Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab kebutaan
dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan
penglihata ini dapat di cegah, namun bila diagnosis penyebab
ditetapkannya secara dini dan diobati secara memadai.
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang
dilalui
berkas
cahaya
menuju
retina.
Sifat
tembus
cahayanya
atau
keadaan
dehidrasi
relatif
jaringan
kornea,
perluasan
ulkus
dan
timbulnya
komplikasi
berupa
didiagnosis
atau
diterapi
secara
tidak
tepat
akan
B. Tujuan
i.
Tujuan umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
Ulkus Kornea
ii. Tujuan khusus
Asuhan keperawatan pada klien Ulkus Kornea
j)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I.
Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya
destruksi
(kerusakan)
pada
bagian
epitel
kornea.
1. Lapisan epitel
Tebalnya 50m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel plygonal
dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terliat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong kedepan menjadi lapisan sel sayap dan semakin maju
kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan
sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui
desmosom
dan
macula
okluden;
ikatan
ini
mmengabat
teratur
sedang
dibagian
perifer
serat
kolagen
ini
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas latar
belakang stroa kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan
membran asalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40m
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal,
besar 20-40 m . Endotel melekat pada membran descement
melalui hemidosom dan zonula okluden
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari
saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus
berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Bowman melepaskan selubung sehwanya. Bulbus krause
untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf
sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh - pembuluh darah limbus,
humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat
oksigen
sebagian
dipertahankan
oleh
besar
dari
strukturnya
atmosfir.
seragam,
Transparasi
kornea
avaskularitasnya
dan
deturgensinya.
III. Etiologi
Faktor penyebab antara lain :
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata
(insufiensi
air
mata,
sumbatan
saluran
lakrimal),
dan
sebagainya.
Asuhan keperawatan pada klien Ulkus Kornea
terhadap
stapilokokus
(ulkus
marginal),TBC,
penglihatan.
Bakteri
gram
positif
lebih
banyak
menjadi
woc
Infeksi esterogen
Trauma cahaya
Defisiensi vit A
Bakteri, jamur
achantamoeba
pertumbuhan epitel
Histologik yang
menunjukan nekrose
Infeksi kornea
Ulkus kornea
Peningkatan TIO
Peningkatan
pertumbuhan
pembulu arah
baru (neo
vasokularis )
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Pengobatan
menginfasi sampai
kemembran
Rupture kornea
Perforasi kornea
Jaringan parut
Perubahan korena
Menganggu
perjalan cahaya
Hipertermia
kemerahan
Gangguan body
image
Kornea opak
tidak teratur
Menganggu ketajaman
penglihatan
Kurang
pengetahuan
HDR
]
ansietas
Perubahan
persepsi
sensori
Kurang
pengetahuan
Isolasi diri
V. Klasifikasi
Ulkus kornea dibagi dalam bentuk:
1. Ulkus Kornea sentral meliputi :
a) Ulkus kornea oleh bakteri
Bakteri yang ditemukan pada hasil ulkus dari kornea tidak
ada faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul- betul
sehat) adalah
Streptokokok pneumonia
Streptokokok alfa hemolitik
Pseudomonas aeroginosa
Klebaiella pneumonia
Spesies moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya
adalah bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di
kelopak mata, kulit, sakus konjungtiva, atau rongga hidung pada
keadaan sistem barier kornea tidak menimbulkan infeksi. Bakteri
kelompok ini adalah :
Stafilokukkus epidermidis
Streptokokok beta hemolitik
Proteus
10
ini
prevalensinya
banyak
digantikan
oleh
oleh
streptook
viridans
lebih
sering
pyognes
walaupun
seringkali
dan
menyebabkan
perforasi
kornea,
karena
11
disertain
infiltrat
berbatas
tegas
tepat
eksotoksin
yang
menghambat
sistensis
12
Bakteri
pseudomonas
dapat
idup
dalam
13
tropis,
maka
faktor
ekologi
ikut
meberikan
kontribusi
Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak
mempunya ifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor
pencetus seperti eposure keratitis sika, pasca keratoplasti, keratits
herpes simplek dengan pemakaain kortikosteroid.
Pengobatan: pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila
memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensivitas
untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.
2. Ulkus marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat
berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu
atau banyak dan terdapat kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus
marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan
dengan penyakit rematik atau diabetes. Dapat juga terjadi bersama sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella,
basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat
dihubungkan dengan alergi teradap makaanan. Secara subjektif
penglihatan pasien ddengan ulkus marginal dapat enurun disertai rasa
sakit, larimasi dan fotofobia. Secara objektif terdapat blefarospasme,
injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus.
