Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma mengacu pada luka tubuh atau kejutan yang dihasilkan oleh cedera fisik
tiba-tiba, seperti dari kekerasan atau kecelakaan. Kasus kecelakaan lalu lintas
merupakan keadaan serius yang menjadi masalah kesehatan di negara maju maupun
berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia, perkembangan ekonomi dan
industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang cenderung makin
meningkat.
Hal ini juga dapat digambarkan sebagai luka fisik atau cedera, seperti fraktur atau
pukulan. Sedangkan biomekanik trauma adalah proses / mekanisme kejadian
kecelakaan pada saat sebelum, saat dan sesudah kejadian. Keuntungan mempelajari
biomekanik trauma adalah dapat mengetahui bagaimana proses kejadian dan
memprediksi kemungkinan bagian tubuh atau organ yang terkena cedera. Pengetahuan
akan biomekanik trauma penting karena akan membantu dalam mengerti akibat yang
ditimbulkan trauma dan waspada terhadap jenis perlukaan tertentu. Trauma dapat
mengakibatkan komplikasi sekunder seperti kejutan peredaran darah, kegagalan
pernafasan dan kematian. Trauma adalah penyebab utama kematian keenam di seluruh
dunia, yaitu 10% dari semua kematian, dan merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang serius dengan biaya sosial dan ekonomi yang signifikan. Pada Trauma terjadi
dua hal penting pada tubuh manusia:
1. Proses trauma : kecelakaan akan mengakibatkan benturan pada tubuh manusia
yang menyebabkan cedera, proses ini disebut Biomekanika Trauma
2. Tubuh manusia bereaksi terhadap trauma dengan adanya perubahan metabolisme
disebut Respon Metabolik Terhadap Trauma.
Perkembangan teknologi transportasi yang meningkat pesat, telah menyebabkan
tingkat kecelakaan lalu lintas semakin tinggi. Akibat kemajuan teknologi, disatu sisi
menyebabkan daya jangkau dan daya jelajah transportasi semakin luas, disisi lain
menjadi penyebab kematian yang sangat serius dalam beberapa dekade terakhir.
Keadaan ini, semakin parah mengingat kurangnya kesadaran masyarakat akan
keselamatan lalu lintas dan lamban atau kurang tepatnya penanganganan korban
akibat kecelakaan lalu lintas.1
1
4. Perbedaan perlukaan yang terjadi intravital dan postmortem pada kasus kecelakaan
lalu lintas.
Mengetahui pola kekerasan atau perlukaan yang terjadi pada kecelakaan lalu lintas
merupakan hal yang penting, karena dari pola perlukaan yang terjadi maka dapat
ditentukan hal-hal yang dapat menerangkan kejadian saat kecelakaan terjadi.
Oleh karena itu dalam referat ini akan dibahas mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas, meliputi :
- Faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas
- Mekanisme dan proses terjadinya perlukaan pada kecelakaan lalu lintas serta
perlukaan yang terjadi intravital dan postmortem pada kasus kecelakaan lalu lintas.
- Jenis-jenis pola perlukaan yang ditemukan akibat kecelakaan yang terjadi
- Akibat yang ditimbulkan karena perlukaan pada kecelakaan
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pola kekerasan pada kecelakaan lalu lintas.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui mekanisme terjadinya benturan
2. Mengetahui pola perlukaan (jenis luka dan lokasi luka) pada korban kecelakaan lalu
lintas berdasarkan jenis kendaraan, posisi orang dalam kendaraan, dan perlukaan
pada pejalan kaki.
3. Mengetahui perbedaan luka yang terjadi intravital dan postmortem pada kecelakaan
lalu lintas.
4. Mengetahui pemeriksaan forensik terhadap korban kecelakaan lalu lintas
1.4 Manfaat
Dari studi literatur ini diharapkan dapat :
1. Memberikan informasi bagi mahasiswa kedokteran dalam bidang Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal mengenai Biomekanika Trauma.
2. Bagi penulis bermanfaat untuk menambah wawasan serta pengalaman dalam bidang
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
3. Bagi masyarakat diharapkan bermanfaat sebagai masukan dan informasi mengenai
bahaya kecelakaan lalu lintas.
4. Data yang diperoleh dari studi literatur ini diharapkan berguna sebagai dasar untuk
studi selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Organ tidak berongga (padat, solid), contohnya hepar (hati), limpa, paru dan
otak
2. Organ berongga contohnya usus
Perlukaan organ dalam tubuh dapat terjadi, melalui mekanisme cedera yaitu :
- Cedera Langsung :
Misalnya kepala dipukul martil, maka kulit kepala bisa robek dan menimbulkan
perdarahan luar, tulang kepala dapat retak atau patah serta dapat mengakibatkan
-
perdarahan di otak.
Cedera akibat gaya perlambatan (deselerasi)
Misalnya seorang pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu
lintas yaitu menabrak pohon, setelah badan berhenti di pohon maka organ dalam
Cidera kompresi
Misalnya mainan anak anak yaitu sebuah kantung kertas yang ditiup kemudian
ditutup lalu dipukul untuk menimbulkan efek ledakan, ini juga dapat terjadi pada
organ berongga yang dapat pecah karena mendapatkan tekanan.
II.
derajat 1
2.
derajat 2
3.
derajat 3
4.
derajat 4
5.
derajat 5
Fakta fisika dasar dapat menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena
kecelakaan lalu lintas.Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari
pergerakan. Pada kecepatan yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak akan
menimbulkaan efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi bumi.
Adanya perbedaan perpindahan gerak, dapat menyebabkan peristiwa traumatis yaitu,
akselerasi dan deselerasi. 7
Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force. Jumlah
dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung pada arah datangnya gaya
tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak menimbulkan cedera dan dalam
jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun masih bisa tidak menimbulkan cedera, bila
datangnya gaya tepat pada sudut yang tepat pada sumbu panjang tubuh. Tulang frontal
dapat menahan gaya 800G tanpa fraktur dan mandibula 400G, demikian juga dengan
rongga thoraks.7
Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan
tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau yang tajam
akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya yang sama. Jika
sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari kecepatan 80 km/jam dan 10 cm2
6
luas dari kepala membentur kaca depan kerusakan akan lebih parah dibandingkan
dengan gaya yang sama dan tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk pengaman.7
Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti
sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak.
Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan mengurangi G
force yang akan diterima dari penumpang kendaraan. Nilai dari G forces dapat dihitung
dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana V = kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai
dari waktu benturan (m), dan C adalah konstanta 0.034.7
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas, antara lain:7
Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu
lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan
terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu, kelelahan fisik bahkan penggunaan
alkohol ataupun obat-obat terlarang.
Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan
patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya.
Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi yang digunakan,
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.Data resmi yang dikeluarkan
Dishub Kota Depok mencatat, saat ini jumlah angkot yang beroperasi melayani
penumpang di 40 trayek atau rute yang ada berjumlah 7.504 unit kendaraan. Dari
jumlah itu sebanyak 3.752 unit atau 50 persennya tidak layak beroperasi.
Keberadaan angkot tak layak jalan itu pun kerep menimbulkan persoalan. Seperti,
terjadinya kebakaran akibat konsleting listrik. Dan mogok ditengah jalan
sehingga menggangu arus lalu lintas
Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman didaerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan
kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.
7
Faktor lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman
menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh
karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama didaerah pegunungan.
