You are on page 1of 19

REVISI MAKALAH

MENDONGKRAK KUALITAS MATA PELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Tugas Mata Kuliah : Manajemen Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

DI SUSUN OLEH :

NAMA : WIDAYANTI
NIM : 12010150012

PROGRAM PASCASARJANA PAI KELAS A


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2016
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu dari sekian banyak persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah, bila dibandingkan dengan
negara lain.
Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan sudah sejak lama dibicarakan oleh
para pelaku pembangunan di bidang pendidikan, tetapi realitas dan bukti empirik yang
kita lihat dilapangan telah menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih
dikatakan rendah. Karena itu dapat dikatakan bahwa sampai saat ini titik berat
pembangunan pendidikan masih ditekankan pada upaya untuk meningkatkan mutu.
Program Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya siswa yang memiliki
akhlak mulia yang merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad SAW di
dunia ini. Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan dalam Islam, sehingga pencapaian
akhlak mulia adalah tujuan sebenarnya pendidikan.
Untuk mencapai tujuan dari Pendidikan Agama Islam di sekolah sebagaimana
yang telah dirumuskan di atas tentunya bukanlah sesuatu hal yang mudah. Fakta di
lapangan hari ini menunjukkan bahawa secara umum Pendidikan Agama Islam masih
belum mampu mencapai tujuan tersebut. Pendidikan Agama Islam masih dominan
berorientasi pada aspek kognitif, yaitu berupa penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan
agama, namun kurang kurang memperhatikan penanaman pada aspek afektif, yaitu
terbentuknya jiwa dan perilaku relijius dan akhlak mulia pada diri setiap siswa. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya yang sungguh-sungguh dan terencana dengan baik untuk
meningkatkan mutu pendidikan agama Islam. Terutama pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang dilakukan oleh guru PAI di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :
a. Apa pengertian dari kualitas pendidikan?
b. Apa saja problem yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
c. Langkah-langkah apa saja yang akan diupayakan untuk mendongkrak kualitas mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan
a. Untuk megetahui pengertian dari kualitas pendidikan
b. Untuk mengetahui problem-problem yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
c. Untuk mengetahui Langkah-langkah apa saja yang akan diupayakan untuk
mendongkrak kualitas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kualitas Pendidikan

Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam


Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah kualitet: mutu, baik
buruknya barang.1 Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab
yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau
mutu sesuatu.2
Mutu atau kualitas pendidikan menjadi suatu momok yang
sangat penting dan vital dalam hal menarik minat orang tua untuk
mempercayakan anaknya bersekolah disebuah sekolah yang mereka
yakini. Sekolah akan dianggap bagus dan berkualitas kalau memiliki
mutu yang bagus. Baik dari mutu sarana prasarana, guru, karyawan,
hasil lulusan dan segala aspek yang berada didalamnya. Lembaga
pendidikan yang bagus harus menjamin kualitas yang maksimal.
Kembali pada persoalan tentang rendahnya mutu pendidikan yang melanda negeri
ini secara makro bila dibandingkan dengan negara-negara lain, ternyata hal tersebut
melanda di semua jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Dasar, Menengah dan
Perguruan Tinggi, baik yang dikelola Depdiknas maupun Departemen Agama. Dan
lebih parah lagi isu yang berkembang di masyarakat bahwa mutu lembaga-lembaga
pendidikan yang dikelola oleh Departemen Agama nilainya berada jauh dibawah mutu
lembaga pendidikan di bawah naungan Depdiknas.
Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu
dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.
Dari konteks proses pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai
input (seperti bahan ajar: kognitif, afektif dan, psikomotorik),
metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru),
sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan
sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi
mensingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua
komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara
guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar kelas, baik
dalam

