Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
I.1
Tujuan
Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk :
a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein,
kalori dan nitrogen pada pasien yang tidak mampu mempertahankan
pemberian obat
f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok, sebelum pembuluh darah kolaps,
sehingga tidak dapat dipasang jalur infus
Kontraindikasi dan peringatan pada pemasangan infus melalui jalur
pembuluh darah vena :
kaki).1
Area Insersi Jarum Infus
Area insersi sebaiknya ialah vena distal sebab vena bagian proksimal yang
berukuran lebih besar akan bermanfaat untuk keadaan darurat. Secara umum
terdapat beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada pemasangan infus
intravena yaitu :
-
Pada pasien dewasa, vena yang terdapat pada ekstremitas bawah hanya
digunakan sebagai pilihan terakhir.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
yang digunakan.1
Contoh ukuran abbocath yang umum digunakan :
Nomor 16
Bedah mayor atau trauma
Nomor 18 (hijau)
Darah dan produk darah, pemberian obat
obat yang kental dan pembedahan
Nomor 20 (pink)
Nomor 22 (biru)
Nomor 24 (kuning)
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan infus intravena
diantaranya :
A. Komplikasi lokal
Hematoma, yakni darah menggumpal dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang
5
I.6
memungkinkan.
Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja
Letakkan manset 5-15 cm di atas tempat tusukkan
Letakkan alas plastik dibawah lengan pasien
Periksa label pasien sesuai dengan kebutuhan cairan yang akan
diberikan.
10. Hubungkan cairan infus dengan infus set dan gantungkan.
11. Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak ada udara di
dalamnya.
12. Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan
kesterilan.
13. Kencangkan tournikuet/manset tensi meter (tekanan dibawah tekanan
sistolik).
14. Anjurkan pasien untuk mengepal dan membukanya beberapa kali,
palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk
15. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu
diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari
dalam keluar lokasi tusukkan.
16. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah
tusukkan.
17. Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan ditusuk.
setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan pasti.
18. Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum sedikit lalu
teruskan plastik IV catheter kedalam vena
19. Tekan dengan jari ujung plastik IV catheter
20. Tarik jarum infus keluar
21. Sambungkan plastik IV catheter dengan ujung selang infus.
22. Lepaskan manset
23. Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar.
24. Oleskan dengan salep betadin diatas penusukkan, kemudian ditutup
dengan kasa steril
25. Fiksasi posisi plastik IV catheter dengan plester.
26. Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang stiker yang sudah diberi
tanggal.
27. Evaluasi hasil kegiatan
28. Bereskan alat-alat
29. Cuci tangan
D. Cara fiksasi infus
Metode Chevron
Pasang plester ukuran 1,25 cm, letakkan di bawah hubungan kateter
dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas. Silang kedua ujung
plester melalui hubungan kateter dan rekatkan pada kulit pasien lalu
rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang
kateter
E. Cara menghitung tetesan infus
Pemberian cairan perinfus harus dihitung jumlah tetesan permenitnya
untuk mendapatkan kebutuhan yang dijadwalkan. Jumlah ml cairan yang masuk
tiap jam dapat digunakan rumus : ml per jam = tetesan x faktor tetesan. Faktor
tetesan dihitung dengan 60 dibagi jumlah tetesan yang bisa dikeluarkan oleh infus
set untuk mengeluarkan 1 ml. Misalnya, suatu infus set dapat mengeluarkan 1 ml
cairan dalam 15 tetesan, berarti faktor tetesan (60:15) = 4. Jadi bila infus set
tersebut memberikan cairan dengan kecepatan 25 tetes per menit berarti akan
diberikan cairan sebanyak 25x4 = 100 ml perjam.5
Terdapat beberapa tipe-tipe cairan:6
1. Isotonik : Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan
yang ada didalam plasma.
a. NaCI 0,9 %
b. Ringer laktat
c. Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)
d. Dextrose 5 % dalam air (D 5 W)
2. Hipotonik : Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih kecil
daripada yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk
kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel,
sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.
a. Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 %
b. NaCI 0,45%
c. NaCI 0,2 %
3. Hipertonik : Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih
tinggi daripada yang ada di dalam plasma darah. Pemberian cairan ini
meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk
kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotik, sel kemudian
akan menyusut.
a. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 %
b. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % (hanya sedikit hipertonis karena
dextrose
dengan
cepat
dimetabolisme
10
dan
hanya
sementara
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13