Pengobatan : pemberian kortikosteroi topikal akan sembuh dalam 3
hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi
stafilokok atau kuman lainna. Disensitisasi dengan toksoid stafilokus
dapat memberikan penyembuhan yang efektif.
A. Ulkus cincin
Merupakan
kornea
perifer
yang
dapat
mengenai
seluru
14
berjalan
progesif
ke
arah
sentral
tanpa
adanya
terkenai.
Penyebabnya
adalah
hipersensitif
terhadap
15
Pandangan kabur
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri: infilat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri jika
ulkus terdapat pada perifer kornea dan tiak disertai dengan
robekan lapisan epitel kornea.
2. Gejala objektif
Injeksi silier
Hilangnya sebagian kornea dan adanya infilrate
Hipopion
VII.
Komplikasi
Katarak
6) Glaukoma sekunder
VIII.
Pemeriksaan Diagnostik
16
memegang
atau
mengosok
gosok
mata
yang
meradang
Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang
bersih
Berikan analgetik jika nyeri
B. Penatalaksanaan medis
Pengobatan konstitusi
Karena ulkus biasanya timbul pada orang dengan keadaan
umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus
diperbaiki dengan makanan yang bergizi, uara yang baik,
lingkungan
yang
sehat,
pemberian
roboransia
yang
17
antibodi
dalam
badan
dan
menjadi
lekas
sembuh.
Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera
dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan
iobati sebaik -baiknya. Konjungtivitis, dakriosistitis harus diobati
dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorokan,
gigi atau tempat lain harus segera ddihilangkan
Infeksi pada mata harus diberikan :
Sulfas
atropine
sebagai
salap
atau
larutan,
18
Anti jamur
Terapi medika mentosa di indonesia terhambat oleh
terbatasnya
preparat
komersial
yang
tersedia
dibagi:
a) Jenis
jamur
yang
elum
diidentifikasi
yang
bukan
jamur
sejati:
superficial
tanpa
membuat
perlukaan
pada
membrane bowman
2) Tissue adhesive atau graf amnion multilayer
3) Flap konjungtiva
4) Patch graft dengan flap konjungtiva
5) Keratoplasti tembus
6) Fascia lata graft
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya ada keluhan pada penglihatan seperti :
penglihatan menurun, mata merah, adanya nyeri pada
daerah mata
sebelumnya,
myiopati,
retinopati
serta
2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran umum : biasanya composmentis
TTV :
tekanan darah
Denyut nadi
Suhu
Respirasi
b. Kepala :
20
P:
Nyeri
Pembengkakan kelopak mata
Pembuluh darah yang bengkak atau melebar pada
bagian putih mata, yang menyebabkan mata terlihat
merah (mata merah)
d. Hidung :
I : biasanya tidak mengalami kelainan
P : biasanya tidak mengalami kelainan
P : biasanya tidak mengalami kelainan
A: biasanya tidak mengalami kelainan
e. Telinga :
I : tidak ada kelainan anatomi, fungsi mendengar baik, tidak
ada peradangan dan pengeluaran sekret abnormal
P : biasanya tidak mengalami kelainan
P : biasanya tidak mengalami kelainan
A: biasanya tidak mengalami kelainan
f. Mulut :
I : biasanya tidak mengalami kelainan
P : biasanya tidak mengalami kelainan
P : biasanya tidak mengalami kelainan
A: biasanya tidak mengalami kelainan
g. Leher :
I : biasanya tidak mengalami kelainan
P: biasanya tidak mengalami kelainan
P: biasanya tidak mengalami kelainan
A: biasanya tidak mengalami kelainan
21
h. Dada :
I : biasanya anatomi tidak mengalami kelainan
P: biasanya tidak mengalami kelainan
P: biasanya tidak mengalami kelainan
A: biasanya tidak mengalami kelainan
i. Abdomen :
I : biasanya tidak mengalami kelainan
P: biasanya tidak mengalami kelainan
P: biasanya tidak mengalami kelainan
A: biasanya tidak mengalami kelainan
j. Ekstremitas atas dan bawah :
I : biasanya keseimbangan dan cara berjalan normal tapi
penuh hati-hati dan sedikit dibantu karena fungsi melihat
klien terganggu
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata atau snellen
b.
c.
d.
e.
f.
telebinokuler
(tes
ketajaman
4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri yang b.d trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi
bedah atau pemberian tetes mata dilator
b. Perubahan persepsi sensori : visual b.d kerusakan penglihatan
c. Resiko terhadap cidera yang b.d kerusakan penglihatan
d. Ketakutan atau ansietas b.d kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian
obat
e. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang b.d kerusakan
penglihatan
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan proses penyakit
5. Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan
NOC
NIC
22
1.