konteks

kurikuler

maupun

ekstra-kurikuler,

baik

dalam

lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis


dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran.
1

M. Dahlan Al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Arloka, Yogyakarta, 2001: 329

Quraish. Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1999: 280

Sedangkan

mendongkrak

menurut

kamus

umum

bahasa

Indonesia artinya mengusahakan supaya segera3. Jadi dalam hal ini


makna

mendongkrak

tersebut

dimaksud

dengan

agar

supaya

lembaga pendidikan lebih cepat atau mengusahakan dengan segera


peningkatan kualitas pendidikan dari segala macam aspek.
B. Pendidikan Agama Islam
Paling tidak ada dua makna yang dapat disari dari terminologi Pendidikan Islam.
Pertama, pendidikan tentang Islam, kedua pendidikan menurut Islam. Terminologi
pertama lebih memandang Islam sebagai subject matter dalam pendidikan, sedangkan
terminologi kedua lebih menempatkan Islam sebagai perspektif dalam Pendidikan
Islam.4
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa Muslim yang bertakwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan
dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya.5 Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi
makan (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah,
juga sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Bila ingin
diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam maka harus berproses
melalui sistem Pendidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem
kurikuler.6 Esensi dari potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu terletak pada
keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas) dan pengalamannya. 7
Dan keempat potensi esensial ini menjadi tujan fungsional Pendidikan Islam. Oleh
karenanya, dalam strategi Pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial
tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran proses Pendidikan Islam sampai kepada
tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang Mukmin atau Muslim,
Muhsin Mukhlisin.
C. Problem-problem yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
3 Kamus umun bahasa Indonesia.wikipedia.com
4 Mohammad Djazaman, Konsep Pendidikan Islam, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 1, tahun
1991, hlm. 90.

5 Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 22.

6 Ibid.

7 Moh. Fadhil al-Djamali, al-Tarbiyah al Insan al-jadid (Tunisia al-Syghly: Matbaah al-Ittihad
al-Aam, 1967), hlm. 85.

1. Permasalahan Umum
Berikut ini penulis mencoba menginventarisir permasalahan-permasalahan
umum terkait pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain:
a. Rendahnya tingkat pengamalan ibadah pada siswa.
Pengamalan ibadah yang paling utama di sini adalah shalat. Hal ini dapat
penulis ketahui ketika masuk pembelajaran PAI biasanya bertanya kepada
siswa, Siapakah di antara kalian yang shalat Subuh tadi? Dari tiga puluh lebih
siswa di kelas tersebut, paling-paling yang shalat antara 2 sampai 5 orang saja,
atau rata-rata hanya sekitar 10% dari jumlah siswa. Ketika ditanya lagi, Siapa
yang selalu melaksanakan shalat? Maka yang menjawab hanya sekitar 5% saja
dalam satu kelas.
b. Rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran dengan baik
dan benar.
Hal ini bisa diketahui terutama dari input siswa yang masuk ke sekolah
SMK Negeri 2 Salatiga tahun 2016-2017 ketika dites kemampuannya dalam
membaca Al-Quran, diperkirakan sekitar +30% belum bisa membaca AlQuran, +30% bisa membaca tetapi kurang begitu lancar, +30% sudah bisa
membaca dengan baik, dan +10% yang bisa membaca dengan baik dan benar.
c. Secara umum adab dan sopan santun siswa terhadap guru/orangtua dan
temannya belum begitu baik.
Indikasinya bisa dilihat antara lain, kurang sopan ketika berbicara dengan
guru, berpakaian yang kurang rapi, dan bergaul dengan teman dengan sikap
yang kurang baik (berlebihan) terutama antara yang laki-laki dan perempuan.
d. Rendahnya motivasi dan semangat siswa dalam belajar.
Hal ini nampak dari kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas dan mengulang pembelajarannya di rumah. Juga terlihat
dari kurangnya minat siswa dalam membaca dan meminjam buku-buku bacaan
di perpustakaan sekolah. Pengaruh dari media-media hiburan dan informasi
seperti televisi dan HP nampaknya begitu besar sehingga banyak waktu yang
mereka habiskan itu.
e. Rendahnya kesadaran siswa tentang arti kebersihan dan memelihara lingkungan.
6

Hal ini nampak dari sebagian besar siswa masih suka membuang sampah
di sembarang tempat. Selain itu banyak siswa yang punya kebiasaan mencoretcoret dinding, membuat tulisan di meja dan bangkunya, merusak tanaman
bunga, dll.

