepsi adalah efek
samping yang ditimbulkan dari kontrasepsi.
96%
100%
50%

0%

4%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 25. Sebelum memakai kontrasepsi, akseptor tidak perlu


mengetahui efek samping dari kontrasepsi yang ada
Pada pernyataan kesebelas yaitu pil KB tidak menyebabkan flek-flek pada
kulit, perdarahan diperoleh hasil sebanyak 11% responden setuju, 30% responden
ragu-ragu, 59% responden tidak setuju. Hal ini berarti responden mengetahui
bahwa pemakaian pil KB dapat menimbulkan efek samping seperti flek-flek pada
kulit dan perdarahan.

68

59%
60%

30%

40%

11%

20%
0%

Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 26. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi oral


Pada pernyataan keduabelas yaitu kontrasepsi suntik tidak menyebabkan
perubahan berat badan diperoleh hasil sebanyak 20% responden setuju,10%
responden ragu-ragu, 70% responden tidak setuju. Hal ini berarti sebagian besar
responden mengetahui bahwa kontrasepsi suntik dapat menyebabkan perubahan
berat badan.
70%
80%
60%
20%

40%

10%

20%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 27. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi


suntik
Pada pernyataan ketigabelas yaitu kontrasepsi implant menyebabkan
keputihan diperoleh hasil sebanyak 41% responden setuju, 30% responden raguragu, 29% responden tidak setuju. Pengetahuan responden tentang efek samping
kontrasepsi implant kurang.

69

60%

41%
30%

40%

29%

20%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 28. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi


implant
Pada pernyataan keempatbelas yaitu IUD tidak menyebabkan perdarahan
dan keputihan diperoleh hasil sebanyak 20% responden setuju, 10% responden
ragu-ragu, 70% responden tidak setuju. Sebagian besar responden mengetahui
kalau kontrasepsi IUD dapat menyebabkan perdarahan dan keputihan.

70%

100%

20%

50%

10%

0%
Setuju

Ragu-ragu Tidak setuju

Gambar 29. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi IUD


Pada pernyataan kelimabelas yaitu vasektomi (steril) tidak dapat
menyebabkan impotensi dan infeksi pada bekas luka diperoleh hasil sebanyak
20% responden setuju, 40% responden ragu-ragu, 40% responden tidak setuju.
Dilihat dari hasil penelitian, pengetahuan responden tentang efek samping dari
kontrasepsi vasektomi kurang.

70

40%
40%

40%

20%

20%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 30. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi


vasektomi
5. Pengetahuan responden tentang efektivitas dari kontrasepsi
Pada pernyataan keenambelas yaitu pil KB tetap efektif biarpun tidak
diminum tiap hari diperoleh hasil sebanyak 15% responden setuju,10% responden
ragu-ragu, 75% responden tidak setuju. Hal ini berarti sebagian besar responden
mengetahui kalau pil KB harus diminum tiap hari, dan efektivitasnya tinggi bila
diminum tiap hari.
Pil oral harus diminum tiap hari agar efektif karena mereka dimetabolisir
dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1 atau 2 tablet, maka kemungkinan akan
terjadi peningkatan hormon alamiah yang selanjutnya akan menyebabkan ovum
menjadi matang lalu dilepaskan (hartanto, 2004).
75%

100%
50%

15%

10%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 31. Pengetahuan responden tentang efektivitas kontrasepsi oral


Pada pernyataan ketujuhbelas yaitu tubektomi (steril) tidak efektif karena
masih sering terjadi kegagalan sebanyak 47% responden setuju, sebanyak 26%

71

responden ragu-ragu, sebanyak 27% tidak setuju. Efektivitas tubektomi secara


teoritis hampir 100%.

60%

47%

40%

26%

27%

Ragu-ragu

Tidak setuju

20%
0%
Setuju

Gambar 32. Pengetahuan responden tentang efektivitas kontrasepsi


tubektomi
6. Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi
Pada pernyataan kedelapanbelas yaitu pil KB kombinasi dapat digunakan
oleh ibu yang sedang menyusui diperoleh hasil sebanyak 40% responden setuju,
40% responden ragu-ragu, 20% responden tidak setuju. Dilihat dari hasil
penelitian, pengetahuan responden tentang kontraindikasi dari pil KB kurang.
Pil KB kombinasi tidak dianjurkan untuk akseptor yang sedang menyusui,
karena pil KB kombinasi dapat menyebabkan berkurangnya jumlah ASI atau
memperpendek masa menyusui (Hartanto, 2004).
40%

40%

40%

20%

30%
20%
10%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 33. Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi:


pil KB kombinasi dapat digunakan oleh ibu yang sedang menyusui

72

Pada pernyataan kesembilanbelas yaitu akseptor yang mempunyai


kelainan jantung dan tekanan darah tinggi tidak dapat menggunakan kontrasepsi
jenis pil, suntik dan implant diperoleh hasil sebanyak 50% responden setuju, 40%
responden ragu-ragu, sebanyak 10% responden tidak setuju. Dilihat dari hasil
penelitian pengetahuan responden kurang tentang kontraindikasi pemakaian
kontrasepsi untuk akseptor yang mempunyai riwayat kelainan jantung dan
tekanan darah tinggi.

60%

50%

40%

40%

10%

20%
0%
Setuju

Ragu-ragu Tidak setuju

Gambar 34. Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi:


akseptor yang mempunyai kelainan jantung dan tekanan darah tinggi tidak
dapat menggunakan kontrasepsi jenis pil, suntik dan implant
Pada pernyataan keduapuluh yaitu akseptor yang mengalami kelainan
bawaan rahim boleh menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi diperoleh hasil
sebanyak 20% responden setuju, 40% responden ragu-ragu, 40% responden tidak
setuju. Dilihat dari hasil penelitian pengetahuan responden kurang tentang
kontraindikasi IUD yaitu IUD tidak dapat digunakan untuk akseptor yang
mengalami kelainan bawaan rahim.