Kontrol nyeri
trauma, peningkatan
dengan kriteria
TIO, inflamasi
hasil:
Mampu
Pain level :
Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
mengontrol
termasuk lokasi,
dilator
nyeri (tahu
karakteristik, durasi,
penyebab
frekuensi, kualitas
nyeri, mampu
mengunakan
teknik
verbal dari
nonfarmakologi
ketidaknyamanan
Pastikan pasien
untuk
mendapatkan
mengurangi
perawatan dengan
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan
keluarga untuk
bahwa nyeri
mencari dan
berkurang
menemukan
dengan
menggunakan
yang dapat
nyeri
Mampu
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruagan,
pencahayaan dan
nyeri ( skala,
intensitas,
kebisingan
Kurangi faktor
prespitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber
frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan
nyeri untuk
rasa nyaman
menentukan
setelah nyeri
intervensi
Ajarkan tentang
berkurang
Asuhan keperawatan pada klien Ulkus Kornea
dukungan
Kontrol lingkungan
manajemen
mengenali
analgesic
Bantu pasien dan
23
Tanda vital
teknik
dalam rentang
nonfarmakologi :
normal
Tidak
napas dalam,
mengalami
gangguan tidur
dingin
relaksasi, distraksi,
Comfort level
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
2.
Perubahan persepsi
Pasien mampu
beradaptasi
kali
Aktivitas :
Perkenalkan pasien
dengan
lingkungannya
Beritahu pasien
menerima dan
untuk
mengatasi
mengoptimalkan alat
sesuai dengan
keterbatasan
tidak mengalami
penglihatan
Menggunakan
gangguan
Kunjungi dengan
24
penglihatan
sering untuk
menentukan
indra lainnya
kebutuhan dan
secara adekuat
Kontrol
menghilangkan
intesitas cemas
eliminasi tanda
terdekat dalam
cemas
Menggunakan
perawatan dan
strategi koping
ansietas
Libatkan orang
efektif
Menggunakan
teknik relaksasi
aktivitas
Kurangi bising dan
berikan istirahat
untuk menekan
yang seimbang
Pantau tingkat
kesadaran pasien
kecemasan
Pantau dan
dokumentasikan
perubahan status
pasien
3.
mengalami injury
penglihatan
dengan kriteria
hasil:
Klien terbebas
dari cidera
Mampu
Aktivitas :
Sediakan lingkungan
yang aman untuk
kebutuhan keamanan
pasien, sesuai
dengan kondisi fisik
memodifikasi
gaya hidup
untuk
penyakit terdahulu
mencegah
injury
pasien
Identifikasi
pasien
Menghindarkan
25
Menggunakan
lingkungan yang
fasilitas
berbahaya (misalnya
kesehatan
memindahkan
yang ada
perabotan)
Memasang side rail
tempat tidur
Menyediakan tempat
tidur yang nyaman
dan bersih
Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau
pasien
Membatasi
pengunjung
Memberikan
penerangan yang
cukup
Menganjurkan
keluarga untuk
menemani pasien
Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan
barang-barang yang
dapat
membahayakan
4.
Ketakutan atau
a. Kontrol
Anxiety reduvtion
ansietas b.d
kecemasan
b. Koping
(penurunan kecemasan)
Gunakan pendekatan
yang menyenangkan
26
pemahaman
dengan krteria
mengenai perawatan
hasil :
pasca operatif,
pemberian obat
jelas harapan
Klien mampu
terhadap pelaku
mengidentifika
si dan
n gejala cemas
Mengidentifikas
yang dirasakan
selama prosedur
Temani pasien untuk
mengungkapka
memberikan
n dan
keaqmanan dan
menunjukan
mengurangi takut
Berikan informasi
teknik untuk
faktual mengenai
mengontrol
cemas
Vital sign
dalam batas
diagnosis, tindakan
tubuh, ekspresi
prognosis
Libatkan keluarga
untuk mendampingi
normal postur
klien
Instruksikan pada
wajah, bahasa
pasien untuk
tubuh dan
menggunakan teknik
tingkat
aktivitas
menunjukan
kekurangan
pasien
Jelaskan semua
mengungkapka
i,
Nyatakan dengan
kecemasan
Mempertahank
relaksasi
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Indektifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
an hubungan
mengenal situasi
sosial dan
yang ,enimbulkan
fungsi peran
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
27
opoersaan,
5.
