You are on page 1of 21

petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu

bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang
(Kusmana, 1997). Dalam penelitian ini tipe analisis vegetasi kuadrat yang
digunakan adalah berupa bentuk bujur sangkar dengan luas kuadrat 10mx10m.
Stasiun yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini meliputi stasiun
1, 9 dan 17 dengan plot 1, 7, 13, 19, dan 25 dengan jarak antar plot 120 m.
Peneliti memilih tiga stasiun sebagai sampel dikarenakan ketiga stasiun memiliki
perbedaan topografi dan jenis vegetasi yang berbeda. Pengambilan plot dilakukan
hanya terbatas pada plot 1, 7, 13, 19, dan 25, dikarenakan dengan pengambilan
sampel pada plot tersebut, maka keanekaragaman tumbuhan herba dapat
bervariasi, sebab diambil dari vegetasi yang berbeda. Pengambilan sampel tidak
dilakukan pada seluruh plot, karena pada umumnya penyusun vegetasi pada
daerah yang berdekatan hanya terdiri dari spesies yang hampir sama. Pengambilan
stasiun dan plot yang acak ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan sampel
keanekaragaman tumbuhan herba penutup vegetasi yang dapat mewakili
keanekaragaman tumbuhan herba di Taman Nasional Alas Purwo. Peneliti juga
mempertimbangkan faktor abiotik yang mendukung kehidupan dari vegetasi
penyusun ekosistem di Taman Nasional Alas Purwo untuk memperkuat penelitian
bahwa faktor abiotik memiliki peran yang besar bagi kelangsungan hidup
organisme.
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dirumuskan dari proposal ini antara lain:
1. Bagaimana perbedaan keanekaragaman spesies tumbuhan herba pada bibir
pantai, 140 m dari pantai, 260 m dari pantai, 380 m dari pantai di Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi?
2. Bagaimana Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan herba pada bibir pantai,
140 m dari pantai, 260 m dari pantai, 380 m dari pantai di Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi?
3. Faktor abiotik apa saja yang mempengaruhi tumbuhan herba pada bibir
pantai, 140 m dari pantai, 260 m dari pantai, 380 m dari pantai di Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi?

4. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan keanekaragaman spesies tumbuhan herba pada bibir
pantai, 140 m dari pantai, 260 m dari pantai, 380 m dari pantai di Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
2. MengetahuiIndeks Nilai Penting (INP) tumbuhan herba pada pada bibir
pantai, 140 m dari pantai, 260 m dari pantai, 380 m dari pantai di Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
3. Mengetahui faktor abiotik yang dapat mempengaruhi tumbuhan herba pada
pada bibir pantai, 140 m dari pantai, 260 m dari pantai, 380 m dari pantai di
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
B. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1.

Bagi peneliti yaitu dapat mengembangkan dan menerapkan


ilmu yang diperoleh dalam bentuk penelitian sebagai
penerapan teori yang telah diketahui, serta dapat menjaga
keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada.

2.

Bagi

instansi

pemerintah

yaitu

dapat

menjadi

bahan

masukan dan rekomendasi dalam merumuskan kebijakan


pengelolaan

Taman

Nasional

serta

pelestarian

keanekaragaman jenis tumbuhan.

C.

Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Sesuai dengan judul dan tujuan dari penelitian, maka penelitian ini dibatasi

pada hal-hal sebagai berikut:


1. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode analisis vegetasi
kuadrat.
2. Pengambilan sampel terbatas pada plot 1, 7, 13, 19, dan 25 dengan jarak
antar plot 120m.

3. Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian terbatas pada tumbuhan herba.


4. Faktor abiotik yang diukur meliputi suhu udara, kelembaban udara, suhu
tanah, kelembaban, kesuburan tanah, pH, dan intensitas cahaya.
5. stasiun pengambilan sampel tumbuhan herba adalah stasiun 1, 9, dan 25
dengan bentuk ekosistem yang berbeda.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
1.1 Data Perhitungan Kuadrat
Nama spesies
Paspalum
konjugatum
Piper cubeba
Piper
retrovractum
Tetrastigma sp
Pseuderanthemu
m sp
Daemanorobs sp

