Professional Documents
Culture Documents
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Penyakit batuk rejan atau disebut juga sebagai pertusis adalah satu penyakit
infeksi menular, yang angka kejadiannya diketahui lebih tinggi pada Negara yang
sedang berkembang di daerah tropis dan padat penduduk seperti di Negara kita,
Indonesia. Penyakit ini di Indonesia masih merupakan penyakit endemik dan menjadi
masalah kesehatan yang serius, dan erat hubunganya dengan hygiene perseorangan
dan sanitasi lingkungan.
Berdasarkan dari data WHO memperkirakan jumlah kasus batuk rejan
(pertusis) di seluruh dunia mencapai 30-50 juta kasus pertahun dan menyebabkan
kematian pada 3000 kasus. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, baik bayi,
remaja maupun dewasa. Akan tetapi 60 % menyerang pada anak-anak yang berumur
kurang dari 5 tahun dan penyakit ini akan menjadi lebih serius jika menyerang bayi
berumur kurang dari 1 tahun, biasanya pada bayi yang baru lahir dan biasanya
keadaannya lebih parah.
Gejala yang timbul dari batuk rejan pada remaja dan orang dewasa biasanya
lebih ringan, akibatnya mereka memutuskan untuk tidak mengobatinya. Sehingga
mereka dapat menularkan penyakit itu kepada orang lain, termasuk anak-anak yang
belum diimunisasi. Oleh karena itu imunisasi sangat efekif untuk mencegah
penularan penyakit ini.
B. PENGANTAR
a.
Bidang studi
b. Topik
c.
Sub Topik
d. Sasaran
e.
Hari/ Tanggal
f.
Jam
g. Waktu
h. Tempat
Pencegahan
f.
Penatalaksanaan
E. MATERI
Terlampir
F. METODE
a.
Ceramah
b. Tanya jawab
G. MEDIA
a.
Materi SAP
b. Leaflet
c.
Slide
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No. Waktu
1.
3 menit
2.
3.
Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan:
a. Memberi salam
b. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
10 menit Pelaksanaan :
a. Menjelaskan materi
penyuluhan secara berurutan
dan teratur.
Materi :
a. Pengertian Batuk Rejan
(pertusis)
b. Tanda dan gejala
c. Komplikasi
d. Pencegahan
e. Pengobatan
5 menit
Evaluasi :
Meminta kepada ibu-ibu
untuk menjelaskan kembali
materi yang telah
disampaikan dengan
menyebutkan :
a. Pengertian Batuk rejan
(pertusis)
b. Tanda dan gejala
Kegiatan Peserta
a. Menjawab salam
b. Mendengarkan dan
memperhatikan
a. Menyimak dan
mendengarkan
c. Komplikasi
d. Pencegahan
e. Pengobatan
4.
2 menit
Penutup :
a. Mengucapkan terimakasih
a. Menjawab salam
I. HALAMAN PENGESAHAN
Makassar,07 September 2016
Sasaran
Pemberi Penyuluhan
Ibu-ibu
Pemateri
Mengetahui
Dosen Pembimbing
J. EVALUASI
Essay
Pertanyaan :
1. Sebutkan ramuan tradisional yang dapat mencegah batuk rejan ?
2. Bagaimana cara pencegahan dari batuk rejan (pertusis) ?
K. LAMPIRAN MATERI
BATUK REJAN (PERTUSIS) PADA ANAK
I. Pengertian Batuk Rejan (pertusis)
Nama lain dari Batuk Rejan yaitu pertusis, batuk 100 hari, batuk anjing,
whooping cough dan tussis quinta. Batuk Rejan yaitu merupakan penyakit infeksi
akut pada saluran pernapasan yang sangat menular, ditandai oleh suatu sindrom yang
terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik (penyempitan saluran pernapasan) dan
paroksimal (kekambuhan/parahnya gejala secara tiba-tiba) yang disertai nada yang
meninggi, karena penderita berupaya keras untuk menarik napas sehingga pada akhir
batuk sering disertai bunyi khas (whoop) sehingga penyakit ini disebut whooping
cough. Penyakit ini terutama menyerang pada anak-anak yang berusia dibawah umur
5 tahun, akan tetapi bisa menyerang pada semua umur, mulai dari bayi sampai
dewasa. Batuk ini sifatnya lama dan khas, selain itu biasanya disertai suara batuk
gonggong atau suara melengking dan dapat berlangsung cukup lama sekitar 6 minggu
atau lebih.
