You are on page 1of 19

TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Pembagian klasifikasi :
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the
National High Blood Pressure Education Program Working Group in High
Blood Pressure in Pregnancy Tahun 2001, yaitu :
1. Hipertensi kronik
Hipertensi yang sudah muncul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau hipertensi yang pertama kali di diagnosis setelah umur kehamilan
20 minggu namun hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
2. Preeklampsia-eklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 12 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria dan/atau edema.
Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma.
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
Hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeclampsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
4. Hipertensi gestasional
Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia tetapi tanpa proteinuria.
Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari preeclampsia / eklampsia masih belum
diketahui. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan etiologi dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the disease of
theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeclampsia-eclampsia didapatkan kerusakan endotel vascular
sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada
kehamilan normal meningkat. Selain itu juga terjadi aktivasi
penggumpalan dan fibrinolisis yang kemudian akan diganti thrombin
dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga

terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit akan menyebabkan pelepasan


tromboksan (TXA2) dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel.
2. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul
lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta yang tidak sempurna yang semakin sempurna pada
kehamilan berikutnya.
Data yang mendukung adanya system imun pada beberapa penderita
preeclampsia dan eklampsia :
Beberapa wanita dengan preeclampsia-eclampsia mempunyai
kompleks imun dalam serum
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system
komplemen pada preeclampsia-eklampsia diikuti dengan proteinuri.
3. Peran Faktor Genetik/Familial
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
PE-E
antara
lain:
1. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
2. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada
anak-anak dari ibu yang menderita PE-E.
3. Kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.
4. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)
Patofisiologi
Vasokonstriksi
merupakan
dasar
patogenesis
PE-E.
Vasokonstriksi
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai
perdarahan mikro pada tempat endotel. Adanya vasokonstriksi arteri spiralis
akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang
selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia
jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses
hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,
sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel
Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang
menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan
radikal bebas. Apabila keseimbangan antara perok-sidase terganggu, dimana
peroksidase dan oksidan lebih domi-nan, maka akan timbul keadaan yang
disebut stess oksidatif(5).
Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Se-dangkan pada wanita hamil normal,
serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan

sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam


aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai
kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan
mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel
tersebut akan meng-akibatkan antara lain:
a) adhesi dan agregasi trombosit.
b) gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.
c) terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat
dari rusaknya trombosit.
d) produksi prostasiklin terhenti.
e) terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
f) terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase
lemak.
Faktor Resiko
Terdapat banyak factor resiko untuk terjadinya preeclampsia-eklampsi, yang
dapat dikelompokkan dalam factor resiiko sebagai berikut :
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat keluarga pernah preeclampsia/eklampsia
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas.

PREEKLAMPSIA EKLAMPSIA
Pendahuluan

Preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama


kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu
diagnosis dini preeclampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia
serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak.
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
ante,intra dan post partum. Preeklampsia dapat dibagi menjadi preeclampsia
ringan dan preeclampsia berat. Namun pembagian ini bukanlah berarti ada
dua penyakit yang berbeda, sebab penderita preeclampsia ringan dapat
mendadak mengalami kejang kemudian jatuh dalam koma.
Secara teoritik, urutan-urutan gejala yang timbul pada preeclampsia ialah
edema, hipertensi dan terakhir proeinuria. Dari semua gejala tersebut,
timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang terpenting.
Namun penderita jarang merasakan adanya perubahan tersebut sehingga
bila pasien sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan
penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.

PREEKLAMPSIA RINGAN

Definisi
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh
darah dan aktivasi endotel.

Diagnosis
Diagnosis Preeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

Hipertensi : sistolik/diastolic 140/90 mmHg.


Proteinuria: 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick
Edema : edema local tidak dimasukkan dalam kriteia preeclampsia,
kecuali edema pada lengan, muka, perut, edema generalisata.