Gambar 1. Estimasi kematian kecelakaan lalu lintas per 100,000 populasi di SEAR 3
Jumlah peristiwa kecelakaan lalu lintas di Kota Semarang pada tahun 2012 sampai
tahun 2014 mengalami penurunan, namun pada tahun 2014 jumlah peristiwa
kecelakaan masih cukup tinggi yaitu 801 kejadian dengan 88 korban meninggal, 97
luka berat dan 970 luka ringan. Jumlah tersebut disebabkan oleh jumlah kepemilikan
kendaraan yang terus meningkat dan tidak diiringi dengan perkembangan jalan dan
fasilitas-fasilitas yang mendukung pengguna jalan dalam berkendara di jalan raya.
Selain faktor tersebut, tingkat kedisiplinan para pengguna jalan yang masih rendah
juga menjadi salah satu penyebab masih tingginya peristiwa kecelakaan yang terjadi
di Kota Semarang.
Jumlah Peristiwa kecelakaan lalu lintas di Kota Semarang untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 2. Jumlah Peristiwa Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Semarang 4,5
Tabel 3. Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Semarang (jenis kendaraan) 4,5
10
Gambar3.tekanandariatapdanmesinmobil.17
Tabrakan frontal adalah tabrakan atau benturan dengan benda di depan
kendaraan yang secara tiba- tiba mengurangi kecepatannya. 25 % korban berusia
> 50 tahun.
Orang yang didalam kendaraan yang mengerem mendapat jumlah energy
yang sama , tetapi di bagi pada permukaan yang luas ( seperti gesekan tempat
duduk, kaki pada lantai, ban yang mengerem, ban pada jalan, tangan pada setir)
dan untuk jangka waktu yang lebih lama. Penumpang yang tidak memakai sabuk
pengaman dalam kendaraan yang tabrakan, mengalami peristiwa yang sama
seperti kendaraan yang ditumpanginya. Ketika tabrakan menyebabkan kendaraan
berhenti tiba-tiba, penumpangnya bergerak terus kedepan dengan initial velocity
yang sama sampai sesuatu menghentikan gerakkannya seperti dashboard, kaca
depan atau tanah kalau penumpang tersebut terlempar keluar.1
Gerakan kedepan dari tubuh terhadap tungkai dapat mengakibatkan :
1.
2.
3.
4.
dari tubuh dan mengenai setir atau dashboard. Bila bentuk kursi dan posisi
penderita menyebabkan kepala menjadi titik paling depan , maka kepala akan
mengenai kaca depan atau rangka kca depan.
Vertebra cervical menyerap sebagian dari energy initial dan abdomen
menyerap energy dari benturan pada setir atau benturan frontal.Dan juga
11
kompresi langsung pada struktur muka.Dapat juga terjadi laserasi pada jaringan
lunak oleh pecahan/bagian dari kendaraan.
Gambar4.duaorangmeninggaldalamkejadiankecelakaanfrontalmobil
denganmobil17
Tabrakan frontal dengan penderita tanpa sabuk pengaman akan dapat terjadi :
Bagian bawah penderita bergeser ke depan, biasanya lutut akan
menghantamdashboard
Bagian atas penderita turut tergeser ke depan, dada atau perut akan
menghantam stir
Tubuh pendorong terdorong ke atas kepala akan menghantam kaca depan
Penderita terpental kembali ke tempat duduk
Gambar5.mayoritaslukayangdiakibatkantabrakanfrontal.A.cederakepala.
B.cederatulangcervicaldanvertebrae.C.traumadada.D.Frakturtulang
panggul.E.frakturtulanglututkaki.17
Pada suatu benturan frontal dengan penderita tanpa sabuk pengaman akan ada
beberapa fase :
- Fase 1
12
- Fase 2
Bagian atas penderita turut bergeser ke depan , dada dan perut akan
menghantam setir mobil. Dalam keadaan ini kemungkinan yang cedera
adalah dada atau perut tergantung dari posisi setir (tergantung jenis
mobil).Jika mobil kecil kemungkinan mencederai dada, mobil besar
kemungkinan mencederai perut, atau bahkan mencederai dada dan perut
sekaligus.Dalam menangani kasus ini, penolong harus teliti dalam
melakukan pemeriksaan.
- Fase 4
Penderita terpental kembali ke tempat duduk.Pada fase ini kemungkinan
terjadi cedera tulang belakang (dari tulang servikal sampai tulang
sakrum).Pada jenis kendaraan yang tidak memakai sandaran kepala (head
rest) harus berhati-hati terhadap kemungkinan cedera pecut (whiplash
injury) pada tulang leher.
14
c.
Pada benturan lateral kepala bergerak seperti massa atau benda yang berat
yang memutar dan membengkokkan leher ke samping, sedangkan badan di
akselerasi menjauhi sisi terjadinya tabrakan atau benturan. Benturan lateral yang
kuat dapat terjadi avulse akar syaraf dan trauma pada plexus brachialis.
Tabrakan dari samping yang sering terjadi di perempatan jalan yang tidak
ada rambu lalu-lintasnya.Cedera yang bisa terjadi di bagian samping yang
tertabrak kendaraan, yaitu bisa dari kepala hingga kaki tergantung jenis
kendaraan yang menabrak dan yang ditabrak.
d. Terbalik
Kendaraan
yang
terbalik
secara
perlahan
dan
pengemudi
atau
Trauma Kompresi
Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,
sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan. Organ-organ terjepit dari
belakang oleh bagian belakang dinding thoraco abdominal dan columna
16
vertebralis dan didepan oleh struktur yag terjepit. Trauma tumpul miokardial
adalah contoh khas untuk jenis mekanisme trauma ini.
Trauma yang mirip dapat terjadi pada parenkim paru dan organ
abdominal.Paru-paru dan isi rongga abdomen menggambarkan variasi khusus
mekanisme trauma dan menekankan prinsip yang menyatakan bahwa keadaan
jaringan pada saat pemindahan energy mempengaruhi kerusakan jaringan. Pada
tabrakan penderita secara reflek akan menarik nafas dan menahannya dengan
menutup glottis, kompresi pada torak menyebabkan rupture alveola dan terjadi
pneumothorak dan atau tension pneumothorak. Meningkatnya tekanan intra
abdominal menyebabkan rupture diafragma dan translokasi organ-organ abdomen
kedalam rongga thorak.Juga dapat terjadi rupture hepar dan gangguan usus akibat
kompresi ini.Trauma kompresi dapat juga terjadi pada jaringan otak.Gerakan
kepala dikaitkan dengan penerapan Force melalui benturan dapat merupakan
akselerasi cepat pada otak.Akselerasi otak pada axis manapun dapat
menyebabkan trauma kompresi pada jaringan susunan syaraf pusat ditempat yang
berlawanan dengan titik benturan.Akselerasi otak juga menyebabkan penekanan
dan peregangan pada tempat pertemuan kritis, seperti pertemuan otak dan batang
otak atau sumsum tulang belakang, dan pertemuan perenkim otak dan membrane
meningeal.Trauma kompresi dapat juga terjadi pada depresi tulang tengkorak.
b.
