You are on page 1of 18

A.

Anatomi Sistem Muskuler

Filamen aktin biasanya berhubungan dengan myosin yang mana bertanggung jawab
untuk berbagai pergerakan sel. Myosin adalah prototipe dari penggerak molekuler - sebuah
protein yang mengubah energi kimia dalam bentuk ATP menjadi energi gerak yang
menghasilkan kekuatan dan pergerakan. Kebanyakan pergerakan umumnya adalah kontraksi
otot yang memberi model untuk memahami interaksi aktin dan myosin dan aktivitas
penggerak dari molekul myosin. Bagaimanapun juga, interaksi aktin dan myosin tidak hanya
bertanggung jawab pada kontraksi otot tetapi juga untuk berbagai pergerakan sel non otot
termasuk pembelahan sel. Sehingga interaksi diataranya memerankan peran yang penting di
biologi sel. Lebih jauh, sitoskeleton aktin bertanggung jawab untuk pergerakan lambat sel
menyeberangi permukaan yang terlihat digerakkan secara langsung oleh polimerisasi aktin
dengan baik oleh intreaksi aktin - myosin.
Pendahuluan
Sel otot merupakan sel yang terspesialisasi untuk satu tugas, kontraksi dan spesialisasi
ini berada dalam struktur dan fungsi yang membentuk otot, prototipe untuk mempelajari
pergerakan pada tingkat sel dan molekuler. Terdapat 3 jenis otot pada vertebrata yaitu : otot
rangka yang berperan untuk semua pergerakan yang sadar. Otot jantung yang memompa
darah dari jantung serta otot polos yang berperan untuk pergerakan yang tak sadar dari organ
seperti lambung, intestine, uterus dan pembuluh darah. Pada otot rangka dan jantung elemen
kontraktil sitoskeleton terdapat pada susunan teratur yang memunculkan pola karakteristik
dari garis yang berseling. Berikut adalah karakterisasi struktur pada otot rangka :
Otot rangka diikat oleh serabut otot yang merupakan sel tunggal yang besar yang
dibentuk dari penggabungan banyak sel tunggal selama perkembangannya. Kebanyakan pada
sitoplasma terdiri dari myofibril yang merupakan serabut silindris dari 2 tipe filamen :
filamen tebal myosin (d = 15 nm) dan filamen tipis aktin (d = 7 nm). Setiap myofibril diatur
sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer yang berperan pada kenampakan garis
dari otot rangka dan jantung.
Sarkomer terdiri dari beberapa daerah yang dapat terlihat secara jelas menggunakan
mikroskop elektron. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z. Di dalam tiap sarkomer, daerah
gelap (disebut daerah A karena mereka anisotropik ketika dilihat dengan cahaya terpolarisasi)
berseling dengan daerah terang (disebut daerah I karena isotropik). Daerah-daerah ini
berhubungan dengan kehadiran atau ketidakhadiran filamen myosin. Daerah I hanya terdiri
dari filamen yang tipis : aktin. Sedangkan daerah A terdiri dari filamen yang tebal : myosin.
Filamen myosin dan aktin tumpang tindih di daerah tepi dari daerah A, sedangkan daerah

tengah (disebut zona H) hanya terdiri dari myosin. Filamen aktin diikat pada ujung positifnya
pada garis Z yang termasuk penghubung protein -actinin. Filamen myosin terjangkar pada
garis M di bagian tengah sarkomer.
Penambahan 2 protein (titin dan nebulin) juga berkontribusi pada struktur sarkomer dan
stabilitasnya. Titin adalah protein yang besar dan molekul titin tunggal memanjang dari garis
M sampai garis Z. Molekul titin yang panjang diduga menyerupai pegas yang menjaga
filamen myosin tetap berada di pusat sarkomer dan memelihara tegangan yang membuat otot
akan menyentak jika terlalu panjang. Filamen nebulin berhubungan dengan aktin dan diduga
untuk meregulasi kumpulan filamen aktin dengan bertindak sebgai pembatas yang
menentukan panjangnya.

B. Mekanisme Kontraksi Otot dan Relaksasi Otot


Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen yang pertama
kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge dan oleh Hugh
Huxley dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan
garis Z menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan
zona H hampir tidak terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang
bergeser melewati satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan
zona H. Kontraksi otot dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin dan
myosin yang menghasilkan pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar molekuler untuk
interaksi ini adalah ikatan myosin ke filamen aktin menyebabkan myosin berfungsi sebagai
penggerak pergeseran filamen.
Tipe myosin yang terdapat pada otot (myosin II) adalah jenis protein yang besar
(sekitar 500 kd) yang terdiri dari dua rantai berat yang identik dan dua pasang rantai ringan.
Setiap ikatan gelap terdiri atas gugus kepala globuler dan ujung -heliks yang panjang. Ujung
-heliks dari dua rantai berat yang kembar di sekitar satu sama lain di dalam struktur
gulungan untuk membentuk dimer dan dua rantai ringan yang terhubung dengan bagian leher
tiap gugus kepala untuk membentuk molekul myosin yang komplet.
Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu molekul myosin yang berhubungan dalam
pergiliran pararel disusun oleh interaksi diantara ujung-ujungnya. Kepala globuler myosin
mengikat aktin membentuk jembatan diantara filamen tebal dan tipis. Ini penting dicatat
bahwa orientasi molekul myosin pada filamen tipis berkebalikan pada garis M sarkomer.
Polaritas filamen aktin sama berkebalikan pada garis M sehingga orientasi filamen aktin dan

