Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
pemakaian yang lama, mudah untuk di proses, aman dalam pemakaian (tidak
mengandung racun) dan harganya murah. Anoda yang dipilih dalam penelitian ini
adalah lithium metal. Lithium metal merupakan bahan anoda ideal untuk baterai
isi ulang karena kapasitas secara teoritis memiliki spesifik sangat tinggi 3.86
Ah/g, memiliki tegangan kerja rendah. Selain itu Keuntungan menggunakan
logam lithium sebagai anoda adalah pereduksi yang baik, sangat elektropositif,
stabilitas mekanik yang baik, dan mudah fabrikasi. ( Wakihara.M et al. 1998).
2. Elektroda Positif ( Katoda)
Katoda merupakan elektroda positif, dimana terjadi reaksi setengah sel yaitu
reaksi reduksi yan menerima elektron dari sirkuit luar sehingga reaksi kimia
reduksi terjadi pada elektroda ini. (Subhan, 2011). Pada dasarnya katoda
merupakan elektroda yang fungsinya sama seperti anoda yaitu berfungsi sebagai
tempat pengumpulan ion lithium serta merupakan tempat bagi material aktif,
dimana lembaran pada katoda biasanya adalah aluminium (Al foil).
Beberapa karakteristik yang harus dipenuhi suatu material yang digunakan
sebagai katoda antara lain material tersebut terdiri dari ion yang mudah
melakukan reaksi reduksi dan oksidasi, memiliki konduktifitas yang tinggi seperti
logam,memiliki kapasitas energi yang tinggi, memiliki kestabilan yang tinggi
(tidak mudah berubah strukturnya atau terdegradasi baik saat pemakaian maupun
pengisian ulang), harganya murah dan ramah lingkungan. Material yang pertama
kali digunakan sebagai katoda adalah LiCoO2, kerapatan energi yang dimilikinya
sebesar 140 Ah/kg namun material ini sudah jarang di gunakan karena
kestabilannya rendah dan harga relatif mahal. Material lain yang saat ini sedang
dikembangkan peneliti sering digunakan sebagai katoda yaitu LiMPO4(M = Fe,
Mn, Ni dan Co ) (Subhan,2011).
3. Elektrolit
Elektrolit merupakan material yang bersifat penghantar ionik. Fungsi elektrolit
ialah sebagai media untuk mentransfer ion lithium antara katoda dan anoda. Ada
beragam jenis elektrolit seperti cair, padat, polimer dan komposit elektrolit.
Elektrolit yang banyak digunakan pada baterai lithium adalah elektrolit cair yang
terdiri dari garam lithium yang dilarutkan dalam pelarut berair. Hal yang paling
penting dalam suatu elektrolit adalah interaksi antara elektrolit dan elektroda pada
baterai. Hubungan dua bahan ini akan mempengaruhi kinerja baterai secara
signifikan. (Fadhel, 2009).
Elektrolit yang dipilih dalam penelitian ini adalah LiPF6 (Lithium
hexafluorophosphate). Ini adalah bubuk kristal putih. Hal ini digunakan dalam
baterai sekunder komersial, sebuah aplikasi yang memanfaatkan kelarutan tinggi
dalam pelarut nonpolar.Memiliki densitas 1.5 g/cm3 dan titik leleh 200 oC (392 oF;
473 K).
4. Separator
Separator adalah material berpori yang terletak di antara anoda dan katoda dan
diaplikasikan sebagai penjamin faktor keamanan baterai. Karakteristik yang
penting untuk dijadikan separator pada baterai yaitu bersifat insulator, memiliki
hambatan listrik yang kecil, kestabilan mekanik (tidak mudah rusak), memiliki
sifat hambatan kimiawi untuk tidak mudah terdegradasi dengan elektrolit serta
memiliki
ketebalan
lapisan
yang
seragam
atau
sama
diseluruh
permukaan.(Subhan, 2011)
Beberapa material yang dapat digunakan sebagai separator antara lain
polyolefins (PE dan PP), Polyvinylidene fluoride (PVDF), PTFE (teflon), PVC,
dan polyethylene oxide. Pada penelitian ini separator yang digunakan adalah
Polyethylene.Polyethylene memiliki sifat meleleh pada suhu diatas 120-130 oC.
Apabila panas yang dihasilkan didalam baterai melewati ambang batas,
polyethylene akan melelah dan menutup lubang pada separator, mengakibatkan
proses perpindahan lithium ion berhenti. (Patel et al.2003)
5. Current Collector
Alumunium foil pada lembaran katoda dan Cupper foil pada lembaran anoda
digunakan sebagai current collector ( pengumpul arus ) pada baterai ion lithium.