2. Permasalahan-permasalahan Khusus
Yang dimaksud dengan permasalahan-permasalahan khusus di sini adalah halhal yang bersifat kasuistik, yang terjadi pada sebagian kecil siswa, antara lain:
a. Beberapa kali terjadi kasus siswa yang hamil karena pergaulan bebas.
b. Ada beberapa siswa yang ikut dalam kumpulan geng-geng yang mengarah
kepada hal-hal yang negatif.
c. Ada beberapa siswa yang ketahuan merokok di sekolah.
d. Ada siswa yang ketahuan membawa hp ke sekolah dan menyimpan di hpnya
gambar/video porno yang ditontonkan kepada teman-temannya.
e. Ada siswa yang ketahuan mencuri uang temannya di sekolah.
f. Beberapa siswa ada yang mengecat rambutnya atau memotong rambutnya
dengan model yang aneh mengikuti gaya para selebriti.
Dari berbagai permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka sudah
menjadi tugas sekolah khususnya pendidik mata pelajaran PAI untuk memperbaiki
akhlak serta berupaya keras untuk mendongkrak kualitas pendidikan agama islam di
sekolah karena hal ini berkaitan langsung dengan pendidikan karakter dan pribadi
bagi siswa maupun sekolah.

D. Standar atau Parameter Pendidikan yang Berkualitas


Standar / parameter adalah ukuran atau barometer yang
digunakan untuk menilai atau mengukur sesuatu hal. Ini menjadi
penting untuk kita ketahui, apalagi dalam rangka mewujudkan suatu
pendidikan yang berkualitas. Kalau kita mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
7

Pendidikan. Standar nasional pendidikan diatas, ada delapan (8) hal


yang

harus

diperhatikan

untuk

mewujudkan

pendidikan

yang

berkualitas, yaitu :8
1. Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
2. Standar

proses,

adalah

standar

nasional

pendidikan

yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan


pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3. Standar

pendidik

dan

tenaga

kependidikan,

adalah

kriteria

pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta


pendidikan dalam jabatan.
4. Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat

berolahraga,

tempat

beribadah,

perpustakaan,

laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi


dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
5. Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan

pendidikan

pada

tingkat

satuan

pendidikan,

kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan


efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
6. Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selam
satu tahun.

8 Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I,
Pasal 1.

7. Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan


yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik.
Standar nasional pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, pendidikan dalam
rangka

mewujudkan

pendidikan

nasional

yang

bermutu. 9

Juga

bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka


mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.

10

E. Mendongkrak Kualitas Pendidikan Agama Islam


Secara teknik, efisiensi akan tercipta jika peningkatan yang diinginkan dapat
menghasilkan secara optimal dengan harga masukkan yang relative tetap atau dengan
masukan sekecil mungkin setelah diproses dapat menghasilkan peningkatan
sebagaimana yang diinginkan. Dengan kata lain bahwa efesiensi selalu dikaitkan
dengan efektivitas optimal yang diperoleh dengan harga masukkan yang seminimal
mungkin.
Pandangan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan yang berkualitas adalah
pendidikan yang efisien dan efektif. Jika berpegang pada paham bahwa pendidikan
adalah suatu sistem yang terdiri dari masukan-proses dan lulusan (hasil), maka
dikatakan bahwa pendidikan yang berkaulitas apabila masukkan, proses dan lulusan
(hasil) dengan secara efesien dan efektif. Dan peningkatan hasil yang berkualitas adalah
dimana lulusan atau hasil tersebut telah mampu telah mencapai efesiensi dan efektivitas
proses pendidikan yang telah diselenggarakan.
Misalnya, pada setiap organisasi atau lembaga pasti mempunyai tujuan, sebab
tidak mungkin manusia itu berbuat sesuatu terutama mendirikan sebuah organiasi atau
lembaga tanpa adanya tujuan, kecuali manusia tersebut belum memahami
kemanusiannya. Oleh karena setiap lembaga atau organisasi mempunyai tujuan, maka
lembaga atau organisasi terebut merupakan penghasil output atau lulusan (hasil). dan
dikatakan menghasilkan output atau lulusan yang bermutu jika telah dapat mewujudkan
tujuan tau sasaran ideal yang telah ditetapkannya. dengan kata lain, output bermutu
9 Ibid, pasal 3.
10 Ibid, pasal 4.
9