myosin adalah sama pada kedua bagian sarkomer. Aktivitas penggerak myosin memindahkan
gugus kepalanya sepanjang filamen aktin pada arah ujung positif. Pergerakan ini mengegeser
filamen aktin dari kedua sisi sarkomer terhadap garis M, memendekkan sarkomer dan
menyebabkan kontraksi otot. Penambahan ikatan aktin, kepala myosin mengikat dan
kemudian menghidrolisis ATP yang menyediakan energi untuk menggerakkan pergeseran
filamen. Pengubahan energi kimia untuk pegerakan ditengahi oleh perubahan bentuk myosin
akibat pengikatan ATP. Model ini secara luas diterima bahwa hidrolisis ATP mengakibatkan
siklus yang berulang pada interaksi diantara kepala myosin dan aktin. Selama tiap siklus,
perubahan bentuk pada myosin mengakibtkan pergerakan kepala myosin sepanjang filamen
aktin.
Walaupun mekanisme molekuler masih belum sepenuhnya diketahui, model yang
diterima secara luas untuk menjelaskan fungsi myosin diturunkan dari penelitian in vitro
tentang pergerakan myosin di sepanjang filamen aktin (oleh James Spudich dan Michael
Sheetz) dan dari determinasi struktur 3 dimensi myosin (oleh Ivan Rayment dan koleganya).
Siklus dimulai dari myosin (tanpa adanya ATP) yang berikatan dengan aktin. Pengikatan ATP
memisahkan kompleks myosin-aktin dan hidrolisis ATP kemudian menyebabkan perubahan
bentuk di myosin. Perubahan ini mempengaruhi daerah leher myosin yang terikat pada ikatan
terang yang bertindak sebagai lengan pengungkit untuk memindahkan kepala myosin sekitar
5 nm. Produk hidrolisis meninggalkan ikatan pada kepala myosin yang disebut posisi
teracung. Kepala myosin kemudian mengikat kembali filamen aktin pada posisi baru,
menyebabakan pelepasan ADP + Pi yang menggerakkannya.
Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat
a.

digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai berikut :


Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1 myosin menghidrolisis ATP menjadi
ADP dan Pi, namun kedua produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah

b.

mendapatkan energi dan berada dalam bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi tinggi.
Kalau kontraksi otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin akan

menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi.


c. Pembentukan kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan.
Peristiwa ini diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang besar
pada kepala myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan menarik
aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan kekuatan
(power stroke). Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang ditunjukkan
dengan kompleks aktin-myosin.
d. Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-myosinATP.

e.

Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan demikian
aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan kunci dalam relaksasi dan bergantung
pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin-myosin.

Jadi, hidrolisis ATP digunakan untuk menggerakkan siklus tersebut dengan cara cetusan
kekuatan yang sebenarnya berupa perubahan bentuk kepala S1 yang terjadi setelah pelepasan
ADP.
Kontraksi otot rangka digerakkan oleh impuls syaraf yang merangsang pelepasan
Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik (jaringan khusus membran internal yang mirip dengan
retikulum endoplasma yang menyimpan ion Ca 2+ dengan konsentrasi yang tinggi). Pelepasan
Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik meningkatkan konsentrasi Ca2+ di sitosol kira-kira dari 107

menjadi 10-5 M. Berikut kerja retikulum sarkoplasma mengatur kadar ion Ca2+ intraselular

dalam otot rangka :


Dalam sarkoplasma otot yang tengah istirahat, kontraksi ion Ca 2+ adalah 10-7-108

mol/L. Keadaan istirahat tercapai karena ion Ca2+ dipompakan ke dalam retikulum

sarkoplasma lewat kerja sistem pengangkutan aktif yang dinamakan Ca 2+ ATPase yang
memulai relaksasi. Retikulum sarkoplasma merupakan jalinan kantong membran yang halus.
Di dalam tretikulum sarkoplasma, ion Ca2+ terikat pada protein pengikat Ca2+ yang spesifik
yang disebut kalsekuestrin. Sarkomer dikelilingi oleh membran yang dapat tereksitasi (sistem
tubulus T) yang tersusun dari saluran transversal (T) yang berhubungan erat dengan
retikulum sarkoplasma.