Bibir pantai
1
9
8
-

17
-

+140m
1
9
-

17
-

+260m
1
9
-

+380m
1
9
-

17

21
-

17
-

+500m
1
9
-

17

39
-

5
-

1
5

7
2

1.2 Hasil analisis

1.3

1.6

Nama

B 1.7

ibir

tumbuhan

1.4 Nilai Kr %
+ 1.8 + 1.9 +3

140m

260m

80m

1.10 +
500m

pantai
1.11

Paspalum

conjugatum
1.17

Piper

cubeba
1.23

Piper

retrofractum
1.29

Tetrastigm

a, sp
1.35

Pseuderan

themum, sp
1.41

Daemanor

ops, sp
1.47 Tota
l

1.15

1.12

1.13

1.14

1.16

1.18

1.19

1.20

1.21

1.22

81

1.24

1.25

1.26

1.27

1.28

1.30

1.31

1.32

1.33

1.34

2,

1.36

1.37

1.38

1.39

1.40

10

1.42

1.43

1.44

1.45

1.46

6,

1.48

1.49

1.50

1.51

1.52

10

1.53
1.54

Nama

tumbuhan

1.55 Nilai Dr %
1.57 B 1.58 + 1.59 + 1.60 +

1.61 +

ibir

500m

140m

260m

380m

pantai
1.62

Paspalum

conjugatum
1.68

Piper

1.63

1.64

1.65

1.66

1.67

1.69

1.70

1.71

1.72

1.73

cubeba
1.74

Piper

retrofractum
1.80

Tetrastigm

a, sp
1.86

Pseuderant

hemum, sp
1.92

Daemanor

ops, sp

1.98 Total

1.75

1.76

1.77

1.78

1.79

1.81

1.82

1.83

1.84

1.85

1.87

1.88

1.89

1.90

1.91

1.93

1.94

1.95

1.96

1.97

1.99

1.100

1.101

1.102

1.103

1.104
1.105
1.106
1.107
1.108 Nama

1.109
Nilai Fr %
1.111 B 1.112 + 1.113 + 1.114 + 1.115 +

tumbuhan

ibir

140m

260m

380m

500m

pantai
1.116 Paspalum
conjugatum
1.122 Piper
cubeba
1.128 Piper
retrofractum

1.117

1.118

1.119

1.120

1.121

1.123

1.124

1.125

1.126

1.127

1.129

1.130

1.131

1.132

1.133

1.134 Tetrastigm
a, sp
1.140 Pseuderant
hemum, sp
1.146 Daemanor
ops, sp
1.152 Tot
al

1.135

1.136

1.137

1.138

1.139

1.141

1.142

1.143

1.144

1.145

1.147

1.148

1.149

1.150

1.151

1.153

1.154

1.155

1.156

1.157

1.158
1.159 Nama

1.160
Nilai INP
1.162 B 1.163 + 1.164 +2 1.165 +

1.166 +

tumbuhan

ibir

500m

140m

60m

380m

pantai
1.167 Paspalum
conjugatum
1.173 Piper

1.168

1.169

1.170

1.171

1.172

1.174

1.175

1.176

1.177

1.178

23

1.181

1.182

1.183

1.184

68

1.187

1.188

1.189

1.190

1.193

1.194

1.195

1.196

1.199

1.200

1.201

1.202

cubeba
1.179 Piper

1.180

retrofractum
1.185 Tetrastigm

1.186

a, sp
1.191 Pseuderant

1.192

hemum, sp
1.197 Daemanor
ops, sp

1.198

1.203 Tot
al

1.204

1.205

1.206

1.207

1.208

30

1.209
1.210
1.211
1.212
1.213
1.214
1.215
1.216
1.217 Analisis Data
1.218 Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan metode
kuadrat, sehingga sistem analisis yang dilakukan meliputi kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensi.
1.219 Plot 1
1.220 Kerapatan relatif
1.221

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:
1.222 Kerapatan Relatif =
1. Paspalumconjugatum

individu
total

x 100%

8
x 100 =10
: 8
0%

1.223 Kerimbunan Relatif


1.224 Kerimbunan didefinisikan sebagai seberapa luas area tanah
yang dikuasi oleh tumbuhan. Kerimbunan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
1.225
KerimbunanRelatif

kerimbunan suatu spesies


total seluruhkerimbunan suatu spesies
1. Paspalum conjugatum
1.226

x 100

8
: 8 x 100 =10 0 %

Frekuensi Relatif

1.227 Dapat didefinisikan sebagai berapa kali satu jenis tumbuhan


dijumpai

selama

pengamatan

dilakukan.