Potensial terhadap
kurang perawatan diri
yang b.d kerusakan
penglihatan
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian
Klien terbebas
mandiri
Monitor kebutuhan
kenyamanan
terhadap
bantu untuk
kemampuan
kebersihan diri,
untuk
berpakaian, berhias,
melakukan
ALDS (activity
of daily living)
Dapat
melakukan
ALDS dengan
melakukan aktivitas
bantuan
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki
Dorong untuk
melakukan secara
mandiri tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya
Ajarkan klien atau
keluarga untuk
28
mendorong
kemandirian untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya
Berikan aktivitas
rutin sehari-hari
sesuai kemampuan
Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan
6.
Kurang pengetahuan
A. Knowledge :
b.d kurangnya
informasi mengenai
perawatan diri dan
disease
process
B. Knoeledge :
aktivitas sehari-hari
Knowledge : disease
process
Kaji tingkat
pengetahuan pasien
healthy
proses penyakit
behavior
dan keluarga
Jelaskan patofisiologi
dan penyakit dan
bagaimana hal ini
Pasien menunjukan
berhubungan dengan
pengetahuan tentang
proses penyakit
dengan kriteria
hasil :
Pasien dan
keluarga
menyatakan
penyakit dengan
pemahaman
tentang
penyakit,
tepat
Gambarkan tanda
kondisi,
Asuhan keperawatan pada klien Ulkus Kornea
29
prognosis, dan
program
pengobatan
Pasien dan
kemungkinan
keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
yang tepat
Sediakan bagi
secar benar
Pasien dan
keluarga informasi
keluarga
tentang kemajuan
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
yang tepat
Diskusikan pilihan
perawat atau
mengekspolarasi
tim kesehatan
atau mendapatkan
lainnya
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
Ekspolarasi
kemungkinan sumber
atau dukungan
dengan cara yang
tepat
30
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Andi,
laki laki berusia 10 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada mata,
pembengkakan pada kelopak mata, mata memerah dengan penglihatan turun perlahan
dan disertai dengan adanya bercak berwarna putih pada mata kanan. Pada awalnya pasien
mengeluhkan mata merah sebelah kanan sejak 4 hari sebelum masuk RSUD , keluhan
mata merah setelah pasien terkena kail pancing pada mata kanannnya. Sehari setelah
kejadian pasien mengatakan mata kanannya terasa sakit dan perih disertai rasa gatal,
kemudian pasien sempat mengucek ngucek matanya dan meneteskan obat tetes mata
tetapi keluhan tersebut tidak ada perubahan.
Dua hari kemudian setelah pasien terkena kail pancing tersebut keluhan mata merah tidak
juga berkurang, kemudian pandangan menjadi kabur dan tidak dapat melihat jelas disertai
adanya bercak berwarna putih pada mata kanan bagian depan. Keesokan harinya
pandangan lama-kelamaan makin kabur dan mata terasa silau kemudian pasien dibawa ke
puskesmas dan dari puskesmas pasien dirujuk ke RSUD untuk mendapat pengobatan
lebih lanjut.
Pada saat ditanya riwayat sebelumnya pasien mengatakan tidak pernah mengalami gejala
31
serupa. Klien juga tidak pernah mengalami sakit mata sebelumnya. Ibu pasien
mengatakan, pasien memiliki alergi obat yaitu antibiotic berupa Amoxilin, dan
Ciprofloxasin. Pada riwayat keluarga pasien juga tidak ada yang memiliki keluhan atau
gejala serupa dengan keluhan sakit mata pada keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
nadi 96x/I, pernapasan 24x/menit, dan suhu 36,9C. pemeriksaan status generalis dalam
batas normal dan tampak adanya kelainan.