Ketika membran sarkomer tereksitasi oleh impuls syaraf, sinyal yang ditimbulkan
disalurkan ke dalam sistem tubulus T dan saluran pelepasan ion Ca 2+ dalam retikulum
sarkoplasma di sekitarnya akan membuka dengan cepat serta melepaskan ion Ca 2+ ke dalam
sarkoplasma dari retikulum sarkoplasma. Konsentrasi ion Ca 2+ dalam sarkoplasma meningkat
dengan cepat hingga 10-5 mol/L. Tempat pengikatan Ca2+ pada TpC dalam filamen tipis
dengan cepat diduduki oleh Ca2+. Kompleks TpC- 4 Ca2+ berinteraksi dengan TpI dan TpT
untuk mengubah interaksinya dengan tropomyosin ini. Jadi, tropomyosin ini hanya keluar
dari jalannya atau mengubah bentuk F aktin sehingga kepala myosin ADP-Pi dapat
berinteraksi dengan F aktin untuk mengawali siklus kontraksi.
Peningkatan konsentrasi ion Ca2+ memberi sinyal kontraksi otot melalui gerakan
prekursor protein yang terikat pada filamen aktin : tropomyosin dan troponin. Tropomyosin
adalah protein serabut yang terikat di sepanjang alur filamen aktin. Pada otot lurik, tiap
molekul tropomyosin terikat pada troponin yang merupakan komplek 3 polipeptida: troponin
C (mengikat Ca2+), troponin I (inhibitor), dan troponin T (mengikat tropomyosin). Ketika
konsentrasi Ca2+ rendah, kompleks troponin dengan tropomyosin menghalangi kontraksi
aktin dan myosin sehingga otot tidak berkontraksi. Pada konsentrasi ion Ca 2+ tinggi,
Ca2+ terikat pada troponin C menggeser posisi kompleks dengan mengganti posisi inhibisi
dan mengakibatkan proses kontraksi terjadi.

Mekanisme Relaksasi Otot.


Relaksasi terjadi kalau :
a. Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat dari pelepasannya
kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase.

b. TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+


c. Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi selanjutnya kepala
myosin- F aktin.
d. Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin.
Dengan demikian ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang
diantarai di dalam otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin.
Ion Ca2+ Memerankan Peranan Sentral Dalam Pengaturan Kontraksi Otot.
a. Pengaturan berdasarkan aktin (terdapat dalam otot lurik)
Pengaturan berdasarkan aktin terdapat pada otot rangka serta jantung vertebrata yang memiliki
corak yang sama, lurik. Satu-satunya faktor yang potensial untuk membatasi proses
pengaturan dalam siklus kontraksi otot kemungkinan adalah ATP. Sistem otot rangka
dihambat pada saat istirahat; penghambatan ini dihilangkan untuk mengaktifkan kontraksi.
Faktor penghambat otot lurik adalah sistem troponin yang terikat dengan tropomyosin dan F
aktin dalam filamen tipis. Dalam otot lurik tidak terdapat kontrol kontraksi kecuali sistem
troponin-tropomyosin

terdapat

bersama-sama

dengan

filamen

aktin

dan

myosin.

Tropomyosin terletak di sepanjang alur F aktin dan 3 buah kompleks troponin yaitu TpT,
TpC, dan TpI. TpI mencegah ikatan kepala myosin dengan tempat pelekatan F aktin melalui
perubahan bentuk F aktin via molekul tropomyosin atau hanya melalui pengguliran
tropomyosin ke dalam posisi yang merintangi langsung tempat melekatnya kepala myosin
pada F aktin. Kedua cara tersebut mencegah pengaktifan enzim ATPase myosin yang terjadi
dengan perantaraan pengikatan kepala myosin pada F aktin. Dengan cara demikian, sistem
TpI menghalangi siklus kontraksi.
b. Pengaturan berdasarkan myosin (terdapat dalam otot polos)
Otot polos mempunyai struktur molekuler yang serupa dengan struktur molekuler otot lurik
kendati sarkomernya tidak segaris. Otot polos mengandung molekul -aktinin dan
tropomyosin sebagaiman halnya otot lurik. Otot polos tidak memiliki sistem troponin dan
rantai ringan myosin otot polos berbeda dengan otot lurik. Sekalipun begitu, kontraksi otot
polos juga diatur oleh ion Ca2+. Berikut mekanisme kontraksi pada otot polos:
i.
Fosforilasi rantai tipis-p myosin memulai kontraksi otot polos
Myosin otot polos mengandung rantai ringan-p yang mencegah pengikatan kepala myosin pada F
aktin. Rantai tipis-p harus mengalami fosforilasi dahulu sebelum memungkinkan pengaktifan
myosinATPase oleh F aktin. Kemudian aktivitas ATPase akan menyebabkan hidrolisis ATP.
Fosfat pada rantai ringan myosin dapat membentuk khelasi dengfan ion Ca2+ yang terikat
pada kompleks tropomyosin-TpC-aktin sehingga terjadi peningkatan kecepatan pembentukan
jembatan silang antara kepala myosin dengan aktin. Fosforilasi rantai ringan-p memulai
siklus kontraksi pelekatan-pelepasan pada otot polos.

ii.

Enzim kinase rantai myosin diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+ dan kemudian

melakukan fosforilasi rantai tipis-p.