adalah output yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga
atau organisasi yang mengelolanya. inilah yang disebut dengan efesiensi internal.
Selain pandangan diatas ada yang mengatakan bahan output atau hasil yang
berkaulitas adalah output yang mempunyai kemampuan atau keahlian yang berguna
bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Artinya, tidak dapat dikatakan berkualitas jika
ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya tidak ada gunanya.
Bagaimanapun istilah kualitas ini mengandung dua hal. dari kedua pandangan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa output atau hasil yang berkualitas adalah hasil
yang secara internal telah mencapai tujuan atau setidak-tidaknya mencapai target yang
minimal. Pendidikan yang telah ditetapkan dan secara eksternal telah dicapai dalam
proes pendidikan yang telah dilakukan baik berupa pengalaman, ilmu pengetahuan,
nilai-nilai dan sebagainya itu dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Jika berpijak pada pengertian di atas, maka pengertian kualitas pendidikan adalah
apabila output atau hasil itu mampu mencapai tujuan yang telah diselenggarakannya
dalam program pendidikan, setelah apa yang diperoleh baik berupa ilmu pengetahuan,
pengalaman, nilai-nilai, dan sebagainya dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
manusia termasuk pada dirinya
Pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh
aspek; kepribadian manusia (jasmani dan rohani) agar dapat menjadi manusia yang
berkepribadian, yaitu harus berlangung secara bertahap atau dengan kata lain bahwa
terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu sosial dan
sebagai manusia yang ber- Tuhan.
Dalam kehudupan masyarakat yang dinamis, dimana Negara kita memasuki era
globalisasi yang banyak dipacu oleh perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi. Sehingga ciri era tersebut berkaitan erat dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, dan tidak ada satu pun Negara yang menutup diri hubungan dunia luar.
Oleh karena itu pendidikan memiliki peranan yang menentukan eksitensi dan
perkembangan masyarakat, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan dan
mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dan aspeknya dan
jenisnya kepada generasi penerus pendidikan. Hal ini secara langsung atau tidak
langsung dapat mempergaruhi anak dengan gaya hidupnya, yang dapat kita lihat pada
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terutama pembentukan mental spiritual
dan nilai-nilai luhur yang sekarang ini akibat perkembangan teknologi dan informasi
yang memerlukan sekali adanya filter untuk mengantisipasi dan mengatasinya perlu
upaya peningkatan keagamaan pada peserta didik.
10

Usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama


Islam antara lain:
1. Peningkatan Kualitas Guru PAI

Guru yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam
pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan
keselamatan masa depan bangsa dengan penanaman nilai-nilai dasar yang luhur
sebagai cita-cita pendidikan nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir
dan bathin, yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh
karena itu harus mampu mendidik diberbagai hal, agar ia menjadi seorang pendidik
yang profesional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas dan
kehidupan sehari-harinya.
Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dalam pendidikan agama,
perlu ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut:
a. Mengikuti Penataran

Menurut paraahli bahwa penataran adalah

semua usaha Pendidikan dan

pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan


dan keterampilan mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang-bidang masing-masing. Sedangkan kegiatan
penataran itu sendiri di tujukan untuk :
a) Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing.
b) Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal.
c) Perkembangankegairahankerjadanpeningkatan kesejahteraan.

Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja,


keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus
globalisasi.
b. Mengikuti Kursus-Kursus Pendidikan

Hal ini akan menambah wawasan terutama guru agama, adapun kursuskursus biasanya meliputi pendidikan arab dan inggris serta computer.
c. Memperbanyak Membaca

11

Menjadi guru profesional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya
berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru yang profesional haruslah
banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang
akan disampaikan sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangan
pengetahuan-pengetahuan

dan

informasi-informasi

yang

muncul

dan

berkembang di dalam mayarakat.


d.