Pada pemeriksaan status oftalmologis didapatkan adanya kelainan pada okuli dextra
dimana didapatkan visus 1/300, conjungtiva palpebra hiperemis, sclera terdapat adanya
siliar injeksi, kornea berwarna keruh disertai dengan adanya ilfiltrat serta . pada pasien
dilakukan pemeriksaan slit lamp didapatkan hasil adanya kerusakan pada membrane
bowman . kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium darah , hasil didapatkan darah
dalam batas normal dan pemeriksaan mikrobiogi kerokan kornea (swab cornea) dengan
pewarnaan KOH 10% dan pengecatan gram tidak didapatkan jamur ataupun bakteri
gram positif dan negative. Klien diberikan terapi non medikamentosa berupa edukasi
untuk beristirahat denga cukup ,disarankan untuk membersihkan secret 4 kali sehari ,dan
terapi ,medikamentosa berupa antibiotic topical, antibiotic sistemik (cefadroxil) 2x5500
mg selama 5 hari, asam mefenamat tablet 3x500 mg.
I.
PENGKAJIAN
a) Anamnesa
Identitas klien :
a. Nama
: Andi
b. Umur
: 10 tahun
c. Jenis kelamin : laki-laki
b) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Klien mengeluh keluhan nyeri pada mata , pembengkakan
pada kelopak mata , mata memerah
dengan penglihatan
32
II.
Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum : compos mentis
TTV : Denyut nadi \ : 96x/i
Suhu
: 36,9c
b. Kepala
I : P : P : A: c. Mata
I : mata memerah, adanya bercak putih pada kornea mata kanan klien
P
: nyeri, pengkakan kelopak mata, pembuluh darah yang bengkak
atau melebar pada bagian putih mata yang enyebabkan mata
memerah
d. Hidung
I :P :-
33
P :A:e. Telinga
I : tidak ada kelainan anatomi, fungsi mendengar baik, tidak ada
inflamasi,
P :P :A:f. Mulut
I :P :P :A:g. Leher
I :P :P :A:h. Dada
I :P :P :A:-
i. Abdomen
I :P :P :A:j. Ekstremitas atas dan bawah :
I : cara berjalan klien normal tapi penuh hati-hati dan sedikit dibantu
karena fungsi melihat klien terganggu
III.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : normal
b. pemeriksaan status oftalmologis : okuli dextra visus 1/300,
conjungtiva palpebra hiperemis, sclera terdapat adanya siliar
injeksi, kornea berwarna keruh disertai dengan adanya ilfiltrat
Penatalaksanaan
34
Analisa Data
Nama klien
: Andi
Ruang rawat
No. MR
NO
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
35
1.
Ds :
Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada
mata
Klien
mengeluh
mata
adanya
matanya
terasa gatal
Klien mengatakan
matanya
Trauma,
peningkatan TIO,
inflamasi
intervensi bedah
atau
pemberian
sakit
Do :
palpebra
hiperemis
adanya kelainan pada okuli
dextra dimana didapatkan visus
1/300
36
2.
Ds :
klien mengatakan mengucek-
Ansietas
Kerusakan
sensori
dan
kurangnya
trauma
klien mengatakan meneteska
pemahaman
perawatan pasca
mengenai
klien
operatif,
pemberian obat
Do :
No
Diagnosa
Tgl
keperawatan
ditegakka
TTD
Tgl teratasi
TTD
n
1.
Nyeri
b.d
Trauma, 24
maret
31
Maret
37
peningkatan
inflamasi
TIO, 2016
2016
intervensi
bedah
atau
Ansietas
b.d 24
Maret
31
Maret
2016
kurangnya
pemahaman
mengenai
perawatan
pasca
operatif,
pemberian obat
: Andi
Ruang rawat :
No. MR
NO
DIAGNOSA
NOC
NIC
KEPERAWATAN
38
1.
Nyeri
b.d
peningkatan
Manajemen kesakitan
Aktivitas :
1.
Lakukan pengakajian
bedah
atau
nyeri (tahu
nyeri secara
pemberian
obat
penyebab nyeri,
komprehensif
mampu
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
mengunakan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
2.
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nonverbal dari
3.
untuk mengatahui
dengan
pengalaman nyeri
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
4.
intensitas, frekuensi
5.
respons nyeri
Evaluasi pengalaman
6.
nyaman setelah
pasien
Kaji kultrul yang
mempengaruhi
nyeri ( skala,
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
nyeri berkurang
faktor presifasi
Observasi reaksi
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
7.
lampau
Bantu pasien dan
gangguan tidur
keluarga untuk
mencari dan
Tingkat Nyeri
Melaporkan nyeri (1/3)
Persentase tubuh yang
yang dapat
dipengaruhi (1/3)
Merintih dan Menangis
(1/3)
8.