Sarkoplasma otot polos mengandung enzim kinase rantai ringan myosin yang
bergantung kalsium. Aktivasi ion Ca2+ pada enzim kinase rantai ringan memerlukan
pengikatan kalmodulin Ca2+. Enzim kinase rantai ringan yang diaktifkan oleh kalmodulin 4
Ca2+ melakukan fosforilasi rantai ringan-p yang kemudian akan berhenti menghambat
interaksi myosin-F aktin. Siklus kontraksi kemudian dimulai.

C. Mekanisme Kelelahan Otot

Kelelahan otot merupakan perasaan lelah yang terjadi pada otot-otot tubuh akibat kekurangan
energi atau kekuatan pada otot. Kondisi tersebut mengharuskan otot untuk mendapatkan
istirahat.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, kelelahan otot merupakan istilah digunakan untuk
menunjukkan penurunan sementara kapasitas organ otot untuk melakukan kegiatan fisik.
Kelelahan otot dapat juga diartikan sebagai penurunan kekuatan maksimal atau kapasitas
daya otot.

Kelelahan otot dapat diketahui dalam sinyal


EMG sebagai peningkatan amplitudo dan penurunan frekuensi spektral karakteristik.
Biasanya sensasi kelelahan yang terjadi adalah perubahan kesadaran dalam sistem kontrol
homeostasis bawah sadar.
Sebuah hasil penelitian yang menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI)
untuk menentukan hubungan antara perasaan kelelahan mental dan tingkat oksigen dalam
darah menunjukkan respon otak tergantung pada tugas kognitif. Kelelahan otot dapat
mempengaruhi sistem motorik, persepsi atau penurunan fungsi mental, dapat juga
menggambarkan penurunan secara bertahap kapasitas kekuatan otot atau titik akhir dari

kegiatan yang berkelanjutan, dan dapat diukur sebagai pengurangan otot, perubahan aktivitas
elektromiografi atau kelelahan fungsi kontraktil.
Kelelahan otot dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Kelelahan sistem pusat, yaitu kelelahan yang terjadi di sistem saraf pusat. Hal ini
disebabkan oleh kegagalan sistem saraf pusat dalam menghasilkan jumlah serta
mengaktifkan sel motorik yang terlibat dalam kontraksi otot. Dengan berkurangnya
jumlah dan frekuensi aktifnya sel motorik menyebabkan kemampuan kontraksi otot
menjadi berkurang.
2. Kelelahan perifier, yaitu kelelahan yang terjadi di luar sistem saraf pusat. Hal ini
disebabkan ketidakmampuan otot untuk melakukan kontraksi dengan maksimal
sebagai akibat dari beberapa faktor diantaranya gangguan kemampuan saraf,
kemampuan mekanik kontraksi otot, serta ketersediaan energi untuk melakukan
kontraksi.
B. Mekanisme Kelelahan Otot
Manifestasi dari kelelahan otot seperti yang diamati saat terjadinya penurunan kemampuan
untuk menghasilkan kekuatan setelah melakukan kegiatan secara intens. Jika kegiatan itu
terus dilakukan, akan mengakibatkan kelemahan yang berkelanjutan yang dapat bertahan
selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Aktivitas dapat mengikat tekanan yang
berat pada berbagai sistem organ tubuh, sehingga hal tersebut mengakibatkan penurunan
fungsi dan kinerja pada beberapa jaringan dan sel tubuh.
Dalam keadaan tersebut, pemanfaatan adenosin triphosphate (ATP) akan dipercepat secara
dramatis dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan energi dari proses utama yang terlibat
dalam eksitasi dan kontraksi. Untuk mempertahankan tingkat ATP, akan dibutuhkan transfer
fosfat berenergi tinggi, glikolisis dan fosforilasi oksidatif. Dengan tingkat aktivitas yang
intens, produksi ATP tidak dapat mencocokkan tingkat pemanfaatan ATP, dan pengurangan
ATP terjadi disertai dengan akumulasi berbagai metabolisme oleh ion hidrogen, fosfat
anorganik, AMP, ADP dan IMP yang diyakini mengganggu Na + / K + keseimbangan, Ca2 +
motorik dan interaksi actomyosin, sehingga hal tersebut mengakibatkan kelelahan pada otot-