73

40%
40%
30%

40%

20%

20%
10%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 35. Pengetahuan responden tentang kontraindikasi kontrasepsi:


akseptor yang mengalami kelainan bawaan rahim boleh menggunakan IUD
sebagai alat kontrasepsi
Pada pernyataan keduapuluhsatu yaitu tenaga kesehatan tidak perlu
memberikan informasi mengenai bagaimana memilih kontrasepsi yang sesuai
diperoleh hasil sebanyak 9% responden ragu-ragu, 91% responden tidak setuju.
Dilihat dari hasil penelitian responden menyetujui kalau tenaga kesehatan perlu
memberikan informasi mengenai bagaimana memilih kontrasepsi yang sesuai.
91%
100%
50%

0%

9%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 36. Tenaga kesehatan tidak perlu memberikan informasi mengenai


bagaimana memilih kontrasepsi yang sesuai
C. Motivasi Responden Dalam memilih Kontrasepsi
Motivasi adalah dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Notoatmodjo, 2003). Motivasi dalam memakai kontrasepsi adalah halhal yang mendasari akseptor dalam memilih dan menggunakan kontrasepsi, dan
tiap akseptor mempunyai motivasi yang berbeda dalam memilih kontrasepsi.

74

Berikut adalah gambaran motivasi pemilihan kontrasepsi dari akseptor KB


di Kecamatan Sleman.
Tabel II. Motivasi responden dalam pemilihan kontrasepsi
No

Keterangan

Tidak perlu melakukan


pemeriksaan kesehatan
Sesuai kondisi kesehatan
Sesuai kondisi keuangan
Yang mempunyai efek
samping
Yang pernah gagal dipakai
Mudah dipakai
Dapat
mengembalikan
kesuburan dengan cepat
Nyaman
Berjangka waktu panjang

2
3
4
5
6
7
8
9

Kecenderungan (%)
Setuju
Ragu-ragu Tidak setuju
(SS+S)
(TS+STS)
28
4
68
68
91
2

7
6
3

25
3
95

4
82
58

7
14
20

89
4
22

100
80

20

Pada pernyataan pertama yaitu saya tidak perlu melakukan pemeriksaan


kesehatan terlebih dahulu sebelum memakai kontrasepsi diperoleh hasil sebanyak
28% responden setuju, 4% responden ragu-ragu, 68% responden tidak setuju.
Dilihat dari hasil penelitian responden merasa perlu untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu sebelum memakai kontrasepsi.

68%

100%
50%

28%
4%

0%
Setuju

Ragu-ragu Tidak setuju

Gambar 37. Tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu


sebelum memakai kontrasepsi

75

Pada pernyataan kedua yaitu saya memilih kontrasepsi yang sesuai dengan
kondisi kesehatan sebanyak 68% responden setuju, 7% responden ragu-ragu, 25%
responden tidak setuju. Dilihat dari hasil penelitian, motivasi responden dalam
memilih kontrasepsi adalah kondisi kesehatan.
68%

100%
50%

7%

25%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 38. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kondisi kesehatan


Pada pernyataan ketiga yaitu saya memilih kontrasepsi yang harganya
sesuai dengan kondisi keuangan keluarga diperoleh hasil sebanyak 91%
responden setuju, 6% responden ragu-ragu, 3% responden tidak setuju. Dilihat
dari hasil penelitian, motivasi responden dalam memilih kontrasepsi adalah
kondisi keuangan keluarga.
91%
100%
50%

6%

3%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 39. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kondisi keuangan keluarga


Pada pernyataan keempat yaitu saya memakai kembali kontrasepsi yang
sudah pernah saya pakai biarpun saat saya pakai menimbulkan gangguan/efek
samping diperoleh hasil sebanyak 2% responden setuju, 3% responden ragu-ragu,
95% reponden tidak setuju. Dilihat dari hasil penelitian, motivasi responden

76

dalam memilih kontrasepsi adalah efek samping yang ditimbulkan. Responden


tidak memakai kembali kontrasepsi yang menimbulkan efek samping yang
mengganggu mereka.
95%
100%
50%

2%

3%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 40. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan pengalaman efek samping


Pada pernyataan kelima yaitu saya memakai kembali kontrasepsi yang
pernah gagal saya pakai diperoleh hasil sebanyak 4% responden setuju, 7%
responden ragu-ragu, 89% responden tidak setuju. Dilihat dari hasil penelitian,
motivasi responden dalam memilih kontrasepsi adalah efektivitas yang tinggi.
Responden tidak memakai kembali kontrasepsi yang pernah gagal saat dipakai
sehingga responden hamil.
89%
100%
50%

4%

7%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 41. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kegagalan pemakaian


Pada pernyataan keenam yaitu saya memilih kontrasepsi yang mudah
pemakaiannya diperoleh hasil sebanyak 82% responden setuju, 14% responden
ragu-ragu, 4% responden tidak setuju. Dilihat dari hasil penelitian, responden
memilih kontrasepsi yang mudah pemakaiannya.

77

100%

82%

50%

14%

4%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 42. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kemudahan pemakaian


Pada pernyataam ketujuh yaitu saya memilih kontrasepsi yang dapat
mengembalikan kesuburan dengan cepat diperoleh hasil sebanyak 58% responden
setuju, 20% responden ragu-ragu, 22% responden tidak setuju. Dilihat dari hasil
penelitian, responden (58%) memilih kontrasepsi yang dapat mengembalikan
kesuburan dengan cepat.
58%
60%

20%

40%

22%

20%
0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 43. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan pemulihan kesuburan


Pada pernyataan kedelapan yaitu saya memilih kontrasepsi yang nyaman
dipakai diperoleh hasil sebanyak 40% responden sangat setuju, 60% responden
setuju. Dilihat dari hasil penelitian, responden memilih kontrasepsi yang nyaman
saat dipakai.
100%
100%
50%

0%

0%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 44. Pemilihan kontrasepsi berdasarkan kenyamanan pemakaian

78

Pada pernyataan kesembilan yaitu saya memilih kontrasepsi yang


berjangka waktu panjang karena lebih praktis diperoleh hasil sebanyak 80%
responden setuju, 20% responden ragu-ragu. Dilihat dari hasil penelitian,
responden memilih kontrasepsi yang praktis. Responden memilih kontrasepsi
yang pemakaiannya untuk jangka waktu panjang karena lebih praktis, dan
meminimalkan kemungkinan lupa memakai seperti pil KB.