Penghitungan

dapat

menggunakan rumus:
frekuensi suatu spesies yang tertunjuk x 100
1.228 Frekuensi =
total seluruh frekuensi spesies
1. Paspalum conjugatum
1.229

33,33
: 33,33 x 100 =10 0 %

Maka pada daerah bibir pantai tumbuhan yang

ada hanya Paspalum conjugatum dengan nilai INP:


100% + 100% + 100% = 300 %
1.230
1.231

Plot 7

1.232

Pada plot tujuh dengan jarak 140 meter

dari bibir pantai tidak ditemukan tumbuhan sampel


kuadrat.
1.233
1.234
1.235
1.236

Plot 13

1.237

Kerapatan Relatif

1. Piper cubeba
2. Piper retrofractum:

21
x 100 =
87,5 %
24

3
x 100 =
12,5 %
24

1.238 Kerimbunan Relatif


1. Piper cubeba
2. Piper retrofractum:
1.239 Frekuensi Relatif

80
x 100 =
94,117 %
85

5
x 100 =
5.883%
85

1. Piper cubeba
2. Piper retrofractum:
1.240

50
x 100 =
50 %
100

50
x 100 =
50 %
100

Nilai INP

1. Piper cubeba

: 87,5 + 94,117 + 50 = 231,617


12,5+5,883+50
2. Piper retrofractum:
= 68,383
1.241 Pada daerah disekitar plot ke 13 atau sekItar 260 meter dari
bibir pantai didapati dua jenis tumbuhan yakni Piper cubeba dan Piper
retrofractum, namun nilai INP dari Piper cubeba lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tumbuhan yang satunya dengan nilai INP 231,617%.
1.242
1.243

Plot 19

1.244

Kerapatan Relatif
:

39
x 100 =
81,25 %
48

2. Tetrastigma, sp

1
x 100 =
2,083 %
48

3. Pseuderanthemum, sp

5
x 100 =
: 48
10,4167 %

4. Daemanorops, sp

3
x 100 =
6,25 %
48

98
x 100 =
89,09 %
110

1. Piper cubeba

1.245 Kerimbunan Relatif


1. Piper cubeba

1.246 2. Tetrastigma, sp

3. Pseuderanthemum, sp
4. Daemanorops, sp
1.247 Frekuensi Relatif

2
x 100 =
1,818%
110

5
x 100 =
: 110
4,545%
:

5
x 100 =
4,545%
110

1. Piper cubeba

25
x 100 =
25 %
100

2. Tetrastigma, sp

25
x 100 =
25 %
100

3. Pseuderanthemum, sp

25
x 100 =
: 100
25 %

4. Daemanorops, sp

1.248

25
x 100 =
25 %
100

Nilai INP

1. Piper cubeba
2. Tetrastigma, sp

: 81,25% + 89,09% + 25% = 195,34%


: 2,083 % + 1,818% + 25% = 28,902%

3. Pseuderanthemum, sp

4. Daemanorops, sp

: 6,25 % + 4,545% + 25% = 35,796%

10,4167 % + 4,545% + 25% = 39,962%

1.249 Pada daerah disekitar plot ke 19 atau sekItar 380 meter dari
bibir pantai didapati empat jenis tumbuhan yakni Piper cubeba,
Tetrastigma, sp, Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp, namun nilai
INP dari Piper cubeba lebih tinggi bila dibandingkan dengan tumbuhan
yang lainnya dengan nilai INP 195,34%
1.250
1.251

Plot 25

1.252

Kerapatan Relatif

1. Piper cubeba

5
x 100 =
25 %
20

2. Tetrastigma, sp

7
x 100 =
35 %
20

3. Pseuderanthemum, sp

2
x 100 =
: 20
10 %

4. Daemanorops, sp

6
x 100 =
30 %
20

12
x 100 =
42,86 %
28

1.253 Kerimbunan Relatif


1. Piper cubeba

2.