otot. Jenis kelelahan sering disebut sebagai metabolisme. Penghentian aktivitas dan
normalisasi energi sangat bermanfaat dalam rangka pemulihan kekuatan otot.
Melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi juga dapat menyebabkan penipisan substrat
intraseluler dan glikogen. Dimana glikogen merupakan bahan bakar dasar yang digunakan
untuk mempertahankan kedua glikolisis dan fosforilasi oksidatif. Saat glikogen habis karena
suatu aktivitas, maka kelelahan otot pun akan terjadi.
Kegiatan yang intens juga bisa menyebabkan kelelahan non-metabolik dan kelemahan
sebagai konsekuensi dari gangguan pada struktur internal yang dimediasi oleh tingkat
kekuatan tinggi. Jenis gangguan yang paling mencolok setelah melakukan aktivitas otot
eksentrik dapat ditandai dengan disorientasi myofibrillar dan kerusakan pada kerangka
sitoskeletal. Aktivitas yang menggunakan tingkat kekuatan tinggi dapat meningkatkan
kerusakan otot yang semakin lama akan semakin memburuk.
Melakukan aktivitas yang membutuhkan tenga ekstra mengakibatkan kebutuhan frekuensi
serat otot dan unit motor semakin tinggi.
Pendapat lain menyatakan bahwa, secara kimia terjadinya kelelahan otot dikarenakan
berkurangnya cadangan energi sehingga meningkatkan sistem metabolisme sebagai
penyebab hilangnya efisiensi otot.
C. Penyebab
Kelelahan pada otot bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari akumulasi
metabolit dalam serat otot pada generasi perintah motorik yang tidak memadai di korteks
motor, hingga tidak adanya mekanisme global yang bertanggung jawab untuk kelelahan otot.
Kelelahan otot bisa terjadi akibat terlalu banyak pekerjaan, kurang tidur, rasa khawatir,
kebosanan, kecemasan, depresi, atau kurangnya berolahraga. Gejala seperti ini mungkin
disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, atau perawatan medis seperti kemoterapi. Kelelahan
otot bukanlah suatu penyakit, ini merupakan suatu gejala yang dapat disebabkan oleh
berbagai masalah, seperti masalah kesehatan maupun yang lainnya. Gejala ini biasanya akan
menghilang dengan sendirinya selama beberapa hari.
Meskipun jarang terjadi, namun kelelahan otot umumnya disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti :

1. Melakukan kegiatan yang intensif. Melakukan kegiatan yang terlalu intensif / berat
dapat menyebabkan penurunan kinerja otot tubuh atau yang dikenal dengan kelelahan
otot. Melakukan kegiatan yang berat dalan jangka waktu yang lama dapat
mempengaruhi sistem motorik tubuh yang secara umum didefinisikan sebagai
penurunan kemampuan seseorang untuk mengerahkan kekuatan.
2. Penumpukan asam laktat. Tingginya tingkat kelelahan pada otot berkaitan erat dengan
besarnya kemampuan otot untuk membentuk asam laktat. Penumpukan asam laktat
dalam otot dapat menghalangi fungsi otot.
3. Pengosongan penyimpanan ATP dan PC. ATP merupakan sumber energi secara
langsung digunakan untuk kontraksi otot, dan PC dipergunakan untuk Resintesa ATP
secepatnya. Pada saat ATP dan PC digunakan untuk kontraksi secara terus menerus,
akan menimbulkan kelelahan. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengosongan
fosfagen intraselular. Di samping itu, akibat penumpukan asam laktat di tulang
menjadikan konsentrasi ion H+ dalam intraseluler meningkat.
4. Pengosongan glikogen pada otot. Cadangan glikogen dapat terjadi kekosongan pada
saat glukosa dalam darah menurun. Akibatnya, dapat terjadi kelelahan otot local,
dehidrasi serta kurangnya elektrolit dalam tubuh, serta dapat menyebabkan temperatur
tubuh menjadi meningkat.
5. Gangguan mineral dalam tubuh. Masalah dengan mineral (elektrolit) ditemukan
secara alami dalam tubuh, seperti rendahnya tingkat kalium atau natrium.
6. Infeksi. Beberapa jenis infeksi seperti infeksi saluran kemih atau infeksi saluran
pernapasan dapat juga menimbulkan efek kelelahan pada otot.
7. Masalah dengan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan organ tubuh yang
mengatur cara tubuh menggunakan energi.
o Rendahnya tingkat tiroid (hypothyroidism) dapat menyebabkan kelelahan,
kelemahan, lesu, berat badan, depresi, masalah memori, sembelit, kulit kering,
tidak tahan dingin, rambut kasar dan menipis, kuku rapuh, atau warna
kekuningan pada kulit.

o Tingkat tiroid yang tinggi (hipertiroidisme) dapat menyebabkan kelelahan,


penurunan berat badan, peningkatan denyut jantung, intoleransi panas,
berkeringat, lekas marah, kecemasan, kelemahan otot, dan pembesaran tiroid.
8. Sindrom Guillain-Barr. Yaitu gangguan saraf langka yang menyebabkan kelemahan
pada tungkai, lengan, dan otot-otot lain dan dapat berkembang pada kelumpuhan.
9. Myasthenia gravis. Yaitu sejenis gangguan kronis yang langka dan dapat
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot yang cepat.
Kelelahan pada otot secara perlahan-lahan bisa menjadi semakin parah sehingga memerlukan
perawatan medis. Kelelahan pada otot yang tiba-tiba dapat mengakibatkan hilangnya fungsi
area tubuh serta dapat menimbulkan masalah serius dalam otak (seperti stroke atau transient
ischemic attack) atau sumsum tulang belakang atau dengan saraf tertentu dalam tubuh.

