You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh


melalui sebuha jarum ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau
zat-zat makanan dari tubuh. Adapun tujuan dari pemasangan infuse diantaranya
untuk mempertahakan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
secara adekuat melalu oral, memperbaiki keseimbangan asam basa, memperbaiki
volume komponen-komponen darah dan memberikan jalan masuk untuk
pemberian obat-obatan ke dalam tubuh serta untuk tujuan lainnya.
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,
konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan
parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi
medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting
yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien. Berbagai cairan
mempunyai manfaat dan tujuan yang berbeda-beda. Secara sederhana, tujuan dari
terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan akut dan
rumatan untuk mengganti kebutuhan harian. Total cairan tubuh bervariasi menurut
umur, berat badan dan jenis kelamin. Lemak tubuh juga berpengaruh terhadap
cairan, semakin banyak lemak, semakin kurang cairannya.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.
I.1

PEMASANGAN JALUR INFUS (Peripheral Venous Catheter)


Pengertian
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh,

melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan kehilangan


cairan atau zat-zat makanan dari tubuh atau memberikan cairan tambahan yang
mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus menerus
selama periode tertentu.1
I.2

Tujuan
Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk :
a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein,
kalori dan nitrogen pada pasien yang tidak mampu mempertahankan

masukan yang adekuat melalui mulut.


b. Memulihkan keseimbangan asam-basa.
c. Memulihkan volume darah.
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.1
I.3
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pemasangan infus intravena diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.

Pemberian cairan intravena


Pemberian nutrisi parenteral dalam jumlah terbatas
Pemberian kantong darah dan produk darah
Pemberian obat yang terus menerus
Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika pasien syok, juga untuk memudahkan

pemberian obat
f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok, sebelum pembuluh darah kolaps,
sehingga tidak dapat dipasang jalur infus
Kontraindikasi dan peringatan pada pemasangan infus melalui jalur
pembuluh darah vena :

a. Inflamasi (bengkak, nyeri dan demam) dan infeksi di lokal pemasangan


infus
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis
c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil
yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan
I.4

kaki).1
Area Insersi Jarum Infus
Area insersi sebaiknya ialah vena distal sebab vena bagian proksimal yang

berukuran lebih besar akan bermanfaat untuk keadaan darurat. Secara umum
terdapat beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada pemasangan infus
intravena yaitu :
-

Vena metacarpal (memudahkan pergerakan tangan)


Vena basilica
Vena cephalica
Vena mediana cubiti
Vena dorsalis pedis
Vena saphena magna dan vena saphena parva

Pada pasien dewasa, vena yang terdapat pada ekstremitas bawah hanya
digunakan sebagai pilihan terakhir.

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Vena superfisialis pada ekstremitas atas.3

Vena-vena yang terdapat pada ekstremitas bawah.3

Contoh jarum infus/abbocath


o ONC (over the needle cannula)
Tujuan : terapi jangka panjang untuk pasien agitasi atau pasien
yang aktif.
Manfaat : lebih nyaman bagi pasien, ada tempat untuk mengecek
aliran darah balik, kerusakan pada vena yang kecil.
Kerugian : lebih sulit dimasukkan daripada alat lain
o Through the needle cannula
Tujuan : terapi jangka panjang untuk pasien agitasi atau pasien
yang aktif
Manfaat : kerusakan pada vena lebih kecil, lebih nyaman bagi
pasien, needle dalam berbagai ukuran panjang
Kerugian : biasanya untuk pasien lansia, menimbulkan kebocoran
o Wing needle
Tujuan : terapi jangka pendek untuk pasien yang kooperatif, terapi
untuk neonatus, anak atau lansia dengan vena yang fragil atau
sklerotik
Manfaat : menimbulkan nyeri lebih kecil ketika insersi, ideal untuk
memasukkan obat
Kerugian : mudah menimbulkan infiltrasi jika wing needle kaku

yang digunakan.1
Contoh ukuran abbocath yang umum digunakan :
Nomor 16
Bedah mayor atau trauma
Nomor 18 (hijau)
Darah dan produk darah, pemberian obat
obat yang kental dan pembedahan
Nomor 20 (pink)
Nomor 22 (biru)
Nomor 24 (kuning)

Digunakan pada kebanyakan pasien


Digunakan pada kebanyakan pasien anakanak dan lansia
Untuk pediatrik atau neonatus