100%

80%
20%

50%

0%

0%
Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Gambar 45. Pemilihan kontrasepsi untuk pemakaian jangka panjang

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

1.

Karakteristik responden di Kecamatan Sleman yaitu usia 23-41 tahun, usia


pernikahan 5-20 tahun, jumlah anak yang dimiliki 1-3 orang, lama menjadi
akseptor 1-5 tahun, tingkat pendidikan responden yaitu paling banyak
SMA/sederajat (52%), pekerjaan suami responden paling banyak sebagai
karyawan (54%), pendidikan terakhir suami responden paling banyak
SMA/sederajat (49%), kontrasepsi yang paling banyak dipakai yaitu suntik
(44%).

2.

Pengetahuan responden tentang kontrasepsi yang meliputi:


a. pengetahuan

tentang

kontrasepsi

yaitu

100%

responden

mengetahui kalau KB adalah tindakan untuk mengatur jumlah anak


dan jarak lahir.
b. pengetahuan tentang jenis kontrasepsi yaitu: 100% responden
mengetahui jenis-jenis kontrasepsi untuk wanita, 89% responden
mengetahui jenis-jenis kontrasepsi untuk pria, 50% responden
kurang mengetahui jenis kontrasepsi sederhana, walaupun pada
kenyataannya mereka pernah melakukan metode kontrasepsi
tersebut.
c. pengetahuan responden tentang pemakaian kontrasepsi yaitu: 71%
responden mengetahui pemakaian kontrasepsi suntik, 91%

79

80

responden mengetahui pemakaian kontrasepsi implant, 64%


responden

mengetahui

pemakaian

kontrasepsi

IUD,

50%

responden mengetahui pemakaian kontrasepsi tubektomi, 50%


responden kurang mengetahui pemakaian vasektomi.
d. Pengetahuan responden tentang efek samping kontrasepsi yaitu:
59% responden mengetahui efek samping yang ditimbulkan dari
pemakaian kontrasepsi pil, 70% responden mengetahui efek
samping yang ditimbulkan dari pemakaian kontrasepsi suntik, 70%
responden mengetahui efek samping yang ditimbulkan dari
pemakaian kontrasepsi IUD, 41% responden mengetahui efek
samping yang dapat ditimbulkan dari pemakaian kontrasepsi
implant, dan 40% responden kurang mengetahui efek samping
yang dapat ditimbulkan dari pemakaian kontrasepsi vasektomi.
e. Pengetahuan responden tentang efektivitas dari kontrasepsi yaitu:
75% responden mengetahui kalau pil KB efektif bila dikonsumsi
tiap hari, akan tetapi 47% responden tidak mengetahui efektivitas
tubektomi.
f. Pengetahuan responden tentang kontraindikasi dari kontrasepsi
yaitu: 50% responden mengetahui kalau pil, suntik dan implant
tidak dapat digunakan oleh akseptor yang mempunyai kelainan
jantung dan tekanan darah tinggi. 40% responden mengetahui
kalau akseptor yang mengalami kelainan bawaan rahim tidak dapat
menggunakan IUD.

81

g. Sebanyak 91% responden mengetahui kalau tenaga kesehatan perlu


memberikan informasi mengenai bagaimana memilih kontrasepsi
yang sesuai,
3.

Motivasi responden dalam memilih kontrasepsi yaitu

68% responden

merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum memakai


kontrasepsi. Responden memilih kontrasepsi berdasarkan: kondisi kesehatan
(68%), kondisi keuangan keluarga (91%), efek samping dari kontrasepsi
(95%), efektivitas dari kontrasepsi (89%), kemudahan dalam memakai
kontrasepsi

(82%),

kemampuan

kontrasepsi

dalam

mengembalikan

kesuburan (58%), kenyamanan dalam pemakaian (100%), praktis (80%).

B. SARAN
1.

Pelayanan KB dari segi mutu obat lebih ditingkatkan sehingga akseptor


merasa aman dan nyaman dalam menggunakan kontrasepsi.

2.

Pemberian informasi mengenai kontrasepsi harus diperjelas.

3.

Untuk penelitian selanjutnya diusulkan untuk meneliti lebih lanjut tentang


bagaimana pelayanan kontrasepsi yang meliputi komunikasi, informasi, dan
edukasi di kecamatan Sleman.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R., 2005, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, 72-77, Jakarta.
Anonim, 1990a, Kamus Istilah Gerakan Keluarga Berencana Nasional, 1-2,
15,31-39, 44-54, BKKBN, Jakarta.
Anonim, 1990b, Keputusan Menteri Kesehatan No 347/MENKES/SK/VII/1990
Tentang Obat Wajib Apotik, Jakarta.
Anonim, 1992, Informasi Aspek Medis Alat Kontrasepsi Lingkaran emas, 11,
BKKBN, Jakarta.
Anonim, 1994, Pembangunan Keluarga Sejahtera di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 dan GBHN 1993, 32, BKKBN,
Jakarta.
Anonim, 1995, Panduan Pelayanan Keluarga Berencana Melalui Apotik, 20, BPP
ISFI dan BKKBN, Jakarta.
Anonim, 1998, Peraturan Pemerintah RI No. 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat kesehatan, 360, Jakarta.
Anonim, 2000, Materi Konseling Kontrasepsi Bagi Petugas Lapangan, 29,
BKKBN, Yogyakarta.
Anonim, 2001, Panduan Baku Klinis Program Pelayanan Keluarga Berencana,
1-58, Dinas Kesehatan Kota Depok, Jakarta.
Anonim, 2003, Alat Kontrasepsi, www.Yayasanpermatahatikita.com/alat
kontrasepsi.html , diakses 13 Januari 2006, jam 17.47 WIB
Anonim, 2004, Kelebihan Dan Kekurangan Kontrasepsi,
http://www.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=698, diakses 6 april 2007,
pukul 20.52.
Dharmmesta, B.S., dan Handoko, H., 2000, Manajemen Pemasaran Analisis
Prilaku Manusia, Edisi I, cetakan I, BPFE, Yogyakarta.