Metabolisme Aerob dan Anaerob


Otot merah dan otot putih

Tubuh kita terdiri dari dua serat otot yaitu otot merah dan otot putih. Serat otot merah
adalah serat otot yang bekerja dengan lambat namun lebih tahan lama atau yang lebih dikenal
dengan sentakan lambat. Sedangkan serat otot Putih adalah serat otot yang bekerja dengan
cepat dan meledak-ledak yang dikenal dengan sentakan cepat.
Setiap orang mempunyai komposisi yang berbeda antara otot putih dan otot merah,
atau dengan kata lain seseorang mungkin ada yang memiliki serat otot Putih lebih banyak
dibandingkan dengan otot merah, tapi yang lainnya ada yang memiliki serat otot putih yang
lebih sedikit dibandingkan otot merahnya.
Atlit olympiade yang lari pada jarak pendek seperti 100m/400m mempunyai sejumlah
besar otot putih. Sedangkan pelari marathon dan pelari jarak jauh seperti 1600m mempunyai
sejumlah besar otot merah. Jika kita tukar antara si pelari jarak jauh dengan jarak pendek,
maka pelari jarak pendek akan mudah kelelahan di marathon dan pelari marathon akan sangat
lambat larinya di jarak 100m.

1. Otot merah tidak cepat lelah karena system pembuluh darah dan kapiler yang lebih luas
untuk menyediakan sejumlah oksigen ekstra yang mana oksigen ini digunakan dalam
metabolisme oksidatif sebagai sumber energi otot yang berarti mengkombinasikan oksigen
dengan berbagai bahan makanan seluler untuk membebaskan ATP, separuh dari energi ini
dapat datang dari glikogen dan juga pada otot merah terjadi peningkatan hebat pada jumlah
mitokondria yang akan membantu dalam metabolisme oksidatif tingkat tinggi sehingga dalam
hal ini oksigen selalu ada dalam proses metabolisme oksidatif sehingga otot tidak cepat lelah.
Otot putih cepat lelah karena kebalikan dari otot merah yang tidak menggunakan oksigen
dalam melepaskan ATP sehingga hasil metabolismenya berupa asam laktat dalam jumlah
lebih besar yang menghalangi fungsi otot sehingga otot cepat lelah
2. Otot merah lambat berkontraksi karena memiliki dominasi serat-serat kecil lambat, juga
karena otot lambat bekerja (kontraksinya jauh lebih lama) sehingga dalam pemulihan energi
pada waktu kontraksi, otot harus melewati beberapa mekanisme pemulihan energi
diantaranya metabolisme oksidatif yang berlangsung kontinyu.
Otot putih cepat berkontraksi karena memiliki banyak serat cepat yang berupa serat-serat
besar untuk kekuatan kontraksi yang besar, juga karena adanya reticulum serkoplasma yang
luas sehingga dapat dengan mudah melepas ion-ion Ca yang memulai kontraksi otot
3. Otot merah mampu beroksidasi karena terdapat sejumlah besar mitokondria, pembuluh
kapiler dan mioglobin.
Otot putih tidak mampu beroksidasi karena otot putih digunakan untuk mengeluarkan energi
dengan cepat dan kuat sehingga tidak memiliki kemampuan untuk beroksidasi.
4. Kontraksi isotonic

tegangan otot tetap konstan dan panjang otot berubah

penting untuk gerakan tubuh dan kerja memindahkan beban

system isotonic, otot memendek melawan beban yang ada


Kontraksi isometric

tegangan otot meningkat dan panjang otot tetap

penting untuk memelihara postur tubuh dan menahan beban pada posisi tetap

system isometric, merekam secara tepat perubahan pada kekuatan kontraksi otot itu
sendiri
contohnya pada saat lengan kita membawa beban berat maka tegangan otot bisep
meningkat namun panjangnya tidak berubah (kontraksi isometric), bila beban berat tadi kita
angkat dengan menekuk lengan maka otot bisep akan lebih pendek namun tegangannya tetap
(kontraksi isotonic)
5. Cara melatih:
Otot merah:

intensitas waktu lebih dari 30 menit

frekuensi latihan diperbanyak

focus kepada daya tahan


Otot putih:

intensitas waktu kurang dari 15 menit

frekuensi latihan tidak terlalu banyak

focus kepada kecepatan

D. Kontraksi Isotonik dan Isometrik


Otot berkontraksi bila mendapat stimulus. Stimulus dibawa oleh serabut syaraf
eferen dari SSP. Sampai pada ujung saraf motorik yang melekat pada sel otot
yakni neur muscle junction. Selanjutnya rangsangan tersebut masuk ke dalam
sel otot melalui tubulus tubulus. Tubulus adalah organ yang berupa pipa yang
menghubungkan antara bagian luar sel dan bagian dalam sel. Dengan
mekanisme tertentu, rangsangan tersebut menyebabkan kadar kalsium di cairan
sarcoplasma meningkat tajam. Peningkatan kalsium ini menyebabkan terjadinya
perubahan perubahan di benang aktin yang pada akhirnya sisi lekat aktin
terbuka. Terbukanya sisi lekat aktin mengakibatkan kepala myosin menempel