Semakin besar ukuran, semakin kecil kaliber kateter.1,4


I.5

Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan infus intravena

diantaranya :
A. Komplikasi lokal
Hematoma, yakni darah menggumpal dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang
5

kurang tepat saat memasukkan jarum atau tusukan berulang pada


pembuluh darah
Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh
darah
Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi
akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar
Trombosis, ditandai dengan nyeri kemerahan, bengkak pada vena dan
aliran infus berhenti, disebabkan oleh injury sel endotel vena dan
pelekatan platelet
Iritasi vena, kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan
pada kulit di atas area insersi
Occlusion, ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol
dinaikkan dan terdapat aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman
pada area pemasangan/insersi, disebabkan oleh gangguan aliran intravena,
aliran balik darah ketika pasien berjalan dan selang diklem terlalu lama
Spasme vena, ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat disekitar
vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena
bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena
oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu
cepat
Reaksi vasovagal, kondisi ini digambarkan dengan pasien yang tiba-tiba
terjadi kollaps vena, dingin, keringat, pusing, pingsan mual dan penurunan
tekanan darah. Reaksi vasovagal disebabkan oleh nyeri atau kecemasan
Kerusakan saraf, tendon dan ligament, ditandai oleh nyeri ekstrim, kebas,
kontraksi otot, efek lambat yang bisa timbul adalah paralisis, mati rasa dan
deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh teknik pemasangan yang tidak
tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon, ligament
B. Komplikasi sistemik
Emboli udara. Yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi
akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh
darah
Septicemia/bakteremia, adanya substansi piogenik baik dalam larutan infus
atau melihat kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera setelah
6

pemasangan infus dimulai, sakit punggung, sakit kepala, peningkatan nadi


dan frekuensi pernfasan, mual dan muntah, diare, demam menggigil,
malaise umum dan jika parah dapat terjadi kolaps vaskular. Penyebab
septicemia adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian teknik aseptik.
Septicemia terutama terjadi pada pasien yang mengalami penurunan imun
Reaksi alergi, ditandai dengan gatal, hidung dan mata merah,
bronkospasme, wheezing, urticaria, edema pada area insersi, reaksi
anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin, gatal, palpitasi, wheezing, kejang
dan kardiak arrest). Kondisi ini bisa disebabkan oleh allergen, misal
karena medikasi
Overload sirkulasi, membebani sistem sirkulasi dengan cairan intravena
yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan
tekanan vena sentral, dispneu berat, dan sianosis. Penyebab yang mungkin
adalah aliran infus yang terlalu cepat sehingga mengakibatkan kelebihan
beban sirkulasi.5

I.6

Teknik Pemasangan Infus Intravena


A. Alat dan Bahan :
Infus set
Abocath
Cairan infuse
Tornikuet/tensimeter
Kapas alcohol
Kasa steril
Betadin salep
Plester, gunting,
Spalk dan pembalut kalau perlu
Tiang infuse
Perlak kecil dan alasnya
Handscoon

B. Cara memunculkan vena


1. Palpasi daerah yang akan dipasang infus.
2. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya (jika yang akan
digunakan lengan).
3. Pijat tempat yang akan diinfus.
4. Gunakan torniket sedikitnya 5 -15 cm diatas tempat yang akan
diinsersi, kencangkan torniket.
5. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tensimeter, pasang
tensimeter sedikit dibawah tekanan sistolik.
6. Raba vena tersebut, untuk meyakinkan keadaan vena
7. Biarkan ekstremitas tersebut selama beberapa menit.
8. Gunakan handuk hangat untuk melembabkan tempat yang akan
diinsersi.
C. Tahapan pemasangan infus
1. Siapkan alat alat
2. Cuci tangan lalu pasang handscoon
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakannya
4. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
5. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika tidak
6.
7.
8.
9.

memungkinkan.
Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja
Letakkan manset 5-15 cm di atas tempat tusukkan
Letakkan alas plastik dibawah lengan pasien
Periksa label pasien sesuai dengan kebutuhan cairan yang akan

diberikan.
10. Hubungkan cairan infus dengan infus set dan gantungkan.
11. Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak ada udara di
dalamnya.
12. Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan
kesterilan.
13. Kencangkan tournikuet/manset tensi meter (tekanan dibawah tekanan
sistolik).
14. Anjurkan pasien untuk mengepal dan membukanya beberapa kali,
palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk
15. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu
diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari
dalam keluar lokasi tusukkan.
16. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah
tusukkan.

17. Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan ditusuk.
setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan pasti.
18. Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum sedikit lalu
teruskan plastik IV catheter kedalam vena
19. Tekan dengan jari ujung plastik IV catheter
20. Tarik jarum infus keluar
21. Sambungkan plastik IV catheter dengan ujung selang infus.
22. Lepaskan manset
23. Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar.
24. Oleskan dengan salep betadin diatas penusukkan, kemudian ditutup
dengan kasa steril
25. Fiksasi posisi plastik IV catheter dengan plester.
26. Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang stiker yang sudah diberi
tanggal.
27. Evaluasi hasil kegiatan
28. Bereskan alat-alat
29. Cuci tangan
D. Cara fiksasi infus
Metode Chevron
Pasang plester ukuran 1,25 cm, letakkan di bawah hubungan kateter
dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas. Silang kedua ujung
plester melalui hubungan kateter dan rekatkan pada kulit pasien lalu
rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang

infuse untuk memperkuat, kemudian diberi label


Metode H
Pasang plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat di
bawah hubungan kateter. Lipat setiap sisi plester melalui sayap kateter,
tekan ke bawah sehingga parallel dengan hubungan kateter lalu rekatkan
plester lain di atas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat

sempurna dan berikan label


Metode U
Potong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester pada sayap

kateter
E. Cara menghitung tetesan infus
Pemberian cairan perinfus harus dihitung jumlah tetesan permenitnya
untuk mendapatkan kebutuhan yang dijadwalkan. Jumlah ml cairan yang masuk
tiap jam dapat digunakan rumus : ml per jam = tetesan x faktor tetesan. Faktor

tetesan dihitung dengan 60 dibagi jumlah tetesan yang bisa dikeluarkan oleh infus
set untuk mengeluarkan 1 ml. Misalnya, suatu infus set dapat mengeluarkan 1 ml
cairan dalam 15 tetesan, berarti faktor tetesan (60:15) = 4. Jadi bila infus set
tersebut memberikan cairan dengan kecepatan 25 tetes per menit berarti akan
diberikan cairan sebanyak 25x4 = 100 ml perjam.5
Terdapat beberapa tipe-tipe cairan:6
1. Isotonik : Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan
yang ada didalam plasma.
a. NaCI 0,9 %
b. Ringer laktat
c. Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)
d. Dextrose 5 % dalam air (D 5 W)
2. Hipotonik : Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih kecil
daripada yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk
kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel,
sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.
a. Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 %
b. NaCI 0,45%
c. NaCI 0,2 %
3. Hipertonik : Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih
tinggi daripada yang ada di dalam plasma darah. Pemberian cairan ini
meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk
kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotik, sel kemudian
akan menyusut.
a. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 %
b. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % (hanya sedikit hipertonis karena
dextrose

dengan

cepat

dimetabolisme

mempengaruhi tekanan osmotik).


c. Dextrose 10 % dalam air
d. Dextrose 20 % dalam air
e. NaCI 3% dan 5%
f. Larutan hiperalimentasi
g. Dextrose 5 % dalam ringer laktat
h. Albumin
F. Kegagalan pemberian infus

10

dan

hanya

sementara

Beberapa keadaan yang mengakibatkan kegagalan dalam pemberian cairan


perinfus antara lain :
-

Jarum infus tidak tepat masuk vena (ekstravasasi)


Pipa infus tersumbat (karena jendalan darah atau terlipat)
Pipa penyalur udara tak berfungsi
Jarum infus atau vena terjepit karena posisi lengan fleksi
Jarum infus bergeser atau menusuk ke luar vena.1

BAB III
KESIMPULAN

11

Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh,


melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh atau memberikan cairan tambahan yang
mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus menerus
selama periode tertentu.
Adapun indikasi pemasangan infus intravena ialah (1) pemberian cairan
intravena, (2) pemberian nutrisi parenteral, (3) pemberian produk darah (4) akses
pemberian obat, (5) upaya profilaksis sebelum prosedur operasi dan profilaksis
pada pasien-pasien yang tidak stabil.
Area insersi pemasangan infus sebaiknya ialah vena distal sebab vena
bagian proksimal yang berukuran lebih besar akan bermanfaat untuk keadaan
darurat. Secara umum terdapat beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada
pemasangan infus intravena diantaranya : Vena metacarpal, vena basilica, vena
cephalica, vena mediana cubiti, vena dorsalis pedis, vena saphena magna dan vena
saphena parva.
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,
konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada sebab total cairan tubuh
bervariasi menurut umur, berat badan dan jenis kelamin.

DAFTAR PUSTAKA

12

1. Author. Pemasangan Infus. Laboratorium Keterampilan Medik PPD


Unsud;2001.h. 1-11
2. Marino, Paul L. Chap. 6 Establishing venous access. Dalam: ICU Book.
Ed. 3. Lippincott Williams & Wilkins;2007. h. 108-28.
3. Moore, Keith L, Dalley, Arthur F. Lower limb and upper limb. Dalam:
Clinically oriented anatomy. Ed. 5. Lippincott Williams & Wilkins;2006.
h.555-875
4. Muhiman M. Penatalaksanaan pasien di Intensive Care Unit. Jakarta:
Bagian Anestesiologi FKUI;1989.
5. DeGowin RL, Brown DD. Diagnostic Examination, Ed. 7. New York: Mc
Graw-Hill Co.;2000.
6. Morgan EG, Maged Jr, Mikhail, Murray MJ. Chapt 29. Fluid Management

& Transfusion. Dalam: Clinical Anesthesiology. Ed. 4. McGraw-Hill


Companies, Inc;2006.

13

You might also like