Trauma Deselerasi
Trauma deselerasi terjadi jika bagian yang menstabilisasi organ, seperti
pedikel ginjal, ligamentum teres, aorta desnden thorax, berhenti bergerak ke
depan bersama badan, sedangkan organ yang mobil seperti limpa, ginjal atau
jantung dan aortic arch tetap bergerak ke depan. Shear forces terjadi di aorta
dengan berlanjutnya gerak ke depan dari aortic arch terhadap aorta desenden yang
statis. Aorta distal melekat pada tulang punggung dan deselerasi yang cepat
terjadi bersama badan. Shear forces yang terbesar terjadi dimana arch aorta
desenden yang stabil bertemu dengan ligamentum arteriosum. Mekanisme trauma
ini dapat juga terjadi dengan limpa dan ginjal pada pedikelnya : pada hati terjadi
laserasi hati bagian sentral, ketika terjadi deselerasi lobus kanan dan kiri sekitar
ligamentum teres : di tengkorak ketika bagian belakang otak terlepas dari
tengkorak dan merobek pembuluh darah dan terbentuk lagi space occupying.
Perlekatan yang banyak pada dura, arachnoid dan pia didalam tengkorak secara
efektif memisahkan otak ke dalam beberapa kompartmen. Kompartmen17
kompartmen ini menderita beban oleh akselerasi maupun deselerasi. Contoh lain
adalah vertebra cervical yang fleksibel dan terikat pada vertebra thoracalis yang
relative tidak dapat bergerak, sering terjadi trauma pada pertemuan servikal 7thorakal 1.
c.
vertebra
lumbalis
akibat
sabuk
terlalu
tinggi
akan
18
19
Tabrakan frontal, pada kecelakaan ini pengemudi akan terbentur ke depan, kedua
tungkai akan mengenai stang kemudi yang dapat mengakibatkan patah setelah itu
pengemudi akan mengalami terjun bebas dengan cidera yang tak bisa diramalkan.
2.
Benturan dari samping, disini yang terbentur terlebih dahulu adalah kaki setelah
itu pengemudi akan terpental.
3.
Sliding down the bike, pada saat akan terjadi benturan pengemudi dengan sengaja
(profesional) atau tidak sengaja menekan motornya ke bawah sehingga motornya
akan melesat dan pengemudinya di belakangnya. ini menimbulkan cidera yang
paling ringan, namun cidera terhadap jaringan lunak bisa sangat berat apabila
pengemudi tidak memakai jaket atau celana tebal.
tenggorokan. Beberapa cedera terjadi akibat benturan selama pengemudi masih duduk di
atas sepeda motor, tetapi lebih banyak terjadi ketika dia terjatuh dan terhantam pada
aspal jalan atau benda lain. Beberapa kematian terjadi ketika sepeda motor terjatuh dan
menabrak kendaraan. Roda dari kendaraan tersebut mungkin melindas pelindung kepala
tersebut, pengendara juga mungkin dapat menderitabeberapa cedera kepala yang berat
tanpa terjadi kerusakan jaringan lunak kulit kepala. Beberapa jenis ataupun perlukaan
yang terjadi:
a. Karena pengendara sepeda motor tidak mungkin untuk menghindari bersentuhan
atau benturan terhadap benda keras seperti jalan maupun benda keras lainnya saat
terjadi kecelakaan, maka biasanya pengendara mengalami cedera kepala dan sering
dalam tingkat yang parah, dan merupakan 80% penyebap kematian. Meskipun
memakai helm di wajibkan di tiap Negara, namun tingkat keparahan benturan
seringkali mengalahkan efek perlindungan dari pengguna helm, mungkin dapat
ditemukan adanya serpihan helm yang merusak bagian otak besar.Gambaran rusakan
pada tulang tengkorak sedikit banyak juga dapat memberikan petunjuk mengenai
dampak kekerasan yang terjadi terhadap organ otak, besaran daya yang digunakan,
arah datangnya kekerasan dan lain-lain.Secara konvensional, kerusakan tulang
terbagi menjadi dua kategori yakni akibat kekerasan tumpul dan tajam.Kerusakan
akibat kekerasan tumpulmenghasilkan tanda-tanda benturan, pada tulang hingga
serpihan tulang.Dapat juga ditentukan besaran daya yang dihantarkan untuk
menghasilkan kekerasan tersebut, dilihat dari jumlah fragmen tulang yang terbentuk
dan perubahan bentuk fragmen tulang.Baik kekerasan tumpul maupun tajam, tandatanda bekas benturan, patah tulang atau tanda terpotong dapat mengindikasikan
diantaranya bentuk objek yang mengenai tulang saat benturan dan tipe cedera.
b. Cedera pada dada dapat menjadi penyebab kematian yang tidak terdeteksi pada
keadaan dimana terjadi benturan kuat pada dada, dapat timbul memar pada jantung.
Memar ini menyebabkan terbentuknya gumpalan darah (trombosis) yang
menyumbat pembuluh nadi jantung, jalur suplai makanan dan oksigen pada jantung
(arteri coronaria), hingga terjadi kematian mendadak. Karena kondisi ini, pada kasus
kecelakaan lalu lintas dengan cedera pada dada, seyogyanya dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi pada otot jantung. Pengamatan seksama pada otot jantung saat
otopsi dapat membantu deteksi kerusakan otot jantung, walau tidak memiliki
sensitifitas yang sama dengan pemeriksaan patologi anatomis.
21
Demikian juga pada kondisi dimana terjadi tekanan atau himpitan yang kuat pada
dada korban, pernafasan dapat terhenti karena dinding dada tidak dapat
mengembanag. Pada otopsi kondisi ini harus diperhatikan dengan seksama,
mengingat, di daerah dada kadang hanya terdapat memar, informasi tambahan pada
tahap persiapan otopsi harus dimaksimalkan untuk dapat mendeteksi dengan baik
asfiksia mekanik ini.
c. anggota gerak (ekstremitas) bawah juga merupakan bagian tubuh yang sering
mengalami cedera pada kecelakaan sepeda motor, baik akibat dari benturan langsung
dengan kendaraan lain, benturan terhadap jalan, maupun karena terjepit oleh bagian
dari kerangka motor. Laserasi, luka gesek dan fraktur sering terjadi pada anggota
gerak bawah. Komplikasi yang sering terjadi adalah fraktur tulang pelvis yang
terjadi pada 55% dari keseluruhan kasus kecelakaan sepeda motor. Dislokasi sendi
maupun patahnya tulang pada ekstremitas pada studi ini memang tidak ada yang
menyumbangkan angka sebab kematian, namun deteksinya penting dalam
pemahaman mekanisme cedera dan pengobatannya. Pada beberapa kasus,
pemeriksaan radiologis akan amat membantu dalam deteksi cedera.
d. Salah satucedera yang juga sering terjadi pada kecelakaan sepeda motor biasanya
berupa kecelakaan tail gating, dimana pengendara sepeda motor menabrak dan
sepeda motor bagian kerangka mesin masuk hingga berada di bawah celah mobil
(truk) tetapi bagian kepala sepeda motor tersangkut di bagian belakang mobil (truk).
Dekapitasi juga dapat terjadi pada kasus kecelakaan yang berat, namun cedera
kepala dan leher hamper selalu terjadi. Saat ini kenderaan besar (truk) di berbagai
Negara diharuskan memiliki besi penahan yang diletakkan di bagian belakang
kenderaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan jenis ini, yang juga dapat terjadi
pada kenderaan bermotor lainnya.
Helm pelindung berfungsi baik sebagai pelindung yang bersifat kaku terhadap
benturan yang sebenarnya tergantung dari bahan pembuat bantalan pelindung yang
berada didalam helm, fungsi yang kedua adalah memberikan permukaan yang rata
dengan tujuan untuk memperpanjang jarak berhenti apabila pengendara tergelincir
dan jatuh sehingga menurunkan G Force dari deselerasi yang mungkin terjadi.