Alumunium adalah logam yang tahan korosi, konduktor yang cukup baik dan
memiliki densitas yang ringan sebesar 2,643 kg/m3. Sedangkan tembaga (Cu)
merupakan logam yang memiliki densitas 8,906 kg/m3 dan bersifat konduktor
listrik dan panas yang baik. Saat proses discharging, besarnya arus listrik yang
mengalir juga dipengaruhi oleh perbedaan standard potensial material elektroda.
Standart potensial pada Alumunium foil pada suhu 25 0C yaitu 1,66 V sedangkan
pada Cupper foil sebesar sebesar 0,52 V(Linden,2002)
Gambar 2.1. Proses interkalasi pada baterai ion lithium saat charge dan discharge
(Nakanishi, 2014 ).
Selama proses charge baterai, terjadi pergerakan ion lithium dari elektroda positif
(katoda) melalui seperator dan elektrolit ke elektroda negatif (anoda). Baterai
menyimpan energi selama proses ini (densitas energi). Selama discharge, ion
lithium bergerak dari elektroda negatif (anoda) ke elektroda positif (katoda)
melalui seperator dan elektrolit, menghasilkan densitas daya pada baterai.
Dalam proses interkalasi elektron mengalir dalam arah yang sama dengan
ion di sekitar sirkuit luar. Pergerakan ion dan elektron adalah proses yang saling
berhubungan dan jika salah satu dari mereka berhenti maka yang lain juga
berhenti.Reaksi yang terjadi pada sistem baterai ion lithium merupakan reaksi
reduksi dan oksidasi yang terjadi pada katoda dan anoda baterai. Reaksi reduksi
adalah reaksi penambahan elektron oleh suatu molekul atau atom sedangkan
reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron pada suatu molekul atau atom.
dengan kapasitas listrik yang besar sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan
sel baterai dengan power yang memadai. Mengingat elektron akan dilepaskan/
terima oleh elektroda saat pengoperasian baterai, maka material katoda dan anoda
juga harus bersifat elektron konduktif. Berbeda dengan material elektrolit yang
merupakan media transfer ion, material ini harus bersifat ion konduktif semata.
Sifat terakhir ini diperlukan agar tidak terjadi hubungan pendek antara katoda dan
anoda yang menyebabkan terbuangnya energi listrik yang tersimpan berupa panas.
Suatu material elektrokimia dapat berfungsi dengan baik sebagai elektroda
anoda maupun katoda bergantung pada pemilihan material yang akan menentukan
karakteristik perbedaan nilai tegangan kerja dari kedua material yang dipilih.
Untuk memperoleh perbedaan potensial yang besar maka material katoda harus
memiliki tegangan kerja yang besar dan material anoda harus memiliki tegangan
kerja yang kecil (~0). Keunggulan bahan anoda dan katoda terletak pada stabilitas
kristal dalam proses interkalasi. Pada umumnya bahan mempunyai tiga
kategori/model dalam melakukan interkalasi, yaitu interkalasi dalam satu dimensi,
dua dimensi dan tiga dimensi, seperti Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Tiga model host dari bahan katoda dan anoda (Munshi,1995)
migrasi lithium. Untuk setiap berat material katoda, jumlah ion lithium yang
dilepaskan material katoda saat charge dan jumlah ion lithium yang kembali
dalam waktu tertentu ke material katoda saat discharge menggambarkan densitas
energi dan densitas power sel baterai. ( Triwibowo,2011)
Semakin banyak ion Lithium dipindahkan dari katoda ke anoda maka
semakin besar pula densitas energi sel baterai. Semakin banyak ion lithium yang
kembali ke katoda dari anoda setiap detiknya, maka semakin besar densitas
power-nya. Performa/rate capability sel baterai sangat bergantung pada kondisi
transfer muatan/charge transfer. Mekanisme ini berkaitan erat dengan proses
difusi dan konduktifitas elektronik dan ionik dari komponen pembentuk sel
baterai. Berbeda dengan material elektrolit yang semata-mata hanya memfasilitasi
ion lithium menyeberang dari katoda ke anoda dan sebaliknya, hingga harus
bersifat konduktif ionik saja. ( Triwibowo,2011)
Material katoda tidak saja harus bersifat konduktif ionik, namun juga
harus bersifat konduktif elektronik. Saat proses charge ion lithium akan
dilepaskan dari kathoda ke anoda melalui elektrolit, dengan begitu katoda harus
bersifat konduktif ionik. Bersamaan dengan itu elektron akan dilepaskan melewati
rangkaian luar menuju anoda, ini berarti katoda juga harus bersifat konduktif
elektronik. Proses ini diilustrasikan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Fenomena konduktifitas ionik dan elektronik pada material katoda
( Park et al.2010 )
1. Material tersebut terdiri dari ion yang mudah melakukan reaksi reduksi
dan oksidasi.