Penatalaksanaan
Tujuan utama perawatan preeclampsia adalah mencegah kejang, perdarahan
intracranial,mencegah gangguan fungsi organ vital dan melahirkan bayi
sehat.
Penatalaksanaan preeclampsia-eklampsia mencakup 2 unsur yaitu :
1. Sikap terhadap penyakitnya ( pemberian obat-obatan atau terapi
medicinal)
2. Sikap terhadap kehamilannya :
a. Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
Disebut perawatan kehamilan konservatif atau ekspektatif
b. Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)?
Disebut perawatan kehamilan aktif atau agresif

Rawat Jalan (ambulatoir)


Ibu hamil dengan preeclampsia ringan dapat dirawat secara rawat
jalan. Ibu dianjurkan untuk banyak istirahat (berbaring/tidur miring),
tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring.
Tirah baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada
vena kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan
menambah curah jantung sehingga meningkatkan aliran darah ke
organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan
meningkatkan filtrasi glomerulus dan meningkatkan dieresis. Diuresis
dengan sendirinya akan meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan
reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme.
Rawat inap
Kriteria preeclampsia ringan perlu dirawat di rumah sakit ialah :
Bila tidak ada perbaikan :tekanan darah, kadar proteinuria selama 2
minggu

Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeclampsia berat.


Selama dirumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan
USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan
jumlah cairan amnion.
Pemeriksaan Non stress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi
dengan bagian mata, jantung, dan lain-lain.
Perawatan Obstetrik (sikap terhadap kehamilan)
Pada kehamilan preterm (<37 minggu), bila tekanan darah mencapai
normotensi selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm.
Pada kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu sampai
terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat
dilakukan secara spontan, bila perlu memperpendek kala II.

PREEKLAMPSIA BERAT

Definisi
Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg disertai proteinuria lebih
dari 5 g/24 jam

Diagnosis
Criteria preeclampsia digolongan preeclampsia berat bila ditemukan satu
atau leboh gejala berikut :
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic
110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

Proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan


kualitatif.
Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatini plasma.
Gangguan visus dan cerebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson)
Edema paru-paru dan sianosis
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler) : peningkatan
kadar alanin dan aspartat aminotransferase.
Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
Sinroma HELLP

Pembagian Preeklampsia Berat


Preeklampsia berat dibagi menjadi :
Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia
Preeklampsia berat dengan impending eklampsia
Disebut impending eklampsia bila disertai gejala subyektif berupa nyeri
kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan
kenaikan progresif tekanan darah.

Penatalaksanaan

Pengelolaan
preeclampsia-eklampsia mencakup
pencegahan
kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap
penyuilit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.
Sikap Terhadap Penyakit (medikamentosa)
Penderita preeclampsia berat harus segera masuk rumah sakit
untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi
(kiri).
Perawatan yang penting pada preeclampsia berat ialah pengelolaan
cairan karena penderita preeclampsia dan eklampsia mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Factor yang
sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguria adalah
hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan
gradient
tekanan
onkotikkoloid/pulmonary
capillary
wedge
pressure. Oleh karena itu, monitoring input cairan dan output cairan
sangatlah penting.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan
koreksi. Cairan yang dapat diberikan berupa :
a. 5 % Ringer-dextrose atau cairan garam faali jumlah tetesan : <
125 cc/jam, atau
b. Infuse Dextrose 5 % yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse
Ringer Laktat ( 60-125 cc/jam) 500cc
Dipasang Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria
terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500
cc/24 jam. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung
sehingga bila mendadak kejang, dpat menghindari resiko aspirasi
asam lambung. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam.