Helm dirancang terutama untuk mengontrol kecepatan deselerasi yang terjadi,
sehingga pada benturan yang kuat, yang terjadi pada kecelakaan tinggi, helm
tersebut tetap dapat mengalami kerusakkan atau terjadinya cedera kepala dan otak
akibat persentuhan dengan benda tumpul. Besi penahan (crash bars) yang dipasang
22
atau diletakkan pada bagian depan dari mesin sebenarnya bertujuan untuk
melindungi kaki pada saat terjadi kecelakaan. Namun pada kasus dengan benturan
yang cukup kuat, besi penahan tersebut dapat menyebabkant terjepitnya kaki
pengendara karena besi penahan tersebut terjadi terlekuk kearah dalam dikarenakan
oleh benturan.
2.1.4 Biomekanika trauma Pejalan kaki ditabrak
Lebih dari 7000 pejalan kaki terbunuh setiap tahun setelah tertabrak kendaraan
bermotor, 110000 korban lainnya mengalami trauma serius nonfatal setelah tabrakan
tersebut. Masalahnya ialah kejadian ini merupakan sifat alami orang kota, dimana
hamper 80% trauma seperti ini terjadi di kota dan jalan-jalan pemukiman. Tanda-tanda
bekas rem memang terlihat pada hamper kejaian kecelakaan, mengurangi kecepatan
benturan rata-rata kurang lebih 10mph (16km/jam). Diperkirakan bahwa hamper 90%
dari seluruh pejalan kaki yang tertabrak kejadiannya berlangsung dalam kecepatan
kurang dari 30mph (48km/jam). Anak-anak menempati prosentase yang besar dalam
tabrakan dengan kendaraan ini.Trauma yang dialami pada umumnya meliputi kepala,
thorak, ekstremitas bawah.
Terdapat tiga fase benturan yang dialami pejalan kaki.
a.
b.
c.
Pada daerah kepala, yang berbenturan dengan kaca akan didapatkan luka
terbuka kecil-kecil dengan tepi tajam sebagai akibat persentuhan dengan kaca
yang pecah; bila benturannya hebat sekali dapat terlihat luka lecet tekan,
memar atau kompresi fraktur.6,10 Cedera leher (whiplash injury) dapat terjadi
pada penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang. Penumpang akan
mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepala yang
disusul dengan hiperfleksi. Cedera terjadi terutama pada ruas tulang leher ke
empat dan lima yang membahayakan sumsum tulang belakang. Kerusakan
pada medulla oblongata dapat berakibat fatal. Timbulnya cedera leher ini juga
2.
3.
bagian dalam yaitu fraktur dada dan iga serta pecahnya jantung.6,8
Pemakaian sabuk pengaman dapat pula menyebabkan luka bagi si pengemudi,
khususnya bila terjadi tabrakan dengan kecepatan tinggi. Kerusakan tersebut
terutama alat-alat dalam rongga perut, hati dapat hancur. Kelainan yang
25
26
rantai yang sangat cepat. Di samping katalis, reaksi peledakan juga bisa terjadi jika ada
nyala api, seperti nyala dari korek api, dan sebagainya. Nyala api ini dapat menjadi
pemicu terbentuknya radikal bebas. Dalam suatu mekanisme reaksi, radikal bebas ini
dapat menyebabkan reaksi bercabang yang menghasilkan lebih dari satu radikal. Jika
reaksi radikal ini terjadi dalam jumlah yang banyak, maka jumlah radikal bebas dalam
suatu reaksi akan meningkat. Akhirnya reaksi akan berlangsung sangat cepat dan akan
dibebaskan energi yang sangat besar. Selanjutnya terjadilah ledakan.
Secara garis besar, peledakan bom adalah transformasi kimia cepat dari padat
atau cair menjadi gas.Gas berekspansi radial luar sebagai gelombang ledakan
bertekanan tinggi yang melebihi kecepatan suara.Udara sangat padat di tepi terkemuka
gelombang ledakan menciptakan sebuah front shock.
Bahan peledak energi tinggi menghasilkan sebuah gelombang kejut supersonik
tekanan tinggi.Tekanan ini ditransmisi melalui medium di sekitarnya (udara, air, dan
tanah) membentuk blast wave.Blast wave mempunyai 3 gambaran :
1. Fase positif
Pada fase positif, terdapat peningkatan yang cepat dari tekanan dalam gelombang
sesuai dengan besarnya ledakan. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan
udara lingkungan yang menyebar secara radial dengan kecepatan yang kurang
lebih sama dengan kecepatan suara, yaitu sekitar 3000-8000 meter per detik.
Overpressure ini disebabkan oleh kompresi udara di depan gelombang ledakan
yang mengakibatkan pemanasan dan percepatan molekul udara. Tekanan ini
mengeluarkan tenaga yang luar biasa pada objek dan manusia.Gelombang ini
kehilangan tekanan dan kecepatannya sesuai dengan jarak dari sumber
ledakan.Besarnya tekanan puncak pada fase positif serta lamanya fase positif ini
berperan penting dalam keparahan cedera.Sebaliknya, kedua variabel ini sendiri
ditentukan oleh jenis dan jumlah bahan peledak serta lokasi terjadinya ledakan,
apakah berlangsung dalam ruangan atau di ruang terbuka.Cedera yang
diakibatkan oleh peningkatan tekanan ini disebut cedera ledakan primer (primary
2.
blast injuries).
Fase negatif
Pada fase negatif (fase vakum), terjadi penurunan tekanan di bawah tekanan
udara lingkungan.Hal ini mengakibatkan terhisapnya objek, seperti jendelajendela tertarik ke luar.Efek fase negatif ledakan terhadap tubuh manusia ternyata
3.
28
Blast wind terjadi akibat udara dalam volume besar bergeser akibat gas yang
dihasilkan ledakan. Blast wave kemudian menghilang dan kemudian kembali ke
tekanan atmosfer normal. Dalam ruang tertutup, gambaran gelombang ledakan
berbeda.Ini diakibatkan oleh refleksi gelombang pada dinding dan objek-objek di
sekitarnya.Terjadi puncak tekanan yang diikuti oleh beberapa puncak tekanan
yang lebih kecil.Puncak-puncak kecil tekanan ini menambah kekuatan
overpressure yang terjadi.Oleh karena itu, cedera yang terjadi pada ruang tertutup
lebih disebabkan oleh perubahan tekanan yang terjadi selama waktu tertentu
daripada puncak overpressure maksimum saja.
Pneumothorax,
Pneumomediastinum,
&
Subcutaneus
30
Primary Blast Injury juga dapat menyebabkan perdarahan dari hati, lien, ginjal,
b.
selain itu dapat menyebabkan ruptur bola mata, & serous retinitis.
Trauma Ledakan Sekunder
Banyaknya ledakan yang berisi metalik atau fragmen lainnya yang dapat
menyebabkan luka penetrasi yang berakibat timbulnya kematian.Suatu ledakan
dapat menghamburkan bermacam-macam benda di sekitarnya (paku, logam,
kaca, kayu, dll) disebabkan oleh tekanan yang dihasilkan oleh angin & mengenai
korban. Rata-rata debu & kotoran yang berasal dari tanah atau lumpur dapat
c.
jaringan.Kompartemen
syndrome
biasanya
terjadi
pada
extremitas.Tertiary blast Injury juga terjadi pada orang yang mengalami luka
d.
karena ledakan yang mengakibatkan fraktur, cedera otot terbuka atau tertutup.