2. Penyebab (etiologi)
Batuk Rejan (pertusis) disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis
(haemophilus pertussis), yang merupakan suatu batang gram-negatif dan terkadang
disebabkan
oleh
bordetella
parapertussis.
Bakteri
bordetella
parapertusis
gejalanya lebih ringan dan biasanya menyerang pada anak usia sekolah dan relatif
jarang terjadi. Perbedaan kedua penyakit tersebut adalah dalam hal pemeriksaan
kultur, biokimia, dan tes imunologi. Bakteri inilah yang akan menempel pada silia
epitel saluran pernapasan, sehingga akan fungsi silia menjadi terganggu sehingga
aliran mukus atau lendir atau sekret terhambat dan terjadi pengumpulan sekret. Hal
inilah yang mengganggu / menyumbat saluran pernapasan.
3. Penyebaran
Batuk rejan dapat ditularkan melalui udara secara :
a. Droplet (percikan) dari orang ke orang ketika batuk, bersin, atau berbicara.
b. Bahan droplet
c. Memegang benda-benda yang terkontaminasi dengan sekret atau riak.
4. Tanda dan gejala
Batuk rejan merupakan toxin-mediated disease, yaitu toksinnya/racun melekat
dan melumpuhkan bulu getar saluran nafas (silia). Hal ini akan mengganggu aliran
sekret/riak. Sehingga akan terjadi batuk terus-menerus yang diakhiri dengan whoop
(inspirasi/menghirup nafas panjang dan melengking) yang bisa berlangsung 1-10
minggu. Gejala dan tanda pertama dari batuk rejan muncul sesudah 7-14 hari atau
disebut juga masa inkubasi/masa tunas. Batuk rejan berlangsung dalam 3 stadium
dengan masing-masing stadium berakhir 2 minggu, yang meliputi:
a. Stadium kataralis, lamanya 1-2 minggu
Pada permulaan hanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari dimana
batuk ini semakin lama semakin bertambah berat dan terjadi serangan pada malam
hari. Gejala lainnya adalah flu/pilek serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai
influenza.
b. Stadium spasmodic, lamanya 2-4 minggu
Batuk semakin bertambah berat dan terjadi paroksimal ditandai batuk yang
berbunyi nyaringdan terdengar menarik nafas pada akhir serangan batuk. Penderita
tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar. Batuk yang sedemikian
beratnya sehingga penderita tampak gelisah. Pada awalnya anak yang terinfeksi
terlihat seperi terkena flu biasa dengan hidung mengeluarkan lender. Mata berair,
bersin, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang menjadi parah dan sering. Batuk
akan semakin panjang dan seringkali berakhir dengan suara seperti orang menarik
nafas (melengking).penderita akan berubah menjadi biru karena tidak mendapatkan
oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Pada waktu serangan batuk, anak-anak
bisa terkencing-kencing, mata terlihat seperti perdarahan sub konjungtiva dan
epistaksis (perdarahan pada hidung). Selama masa penyembuhan, batuk akan
berkurang secara bertahap.
c. Stadium konvalesensi/penyembuhan, lamanya kira-kira 4-6 minggu
Beratnya serangan batuk berkurang, begitu juga muntah. Dan nafsu makan
pun timbul kembali. Infeksi semacam common cold dapat menimbulkan serangan
batuk lagi.