Pemberian obat antikejang


Obat anti kejang adalah :
o

MgSO4

Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang :

Diazepam
Fenitoin
Obat antikejang yang banayk
Magnesium sulfat (MgSO47H2O).

dipakai

di

Indonesia

adalah

Magnesium Sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin


pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuscular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium
pada sinaps namun magnesium akan menggeser kalsium sehingga
aliran tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium
dan ion magnesium).
Cara Pemberian :

Loading dose : initial dose


4 gram MgSO4: intravena, (40% dalam 10 cc) selama 15
menit

Mantenance dose
Diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam; atau
diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose
diberikan 4 gram i.m tiap 4-6 jam

Syarat-Syarat pemberian MgSO4:

Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi


intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% = 1 gram (10%
dalam 1 cc) diberikan iv 3 menit.

Refleks patella (+) kuat

Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada


tanda-tanda distress napas

Magnesium Sulfat dihentikan bila:

Ada tanda-tanda intoksikasi

Setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah


kejang terakhir.

Dosis Terapeutik dan toksis MgSO4

Dosis terapeutik
8,4 mg/dl

4-7 mEq/liter

4,8-

Hilangnya reflex tendon


mg/dl

10 mEq/liter

12

Terhentinya pernapasan
mg/dl

15 mEq/liter

18

Terhentinya Jantung
mg/dl

>30 mEq/liter

>36

Pemberian Magnesium Sulfat dapat menurunkan risiko


kematian ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya
menimbulkan efek flushes (rasa panas)
Bila terjadi refrakter terhadap MgSO4, maka diberikan
salah satu obat berikut : thiopental sodium, sodium
amobarbital, diazepam, atau fenitoin.
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema
paru-paru, payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang
dipakai adalah Furosemid.
Pemberian diuretikum dapat merugkan, yaitu memperberat
hipovolemia, memperburuk perfusi uteroplasenta, meningkatkan
hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan
menurunkan berat janin.
Pemberian antihipertensi
Masih banyak pendapat dari bebrapa Negara tentang penentuan
batas (cut off) tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi.
Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal
25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai
< 160/105 atau MAP < 125.

Jenis antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi dan belum ada


antihipertensi yang terbaik untuk pengobatan hipertensi dalam
kehamilan.
Namun yang harus dihindari secara mutlak sebagai antihipertensi
ialah diazokside, ketanserin, nimodipin dan magnesium sulfat.

Antihipertensi lini pertama


Nifedipin
Dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit,
maksimum 120 mg dalam 24 jam.

Antihipertensi lini kedua


Sodium nitropusside: 0,25 g iv/kg/menit, infuse ditingkatkan
0,25 g iv/kg/5 menit.
Diazokside: 20-60 mg iv/5 menit atau iv. Infuse 10 mg/menit/
dititrasi.

Jenis antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah :


Nifedipin
Dosis awal: 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis
maksimum 120 mg/24 jam.
Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek
vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan
peroral.
Edema paru
Pada preeclampsia berat, dapat terjadi edema paru akibat
kardiogenik (payah jantung ventrikel kiri akibat peningkatan
afterload) atau non kardiogenik (akibat kerusakan endotel
pembuluh darah kapiler paru)
Glukokortikoid

Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak


merugikan ibu. Di berikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2 x 24
jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.

Sikap Terhadap Kehamilannya


Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeclampsia
berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi :
1. Aktif
(aggressive
diakhiri/diterminasi
medikamentosa.

management):
berarti
kehamilan
segera
bersamaan dengan pemberian pengobatan

2. Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan


bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
Perawatan Aktif (agresif) : sambil member pengobatan, kehamilan
diakhiri
Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah
ini:
Ibu
o

Umur kehamilan 37 minggu. Lockwood dan Paidas


mengambil batasan umur kehamilan > 37 minggu untuk
preeclampsia ringan dan batasan 37 minggu untuk
preeclampsia berat.

Adanya tanda-tanda/ gejala-gejala Impending Eclampsia

Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan


klinik dan laboratorik memburuk

Diduga terjadi solution plasenta

Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan.

Janin
o

Adanya tanda-tanda fetal distress

Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR)

NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal

Terjadinya oligohidramnion

Laboratorik
o

Adanya
tanda-tanda
Sindroma
menurunnya trombosit dengan cepat.