2. Memiliki konduktifitas yang tinggi seperti logam.
3. Memiliki kerapatan dan kapasitas energi yang tinggi.
4. Memiliki kestabilan yang tinggi (tidak mudah berubah strukturnya atau
terdegradasi baik saat pemakaian maupun pengisian ulang), harganya
murah dan ramah lingkungan. ( Ohzuku.T,1994)
Pada material katoda dikenal struktur NASICON (Na-Super Ionic
Conductive), Spinel dan Olivine. Pada struktur NASICON, Li-ion dapat
berinterkalasi dalam 2 arah, pada Spinel 3 arah, sementara pada struktur Olivine
Li-ion berinterkalasi dalam 1 arah.Bahan katoda konvensional mencakup senyawa
lapisan oksida LiMO2 (M adalah logam yang dapat berupa Co, Ni, Mn, dll),
senyawa spinel LiM2O4 (M = Mn, dll), dan senyawa olivine LiMPO4 (M = Fe,
Mn, Ni, Co,dll). Sebagian besar penelitian yang dilakukan berkisar pada bahanbahan dan turunannya. (Buchmann,2001)
Material katoda yang sedang banyak dilakukan penelitian salah satunya
adalah senyawa phosphate (LiMPO4). Contoh dari senyawa ini adalah LiFePO4.
senyawa ini memiliki kestabilan yang baik pada temperature tinggi, relatif lebih
murah dibandingkan material katoda lainnya. Senyawa phosphate lainnya adalah
LiMnPO4 dan LiNiPO4. Material ini dilaporkan mampu menghasilkan voltase
yang tinggi, yaitu masing-masing 4.1 dan 5 V , lebih tinggi dibandingkan
LiFePO4 (3.5 V), namun sayangnya memiliki kapasitas energi yg rendah.
(Padhi,1997).Berbagai
cara
dilakukan
untuk
meningkatkan
konduktifitas
LiFePO4
LiMnPO4
LiNiPO4
LiCoPO4
Potential (V)
3,5
5,1
4,7
Specific capacity
169
160
140
170
10-9
<10-10
10-14
10-9
( mAh/g)
Konduktifitas
( S/cm)
Sumber : (Sanusi,2010)
Gambar 2.4. Ikatan partikel komposit baterai lithium ion (Liu et al. 2009)
Nilai
0.042 m
Hitam
1.75 g/cc
116 - 180 C
0.180 - 7.00 GPa
12.0 - 146 C
(2.1)
(2.2)
Dimana bagian nyata dari impedansi adalah resistansi (R) dan bagian imajiner
reaktansi (X). Dalam satuan SI adalah ohm.Dari nilai Z = Rtot ini, kita dapat
menentukan konduktifitas bahan dengan menggunakan persamaan :
R=
(2.3)
dengan
R
(2.4)
= konduktifitas (-1.cm-1)
potensial. Arus dapat dianggap sebagai respon sinyal terhadap potensial eksitasi.
Voltamogram yang dihasilkan merupakan kurva antara arus (pada sumbu Y )
versus potensial (sumbu X). Saat variasi potensial linear terhadap waktu, sumbu
horizontal dapat dianggap sebagi sumbu waktu, seperti yang diberikan Gambar
2.5
performa
sebuah
baterai
maka
diperlukan
pengujian
tegangan
nominal
baterai.
Menentukan
kapasitas
baterai
dengan
menggunakan persamaan :
C=Ixt
(2.4)
Dimana
C = kapasitas baterai (Ah)
I = Kuat arus (Ampere)
t = Waktu (hour)
Nilai charging, dalam ampere adalah sejumlah muatan yang diberikan
pada baterai persatuan waktu. Sedangkan discharging, dalam ampere adalah
sejumlah muatan yang digunakan kerangkaian luar (beban), yang diambil dari
baterai. Nilai charge-discharge ditentukan dengan mambagi kapasitas baterai
(Ah) dengan jam yang dibutuhkan untuk charging-discharging baterai. Nilai
charging dan discharging berpengaruh terhadap nilai kapasitas baterai. Jika
baterai di discharge sangat cepat (arus discharge tinggi) , maka sejumlah energi
yang digunakan oleh baterai
menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan kebutuhan suatu materi/ komponen
untuk reaksi yang terjadi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk bergerak
keposisi seharusnya. Hanya sejumlah reaktan yang diubah kebentuk lain, sehingga
energi yang tersedia menjadi berkurang. Jadi seharusnya arus discharge yang
digunakan sekecil mungkin, sehingga energi yang digunakan kecil dan kapasitas
baterai menjadi lebih tinggi.(Triwibowo, 2011)
Kapasitas baterai dimaksudkan sebagai besarnya energi listrik yang dapat
dikeluarkan baterai pada waktu tertentu, kapasitas baterai tergantung pada jenis
aktif material yang digunakan dan kecepatan reaksi elektrokimia saat baterai
digunakan atau diisi. Luas kontak permukaan antar material aktif juga akan
memperbesar kapasitas baterai. (Triwibowo,2011)