Mengadakan Kunjungan Kesekolah Lain (studi banding)


Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar
sekolah sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan
informasi tentang kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi
pengetahuan yang dimilikinya serta mengatasi permasalahan-permasalahan dan
kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan bisa tercapai
dengan cepat.

e. Mengadakan Hubungan Dengan Orang Tua/Wali Siswa

Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena


dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan
menjaga peserta didik serta bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif.
Karena jam pendidikan yang diberikan di sekolah lebih sedikit dibandingkan
jam pendidikan di dalam keluarga.
2. Peningkatan Materi
Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi perlu sekali
mendapat perhatian karena dengan lengkapnya meteri yang diberikan tentu akan
menambah lebih luas pengetahuan. Hal ini akan memungkinkan peserta didik dalam
menjalankan dan mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan
benar.
Materi yang disampaikan pendidik harus mampu menjabarkan sesuai yang
tercantum dalam kurikulum, begitu pula pelaksanaan pendidikan agama Islam tidak
boleh kurang dari kurikulum yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaanya benarbenar terarah. Pendidik harus menguasai materi dengan ditambah bahan atau
sumber lain yang berkaitan dan lebih actual dan hangat. Sehingga peserta didik
tertarik dan termotivasi mempelajari pendidikan terutama pendidikan agama.
adapun usaha-usaha yang dilakukan adalah:
a. Menambah Jam Pelajaran
12

Alokasi waktu pelajaran pendidikan agama Islam merupakan suatu


kendala, sebab materi yang akan disampaikan sangat banyak berdasarkan
rumusan kurikulum yang ada. Oleh karena itu perlu menambah waktu atau jam
pelajaran.
Penambahan jam pelajaran ini untuk mengimbangi padatnya isi
kurikulum, dan salah satunya adanya kegiatan di luar kelas seperti, ekstra
kurikuler, sebab kebijakananya yang selama ini diberikan semakin terbatas.
Penambahan jam pelajaran ini dimaksudkan, pertama: agar materi agama yang
disampaikan dapat terpenuhi, kedua: pendidik memiliki waktu yang cukup
sehingga dapat menerangkan materi yang ada secara jelas dan rinci sesuai yang
diinginkan.
b. Pengorganisasian Materi.
Ini dikarenakan banyaknya materi yang akan disampaikan kepada peserta
didik, maka diperlukan perorganisaian materi, sehingga meteri akan
tersampaikan

seluruhnya

secara

baik

dan

sistematis

sehingga

akan

mempermudah pendidik dalam penyampaian, sesuai pernyataan Dra Roestiyah


N. K. bahwa materi pendidikan tidak mungkin dapat asala saja, tetapi harus
disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik dengan
baik.

Tujuan

perorganisasian

pelajaran

adalah

agar

pendidik

lebih

memperhatikan urutan (equence) dari materi yang akan diberikan sesuai dengan
tujuan intruksional yang telah dituangkan.11
c. Menyesuaikan tingkat materi dengan kemampuan peserta didik dan
alokasi waktu yang tersedia.
Penyesuaian tersebut harus dilakukan oleh pendidik, sebab pemberitahuan
sesuatu bila sesuai dengan obyek pendidikan, maka akan tercapailah tujuan
pendidikan dan dapat mempermudah peserta didik untuk dapat memahami dan
menerima antara lain:
1) Guru agama dalam pengajaran harus disesuaikan dengan kemampuan dan
tingkat keadaan peserta didik. Karena hal tersebut dapat meningkatkan
minat, motivasi peserta didik, kreativitas dan responnya terhadap materi
yang disampaikan.
2) Dalam menyampaikan materi hendaknya menggunakan literatur lain yang
berkaitan dengan materi terebut. Sehingga cakrawala dan wawasan peserta
didik akan bertambah seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu
pengetahuan
d. Memperbanyak Pelajaran Praktek Ibadah
Praktek ibadah ini sangat penting, dan menggunakan metode pembiasaan,
artinya segala yang berkaitan dengan materi yang membutuhkan praktek
11 Rostiyah N.K, Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta ; Bina Aksara, 1982), hal 65
13

seperti; sholat, baca al-Quran, doa, beramal dan sebagainya. Praktek ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih menghayati dan memimpin serta
merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Peningkatan dalam Pemakaian Metode
Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan, maka sebagai
salah satu indikator dalam peningkatan kualitas pendidikan perlu adanya
peningkatan dalam pemakaian metode.
Yang dimakud dengan peningkatan metode disini, bukanlah menciptakan atau
membuat metode baru, akan tetapi bagaimana caranya penerapannya atau
penggunaannya yang sesuai dengan materi yang disajikan, sehingga memperoleh
hasil yang memuaskan dalam proses belajar mengajar.
Metode pendidikan agama Islam dan metode untuk menyampaikan materi
pendidikan agama merupakan segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk
menyampaikan tujuan pendidikan agama melalui berbagai aktivitas, baik di dalam
maupun di luar kelas dan lingkungan sekolah.12
Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi yang akan
disampaikan sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan dan jenuh atau
monoton.