Tetrastigma, sp

7
x 100 =
25%
28

3. Pseuderanthemum, sp

2
x 100 =
: 28
7,14%

4. Daemanorops, sp

7
x 100 =
25%
28

1. Piper cubeba

25
x 100 =
25 %
100

2. Tetrastigma, sp

25
x 100 =
25 %
100

3. Pseuderanthemum, sp

25
x 100 =
: 100
25 %

4. Daemanorops, sp

1.254 Frekuensi Relatif

1.255

25
x 100 =
25 %
100

Nilai INP

1. Piper cubeba
2. Tetrastigma, sp

: 25% + 42,86% + 25% = 92,86%


: 35 % + 25% + 25% = 85%

3. Pseuderanthemum, sp

4. Daemanorops, sp

: 30 % + 25% + 25% = 80%

10 % + 7,14% + 25% = 42,14%

1.256 Pada daerah disekitar plot ke 25 atau sekItar 500 meter dari
bibir pantai didapati empat jenis tumbuhan yakni Piper cubeba,
Tetrastigma, sp, Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp, namun nilai
INP dari Piper cubeba lebih tinggi bila dibandingkan dengan tumbuhan
yang lainnya dengan nilai INP 92,86%
1.257
1.258
1.259
1.260
1.261
1.262
1.263
1.264
1.265
1.266
1.267
1.268

1.269
1.270
1.271
1.272
1.273
1.274
1.275
1.276
1.277
1.278
1.279
1.280
1.281
1.282
1.283
1.284 BAB V
1.285 PEMBAHASAN
1.286
1.287 Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi
yang sering digunakan semua tipe komunitas tumbuhan. Metode kuadrat
menggunakan petak bentuk segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas
area tertentu. Sehubungan dengan efisisensi sampling banyak studi yang
dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data
komposisi vegetasi yang lebih akurat disbanding petak berbentuk lingkaran
(Suwena, 2007). Dalam praktikum kali ini (kuadran) yang digunakan berbentuk
segi empat dengan ukuran 1x1 m.
1.288 Berdasarkan

pengamatan

yang

telah

dilakukan

dengan

menggunakan metode kuadrat ukuran 1x1 m pada 5 plot dimasing-masing stasiun,


yaitu plot 1, 7, 13, 19 dan 25 pada stasiun 1, 9 dan 17 di kawasan Taman Nasional
Alas Purwo didapatkan sebanyak 6 spesies. Pada plot 1 jarak terdekat dari bibir
pantai ditemukan 1 spesies dari 3 stasiun sebagai ulangan yaitu Paspalum
conjugatum. Pada plot 7 yang berjarak 140m tidak ditemukan spesies apapun.
Pada plot 13 yang berjarak 260m ditemukan 2 spesies dari 3 stasiun yaitu Piper
cubeba dan Piper retrofractum. Pada plot 19 yang berjarak 380m ditemukan 4
spesies dari 3 stasiun yaituPiper cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp
dan Daemanorops, sp. Sedangkan pada plot 25 yang berjarak 500m ditemukan 4
spesies dari 3 stasiun yaitu Piper cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp
dan Daemanorops, sp.

1.289 Setelah mendapatkan data dan dilakukan identifikasi maka


dilakukan perhitungan terhadap frekuensi, frekuensi relative, kerapatan, kerapatan
relative, kerimbunan dan kerimbunan relative pada tiap-tiap spesies yang
ditemukan. Hal itu sesuai dengan pernyataan Goldsmith (2010) dalam analisis
menggunakan metode kuadrat dilakukan perhitungan terhadap variable-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
1.290 Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi
jenis tumbuhan di dalam area tersebut (Syafei, 1990). Untuk mencari nilai
kerapatan jenis, yaitu jumlah individu dibagi satuan luas plot. Kerapatan spesies
Paspalum conjugatum pada plot 1 jarak terdekat dari bibir pantai yaitu 8.
Kerapatan spesies Piper cubebadan

Piper retrofractum pada plot 13 yang

berjarak 260m berturut-turut yaitu 21 dan 3. Kerapatan spesies Piper cubeba,


Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. pada plot 19 yang
berjarak 380m berturut-turut yaitu 39, 1, 5 dan 3. Kerapatan spesies Piper cubeba,
Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. pada plot 25 yang
berjarak 500m berturut-turut yaitu 5, 7, 2 dan 6.
1.291 Sedangkan untuk mencari nilai kerapatan relative yaitu kerapatan
tiap individu dibagi dengan kerapatan total dikalikan dengan 100% (Gopala, et. al,
2010). Kerapatan reletif spesies Paspalum conjugatum pada plot 1 jarak terdekat
dari bibir pantaiyaitu 100%. Kerapatan reletif spesies Piper cubebadan Piper
retrofractumpada plot 13 yang berjarak 260m berturut-turut yaitu 87,5% dan
12,5%.