Ganong, 1999, Buku Teks Fisiologi Kedokteran (Texs Book of Medical


Psycology), diterjemahkan oleh Dharma, A., Lukmanto, P., Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

82

83

Gieles, Th., 2001, Keluarga Berencana Alamiah dan Kontrasepsi, 3-18,


Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hartanto, H., 2004, KB Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Kotler, P., dan Susanto, A.B., 2000, Manajemen Pemasaran di Indonesia:
Analisis, Perencanan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi I, Salemba
empat, Jakarta.
Kusnanto, H., 1999, Metode Kualitatif dalam Riset Kesehatan, Program Magister
Managemen Pelayanan Kesehatan UGM, Yogyakarta.
Kusuma, P.D., 2006, Perilaku Akseptor Di Kota Yogyakarta : Kajian Motivasi,
Pengetahuan Dan Pola Penggunaan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universinas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Mardiya, 1999, Petunjuk Praktis Cara Memilih Kontrasepsi (Sebuah Pedoman
Bagi PUS yang Ingin Ber-KB), 1-5, 13-30, 81-86, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Muchji, H.A., Muchtar, W., Situmorang, C.M., Lely, Samiajis, Djurkam, B., dkk,
1999, Informasi Pelayanan Kontrasepsi, Edisi V, BKKBN, Jakarta.
Notodihardjo, R., 2002, Reproduksi, Kontrasepsi dan Keluarga Berencana, 1927, Penerbit kanisius Yogyakarta.
Notoadmodjo, S., 1993a, Metodologi Penelitian Kesehatan, 75, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoadmodjo, S., 1993b, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi offset, Yogyakarta.
Nawawi, H., 2003, Metode Penelitian Bidang Sosial, 144, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 11-15, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Raharja, K., dan Tjay, T.H., 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingannya, 669, Edisi V, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Rukanda, A., Ryanto, H., Syarief, M.T., Hasjim, C., Saleng, Muhasjim, dkk,
1993, Pengayoman Medis Keluarga Berencana, BKKBN, Jakarta.

84

Rusmiari, A.A., 2001, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Akseptor Dalam


Memilih Obat Dan Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Pandak Kabupaten
Bantul, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
Cetakan kedua, UGM Press, Yogyakarta.
Setiawati, 2000, Dasar Pemilihan dan Penggunaan Obat dan Alat Kontrasepsi di
Kecamatan Serangan Kota Surakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sujudi, A., Sampurno, H., Slamet, L,S., Sitanggang, L., Darmansjah, I., Santoso,
B., dkk, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 291, CV Sagung
Seto, Jakarta.
Suherman, K,S., 1998, Farmakologi dan Terapi: Estrogen, Antiestrogen,
Progestin, dan Kontrasepsi Hormonal, 439-455, Edisi IV, Gaya Baru,
Jakarta.
Sundquist, K., 1993, Kontrasepsi Apa yang Terbaik Bagi Anda, xiii-xv, 27-28, 5684, Arcan jakarta.
Suririnah. 2005, Beberapa Metode Kontrasepsi Atau KB,
http://www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=
37 diakses 6 april 2007, pukul 21.12 WIB.

85

Lampiran 1. Kuisioner

Kepada Yth.
Ibu-ibu akseptor KB
di tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan penelitian saya untuk tugas akhir (skripsi) di Fakultas
Farmasi

Universitas

Sanata

Dharma

Yogyakarta

yang

berjudul

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TENTANG KONTRASEPSI PADA


AKSEPTOR KB DI 4 TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN
SLEMAN maka saya mohon bantuan ibu-ibu untuk berkenan menbantu saya
dalam pengisian kuisioner.

Demikian permohonan saya, besar harapan saya ibu-ibu mendukung penelitian


saya ini, sehingga hasilnya nanti dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Agustus 2007


Peneliti

Dwi Erny Awati

86

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TENTANG KONTRASEPSI PADA


AKSEPTOR KB DI 4 TAMAN KANAK-KANAK
DI KECAMATAN SLEMAN

No

Pertanyaan

Nama (dapat tidak diisi )

Umur (th)

Umur pernikahan (th)

Jumlah anak

Lama menjadi akseptor KB

Pekerjaan

Pendidikan terakhir

Pekerjaan suami

Pendidikan terakhir suami

10

Kontrasepsi yang dipakai

Keterangan:
SS

: Sangat Setuju

: Setuju

: Ragu Ragu

TS

: Tidak Setuju

STS

: Sangat Tidak Setuju

Jawaban

87

No

Pernyataan

KB adalah tindakan untuk mengatur


jumlah anak dan jarak lahir
Pil, suntik, implant, IUD, dan
tubektomi, termasuk jenis
kontrasepsi untuk wanita
Kondom dan vasektomi bukan
termasuk jenis kontrasepsi untuk pria
Senggama terputus dan pantang
berkala tidak termasuk metode
kontrasepsi
Kontrasepsi suntik dipakai tiap 1
atau 3 bulan sekali
Kontrasepsi implant dipakai untuk
masa 3 atau 5 tahun sekali
Kontrasepsi IUD dipakai di dalam
rongga rahim
Pada tubektomi tidak perlu
dilakukan operasi pada saluran
rahim.
Pada vasektomi dilakukan operasi
pada saluran mani
Sebelum memakai kontrasepsi, kita
tidak perlu mengetahui efek samping
dari kontrasepsi yang ada
Pil KB tidak menyebabkan flek-flek
pada kulit,perdarahan
Kontrasepsi
suntik
tidak
menyebabkan
perubahan
berat
badan.
Kontrasepsi implant menyebabkan
keputihan
IUD tidak menyebabkan perdarahan
dan keputihan
Vasektomi tidak dapat menyebabkan
impotensi dan infeksi pada bekas
luka
Pil KB tetap efektif biarpun tidak
diminum tiap hari
Tubektomi tidak efektif karena
masih sering terjadi kegagalan
Pil KB kombinasi dapat digunakan
oleh ibu yang sedang menyusui