Trauma Ledakan kuarterner
Trauma ledakan kuartener disebut juga Miscellaneous Injuries yang
disebabkan oleh kecelakaan akibat ledakan atau karena penyakit.Quarternar
Blast Injuries meliputi komplikasi dari kondisi yang ditemukan.Contohnya dapat
terjadi
pada
wanita
hamil
atau
pada
pasien
yang
mengkomsumsi
racun & terhirup, paparan radiasi, terkena reruntuhan gedung.Fase ini dapat
terjadi dalam periode yang panjang, contohnya Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD).Luka bakar kimia atau terhirupnya debu yang mengandung racun dapat
berasal dari racun yang dikandung oleh bahan-bahan ledakan atau dari materialmaterial setelah terjadi ledakan.
Cedera Kuarter merupakan ke semua jenis cedera selain dari kalsifikasi luka
primer, sekunder dan tersier.Yang termasuk dalam tipe cedera kuarter yakni luka
bakar, luka remuk, dan cedera pernapasan.Gangguan psikologis akut dan kronik
sering dijumpai pada korban-korban ledakan bom.Api yang dihasilkan akibat
ledakan dapat mengakibatkan luka bakar karena temperatur gas dapat mecapai
3000o C. Derajat luka bakar ditentukan oleh besarnya peningkatan temperatur
dan lama terjadinya peningkatan ini1.Luka bakar yang terjadi akibat ledakan pada
ruang tertutup mempunyai luas yang lebih besar.Prevalensi luka bakar pada
trauma ledakan sangat bervariasi.Beberapa kepustakaan menyebutkan luka bakar
jarang ditemukan pada orang yang selamat.
Tabel 6. Mekanisme Cedera ledakan
Kategori
Karakteristik
Primary
BagianTubuhTerke
na
Struktur diisi gas
terutama paru-paru,
saluran pencernaan,
dan telinga bagian
tengah.
JenisCedera
Blast
(pulmonary
barotrauma)
lung
Membran
timpani
pecah
dan
merusak telinga bagian
tengah
Abdomen
perdarahan dan perforasi
- Globe (mata) pecahKonkusi (TBI tanpa
tanda-tanda fisik dari
cedera kepala)
Secondary
penetrasimata
(bisaterjadi)
32
Tertiary
Hasil dari
dilemparkan
ledakan.
Cedera
otak
tertutup dan terbuka
Quaternary Semua
ledakan
yang Setiap bagian tubuh
berhubungan dengan cedera, yang mungkin akan
penyakit, atau penyakit bukan terpengaruh.
karena primer, sekunder, atau
tersier.
Termasuk eksaserbasi atau
komplikasi dari kondisi yang
ada.
Burns
(flash,
parsial, dan ketebalan
penuh)
Crush
Cedera
otak
tertutup dan terbuka
Asma,
PPOK,
atau masalah pernapasan
lainnya dari debu, asap,
atau asap beracun
Angina
Hiperglikemia,
hipertensi
33
Mata, Orbita,
Wajah
Pernafasan
Pencernaan
Peredaran
darah
Cedera SSP
Gegar otak, cedera otak terbuka dan tertutup, stroke, cedera tulang
belakang, emboli udara yang disebabkan cedera
Cedera ginjal
Cedera
ekstremitas
kompartemen, luka bakar, luka, lecet, oklusi arteri akut, emboli udara
yang disebabkan cedera
2.3
Luka Tembak
2.3.1 Definisi 11
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam
tubuh yang diproyeksikan ewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh.
Yang termasuk dalam luka tembak adalah luka tembak masuk maupun luka tembak
keluar.Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan
tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar, anak peluru menembus objek
34
secara keseluruhan.Umumnya luka tembak ditandai dengan luka masuk yang kecil
dan luka keluar yang lebih besar.Luka ini biasanya juga disertai dengan kerusakan
pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar. Luka
tembak
terjadi
karena
energi dari peluru saat menembus tubuh.Semakin besar energi yang dihasilkan peluru,
semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi akan meningkat seiring besar, berat dan
kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru berukuran besar yang ditembakkan dari
senapaan menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan peluru berukuran
kecil yang ditembakkan dari pistol.
2.3.2 Identifikasi Luka Tembak9
Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari
berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian dapat
dibuat klasifikasinya.
37
- Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar yang
berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembakkeluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk
Bentuk dan jumlah luka tembak keluar tidak dapat diprediksi. Luka tembak keluar
sebagian (parsial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga peluru tersebut hampir
habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan
demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit
pada celah tersebut. Jumlah luka tembak keluar bisa lebih banyak dari pada luka tembak
masuk, hal ini dimungjkinkan karena:
1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar n
2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar pada
tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
3. Dua pelurunya masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (tandem bullet
injury) dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalu tempat
yang berbeda.
Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang
tipis seperti scapula dan ileum atau bagian tipis dari tengkorak. Anak peluru yang
mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak
masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak,
vagina, dan rektum.
Gambar 5. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah kanan
2.3.4
39
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan
kecepatan tinggi.
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara
memanfaatkan udara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam
ruangan yang volumenya tetap. Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi
diperoleh dari pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah
menjadi gas dengan volume yang besar didalam ruangan yang volumenya
tetap. Dari saru gram mesiu dapat dihasilkan gas (CO2,CO,hydrogen
sulfanida, dan methane) antara 200-900 mililiter dengan suhu yang sangat
panas.
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan
udara yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang
pada senjata api untuk membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan
tugasnya sehingga menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna
membakar mesiu. Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki
gaya kinetic itu, sesudah meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh
banyak hal; seperti misalnya berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi
serta tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka
arah anak oeluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh
moncong, pengaruh gravitasi semakin dominan sehinggga bentuk kurvanya
semakin tampak nyata.
Menembak seseorang dari depan dan dari belakang penting untuk
membedakan lukatembak masuk dengan luka tembak ke]\luar. Luka tembak
masuk khusus biasanya berbentuk bulat dengan tepi abrasi melingkar yang
mengelingi cacat yang disebabkanoleh senjata. Garis tepi abrasi merupakan
lecet atau kikisan kulit yang disebabkan oleh peluru saat ia mendorong ke
dalam. Garis tepi mungkin konsetntrik atau eksentrik. Ketika peluru masuk ke
dalam kulit, ia akan menyebabkan abrasi tepikonsentrik, karena ia masuk
perpendikuler kulit. Ketika ujung peluru memfenetrasi kulit pada suatu sudut,
ia akan menyebabkan garis tepi abrasi yang eksentrik. Daerah marginabrasi
eksentrik yang tebal mengindikasikan sudut peluru yang lebih dangkal saat ia
peluru menembus kulit.
Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin
dikarenakan olehkecepatan dan energi kinetic yang tinggi amunisi yang
40
oleh
Drag
(hambatan),
Profile
(profil)
dan
Cavitation(kavitasi).
Drag Faktor-faktor yang memperlambat suatu peluru, termasuk
tahanan angin, hambatan oleh jaringan, dll.
Profile Titik tumbuk peluru merupakan profil dari peluru tersebut.
Semakin besar ukuran titik tumbuk semakin besar energi yang disalurkan.
Cavitation Sering disebut sebagi perluasan alur masuk peluru.
Merupakan lubang di jaringan tubuh yang dihasilkan oleh energi kinetis
peluru.Lubang ini lebih besar daripadalubang masuk peluru. Karenanya,luka
yang dihasilkan lebih besar dari diameter peluru tersebut. Kadang kala,
karenaenergi kinetis peluru sedemikian besar, peluru dapat menembus jaringan
di sebaliknya.Oleh karena itu selalu kaji adanya lubang keluar peluru (exit
wound).