Kerapatan

reletif

spesies

Piper

cubeba,

Tetrastigma,

sp;

Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. pada plot 19 yang berjarak 380m


berturut-turut yaitu 81,25%, 2,083%, 10,42%, dan 6,25%,. Kerapatan reletif
spesies Piper cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops,
sp. pada plot 25 yang berjarak 500m berturut-turut yaitu 25%, 35%, 10% dan
30%.
1.292 Dominansi (kerimbunan) merupakan besaran yang digunakan
untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh, berapa luas
areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan suatu jenis
tumbuhan atau kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing terhadap jenis
lainnya (Latifah, 2005). Dominansi diperoleh dari luas bidang dasar individu

dibagi dengan luas plot. Dan untuk memperoleh dominansi relative. Dominansi
tiap individu dibagi dengan jumlah dominansi total lalu dikalikan dengan 100%.
Hasil yang diperoleh dari dominansi spesies Paspalum conjugatum pada plot 1
jarak terdekat dari bibir pantaiyaitu 80%. Dominansi spesies Piper cubebadan
Piper retrofractum pada plot 13 yang berjarak 260m berturut-turut yaitu 80% dan
5%. Dominansi spesies Piper cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan
Daemanorops, sp. pada plot 19 yang berjarak 380m berturut-turut yaitu 98%, 2%,
5% dan 5%. Kerapatan spesies Piper cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum,
sp dan Daemanorops, sp. pada plot 25 yang berjarak 500m berturut-turut yaitu
12%, 7%, 2% dan 7%.
1.293 Sedangkan dominansi relatif spesies Paspalum conjugatum pada
plot 1 jarak terdekat dari bibir pantaiyaitu 100%. Dominansi reletif spesies Piper
cubebadan Piper retrofractum pada plot 13 yang berjarak 260m berturut-turut
yaitu 94,11%% dan 5,882%. Dominansi reletif spesies Piper cubeba, Tetrastigma,
sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. pada plot 19 yang berjarak 380m
berturut-turut yaitu 89,09%, 1,818%, 4,545%, dan 4,545%. Dominansi reletif
spesies Piper cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops,
sp. pada plot 25 yang berjarak 500m berturut-turut yaitu 42,86%, 25%, 7,14% dan
25%.
1.294 Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang
ditemukan pada setiap petak (Rohman dan Sumberartha, 2001). Frekuensi
diperoleh dari perhitungan jumlah kemunculan setiap individu pada masingmasing plot dibagi dengan jumlah plot. Dalam menghitung frekuensi relative,
frekuensi tiap individu dibagi dengan frekuensi total llau dikali dengan 100%
(Kusmana, 1997). Hasil yang diperoleh dari frekuensi spesies Paspalum
conjugatum pada plot 1 jarak terdekat dari bibir pantai yaitu 33,33%. Frekuensi
spesies Piper cubebadan Piper retrofractumpada plot 13 yang berjarak 260m
berturut-turut yaitu 33,33%dan 33,33%. Frekuensi spesies Piper cubeba,
Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. pada plot 19 yang
berjarak 380m berturut-turut yaitu 33,33%, 33,33%, 33,33% dan 33,33%.
Frekuensi spesies Piper cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan

Daemanorops, sp. pada plot 25 yang berjarak 500m berturut-turut yaitu 33,33%,
33,33%, 33,33% dan 33,33%.
1.295 Sedangkan frekuensi relatif spesies Paspalum conjugatum pada
plot 1 jarak terdekat dari bibir pantaiyaitu 100%. Frekuensi reletif spesies Piper
cubeba dan Piper retrofractum pada plot 13 yang berjarak 260m berturut-turut
yaitu 50% dan 50%. Frekuensi reletif spesies Piper cubeba, Tetrastigma, sp;
Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. pada plot 19 yang berjarak 380m
berturut-turut yaitu 25%, 25%, 25%dan 25%. Frekuensi reletif spesies Piper
cubeba, Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. pada plot
25 yang berjarak 500m berturut-turut yaitu 25%, 25%, 25% dan 25%.
1.296 Setelah dilakukan perhitungan terhadap variable di atas selanjutnya
dihitung indeks nilai penting (INP) dari tiap spesies yang ditemukan. Indeks nilai
penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap
jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting kedudukan ekologis suatu jenis
dalam komunitas. Indeks nilai penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai
kerapatan relative (KR), dominansi relative (DR), dan frekuensi relative (FR)
(Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2005).
Hasil yang diperoleh dari indeks nilai penting (INP) pada masing-masing plot
dengan 3 ulangan yaitu pada plot 1 jarak terdekat dari bibir pantai spesies dengan
INP adalah Paspalum conjugatum sebesar 300%. Pada plot 13 yang berjarak
260m spesies dengan INP tertinggi adalah Piper cubeba sebesar 231,617%,
disusul dengan Piper retrofractum sebesar 68, 383%. Pada plot 19 yang berjarak
380m spesies dengan INP tertinggi adalah Piper cubeba sebesar 195,34% disusul
dengan Pseuderanthemum, sp sebesar 39,962%, Daemanorops, sp sebesar
35,796% dan Tetrastigma, sp sebesar 28,902%. Pada plot 25 yang berjarak 500m
spesies dengan INP tertinggi adalah Piper cubeba sebesar 92,86% disusul dengan
Pseuderanthemum, sp sebesar 42,14%, Tetrastigma, sp sebesar 85% dan
Daemanorops, sp sebesar 80%.
1.297 Berdasarkan data INP yang diperoleh, Paspalum conjugatum
memiliki INP tertinggi pada plot 1 dari 3 kali ulangan dan Piper cubeba memiliki
INP tertinggi pada plot 13, 19 dan 25 dari 3 kali ulangan. Berdasarkan nilai indeks
penting tersebut maka dapat dikatakan bahwa Paspalum conjugatum dan Piper

cubeba memiliki kedudukan yang penting dalam suatu komunitas. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Fachrul (2007) Indeks Nilai Penting merupakan indeks
kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi dalam
komunitasnya. Apabila INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis itu
sangat mempengaruhi kestabilan komunitas tersebut.
1.298 Paspalum conjugatum dan Piper cubeba memiliki INP yang tinggi,
hal ini juga dapat menggambarkan tingkat densitas dan dominansi dari spesies
tersebut. Tingginya tingkat densitas dan dominasi dari spesies yang menempati
suatu ekosistem tertentu dapat disebabkan oleh banyak factor, salah satu factor
lingkungan yang mendukung yaitu pH, suhu dan kelembababn yang cocok untuk
mendukung pertumbuhan populasi (Rahardjanto, 2001). Dari pengamatan yang
telah dilakukan, telah diketahui bahwa pada setiap plot mempunyai jenis spesies
yang berbeda-beda antara satu sama lain. Adanya perbedaan spesies ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi vegetasi. Suhu
merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari
tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut,
sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama
suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja
keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup (Michael,
1995). Suhu udara pada masing-masing stasiun dan plot berbeda-beda tetapi
tingkat perbedaannya tidak terlalu jauh. Pada stasiun 9 plot 1 menunjukan bahwa
suhu udara sebesar 310C, plot 7 320C, plot 13 360C, plot 19 340C dan plot 25 350C.
Syafei (1990) menyebutkan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman
berkisar 32-350C.
1.299 Pada daerah tropis kelembaban udara meningkat menurut
ketinggian suatu daerah. Semakin tinggi suatu daerah maka kelembaban semakin
tinggi, begitu pula sebaliknya. Ada dua macam kelembaban yaitu kelembaban
mutlak, kelembaban nisbi. Kelembaban mutlak adalah sejumlah air dalam udara
yang dinyatakan sebagai berat persatuan udara, dan kelembaban nisbi adalah
merupakan persentase uap air yang sebenarnya dibandingkan dengan kejenuhan
dibawah kendali tekanan suhu yang ada dan bias diukur dengan mencatat
perbedaan antara basah dan kering pada suatu tempat (Michael, 1995).