3
4

5
6
7
8

9
10

11
12

13
14
15

16
17
18

SS

TS

STS

88

No

Pernyataan

19

Akseptor yang mempunyai kelainan


jantung dan tekanan darah tinggi
tidak
dapat
menggunakan
kontrasepsi jenis pil, suntik dan
implant
Akseptor yang mengalami kelainan
bawaan rahim boleh menggunakan
IUD sebagai alat kontrasepsi
Tenaga kesehatan tidak perlu
memberikan informasi mengenai
bagaimana memilih kontrasepsi yang
sesuai
Saya tidak perlu melakukan
pemeriksaan kesehatan terlebih
dahulu sebelum memakai
kontrasepsi
Saya memilih kontrasepsi yang
harganya sesuai dengan kondisi
keuangan keluarga
Saya memilih kontrasepsi yang
sesuai dengan kondisi kesehatan
Saya memakai kembali kontrasepsi
yang sudah pernah saya pakai
biarpun saat saya pakai
menimbulkan gangguan/efek
samping
Saya memakai kembali kontrasepsi
yang pernah gagal saya pakai
Saya memilih kontrasepsi yang
mudah pemakaiannya
Saya memilih kontrasepsi yang dapat
mengembalikan kesuburan dengan
cepat
Saya memilih kontrasepsi yang
nyaman dipakai
Saya memilih kontrasepsi yang
berjangka waktu panjang karena
lebih praktis

20

21

22

23

24
25

26
27
28

29
30

SS

TS

STS

89
Lampiran 2. Data Jawaban

KETERANGAN:
SS
:1
S
:2
R
:3
TS
:4
STS : 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

P1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2

P2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
5
2
2
2
2
2
2

P3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
2
3
4
4
4
4
4
3

P4
3
4
2
3
2
3
3
4
2
3
3
4
3
4
2
3
2
4
3
2
4
3

P5
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
4
1
4
4
1
2
2
2
4
4
4

P6
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2

P7
3
2
4
3
2
2
2
2
4
2
2
3
1
3
3
3
3
2
3
2
2
3

P8
3
3
2
3
4
4
4
2
4
3
3
3
4
4
4
2
4
3
4
4
3
2

P9
3
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
2
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3

P10
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
3
4
4

P11
3
4
3
2
4
2
3
4
4
4
3
4
4
4
2
3
4
4
4
4
3
3

P12
4
4
2
4
2
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
2
4
4
3
4
4
4

P13
3
4
2
2
4
3
2
2
4
3
4
4
2
3
2
3
2
2
4
3
3
4

P14
4
4
4
2
1
3
4
4
4
4
4
4
1
3
4
4
4
4
2
4
4
4

P15
3
3
2
3
4
2
3
2
4
4
3
4
2
4
3
2
3
4
4
4
3
3

89

P16
4
4
4
5
4
4
3
2
4
4
2
4
4
2
2
3
4
2
3
5
5
5

P17
2
4
2
2
2
3
3
4
4
3
3
2
4
4
2
4
2
4
4
3
4
3

P18
3
3
4
3
2
4
2
2
2
3
4
3
3
2
2
4
3
2
2
2
3
3

P19
3
3
2
2
2
4
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
4
2
3
2
3
4

P20
3
4
4
3
2
3
2
4
4
3
4
3
4
2
4
3
3
2
2
4
3
2

P21
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
5
4
5
3
3
4
3
4
3

P22
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
2
2
2
3
5
4
3
4
4
5
4

P23
1
2
4
2
2
2
3
2
2
3
2
1
2
2
3
2
1
4
2
2
2
2

P24
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
3
2
2
5
1
3
1
1
2
3
3
2

P25
4
4
4
4
2
4
4
4
4
5
4
3
3
4
2
5
4
5
4
4
4
4

P26
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
3
1
1
4
5
5
3
3
3

P27
2
1
2
2
2
2
1
2
2
3
3
2
4
3
1
1
4
5
5
3
3
3

P28
3
4
2
3
4
2
2
2
2
2
2
3
4
2
4
2
2
3
3
4
2
2

P29
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
1

P30
2
1
2
2
1
2
3
2
2
3
1
1
2
2
2
2
3
1
1
2
2
2

90

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

P1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
2

P2
2
1
2
1
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
1
2
2

P3
4
4
5
5
4
4
4
3
4
4
5
5
4
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
4
5
5
3
5
4
4

P4
3
3
2
3
4
3
3
3
4
2
3
3
4
4
2
3
3
3
3
2
2
3
2
4
2
3
3
2
4
3
2
4
3

P5
2
2
2
1
2
2
1
2
1
4
2
4
2
4
2
1
4
1
2
4
2
2
4
2
2
1
1
2
2
4
2
2
1

P6
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2

P7
2
2
1
3
2
2
1
2
1
2
3
1
3
2
2
3
4
1
3
3
2
2
2
4
2
3
2
1
2
3
2
2
2

P8
3
3
3
2
4
4
4
3
3
4
4
2
3
4
4
4
4
2
3
2
4
4
4
3
3
3
4
4
4
2
2
2
3

P9
2
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
2
3
2
2
3
3
2
2
2
3
3

P10
4
4
5
5
5
4
5
4
5
4
4
3
4
3
4
5
5
3
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5

P11
4
3
4
3
4
4
2
4
4
4
3
3
3
4
4
2
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
2
3
4
4
4
2
3

P12
2
4
4
3
4
4
4
2
2
4
4
4
3
4
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
2
5
4
5
4
2
3
4

P13
2
2
4
3
4
2
2
3
3
2
2
4
2
3
4
4
4
3
3
2
2
4
2
2
2
3
3
4
3
2
4
2
2

P14
4
2
3
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
2
3

P15
2
4
3
2
4
4
3
3
3
4
4
4
3
2
2
3
4
4
4
3
3
4
4
4
2
3
4
4
3
2
3
3
4

P16
4
4
5
2
4
5
5
4
4
4
2
3
5
4
4
4
3
5
5
4
4
4
3
4
4
2
5
4
4
4
4
4
2

P17
4
3
3
2
4
4
4
2
4
3
3
2
3
2
4
2
2
4
3
3
2
2
3
4
3
2
2
2
2
4
2
3
2

P18
4
2
3
3
2
4
3
4
2
2
2
3
4
2
3
2
3
3
4
4
4
4
2
2
3
3
3
2
2
2
4
3
2

P19
3
2
3
3
4
2
2
3
2
2
3
4
3
2
2
2
2
3
3
4
2
2
3
3
2
4
3
2
3
3
2
2
3

P20
4
4
4
4
2
4
3
2
3
4
3
4
2
2
2
3
3
4
3
3
2
4
3
3
4
3
2
2
3
3
4
3
4

P21
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
3
5
4
4
4
4

P22
5
5
5
4
4
3
5
3
5
4
1
4
4
1
2
2
2
1
1
2
4
4
2
2
2
2
2
2
4
5
5
4
4

P23
2
2
2
1
2
2
2
4
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
2
2
1
2
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1