selanjutnya terjadilah crossbridge actomiosin. Selanjutnya penguraian ATP di


kepala myosin mengakibatkan kepala kepala myosin mengadakan power
stroke, akhirnya akan terjadi penarikan aktin ke arah pusat sarcomereoleh
myosin, sehingga sarcomere mengalami pemendekan.
Prinsip dasar otot kontraksi otot adalah menahan atau melawan kepanjangan
otot ( kontraksi otot adalah menuju ke arah pendek ), di karenakan aktin ditarik
ke arah pusat sarcomere oleh myosin. Ada 5 Jenis kontraksi otot yaitu Isotonik,
Isometrik, Eksentrik, Isokinetik, dan Plyometrik.
Kontraksi Isotonik
Dalam kegiatan olahraga salah satu contoh nyata kontraksi isotonik adalah
ketika lengan seseorang mengangkat dumble. Untuk mengangkat dumble dari
posisi lengan lurus menjadi lengan di tekuk, otot biceps brachii berkontraksi
dalam pola kerja isotonik. Isotonik diartikan sebagai pola kontraksi yang
berpegang pada tonusnya tetap, sebaliknya panjang ukuran oto
berubah/memendek. Kontraksi isotonik juga disebut kontraksi otot kontraksi
konsentris atau dinamis.
Secara anatomis otot biceps brachii berlokasi di lengan atas anterior. Otot ini
mempunyai origo di tulang scapula. Tepatnya adalah di proseseus coracoideus
dan supra glenoidalis scapula. Sedang intersisnya ada di tulang radius
(tuberositas radial). Ketika berkontraksi isotonik maka lengan bawah akan
terangkat ke atas atau fleksi lengan terjadi.
Kontraksi Isometrik
Dalam olahraga, menggemgam raket tenis merupakn salah satu contoh
kontraksi isometrik otot lengan bawah. Pada saat ini otot lengan bekerja
mampertahankan agar raket tidak lepas. Musculus fleksor digitorum superficialis
dan profondus adalah otot yang berlokasi dibagian anterior lengan bawah.
Keduanya memiliki origo di tulang humerus, ulna dan radius (didaerah siku),
sedangkan insersinya ada pada basic phalangea I dan II.
Dalam memegang raket tenis, otot ini mula mula berkontraksi secara isotonik
yang menghasilkan fleksi pada jari jari tangan. Selanjutnya otot ini berkontraksi
isometrik yang menghasilkan dipertahankannya fleksi jari jari untuk
menggemgam gagang raket. Disebut isometrik di ambil dari istilah Iso yang
artinya tetap dan metric yang mengambarkan ukuran. Kontraksi Isometrik
adalah kontraksi dimana otot tidak mengalami perubahan ukuran.
Kontraksi Eksentrik
Ketika lengan mengangkat sebuah dumbel merupakan contoh nyata kontraksi

isotonik, maka jika dumbel diturunkan kembali otot biceps brachii mengalami
kontraksi eksentrik Untuk dapat turun secara perlahan atau lengan kembali
ekstensi, maka otot biceps brachii harus bekerja dalam pola kerja eksentrik.
Disebut eksentrik sebab serabut serabut otot bergeser keluar dari
pusat/centranya.
Kontraksi Isokinetik
Dasar Pola Isokinetik adalah Pola Isokinetik, yakni otot mengalami pemendekan.
Perbedaan yang nyata adalah
1. Bila kontrakasi isotonik setiap lintasan gerak otot menanggung beban yang
sama, pada kontraksi isokinetik beban yang ditanggung tidak sama.
2. Bila pada kontraksi isotonik kecepatan dalam menempuk lintasan gerak tidak
rata, pada kontraksi isokinetik kecepatan dalam menempuh jarak lintasan adalah
rata.
Kontraksi Plyometrik
Pada dasar pola plyometrik adalah pola isotonik, yakni otot mengalami
pemendekan ke arah pusat sarcomere dengan didahului tarikan pemanjangan.
Dalam kegiatan olahraga kontraksi ini diwujudkan dalam kerja yang meledak
(melempar, meloncat)
Disebut plyometrik dari istilah piyo dan metrik. Piyo berarti berlapis lapis,
sedangkan metrik artinya ukuran panjang.sehingga plyometrik artinya suatu
kontraksi yang mempunyai lapisan-lapisan kecepatan gerak pada setiap
perubahan ukuran panjang.Artinya dalam berkontraksi kecepatan antara meter
pertama,kedua adan seterusnya ditempuh dengan yang makin pendek(tidak
sama).
Kajian fisiologis dalam kerja plyometrik menjelaskan bahwa didalam otot ada
berkas otot yang dikenal sebagai muscle spindle.fungsi utama muscle spindle
adalah mengawasi otot bila terjadi rangsangan yang melewati batas
maksimal,dan sekaligus merespon untuk segera kembali dalam panjang normal
dengan aksi secara mendadak (stretch reflex).Kajian secara detail belum
ditemukan,hanya diduga saat otot dipanjangkan melebihi panjang normal.Otot
berkontraksi secara isometric artinya tidak ada perubahan posisi
actomyosin.Pemanjangan dalam kondisi isometric tersebut dapat dilaksanakan
akibat dari tangki kepala myosin (meromyosin) yang meregang.
Pengembalian regangan dari meromyosin inilah yang menyebabkan otot dapat
berkontraksi dengan kecepatan berlapis-lapis.untuk dapat bekerja secara cepat
beban yang ditanggung harus ringan sampai sedang.