1.300 pH adalah tingakat keasaman atau kebasaan suatu benda yang


diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai
pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. pH tanah
yang baik untuk digunakan untuk persebaran tumbuhan herba dengan pH 7 atau
netral (Syafei, 1990). Tanah dengan pH netral merupakan jenis tanah yang
mempunyai lapisan solum yang cukup tebal, teksturnya agak bervariasi lempung
sampai liat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang konsistensinya adalah
gempur sampai teguh. Kandungan bahan organik umumnya rendah sampai sangat
rendah (Syafei, 1990).
1.301 Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh
pori pori tanah yang berada di atas water table (Hardjowigeno, 2003).
Kelembaban tanah dipengaruhi oleh kadar air yang tersimpan dalam tanah. Selain
itu, juga menunjukkan baik tidaknya aerasi yang ada dalam tanah. Kelembaban
tanah menjadi faktor penentu keberhasilan tumbuhnya tanaman disamping factor
lain seperti kandungan mineral. Kelembaban tanah dihitung menggunakan
termohigrometer dengan satuan % pada beberapa alat yang lazim ditemukan di
pasaran. Pertumbuhan vegetasi memerlukan tingkat kelembaban tanah tertentu.
Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa kelembaban tanah pada tingkat tertentu
dapat menentukan bentuk tata guna lahan (Syafei, 1990). Berdasarkan data hasil
pengamatan transek 1 dan 9, kelembaban tanah tergolong rendah. Hasil dari
pengukuran termohigrometer adalah Dry atau dalam rentang nilai kering. Pada
kedua transek, plot 1 hingga plot 7 termasuk daerah hutan pantai, sehingga tanah
tidak terlalu lembab. Sedangkan untuk plot 13 hingga 25 merupakan hutan dataran
rendah. Kelembaban tanah terbesar terdapat pada transek 9 di plot 19.
Kelembaban akan meningkat seiring dengan bervariasinya vegetasi yang tubuh
(Sutanto, 1995).
1.302 Salah satu faktor yang mempengaruhi vegetasi adalah pH tanah
yang mencerminkan keadaan kimia tanah (Sutanto, 1995). Reaksi tanah yang
dinyatakan dengan pH menunjukkan sifat kemasaman atau konsentrasi ion H + dan
ion OH- dalam tanah. Bila keadaan kimia tanah dalam proses biologis yang
terganggu maka biasanya ditunjukkan dengan reaksi atau pH yang ekstrim
(Pairunan dkk, 1985). Berdasarkan data pengamatan, rata-rata pH tanah pada

transek 1 dan 9 tergolong ke dalam tanah dengan pH normal, yaitu sekitasr 6,57,5. Hardjowigeno (2003), yang mengemukakan bahwa tanah dikatakan masam
jika pH-nya lebih kecil dari 7 dan dikatakan basa jika nilai pH-nya lebih besar dari
7. Tanah yang pHnya normal memiliki kandungan ion hidrogen dan ion hidroksil
yang seimbang. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh banyaknya kandungan
air dalam tanah sehingga kandungan basa dalam tanah stabil dan mengakibatkan
tanah tersebut menjadi berada pada rentang normal.Tanah yang terlalu masam,
dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedangkan
pH tanah yang terlalu alkalis atau mempunyai nilai pH yang tinggi dapat
diturunkan dengan cara menambahkan belerang atau dengan cara pemupukan
pada tanah (Sutanto, 1995).
1.303 Pengukuran intensitas cahaya menggunakan luxmeter. Fungsi
luxmeter adalah untuk mengukur intensitas pencahayaan yang dilakukan oleh
peneliti (Syafei, 1990). Nilai yang ditunjukkan luxmeter pada transek 1 memiliki
rata-rata 5,5, sehingga termasuk ke dalam intesnitas cahaya tinggi. Pada transek 9,
intenitas cahaya di plot 1, 7, dan 13 bernilai 3. Jauh lebih rendah dari pada plot 19
dan 25. Hal ini dapat diakibatkan karena rimbunnya vegetasi pada plot 1, 7, dan
13 sehingga sinar matahari tidak mengenai permukaan tanah secara kontinyu.
Intesnitas cahaya dapat mempengaruhi nilai keankearagaman, kemerataan, dan
kekayaan dari jenis hewan infauna. Makin tinggi intensitas cahaya akan
menyebabkan meningkatnya suhu permukaan tanah. Suhu menjadi berpengaruh
karena mempengaruhi pertumbuhan serangga tersebut, dikarenakan serangga
bersifat ektoterm yang berarti suhu berdampak besar dalam pertumbuhan
individu.
1.304 Kesuburan tanah merupakan aspek penting dari keberlangsungan
hidup vegetasi. Baiknya aerasi, kandungan zat dalam tanah, adanya fauna tanah
merupakan aspek yang dinilai dalam kesburuan tanah (Sutanto, 1995). Nilai
keseburan tanah dapat diambil menggunakan soil analyzer. Hasil yang
ditunjukkan berupa jarum yang menunjuk ke tulisan untuk menentukan tingkat
kesuburan tanahnya. Kesuburan tanah dari semua plot pada transek 1 dan 9 adalah
too little atau sangat rendah. Hal ini tidak sesuai dengan hasil pengukuran alat
ekologi lain seperti kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan yang