P24
1
4
3
1
1
2
1
2
1
2
5
2
2
5
4
4
4
4
5
4
2
2
4
4
5
5
4
5
2
1
1
2
2

P25
5
4
4
5
4
4
5
3
5
4
4
4
5
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4

P26
3
4
4
4
4
2
5
4
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4

P27
1
1
2
2
2
1
3
2
2
2
2
1
2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
2
3
1
2
2
2
1
2
3
1

P28
2
4
2
2
2
3
3
4
2
2
2
2
2
3
4
4
2
2
2
3
3
2
2
4
2
3
2
2
4
2
2
3
2

P29
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2

P30
3
2
3
2
2
1
2
2
2
2
3
3
1
2
2
2
1
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
3
2

91

56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89

P1
1
2
1
2
2
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2

P2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

P3
4
4
4
4
5
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

P4
3
3
3
3
2
3
4
2
3
2
3
2
3
3
2
2
3
4
3
3
2
3
2
2
4
2
3
3
4
3
2
3
3
2

P5
2
2
2
2
4
1
2
4
2
4
2
2
2
1
4
4
2
2
1
2
2
2
4
2
2
4
2
1
4
2
2
4
2
2

P6
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2

P7
1
2
2
3
2
2
3
3
1
2
2
2
1
3
3
2
4
2
1
3
2
2
3
3
3
2
2
2
2
1
3
2
2
4

P8
4
3
3
2
4
4
4
4
4
2
3
4
4
4
3
4
2
2
3
4
4
4
4
3
2
4
4
4
2
2
3
4
3
4

P9
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
2
2
3
3
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
3
2
3
3

P10
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
5

P11
3
3
4
4
4
3
2
3
3
4
3
4
4
4
4
4
2
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
2
4
4
3
3
4
4

P12
4
5
2
4
5
2
3
5
4
4
4
2
4
5
5
4
4
4
2
4
5
4
4
4
4
4
2
2
3
4
4
3
2
4

P13
3
3
3
2
2
3
4
2
2
2
3
2
4
2
2
4
4
2
3
2
2
4
4
3
2
2
4
3
3
3
4
4
2
2

P14
3
1
4
4
3
4
4
4
4
4
4
2
2
4
1
4
4
4
3
4
4
4
2
1
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4

P15
2
3
3
4
4
4
3
3
3
4
2
4
4
4
3
2
3
4
4
3
2
4
4
4
3
3
4
3
3
3
4
2
2
3

P16
5
4
2
4
5
4
4
5
4
3
2
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
3
2
4
4
5
4
4
3
4
5
5
2
4

P17
3
3
2
2
2
4
2
3
3
4
2
2
2
2
4
3
2
2
2
2
3
2
4
2
2
2
3
2
2
4
2
2
3
2

P18
3
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
4
4
3
2
3
2
3
2
2
2
3
4
3
2
2
4
3
3
3
2
4
3

P19
2
3
2
2
3
3
3
2
2
2
4
2
2
3
3
2
3
2
2
4
3
3
2
2
3
2
2
2
4
3
3
2
3
2

P20
4
3
4
3
3
4
4
2
4
2
4
3
3
3
4
4
2
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
2
4
3
3
3
4
3

P21
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
5
5
5
4
4

P22
5
5
2
5
1
4
4
4
4
4
4
5
2
2
4
4
4
1
4
4
4
5
2
5
4
4
4
4
4
4
5
2
4
2

P23
3
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
3
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1

P24
1
1
4
1
5
2
1
1
2
2
2
1
4
4
2
2
2
5
2
2
2
1
5
1
1
1
2
2
2
2
1
3
1
4

P25
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4

P26
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

P27
2
2
2
2
2
1
3
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
3
2

P28
2
2
2
4
2
2
2
3
2
2
4
2
2
3
2
4
3
4
4
2
3
2
2
2
4
3
2
2
2
2
4
4
3
2

P29
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2

P30
2
1
2
2
3
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
1
1
1
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
2
1
3
3
2

92

90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100

P1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1

P2
2
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1

P3
4
4
5
5
3
5
4
5
5
5
5

P4
3
4
3
2
3
4
3
2
4
3
2

P5
2
4
4
4
1
1
4
2
2
4
2

P6
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2

P7
1
3
2
2
3
1
2
2
2
3
1

P8
4
4
3
2
4
3
4
4
3
4
2

P9
3
3
2
2
3
2
3
2
3
2
3

P10
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5

P11
3
4
4
3
4
4
4
2
4
3
4

P12
2
4
4
2
4
4
4
5
3
4
2

P13
2
4
3
3
3
4
2
4
3
2
4

P14
4
1
4
4
4
2
3
4
4
1
3

P15
3
2
2
4
3
4
3
4
3
3
2

P16
4
2
4
5
2
4
4
4
5
3
5

P17
2
2
4
2
4
3
4
2
4
3
2

P18
2
3
2
4
3
3
2
3
2
4
3

P19
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3

P20
4
3
3
4
2
2
3
3
4
3
4

P21
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5

P22
2
4
4
4
4
4
4
4
2
4
1

P23
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2

P24
4
2
2
2
2
2
1
1
4
2
3

P25
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5

P26
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4

P27
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2

P28
4
2
3
4
2
2
2
3
4
2
2

P29
1
1
2
2
1
2
1
2
2
1
2

P30
2
3
3
1
2
2
1
2
3
2
1

93

Lampiran 3. Data Karakteristik Responden

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Umur

Umur
pernikahan

Jumlah
anak

33
35
31
31
40
26
25
33
28
23
32
30
27
31
31
28
29
31
25
27

13
10
8
9
20
6
6
10
5
6
10
8
7
13
11
8
11
12
8
5

2
2
1
2
3
2
2
3
1
2
2
1
2
3
2
2
2
2
1
3

Lama
menjadi
akseptor
9
8
5
8
15
3
2
7
3
4
10
6
4
10
7
6
6
8
5
4

Pekerjaan

Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Buruh
Ibu RT
Ibu RT
Buruh
Buruh
Ibu RT
Ibu RT