Perbedaan Kontraksi otot isotonik dan


isometrik
Sistem otot sangat penting karena dapat menghasilkan gerakan dan memberikan perlindungan
dan dukungan untuk organ dalam tubuh.
Yang unik, fitur karakteristik sel otot adalah kelimpahan dan organisasi filamen aktin dan
miosin di dalam sel. Filamen ini khusus untuk kontraksi. Ada tiga jenis otot yang terdapat
dalam vertebrata; yaitu, otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Kontraksi otot jantung dan
polos adalah, secara umum, tak sadar sedangkan otot rangka berada di bawah kontrol
kesadaran.
Tergantung pada pola produksi kontraksi, kontraksi otot dapat diklasifikasikan sebagai
kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Kegiatan sehari-hari melibatkan kedua kombinasi
kontraksi otot isotonik dan isometrik.

Apa itu Kontraksi isotonik ?


Kata isotonik berarti ketegangan atau bobot yang sama. Dalam kontraksi ini, ketegangan
berkembang secara konstan seiring dengan perubahan panjang otot. Ini melibatkan
pemendekan otot dan kontraksi aktif dan relaksasi otot-otot dan terjadi saat gerakan seperti
berjalan, berlari, melompat-lompat dll.
Kontraksi isotonik dapat dibagi lagi menjadi dua kategori sebagai konsentrik dan eksentrik.
Dalam kontraksi konsentris, otot lebih pendek sedangkan, dalam kontraksi eksentrik, otot

memanjang selama kontraksi. Kontraksi otot eksentrik adalah penting karena dapat mencegah
perubahan panjang yang cepat yang dapat merusak jaringan otot dan menyerap guncangan.

Apa itu kontraksi isometrik?


Kata isometrik menyiratkan panjang otot konstan atau tidak berubah. Dalam kontraksi
isometrik, panjang otot tetap konstan sementara ketegangan mengalami perubahan yang
bervariasi. Di sini, ketegangan berkembang pada otot, tapi otot tidak memendek untuk
memindahkan objek. Oleh karena itu, konsentrasi isometrik, bila tidak ada objek bergerak,
pekerjaan di luar yang dilakukan adalah nol. Dalam kontraksi ini, serat individual bisa
memendek meskipun seluruh otot tidak berubah panjangnya, sehingga latihan isometrik
membantu untuk memperkuat otot-otot.
Kontraksi isometrik tidak melibatkan gerakan bersama sehingga pasien yang membutuhkan
rehabilitasi dapat melakukan latihan isometrik untuk menghindari gerakan yang menyakitkan.
Latihan-latihan ini tidak dianjurkan untuk pasien dengan tekanan darah tinggi karena dapat
menyebabkan lonjakan tekanan darah yang berbahaya. Contoh gerakan isometrik melibatkan
mencengkeram obyek seperti tongkat atau raket. Di sini, kontraksi otot untuk menahan dan
menstabilkan objek belum ada perubahan panjang otot saat menahan mereka.

Apa perbedaan antara Kontraksi isotonik dan isometrik?


1. Pada kontraksi isotonik, ketegangan konstan sedangkan panjang otot bervariasi.
Dalam kontraksi isometrik, panjang otot tetap konstan sementara ketegangan
bervariasi.
2. kedutan isotonik memiliki waktu yang lebih singkat, periode kontraksi pendek, dan
jangka waktu relaksasi lebih lama. Sebaliknya, kedutan isotonik memiliki periode
yang lebih lama, periode kontraksi juga, dan periode relaksasi pendek.
3. Kenaikan suhu menurunkan ketegangan isometrik sedangkan meningkatkan kedutan
isotonik saat memendek.
4. kurang melepaskan panas kontraksi isometrik dan, oleh karena itu, kontraksi
isometrik lebih hemat energi, sedangkan kontraksi isotonik lebih dan, karena itu,
kurang hemat energi.

Kontraksi otot isotonik dan isometrik


5. Selama kontraksi isometrik, tidak ada pemendekan terjadi dan, oleh karena itu, tidak
ada pekerjaan eksternal yang dilakukan, namun selama kontraksi isotonik,
pemendekan terjadi dan kerja eksternal dilakukan.
6. kontraksi isotonik terjadi di tengah-tengah kontraksi sementara kontraksi isometrik
terjadi pada awal dan akhir dari semua kontraksi.
7. Selama kontraksi otot, fase isometrik meningkat ketika beban meningkat sedangkan
fase isotonik menurun ketika beban meningkat

You might also like