HELLP

khususnya

Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan


berdasar keadaan obsterik pada waktu itu, apakah sudah
inpartu atau belum.

Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm 37 minggu
tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin
baik.
Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada
pengelolaan secra aktif. Pada perawatan konservatif preeclampsia,
loading dose MgSO4 tidak diberikan secara iv cukup i.m saja. Selama
perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya
observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak
diakhiri.
Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda
preeclampsia ringan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila
setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita
boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-gejala atau tandatanda preeclampsia ringan.

Penyulit ibu

Sistem saraf pusat

Perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi


ensefalopati, edema serebri, edema retina, macular atau retina
detachment dan kebutaan korteks.

Gastrointestinal-hepatik: subkapsular hematoma hepar, rupture


kapsul hepar

Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut

Hematologik: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi

Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik,


depresi atau henti napas, kardiak arrest, iskemia miokardium.

Lain-lain: asites,
terkendalikan.

edema

laring,

hipertensi

Penyulit janin

Intrauterine Fetal Growth Restriction (IUGR)

Solutio plasenta

Prematuritas

Sindroma distress napas

Kematian janin intrauterine

Kematian neonatal

Perdarahan intraventrikular

Nocrotizing enterocolitis

Sepsis

Cerebral Palsy

yang

tidak

EKLAMPSIA
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia,
eklampsia dapat timbul pada ante, intra dan postpartum. Eklampsia
postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah
persalinan.
Pada penderita preeclampsia yang akan kejang, umumnya member gejalagejala atau tanda-tanda yang khas yang dapat dianggap sebagai tanda
prodoma akan terjadinya kejang. Preeclampsia yang disertai dengan tandatanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent
eclampsia.
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit
lain. Oleh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting,
misalnya perdarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolic,
meningitis, epilepsy iatrogenic. Perlu diingat bahwa eclampsia selalu
didahului oleh preeclampsia. Sering dijumpai perempuan hamil yang tampak
sehat mendadak menjadi kejang-kejang eklampsia karena tidak terdeteksi
adanya preeclampsia sebelumnya.
Gambaran klinik
Kejang-kejang pada eklampsia dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda
kejang tonik ialah dengan dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari
otot-otot mukia khususnya sekitar mulut yang beberapa detik kemudan
disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang sehingga seluruh tubuh
menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami distorsi, bola
mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai
dalam posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan
kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-30 detik.
Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai
dengan terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat
disertai pula dengan terbuka dan tertutuonya kelopak mata. Kemudian
disusul dengan kontraksi intermiten pada otot-otot muka dan otot-otot
seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi pada otot-otot tubuh ini sehingga
seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringkali pula lidah tergigit
akibat kontraksi otot rahang yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari
mulut keluar liur berbusa yang kadang-kadang disertai bercak-bercak darah.
Wajah tampak membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva mata
dijumpai bintik-bintik perdarahan.

Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernapasan tertahan,


kejang klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur
kejang melemah dan akhirnya penderita diam tidak bergerak dan dapat jatuh
dalam koma. Pada waktu timbul kejang, tekanan darah cepat meningkat,
yang mungkin oleh karena gangguan serebral. Penderita mengalami
inkontinentia disertai dengan oliguria atau anuria dan kadang-kadang terjadi
aspirasi bahkan muntah.
Koma yang terjadi setelah kejang sangat bervariasi dan bila tidak segera
diberi obat-obatan antikejang akan disusul dengan episode kejang
berikutnya. Setelah berakhirnya kejang, frekuensi pernapasan meningkat,
dapat mencapai 50 kali permenit akibat terjadinya hiperkardia atau hipoksia.
Pada beberapa kasus bahkan dapat menimbulkan sianosis. Penderita yang
sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit
gelisah. Untuk menilai kedalaman koma digunakan Glasgow coma scale.
Namun untuk mengevaluasi koma pada eklampsia ditambah penilaian kejang
yang disebut Glasgow-Pittsburg Coma Scoring System.