lain, dimana menunjukkan bahwa semakin banyak vegetasi maka kelembaban


udara makin tinggi, suhu udara menurun, dan intensitas cahaya rendah, disamping
adanya faktor lingkungan yang lain. Hal ini dimungkinkan terjadi human error
yang kurang jeli dalam menggunakan soil analyzer atau dapat pula disebabkan
karena alat laboratorium yang kurang memadai.
1.305
1.306
1.307
1.308
1.309
1.310
1.311 BAB VI
1.312 PENUTUP
A Kesimpulan
1. Keanekaragaman spesies tumbuhan herba yang ditemukan pada plot 1 jarak
terdekat dari bibir pantai ditemukan 1 spesies dari 3 stasiun sebagai ulangan
yaitu Paspalum conjugatum. Pada plot 7 yang berjarak 140m tidak ditemukan
spesies apapun. Pada plot 13 yang berjarak 260m ditemukan 2 spesies dari 3
stasiun yaitu Piper cubeba dan Piper retrofractum. Pada plot 19 yang berjarak
380m ditemukan 4 spesies dari 3 stasiun yaituPiper cubeba, Tetrastigma, sp;
Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp. Sedangkan pada plot 25 yang
berjarak 500m ditemukan 4 spesies dari 3 stasiun yaitu Piper cubeba,
Tetrastigma, sp; Pseuderanthemum, sp dan Daemanorops, sp.
2. Indeks nilai penting (INP) pada masing-masing plot dengan 3 ulangan yaitu
pada plot 1 jarak terdekat dari bibir pantai spesies dengan INP adalah
Paspalum conjugatum sebesar 300%. Pada plot 13 yang berjarak 260m
spesies dengan INP tertinggi adalah Piper cubeba sebesar 231,617%, disusul
dengan Piper retrofractum sebesar 68, 383%. Pada plot 19 yang berjarak
380m spesies dengan INP tertinggi adalah Piper cubeba sebesar 195,34%
disusul dengan Pseuderanthemum, sp sebesar 39,962%, Daemanorops, sp
sebesar 35,796% dan Tetrastigma, sp sebesar 28,902%. Pada plot 25 yang
berjarak 500m spesies dengan INP tertinggi adalah Piper cubeba sebesar

92,86% disusul dengan Pseuderanthemum, sp sebesar 42,14%, Tetrastigma,


sp sebesar 85% dan Daemanorops, sp sebesar 80%.
3. Faktor abiotik yang mempengaruhi tumbuhan herba pada plot 1, 7, 13, 19 dan
25 di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi adalah suhu udara,
kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, intensitas cahaya,
dan kesuburan tanah
1.313
B Saran
1 Mahasiswa
1.314
Dalam analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat akan lebih
baik jika praktikan memahami tujuan dari penelitian dan prosedur kerja yang
benar. Lebih jauh, mahasiswa perlu memunculkan inovasi dari hasil penelitian
2

yang didapatkan untuk kemaslahatan lingkungan.


Dosen dan Asisten
1.315
Peran
sebagai
pembimbing
dalam

penelitian

sangat

dibutuhkanselama proses observasi. Pendalaman materi untuk mahasiswa


digunakan sebagai bekal kerja lapangan tanpa mengurangi kewajiban untuk
mendampingi mahasiswa. Analisis vegetasi memerlukan ketelitian tinggi
untuk membedakan tumbuhan dalam berbagai tahap perkembangan. Maka
selalu dibutuhkan arahan dari pihak yang lebih berpengalaman.
1.316
1.317

You might also like