Untuk

itulah

dalam

penyampaian

metode

pendidikan

harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


1. Selalu berorientasi pada tujuan
2. Tidak hanya terikat pada suatu alternatif saja
3. Mempergunakan berbagai metode sebagai suatu kombinasi, misalnya:
metode ceramah dengan tanya jawab.
Jadi usaha tersebut merupakanupaya meningkatkan kualitas pendidikan agama
islam pada peserta didik diera yang semakin modern.
4. Peningkatan Sarana
Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka
meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara pendidik dan
peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.13
Untuk meningkatkan sarana pendidikan agama, maka pihak pendidik
hendaknya mempersiapkan arena yang memadai sehingga pelaksanaan pendidikan
Islam akan tercapai secara optimal.
Dari segi sarana tersebut perlu diperhatikan adanya usaha meningkatkan
1.
2.

3.
4.

sebagai berikut:
Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan
Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar
mengajar
Pembuatan media harus sederhana dan mudah
Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang akan diajarkan.

12 Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan Islam, (Jakarta ; Bumi Aksara), h. 84


13 Roestiyah, op. cit., h. 67
14

Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan tentang sarana dan


prasarana, ini dijelaskan dalam buku Admitrasi Pendidikan yang disusun oleh
Tim Dosen IP IKIP Malang menjelaskan:
Sarana sekolah meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, contoh: gedung sekolah (school
building), ruangan meja, kursi, alat peraga, dan lain-lainnya.
Sedangkan prasarana merupakan semua komponen yang secara tidak langung
menunjang jalannya proses belajar mngajar atau pendidikan di sekolah, sebagai
contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan semuanya
yang berkenaan dengan sekolah.
5. Peningkatan Kualitas Belajar
Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik selamanya
lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mengalami kesulitan atau hambatan
dalam belajar. Kendala tersebut perlu diatasi dengan berbagai usaha sebagai
berikut:
a. Memberi Rangsangan
Minat belajar seseorang berhubungan dengan perasaan seseorang.
Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai sehingga merangsang
minat untuk belajar dan mempelajari baik dari segi bahasa maupun mimic dari
wajah dengan memvariasikan setiap metode yang dipakai. Dari sini
menimbulkan yang namanya cinta terhadap bidang studi, sebab pendidik
mampu memberikan ransangan terhadap peserta didik untuk belajar, karena
yang disajikan benar-benar mengenai atau mengarah pada diri peserta didik
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan selanjutnya setelah peserta
didik terangsang terhadap pendidikan Islam maka pendidik tinggal memberikan
motivasi secara kontinew. Oleh karena itu pendidik atau lembaga tinggal
memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana saja, sehingga peserta
didik dapat menerima pengalaman keagamaan yang dapat menyenangkan hati
para peserta didik sehingga menjadikan peserta didik belajar semangat.
b. Memberikan Motivasi Belajar
Motivasi adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna untuk
menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara integral dalam
dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai hidup peserta didik dan
ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas. Sebab motivasi merupakan daya
pengerak yang besar dalam proses belajar mengajar, motivasi yang diberikan
kepada peserta didik dapat berupa:
1) Memberikan penghargaan.

15

Usaha-usaha meyenangkan yang diberikan kepada peserta didik yang


berprestasi yang bagus, baik berupa kata-kata, benda, simbul atau berupa
angka (nilai). Penghargaan ini bertujuan agar peserta didik selalu termotivasi
untuk lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-temannya secara
sehat, karena dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan kualita
pendidikan.
2) Memberikan hukuman.
Pemberian hukuman ini bersifat mendidik artinya bentuk hukuman itu
sendiri berkaitan dengan pelajaran Islam. Hal ini bermaksud untuk
memperbaiki kesalahan yang telah dilakuan oleh peserta didik.
3) Mengadakan kompetisi dan lomba.
Pengadaan

ini

dipergunakan

untuk

meningkatkan

prestasi peserta didik untuk membantu peserta didik dalam


pembentukan mental yang tangguh selain pembentukan
pengetahuan.untuk membantu proses pengajaran yang
selalu dimulai dari hal-hal yang nyata bagi siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu
lembaga, sampai dimana pendidikan di lembaga tersebut telah
mencapai suatu keberhasilan.
2. Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005
tentang

Standar

Nasional

Pendidikan.