Jika luka tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar
telah ditentukan,langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah
tembakan adalah jaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak
masuk menuju luka tembak keluar.
Untuk
alasan
klaritas
dan
konsistensi,
ahli
forensik
selalu
danatas dan ke bawah. Biasanya ahli forensik hanya bisa membuat opini
dimana posisi tubuh korban bisa atau tidak konsisten dengan arah tembakan,
dan hanya bisa disesuaikan dengan saksi mata.
Kepala
Ketika energi proyektil memasuki tengkorak dan mulai mengalami disipasi, jaringan
otak secara alamiah akan tertekan secara berat (ingat kepala adalah ruang tertutup yang
dibatasi jaringan tulang tengkorak yang kuat).Bila peluru mengenai wajah maka jalan
napas akan rusak atau hancur tergantung pada velositas peluru.
Dada
Jaringan paru relative tahan terhadap kavitasi proyektil. Alveoli membentuk massa
berongga yang mudah bergerak. Sedangkan jantung tidak tahan terhadap kavitasi
sebagaimana paru.Namun lapisan terluar yang meliputi pembuluh pulmoner, aorta dan
jantung merupakan jaringan yang kuat dan elastic. Jaringan ini mungkin mampu
menutupi luka akibat luka tembus velositas rendah,namun tidak mampu mengatasi
kavitasi akibat luka tembus velositas medium dan tinggi.
Bila terjadi cedera di antara garis puting dada dan pinggang, maka selalu curigai
kemungkinan adanya cedera abdominal juga.
Abdomen
Abdomen sering mengalami cedera sekunder saat dada mengalami cedera.Ruang
abdominal merupakan ruang yang besar yang berisi jaringan yang berisi cairan, udara,
jaring padat dan jaringan tulang.Jaringan yang berisi udara dan cairan lebih tahan
terhadap kavitasi daripada jaringan padat.
Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan saraf. Luka tembak
sering menyebabkan tulang pecah dan pecahan ini dapat mengakibatkan luka
sekunder.Pecahan ini dapat bersifat seperti misil atau proyektil yang merusak jaringan
lain disekitarnya. Akibatnya jaringan di sekitar akan rusak sehingga fungsi sensorik,
motorik dan bahkan aliran sirkulasi akan terhambat atau bahkan hancur.
- Luka ledakan terbagi dalam 4 kategori yaitu : primer, sekunder, tertier dan
tambahan. Korban mungkin mengalami luka lebih dari hanya satu mekanisme
tersebut.
- Luka ledakan primer disebabkan oleh efek langsung ledakan bertekanan tinggi
terhadap jaringan tubuh. Udara mudah menekan, tidak seperti air. Hasilnya, luka
42
ledakan primer hampir selalu mengenai struktur yang mengandung udara seperti
paru, telinga dan saluran cerna.
- Luka ledakan sekunder disebabkan oleh objek melayang yang menyerang orang
disekitarnya.
- Luka ledakan tertier adalah gambaran ledakan energi tinggi. Jenis ini terjadi
ketikaorang-orang terlempar dan menabrak objek lainnya.
2.3.5 Proses Terjadinya Tembakan10
a. Senjata yang digunakan, meliputi:
- Jenisnya
Dengan melihat ciri-ciri luka akan dapat ditentukan apakah disebabkan oleh
senjata api, senjata angin, atau shotgun.
- Kalibernya
Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin lecet.
Kaliber tersebut ditentukan berdasarkan diameter lumen dari laras, yang
tidak selalu sama dengan diameter peluru.
Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter anak peluru sedikit
lebih besar dari diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang bagian
kulitnya terlihat sangat dekat dengan tulang maka diameter anak peluru
hampir sama besar dengan diameter cincin lecet sebab tulang dapat menjadi
penahan terhadap elastisitas kulit diatasnya ketika mendapat dorongan anak
peluru.
b. Cara melakukan tembakan, meliputi:
- Arah tembakan
Secara teori arah tembakan dapat ditentukan dengan pasti dengan
menghubungkan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar.Hanya saja
luka tembak keluar selalu tidak ditemukan.Kalaupun ditemukan kadangkadang luka tersebut terjadi sesudah arah anak peluru berubah setelah
membentur tulang. Selain itu kadang-kadang jumlah luka tembak banyak
sehingga sulit menentukan luka tembak masuk dan luka tembak keluar dari
anak peluru yang sama. Dalam keadaan demikian maka perkiraan arah
tembakan dapat didasarkan pada posisi lubang luka terhadap cincin lecet.
Bila letaknya terpusat berarti arah tembakan tegak lurus terhadap
permukaan sasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.
- Jarak tembak
43
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat ditentukan secara
kasar dengan melihat bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-produk dari
ledakan mesiu.
Selain itu ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar
perhitungan secara kasar.Namun harus diingat bahwa banyak senapan
modern sekarang ini yang memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat
menimbulkan luka tembak keluar meskipun ditembakkan dari jarak yang
sangat jauh.
Mengenai daya tembusnya baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi
oleh kecepatan (velocity) ketika menyentuh tubuh, berat massa, resistensi
jaringan, serta jarak tembakan.
2.3.6 Cara Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum et Repertum10
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras, kelim
api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak sulit.
Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 sentimeter.
Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 sentimeter, dan
seterusnya.
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: Berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, ini mengandung arti:
- Korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan
moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal
15 sentimeter.
Menurut Hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan
gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight)
akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam
luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.
Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar
luka.Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh
jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan
44
cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya
konsentris dan bundar.
2.4 Aspek Medikolegal
Berdasarkan pemeriksaan luar dan dalam kemudian dokter membuat laporan
tertulis yang disebut dengan Visum et Repertum. Visum et Repertum merupakan
laporan tertulis yang dibuat oleh seorang dokter dalam proses peradilan sesuai
dengan KUHAP pasal 184. Visum et Repertum ini membantu polisi sebagai bukti
awal untuk menjerat tersangka serta membantu hakim dalam mempertimbangkan
saat memutus perkara di pengadilan.
a. Aspek medikolegal pada kecelakaan
Menurut UU NO.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal 1
No.24 disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan yang lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian
harta benda.
Berdasarkan UU NO.22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 membagi kecelakaan
lalu lintas sendiri menjadi 3, yaitu:5
1. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
kendaraan dan atau barang.
2. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan atau barang.
3. Kecelakaan lalul intas berat, yaitu merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengemudi lain selain korban
dikaitkan dengan faktor kealpaan penabrak yaitu KUHP Bab XXI Menyebabkan
mati atau luka-luka karena kealpaan.
- Pasal 359
Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan palinng lama satu tahun.
- Pasal 360
1. Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
45
46
mempunyai
dalam
miliknya,
menyimpan,
mengangkut,
47
Bab III
ANALISIS KASUS
Kasus
Keterangan
Dirlantas
Polda Metro
Jaya
Kombes
Dwi Sigit
Nurmantyas
48
Keluarga korban dijanjikan santunan Rp 25 juta dari Jasaraharja CMIIW untuk korban
meninggal dunia.Sementara korban yang selamat kemudian dijanjikan perawatan sampai
sembuh total.