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan
mempengarui nyeri
39
percahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
nyeri (1/3)
Gelisah (1/3)
Perubahan frekuensi nadi
9.
(1/3)
Perubahan tekanan
penanganan nyeri
11. Kaji tipe dan sumber
darah (1/3)
Perubahan ukuran pupil
(1/3)
presivitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
nyeri untuk
menentukan intervesi
12. Ajarkan tentang teknik
nonformakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istrirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajement nyeri
18. Pemberian analgesic
19. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
20. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
21. Cek riwayat alergi
22. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
40
Ansietas
b.d
Kerusakan
dan
sensori
kurangnya
Anxiety reduvtion
kecemasan
d. Koping
(penurunan
pemahaman
kecemasan)
Gunakan
krteria hasil :
mengenai
perawatan
c. Kontrol
pasca
pendekatan yang
Klien mampu
menyenangkan
Nyatakan dengan
operatif, pemberian
mengidentifikasi
obat
dan
jelas harapan
mengungkapkan
terhadap pelaku
gejala cemas
Mengidentifikasi,
pasien
Jelaskan semua
mengungkapkan
Asuhan keperawatan pada klien Ulkus Kornea
41
dan menunjukan
teknik untuk
yang dirasakan
mengontrol cemas
Vital sign dalam
selama prosedur
Temani pasien
untuk memberikan
tubuh, ekspresi
keaqmanan dan
wajah, bahasa
tubuh dan tingkat
mengurangi takut
Berikan informasi
aktivitas
faktual mengenai
menunjukan
diagnosis, tindakan
kekurangan
prognosis
Libatkan keluarga
kecemasan
Mempertahankan
hubungan sosial
dan fungsi peran
untuk
mendampingi klien
Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan
teknik relaksasi
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Indektifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi
yang ,enimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
opoersaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian
obat anti cemas
42
Catatan Perkembangan
No.
Hari/ tanggal
DX
1.
Jumat/24
Jam
Implementasi
Hari/tgl/Jam
Evaluasi
11.00
Maret 2016
13.00
14.00
Mengkaji skala
=7
Mengobservasi
keadaan umum
15.00
pasien
Memberi obat
asam mefanamat
tablet
Mengukur TTV:
S : pasien mengatakan
masih merasakan nyeri
pada mata sebelah kanan
O : skala nyeri = 4
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
43
17.00
19.00
19.30
nyeri = 5
Memberikan posisi
yang nyaman
Mengajarkan
teknik visualisasi
20.00
22.00
mengatahui
pengalaman
nyeri pasien
Evaluasi
pengalaman
nyeri masa
lampau
Evaluasi
kepada pasien
bersama
untuk mengurangi
pasien dan
nyeri
Operan dengan
tim kesehatan
dinas malam
Mengkaji skala
ketidakefektif
nyeri = 4
Memberikan asam
nyeri masa
mefanamat 1 tab
Memberikan posisi
dan keluarga
yang nyaman
Menganjurkan
pasien untuk
dan
istirahat
menemukan
21.00
21.30
untuk
TD : 110/70
RR : 20x/i
HR : 80x/i
T : 36,9C
Mengkaji skala
lain tentang
an kontrol
lampau
Bantu pasien
untuk mencari
dukungan
Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengarui
nyeri seperti
suhu ruangan
percahayaan
dan
kebisingan
Kurangi faktor
presivitasi
nyeri
44
Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
2.
11.30
Menentukan
ketajaman
penglihatan
pasien :
ketajaman mata
P : intervensi dilanjutkan :
sedangkan
12.00
S : pasien mengatakan
sebelah kanan
klien
kurang baik,
tehadap
terdapat trauma
insisi
Mengobservasi
tanda dan gejala
12.30
disorientasi Andi
tidak mampu
14.30
Orientasikan
lingkungan
Observasi
tanda-tanda
disorientasi.
memenuhi
kebutuhan secara
mandiri, harus
16.00
memerlukan
bantuan perawat
dan keluarga
Menganjurkan
keluarga berada
dekat dengan
pasien
Memberikan posisi
yang nyaman bagi
pasien
Meletakkan
45
barang-barang
yang dibutuhkan
dekat pasien
BAB V
PENUTUP
46
1. KESIMPULAN
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea.
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada
benda
asing
dan
dengan
air
mata
atau
penyakit
yang
menyadari
kesempurnaan
maka
makalah
disarankan
ini
belumlah
kepada
mencapai
pembaca
untuk
47
48