Standar

nasional

pendidikan diatas, ada delapan (8) hal yang harus diperhatikan


untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu : standar
isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, standar penilaian pendidikan,
3. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat di tempuh
dengan beberapa cara antara lain: peningkatan kualitas guru,
peningkatan materi, peningkatan dalam pemakaian metode,
peningkatan sarana, peningkatan kualitas belajar.

16

4. Terdapat beberapa permasalahan-permasalahan di lapangan, baik permasalahan


secara umum maupun khusus. Permasalahan secara umum, diantaranya:
a. Rendahnya tingkat pengamalan ibadah pada siswa.
b. Tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran yang baik relatif
rendah.
c. Secara umum adab dan sopan santun siswa terhadap guru/orangtua dan
temannya belum begitu baik.
d. Motivasi dan semangat belajar siswa relatif rendah.
e. Rendahnya kesadaran siswa tentang arti kebersihan dan memelihara
lingkungan.
Adapun permasalahan-permasalahan khusus yang bersifat kasuistik, antara lain:
a. Beberapa kali terjadi kasus siswa yang hamil karena pergaulan bebas.
b. Ada beberapa siswa yang ikut dalam kumpulan geng-geng yang mengarah
kepada hal-hal yang negatif.
c. Ada beberapa siswa yang ketahuan merokok di sekolah.
d. Ada siswa yang ketahuan membawa hp ke sekolah dan menyimpan di hpnya
gambar/video porno yang ditontonkan kepada teman-temannya.
e. Ada siswa yang ketahuan mencuri uang temannya di sekolah.
f. Beberapa siswa ada yang mengecat rambutnya atau memotong rambutnya
dengan model yang aneh mengikuti gaya para selebriti.

B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak
menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih
baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang.
Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar
17

tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah


dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Terutama meningkatkan kualitas mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dilingkungan sekolah.
Dari beberapa kesimpulan di atas, ada beberapa saran
penulis dalam pelaksanaan program peningkatan mutu PAI di
sekolah, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan program peningkatan mutu PAI di
sekolah perlu ada dukungan dan kerjasama yang baik dari
seluruh stakeholder yang ada di sekolah sehingga program
yang telah disusun dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
2. Program yang telah dilaksanakan perlu untuk dilakukan
evaluasi secara berkala guna menilai efektivitas program
tersebut, serta menganalisis kendala-kendalanya atau sisi
kelebihan dan kekurangannya. Evaluasi juga bermanfaat
untuk mendengarkan aspirasi dan masukan dari semua
komponen sekolah yang terlibat dalam program.
3. Sebaik apapun program yang disusun rasanya tidak akan
dapat berjalan dengan efektif tanpa ada kesungguhan hati
dan komitmen yang kuat dari para pelaksana program dalam
mewujudkannya. Karena itu, untuk mewujudkan sebuah
program peningkatan mutu PAI perlu kerja keras, keikhlasan
hati, dan keteladanan terutama dari Guru PAI.

18

DAFTAR PUSTAKA

Al Barry, M. Dahlan, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Arloka, Yogyakarta. 2001


Shihab,Quraish, Membumikan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1999

Al-Djamali, Moh. Fadhil, al-Tarbiyah al Insan al-jadid (Tunisia al-Syghly:


Matbaah al-Ittihad al-Aam), 1967.

Arifin, Muhammad, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003

Djazaman, Mohammad, Konsep Pendidikan Islam, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam,
Volume 1, tahun 1991

Departemen Pendidikan Nasional, Lampiran Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang


Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta. 2006

Fandy, Tjiptono, Manajemen Jasa Edisi I Cet II, Andi Offcet, Yogyakarta, 1995
Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2003
Suryadi, Ace, dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993
Sutrisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, Yogyakarta: Kota Kembang, Yogyakarta,
2008.
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjen Dikdasmen Depdiknas,
Jakarta, 1999.

19

You might also like