13.00 WIB
Keluarga korban mulai berdatangan ke RSCM.Diketahui 4 orang yang meninggal
berasal dari satu keluarga. Sugiantini, seorang nenek dari Jepara yang sedang berlibur
bersama keluarganya dari Monas kehilangan empat anggota keluarganya yaitu Nani yang
sedang hamil 3 bulan, adiknya Nani bernama Suyatmi, cucu Sugiantini bernama Yusuf (2,5),
dan keponakannya Sugiantini (Fifit Alfia Fitriasih, 18). Hingga pukul 19.00 WIB keempat
jenazah masih mengurus proses pemulangan ke Jepara.
Pukul 16.00 WIB.
4 Penumpang Daihatsu Xenia, termasuk pengemudi, menjalani tes urine di RS Polri
Kramat Jati. Pengemudi Xenia, Afriyani Susanti (29), sudah menjadi tersangka dan ditahan.
Afriyani Susanti ditetapkan sebagai tersangka dan dikenakan Pasal 283, 287 ayat 5,
Pasal 288, Pasal 310 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4. Afriyani langsung ditahan sambil
menunggu proses di Penegakan Hukum (Gakkum) Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP
Sudarmanto.
3 Rekan tersangka sebagai saksi, yakni Deny Mulyana (30) yang duduk di samping
Afriyani, serta penumpang Xenia yang duduk di belakang Adistria Putri Grani (26) dan
Arisendi (34). Polda Metro juga memeriksa saksi lain yang ada di lokasi yakni, Suwarto,
Ridwan dan Zulhendri.
Sekitar Pukul 22.00 WIB
Jumlah korban tewas akibat kecelakaan maut mobil Xenia bertambah menjadi 9 orang
yaitu atas nama Mochamad Akbar. Korban meninggal bertambah satu orang atas nama
Mochamad Akbar (23), Kepala Sub Direktorat Penegakan Hukum Dirlantas Polda Metro
Jaya AKBP Sudarmanto kepada wartawan, Minggu (22/1/2012).
Muhammad Akbar (23) meninggal setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto bersama empat korban lainnya, Siti Mukaromah
(30), Keny (8), Indra (11) dan Teguh Hadi Purnomo menderita luka-luka.
Sebelum akhirnya oleng dan menabrak belasan pejalan kaki, 9 di antaranya tewas,
para penumpang mobil Daihatsu Xenia B 2479 WI mengunjungi sejumlah lokasi. Termasuk
dimana mereka akhirnya mengonsumsi narkoba.
49
Kepala Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, Nugroho Aji menceritakan kronologi
perjalanan penumpang mobil maut itu. Berdasarkan tes urin, pemakaian obat jenis ekstasi itu
belum lama. "Karena mereka itu pukul 20.00 WIB sampai pukul 22.00 di Hotel Borobudur,
ada pesta ultah, ungkap Nugroho Aji di Polda Metro Jaya, Senin 23 Januari 2012.
Setelah itu, mereka pindah tempat. "Ke kafe di Kemang hingga jam pukul 02:00 pagi.
Di sana mereka minum Whisky dan Bir kataNugroho.
Belum juga puas, mereka lalu beranjak ke sebuah diskotek Stadium di Jalan Hayam
Wuruk."Mereka beli patungan dua pil ekstasi buat berempat, jadi konsumsinya cuma sampai
setengah-setengah pukul 10 pagi.
Setelah itu, sekitar pukul 10.00 mereka berniat kembali ke Kemang, ada yang
ditinggal di sana, namun keburu terjadi kecelakaan. "Dia menyetir out off control karena
pengaruh miras, jadi mabuknya karena itu.
Saat berada di Diskotek Stadium, salah satu penumpang bertemu temannya yang
sedang menghisap ganja.Ia ikut mengonsumsi barang haram itu. "Kalau mengemudi mobil
jangan
sampai
konsumsi
narkoba
atau
miras,"
imbau
Nugroho.
Atas perbuatannya itu, selain tersangka yang dikenai pasal berlapis, tiga penumpang
juga kena pasal." Mereka dikenai Pasal 127 UU No 35 Tahun 2009. Barang buktinya
sementara hanya tes urin itu."
Tinjauan Teori
Pada awalnya Afriyani Susanti diancam hukuman pasal 338 KUHP yaitu
Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,dengan
pidana penjara minimal lima belas tahun tentang pembunuhan yang mengacu putusan MA
(yurisprudensi) dalam kasus kecelakaan Metro Mini yang mengakibatkan 32 orang tewas.
Selain itu, dapat pula diancam dengan pasal 311ayat (5) UU No. 22/2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi: Dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp.
24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
Afriyani Susanti telah dijerat Pasal 338 KUHP oleh penyidik Polda Metro Jaya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto mengatakan bahwa itu hasil dari
analisa kepolisian dan saksi ahli serta keterangan saksi yang ada ditempat kejadian. Pelaku
dianggap telah memenuhi unsur-unsur pasal pembunuhan. Pernyataan tersebut diperkuat
50
dengan adanya putusan MA (yurisprudensi) dalam kasus kecelakaan Metro Mini yang
mengakibatkan 32 orang tewas.
Telah terjadi perbedaan pendapat dalam hal penerapan sanksi pidana bagi pelakunya.
Banyak pakar hukum yang berpendapat bahwa pelaku seharusnya dijerat dengan Pasal 338
KUHP maksimal 15 tahun penjara.Pelaku dianggap telah melakukan suatu kesengajaan
(dolus) yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Di lain sisi ada juga yang
berpendapat bahwa pelaku telah melakukan kelalaian (culpa). Sehingga menyebabkan
tabrakan maut yang menelan korban.
Para ahli berpendpat, penerapan Pasal 338 KUHP kepada Afriyani Susanti sudah
tepat.Hal tersebut karena Afriyani susanti mengetahui dirinya dibawa pengaruh obat terlarang
dan minuman beralkohol sambil mengemudikan mobilnya. Hingga mengakibatkan tabrakan
yang berujung kepada hilangnya nyawa seseorang.
Salah satu unsur penting Pasal 338 KUHP yakni unsur kesengajaan.Kesengajaan
(dolus/opzet) yang dalam teori hukum pidana dibagi atas tiga. Pertama, kesengajaan sebagai
maksud (opzet als oogmerk). Kedua, kesengajaan sebagai keinsyafan pasti (opzet hij
zakerheids hewustzijn). Ketiga, kesengajaan sebagai keinsyafan kemungkinan (opzet hij
mogelijkheids hewustzijn atau dolus eventualis).
Dalam Memorie van Toelecting terdapat keterangan yang menyatakan bahwa pidana pada
umumnya hendak dijatuhkan hanya pada barang siapa melakukan perbuatan yang dilarang
dengan
Kesengajaan
haruslah
mengandung
kata
dikehendaki (willens) dan diketahui (wetens). Bila kita kaitkan dengan kasus Xenia Maut,
maka
pelaku
diduga
telah
melakukan
suatu
kesengajaan
sebagai
keinsyafan
51
Menurut R. Soesilo, matinya orang disini tidak dimaksud sama sekali oleh terdakwa
akan tetapi, kematian disini hanya merupakan akibat dari kurang hati-hati atau lalainya
terdakwa (Culpa). Selain itu, R. Soesilo memberikan contoh penerapan pasal 359 ini sebagai
berikut:
1.
Seorang sopir yang menjalankan mobil terlalu kencang sehingga menabrak orang
2.
sampai mati
Seseorang yang berburu dan melihat sosok hitam yang dikira binatang ternyata sosok
3.