5. Komplikasi
a. Pneumonia, terkadang sebagian lendir yang kental menyumbat salah satu
bronkus kecil pada anak sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Jika tidak
diobati dengan tepat, dapat terjadi kerusakan paru yang menetap.
b. Malnutrisi, lamanya penyakit ini disertai muntah-muntah akan menyebabkan
penurunan berat badan anak. Jika anak sudah mulai kurang gizi ketika
terserang batuk rejan, mungkin menjadi sangat kurang gizi setelah 2-3 bulan
menderita penyakit ini.
c. Kejang, terkadang anak menjadi kejang pada akhir rangkaian batuk tersebut.
Jika
terjadi
kejang,
berikan
paraldehid.
Hal
ini
terjadi
akibat
ketidakseimbangan cairan elektrolit akibat muntah-muntah dan kadangkadang terdapat kongesti dan edema otak, mungkin dapat pula terjadi
perdarahan otak. Bisa juga diakibatkan karena hipoksia dan anoksia akibat
penghentian pernapasan yang lama.
d. Gagal jantung, terkadang dapat terjadi gagal jantung pada batuk rejan yang
berat.
e. Batuk yang hebat(berhubungan dengan tekanan) dapat menyebabkan
perdarahan hidung (epistaksis), ulkus di bawah lidah/ ujung lidah karena
tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk , perdarahan
subkonjungtiva, edema pada kelopak mata, prolaps rectum akibat dari diare.
f. Batuk rejan akan memperburuk tuberkulosis primer karena daya tahan
tubuhnya
terhadap
tuberkulosisn
sangat
menurun,
sehingga
akan
memperburuk.
6. Pencegahan
Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran batuk rejan (pertusis)
a. Pencegahan utama dari pertusis (batuk rejan) yaitu Imunisasi pada usia 2, 4, 6,
dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Vaksin yang direkomendasikan adalah 3 dosis
vaksin yang mengandung suspensi bakteri yang telh dimatikan, biasanya
dikombinasikan dengan diphtheriadan tetanus toxoid yang diserap dalam
garam aluminium (vaksin absorbs diphtheria dan tetanus toxoid dan pertusis,
USP, DPT, DTwP atau DTaP). Pada bayi usia 2 minggu diberikan imunisasi
sebanyak tiga kali, dengan interval empat minggu. Vaksinasi tidak boleh
diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas karena dapat
menyebabakan demam yang parah. Sehingga diharapkan kemingkinan
terinfeksi pertusis akan semakin rendah dengan diberikannya imunisasi, dan
gejala penyakit pun tidak akan seberat kalau tanpa diberikan imunisasi.
b. Isolasi, jagalah penderita batuk rejan jauh dari anak-anak. Anak yang baru
sembuh dari batuk rejan, tidak boleh kembali bersekolah sampai 3 minggu
setelah dimulai batuk dengan whoop.
c. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama orangtua bayi, meliputi
pendidikan bahayanya penyakit ini serta keuntungan imunisasi pertama pada
anak berusia tidak lebih dari dua bulan.
7. Pengobatan
Pengobatan untuk menghentikan gejala adalah :
a. Pemberian Antibiotik :
1. Eritromisin dengan dosis 50 mg / kgBB / hari dibagi dalam 4 dosis,
obat ini menghilangkan bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7
tahun
(rata-rata
3-6)
dan
dengan
demikian
memperpendek
Catatan : pilih salah satu resep dan dilakukan secara teratur, disarankan untuk tetap
konsultasi
ke
dokter.
panicenamel/panicpyrex.
Untuk
perebusan
gunakan
periuk
tanah,
L. Daftar Pustaka
Widoyono. 2008.Penyakit tropis : epidemiologi, penularan, pencegahan, dan
pemberantasannya. Semarang : Erlangga
Andrianto, petrus.1992. atlas bantu penyakit infeksi. Jakarta : KDT
Chin, James.2006.manual pemberantasan penyakit menular.Jakarta :
CV.INFOMEDIKA