Perawatan Eklampsia
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi
fungsi vital. Yang harus selalu diingat Airway,Breathing,Circulation (ABC),
Mengatasi dan mencegah kejang,mengatasi hipoksemia dan asidemia,
mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan
darah khususnya pada waktu krisis hipertensi, dan melahirkan janin pada
waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.
Perawatanmedikamentosa dan perawatan suportif eklampsia merupakan
perawatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa
eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan
mengatasi penyulit khususnya krisis hiperteni, mencapai stabilisasi ibu
seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan
cara yang tepat.

Pengobatan medikamentosa
Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama adalah magnesium sulfat. Bila
dengan obat ini kejang masih sulit diatasi dapat dipakai obat jenis lain,

misalnya thiopental. Diazepam dapat menjadi alternative namun diperlukan


dosis yang sangat besar sehingga hanya digunakan oleh mereka yang telah
berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan
memonitor plasma elektrolit. Obat-obat kardiotonika ataupun obat-obatan
anti hipertensi hendaknya selalu disiapkandan diberikan benar-benar atas
indikasi.
Magnesium Sulfat
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti
pemberian magnesium sulfat pada preeclampsia berat. Pengobatan
suporitf terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ
penting misalnya tindakan-tindakan utama memperbaiki asidosis,
mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah,
mencegah dekompensasi kordis.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sangat
penting misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar
isolasi, mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring
produksi urin.

Perawatan pada waktu kejang


Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan ini ialah
mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut.
Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang, tidak di kamar gelap agar bila
terjadi sianosis dapat segera diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur
yang lebar dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat.
Selanjutnya masukkan sudap lidah kedalam mulut penderita dan jangan
mencoba melepas sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat
mematahkan gigi. Kepala direndahkan dan daerah orofaring diisap.
Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas penderita yang kejang tidak
terlalu kuat menghentak benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan pada
tempat tidur harus cukup kendor untuk mencegah fraktur. Bila penderita
selesai kejang-kejang, segera beri oksigen.

Perawatan koma

Perlu bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri
dengan suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan
aspirasi karena hilangnya reflex muntah. Bahaya terbesar yang mengancam
penderita koma ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita
eklampsia yang jatuh dalam koma harus dianggap bahwa jalan napas akan
terbuntu kecuali dibuktikan lain sehingga tindakan pertama pad apenderita
yang jatuh koma ialah menjaga danmengusahakan agar jalan napas atas
tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif
dalam menjaga terbukanya jalan napas atas ialah dengan maneuver head tilt
neck lift yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke
belakang atau head tilt chin lift yaitu kepala direndahkan dan dagu ditarik ke
atas atau jaw thrust yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil
mengangkat kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan oropharyngeal airway.
Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan
kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan
lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai
labung penuh oleh karena itu, semua benda yang ada dalam rongga mulut
dan tenggorokan, baik berupa lendir maupun sisa makanan harus segera
dihisap secara intermitten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk
drainase lendir.
Pada perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan
makanan penderita. Pada koma yang lama, bila kondisi tidak mungkin dapat
diberikan melalui NGT.

Perawatan edema paru


Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita dirawat di ICU karena
memerlukan perawatan animasi dengan respirator.

Perawatan obstetric
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan

diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan


metabolisme ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam,
monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagimana lazimnya.

Prognosis
Bila penderita tidak terlambat dalma pemberianpengobatan, maka gejala
perbaikan akan tampaak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah
persalinan berakhir, perubahan patofisiologi akan segera pula mengalami
perbaikan. Dieresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini
merupakan tanda prognosis yang baik karena hal ini merupakan gejala
pertama penyembuhan.
Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari
ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita
eklampsia juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterine atau mati
pada fase neonatal karena memang kondisi janin memang sudah sangat
buruk.

You might also like