4.
senjata api tersebut meletus dan mengenai orang lain sampai mati
dan sebagainya
Edward Omar Syarif Hiareij (pakar hukum dari Universitas Gadjah Mada) menyatakan
bahwa kasus Afriyani ini masuk pada jenis pembunuhan tersalah, yaitu pembunuhan karena
kesalahan tanpa direncanakan dan tidak ada maksud membunuh sama sekali. Dalam kasus
ini, pelaku mengetahui bahaya jika ia tetap mengendarai mobil ketika masih di bawah
pengaruh narkoba.
Muzakkir (pakar hukum dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta) yang menyatakan
bahwa pengendara (pelaku) tahu jika mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk,
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Namun, ia tetap melakukannya. Maka dari itu kasus
ini termasuk pembunuhan yang disengaja.
Ambarita S.H., M.H., C.N (Seorang praktisi hukum dan akademisi di Universitas
Katolik Parahyangan-UNPAR) yang menyatakan bahwa penerapan pasal 338 KUHP dalam
kasus ini tidak tepat. Hal ini dikarenakan apabila dalam kasus kecelakaan lalu-lintas
menggunakan pasal 338 yang notabene merupakan pasal pembunuhan maka terhadap
kecelakaan yang tidak disengaja (lalai) atau bahkan menyenggol pengguna jalan dapat
dipidana dengan percobaan pembunuhan. Jelas hal ini akan menimbulkan kekacauan dan
ketidakpastian hukum.
Bahasan dan Analisis
Tragedi Tugu Tani yang menewaskan sembilan orang mengagetkan kita, apalagi sopir
Afriyani Susanti, positif mengonsumsi miras dan Narkoba. Dalam hukum pidana unsur
kesalahan dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu sengaja (dolus/opzet) dan tidak
sengaja/kelalaian (culpa).Sebagaimana kesalahan karena kelalaian, mengutip pendapat
sebelumnya yang disampaikan oleh R. Soesilo memiliki unsur karena kurang hati-hati, tidak
menduga-duga, lupa, dan kurang perhatian.Selain itu, kelalaian disini (menyebabkan matinya
52
orang karena lalai) harus ditekankan bahwa tidak ada maksud dari pelaku untuk
membunuh.Singkatnya, jika dikatkan dengan kasus Xenia maut tepatnya yang ditunjukan
bagi Afriyani, maka kesalahan yang dilakukan olehnya lebih merupakan karena unsur
kelalaian.
Sementara pandangan kedua bersandarkan pada unsur sengaja (dolus/opzet).
Pandangan yang menitik beratkan pada unsur kesengajaan mendasarkan pada ketentuan
sebagaimana diatur dalam pasal 338 KUHP yang menyatakan: barangsiapa dengansengaja
merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidan penjara paling lama lima belas tahun.
Terkait dengan unsur sengaja, menurut unsur sengaja ini sangat erat hubungannya
atau bahkan tidak dapat dipisahkan dengan kehendak atau sikap batindari si pelaku. Secara
logika sederhana, orang yang melakukan sesuatu perbuatan yang disengaja maka secara
otomatis ia sudah memiliki kehendak untuk melakukan itu.
Ahli hukum pidana Djawahir Hejazziey yang hadir di persidangan terdakwa Afriyani
Susanti mengatakan bahwa Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak
tepat oleh Jaksa Penuntut Umum
"Dalam pasal 338 KUHP tersebut ada kata sengaja," kata Djawahir dalam persidangan
yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (18/7/2012).
Menurut Djawahir, Jika dicermati kronologi kecelakaan yang menewaskan sembilan pejalan
kaki di Jalan Ridwan Rais pada bulan Januari 2012 lalu, maka unsur kesengajaan tersebut
tersebut tidak ditemukan.
"Definisi kata sengaja memiliki beberapa unsur seperti, motivasi, perencanaan,
persiapan, dan eksekusi.Sengaja juga mengandung unsur niat,". Djawahir yang merupakan
Ketua Program Studi Ilmu Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sjarif Hidayatullah
Jakarta mengatakan bahwa saat itu Afriyani tidak memiliki motivasi untuk membuat orang
celaka, hingga meninggal.
"Motivasi Afriyani hanya ingin pulang ke rumah dan tidak berniat mencelakakan
orang lain," ujar Djawahir. Hasil penelusuran tim terpadu yang berasal dari Dinas Pekerjaan
Umum, DLLAJ, PT Astra, Jasa Raharja, Tim Puslabfor Mabes Polri, Ditlantas Polda Metro
Jaya, Koorlantas Mabes Polri, mengungkapkan ada empat penyebab terjadi kecelakaan maut
yang memakan sembilan korban jiwa dan tiga luka berat di Tugu Tani, Jakarta Pusat, Minggu
(22/1/2012).
Hal tersebut diungkapkan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution
di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (24/1/2012). Penyebab pertama adalah Apriyani
Susanti (29) kelelahan akibat bergadang semalaman, sehingga ia mengantuk saat
53
54
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia keenam, akuntansi untuk
10% dari semua kematian, dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius
dengan biaya sosial dan ekonomi yang signifikan. Trauma dapat mengakibatkan
komplikasi sekunder seperti kejutan peredaran darah, kegagalan pernafasan dan
kematian.Resusitasi
pasien
trauma
sering
melibatkan
beberapa
prosedur
manajemen.Pada Trauma terjadi dua hal penting pada tubuh manusia yaitu biomedika
trauma dan respon metabolik terhadap trauma.Jenis-jenis trauma mekanik yaitu trauma
tumpul dan trauma tembus merupakan kavitas merupakan hasil perubahan energy
antara peluru yang bergerak dan jaringan tubuh.Jumlah kavitasi (atau perubahan energi)
adalah sebanding dengan area permukaan pada titik tabrak, kepadatan jaringan dan
kecepatan dari proyektil pada saat tabrakan. Trauma tumpul terdiri dari tabrakan
kendaraan dimana penderita adalah penumpang atau pengemudi, tabrakan pejalan kaki,
tabrakan sepeda motor, trauma yang disengaja (serangan), jatuh (Falls), trauma ledakan
(Blast Injury) sedangkan trauma tembus terdiri dari peluru, kecepatan / velositas, luka
tembak masuk dan luka tembak keluar. Penanganan trauma mekanik dengan ABCD
(Airway, Breathing, Circulation, Disability), pengelolaan jalan nafas, ventilasi dan
survey sekunder.Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil.Bila
sewaktu survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali
mengulangi Primary survey. Primary survey adalah Pemeriksaan dari kepala sampai ke
jari kaki (head-to-toe examination)
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami selaku penulis berpesan untuk lebih
mengenali konsep trauma mekanik secara teoritis agar dapat mengaplikasikannya
dilapangan.Hendaknya instansi kesehatan sering menelakukan pelatihan-pelatihan
tentang pencegahan dan penanggulangan trauma mekanik.
55
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kurianti, A. 2015. Modul PPGD dan TAGANA: Penanganan Luka, Patah Tulang dan
2.
Lintas
di
Indonesia.
Majalah
Kedokteran
Indonesia.
Volum:
3.
59.2009http://www.bps.go.id/
WHO. 2013. Fact Sheet: Status Keselamatan Jalan di Regional Asia Tenggara tahun
4.
5.
6.
Semarang
Idries, dr. Abdul Mun'im. 1997. Kecelakaan Transportasi. Pedoman Ilmu Kedokteran
7.
8.
9.
CRC. 2001
Ramsay, David A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of Trauma. Totowa :
Totowa :
56
yourself
from
Air
Bag
Injuries.
Terdapat:
57