Pendidikan
terakhir
SMA
SMA
SMA
SD
SMA
SMA
SMA
SMEA
D3
SMA
SMA
SMA
SMA
SD
SMP
SD
SD
SD
SD
SMA

93

Pekerjaan
suami
Karyawan
Wiraswasta
Polri
Karyawan
Guru
Karyawan
PNS
Karyawan
PNS
Polri
Petani
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Petani
Petani
Karyawan
Karyawan
Petani
Karyawan

Pendidikan
terakhir
suami
SMA
SMP
SMA
SMA
SPG
STM
D3
SMA
D3
SMA
D3
SMA
SMA
SMA
SPG
SD
SD
SD
SMP
SMA

Kontrasepsi
yang dipakai
IUD
Pil KB
Suntik
IUD
Pil KB
Suntik
Pil KB
Suntik
Suntik
Suntik
Alami
Suntik
Implant
Pil KB
Suntik
Alami
Suntik
Suntik
Suntik
Suntik

94

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Umur

Umur
pernikahan

Jumlah
anak

38
30
37
32
40
29
35
32
33
29
34
32
27
33
25
38
37
27
29
30
39
28
26
26

10
10
9
7
19
6
10
6
7
5
9
9
6
9
6
15
16
7
6
7
10
6
7
6

2
2
3
2
3
1
2
1
1
2
2
2
1
2
1
3
3
1
1
1
3
1
1
1

Lama
menjadi
akseptor
9
8
4
3
15
4
7
4
5
3
5
7
4
5
3
9
13
6
5
5
6
5
5
5

Pekerjaan

Guru
Wiraswasta
Ibu RT
Karyawan
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Karyawan
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Wiraswasta
Buruh
Buruh
PNS
Ibu RT
Karyawan

Pendidikan
terakhir
D2
SMP
D3
SMA
SMA
PT
PT
SMA
SMP
SMA
SPG
SMP
SMA
SMP
D1
SMA
SMP
SMA
D3
SMA
SMA
D3
SMA
SMA

Pekerjaan
suami
Karyawan
Petani
Wiraswasta
Karyawan
PNS
Guru
Petani
Petani
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
PNS
Guru
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Petani
Karyawan
Wiraswasta
Karyawan
Karyawan

Pendidikan
terakhir
suami
SMEA
SMP
PT
SMA
PT
PT
D3
SMA
SMP
SMA
SMP
SMP
SMA
SMA
PT
SPG
SMA
D1
PT
SMA
SMA
D3
D2
PT

Kontrasepsi
yang dipakai
Suntik
Implant
IUD
Suntik
MOW
Suntik
IUD
Alami
IUD
Suntik
Suntik
Suntik
Pil KB
Suntik
Kondom
Pil KB
MOW
Suntik
Suntik
IUD
IUD
Suntik
Suntik
Kondom

95

45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

Umur

Umur
pernikahan

Jumlah
anak

35
28
32
26
27
29
26
33
32
38
37
29
29
40
32
30
30
28
29
30
28
33
30
32

14
8
10
6
7
7
8
12
12
16
15
8
6
19
10
9
9
7
8
7
7
12
8
8

3
1
3
2
1
1
2
3
3
3
3
1
1
3
2
1
2
1
2
1
1
3
1
2

Lama
menjadi
akseptor
10
6
6
3
5
6
4
10
9
13
13
7
5
16
7
6
7
6
5
5
6
10
7
6

Pekerjaan

Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Karyawan
Ibu RT
Wiraswasta
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
PNS
Ibu RT
Karyawan
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
PNS
Karyawan
Ibu RT
Karyawan
Wiraswasta

Pendidikan
terakhir
SMP
SMP
SMA
SMA
SMA
SMA
SMP
SMA
SMP
SMA
SMA
SMA
D3
SMP
SMA
SMA
SMP
SMA
SMA
D3
D3
SD
D3
D3

Pekerjaan
suami
Karyawan
Karyawan
Wiraswasta
Karyawan
PNS
Karyawan
Karyawan
Petani
Wiraswasta
Karyawan
Karyawan
Polri
Karyawan
Karyawan
Karyawan
PNS
Wiraswasta
Karyawan
Wiraswasta
Karyawan
Karyawan
Petani
PNS
PNS

Pendidikan
terakhir
suami
SMA
SMA
SMA
SMA
PT
SMA
SMA
SMA
SMA
D1
SMA
SMA
PT
SMA
SMA
PT
SMP
SMA
D2
PT
D3
SMP
PT
PT

Kontrasepsi
yang dipakai
IUD
Suntik
IUD
Pil KB
Suntik
Suntik
Suntik
Suntik
IUD
IUD
Pil KB
IUD
MOW
Kondom
Pil KB
Suntik
Suntik
Suntik
IUD
Suntik
Pil KB
IUD
Pil KB
Pil KB

96

69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

Umur

Umur
pernikahan

Jumlah
anak

28
35
31
31
28
33
30
32
31
29
27
30
30
31
28
33
30
30
40
27
32
41
28
32

7
14
9
7
8
14
8
10
10
9
7
7
9
8
7
10
6
8
15
7
8
19
7
9

1
3
2
1
1
3
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
3
1
1
3
1
2

Lama
menjadi
akseptor
6
12
6
6
5
10
3
8
7
4
4
5
7
6
6
7
5
6
13
5
6
16
6
7

Pekerjaan

Karyawan
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Karyawan
Buruh
Ibu RT
Buruh
Karyawan
Ibu RT
Guru
Karyawan
PNS
Ibu RT
Karyawan
Wiraswasta
Ibu RT
Karyawan
Karyawan

Pendidikan
terakhir
SMA
SMA
D1
D3
SMA
SD
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
D2
SMP
D3
SMA
SPG
D2
PT
PT
SMA
PT
SMP
SMA
D3

Pekerjaan
suami
Polri
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Petani
Wiraswasta
PNS
Guru
Wiraswata
Petani
PNS
Buruh
Karyawan
Polri
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Petani
Karyawan
Karyawan

Pendidikan
terakhir
suami
SMA
SMA
D2
D3
SMA
SD
STM
D2
SPG
SMA
SMA
PT
SMP
D3
SMA
SMA
D3
PT
PT
SMA
PT
SD
SMA
D1

Kontrasepsi
yang dipakai
Suntik
MOW
Pil KB
Pil KB
Pil KB
MOW
Suntik
Pil KB
Pil KB
Suntik
Pil KB
IUD
Suntik
Suntik
Suntik
Suntik
IUD
Suntik
Pil KB
IUD
Pil KB
Pil KB
Pil KB
Suntik

97

93
94
95
96
97
98
99
100

Umur

Umur
pernikahan

Jumlah
anak

33
28
31
29
29
31
29
27

9
7
8
7
8
8
7
6

2
1
1
1
1
1
1
1

Lama
menjadi
akseptor
4
5
6
6
5
5
5
4

Pekerjaan

PNS
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Ibu RT
Karyawan
Ibu RT
Ibu RT

Pendidikan
terakhir
PT
SMA
PT
SMA
D1
D3
SMA
SMA

Pekerjaan
suami
Karyawan
Wiraswasta
Karyawan
Karyawan
PNS
Karyawan
Wiraswasta
Wiraswasta

Pendidikan
terakhir
suami
PT
SMA
PT
SMA
D3
PT
PT
SMA

Kontrasepsi
yang dipakai
IUD
Suntik
Suntik
Suntik
Suntik
Pil KB
Pil KB
Alami

98

Lampiran 4.

Surat Ijin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah


Kabupaten Sleman

98

99

Lampiran 5. Hasil Uji Realibilitas


Your trial period for SPSS for Windows will expire in 11 days.
GET
FILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
SAVE OUTFILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'
/COMPRESSED.
SAVE OUTFILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'
/COMPRESSED.
SAVE OUTFILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'
/COMPRESSED.
SAVE OUTFILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'
/COMPRESSED.
SAVE OUTFILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'
/COMPRESSED.
SAVE OUTFILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'
/COMPRESSED.
SAVE OUTFILE='E:\ERNY\SPSS 1.sav'
/COMPRESSED.
RELIABILITY
/VARIABLES=p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15
p16 p17 p18
p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34
p35 p36
p37 p38 p39 p40 p41 p42 p43 p44 p45 p46 p47 p48 p49
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL .
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded(
a)
Total

10

%
100.0

.0

10

100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.699

N of Items
49

100

Item-Total Statistics

pernyataan 1

Scale Mean if
Item Deleted
140.60

Scale Variance
if Item Deleted
79.156

Corrected ItemTotal Correlation


.419

Cronbach's Alpha
if Item Deleted
.687

pernyataan 2

138.80

76.178

.335

.684

pernyataan 3

140.20

82.400

.041

.700

pernyataan 4

140.00

84.444

-.268

.706

pernyataan 5

138.20

76.400

.520

.678

pernyataan 6

139.00

78.444

.306

.688

pernyataan 7

140.10

80.767

.270

.693

pernyataan 8

138.00

83.778

-.097

.712

pernyataan 9

139.70

84.233

-.142

.709

pernyataan 10

139.80

83.511

-.108

.703

pernyataan 11

139.60

76.267

.532

.677

pernyataan 12

138.20

77.067

.461

.681

pernyataan 13

138.50

76.056

.423

.680

pernyataan 14

138.90

76.322

.351

.683

pernyataan 15

138.70

80.011

.167

.696

pernyataan 16

139.00

73.111

.608

.667

pernyataan 17

139.40

78.044

.501

.683

pernyataan 18

137.70

77.344

.737

.678

pernyataan 19

138.40

86.933

-.337

.720

pernyataan 20

138.60

80.489

.123

.698

pernyataan 21

138.50

74.278

.550

.672

pernyataan 22

139.00

82.000

.014

.705

pernyataan 23

138.80

73.067

.463

.673

pernyataan 24

138.60

77.378

.241

.691

pernyataan 25

138.90

77.433

.340

.685

pernyataan 26

139.40

76.267

.404

.681

pernyataan 27

138.10

84.767

-.165

.714

pernyataan 28

139.00

77.556

.303

.687

pernyataan 29

139.00

81.778

.087

.699

pernyataan 30

138.70

81.344

.072

.701

pernyataan 31

139.30

77.122

.438

.682

pernyataan 32

138.70

86.456

-.279

.720

pernyataan 33

140.10

82.767

.006

.701

pernyataan 34

137.90

72.100

.737

.660

pernyataan 35

137.70

77.344

.737

.678

pernyataan 36

137.60

84.711

-.220

.709

pernyataan 37

139.60

84.044

-.115

.712

pernyataan 38

138.00

82.444

.077

.699

pernyataan 39

140.30

82.900

-.019

.702

pernyataan 40

138.20

76.844

.315

.686

pernyataan 41

138.00

75.556

.537

.675

pernyataan 42

139.40

94.711

-.572

.754

101

pernyataan 43

Scale Mean if
Item Deleted
137.90

Scale Variance
if Item Deleted
82.989

Corrected ItemTotal Correlation


.000

Cronbach's Alpha
if Item Deleted
.700

pernyataan 44

140.00

80.667

.196

.694

pernyataan 45

139.30

87.344

-.321

.724

pernyataan 46

139.80

87.511

-.367

.723

pernyataan 47

139.80

75.067

.577

.673

pernyataan 48

140.30

82.900

-.019

.702

pernyataan 49

139.90

76.322

.534

.677

102

BIOGRAFI

Penulis yang dilahirkan pada tanggal 7 Juli


1981 di Semarang diberi nama Dwi Erny
Awati merupakan anak kedua dari pasangan
Lilik Kamalulu dan Sriyatun. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh penulis yaitu:
SD I Jati Kulon Kudus ( 1987-1993), SMP
Negeri 2 Kudus (1993-1996), SMF Yayasan
Pharmasi Semarang (1996-1999), kemudian melanjutkan studinya di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

You might also like