Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Putu Widyaningrum Amritadatta, S.Ked
NIM: FAA 110 040
Pembimbing :
dr. Sutopo, Sp. RM
dr. Tagor Sibarani
BAB 1
PENDAHULUAN
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10 - 15% dari seluruh stroke dan memiliki
tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark serebral. Literatur lain menyatakan hanya 8 18% dari
stroke keseluruhan yang bersifat hemoragik. Namun, pengkajian retrospektif terbaru menemukan
bahwa 40.9% dari 757 kasus stroke adalah stroke hemoragik. Namun pendapat menyatakan
bahwa peningkatan presentase mungkin dikarenakan karena peningkatan kualitas pemeriksaan
seperti ketersediaan CT scan, ataupun peningkatan penggunaan terapeutik agen antiplatelet dan
warfarin yang dapat menyebabkan perdarahan.1,2
Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama. Dengan kombinasi seluruh tipe
stroke secara keseluruhan, stroke menempati urutan ketiga penyebab utama kematian dan urutan
pertama penyebab utama disabilitas. Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih
tinggi terdapat pada stroke hemoragik dibandingkan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang
mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya.2
Resiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan usia dan lebih tinggi pada pria
dibandingkan dengan wanita pada usia berapapun. Faktor resiko mayor meliputi hipertensi
arterial, penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, perilaku merokok, hiperlipoproteinemia,
peningkatan fibrinogen plasma, dan obesitas. Hal lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
stroke adalah penyalahgunaan obat, pola hidup yang tidak baik, dan status sosial dan ekonomi
yang rendah.3
Diagnosis dari lesi vaskular pada stroke bergantung secara esensial pada pengenalan dari
sindrom stroke, dimana tanpa adanya bukti yang mendukungnya, diagnosis tidak akan pernah
pasti. Riwayat yang tidak adekuat adalah penyebab kesalahan diagnosis paling banyak. Bila data
tersebut tidak dapat dipenuhi, maka profil stroke masih harus ditentukan dengan memperpanjang
periode observasi selama beberapa hari atau minggu.4
Tujuan dari penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan morbiditas dan
menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan. Dengan penanganan yang
benar-benar pada jam-jam pertama paling tidak akan mengurangi kecacatan sebesar 30% pada
penderita stroke.1,4
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1
PRIMARY SURVEY
Ny. R, perempuan
Vital Sign :
Tekanan Darah
: >300/180 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,8 0C
Pernapasan
: 20 x/menit, torako-abdominal
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam Priority sign yaitu
pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kiri, sehingga memerlukan
penanganan segera dengan ditempatkan diruang non bedah dan diberikan oksigenasi. Pasien
diberi label kuning.
Tatalaksana awal : Tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non
bedah, oksigenasi nasal canul 3 LPM, pemasangan dower catheter, dan pemberian cairan
Asering 20 tpm.
2.2
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. R
Usia
: 44 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
: Jl. Mendawai
2.3
Anamnesis
Aloanamnesis
1. Keluhan Utama
Pasen datang dengan kelemahan anggota gerak sebelah kiri, 1 jam SMRS
saat bangun tidur pasien tiba-tiba tidak bisa berjalan dan tidak bisa
menggerakkan anggota gerak sebelah kiri. Bicara pelo (+), bibir mencong (-),
mual (+), muntah 1x (+) berisi makanan. Kejang (-).
1 hari SMRS pasien mengeluh sakit kepala yang terasa berat dan berdenyut.
Sakit kepala datang tiba-tiba dan tidak berkurang saat diberi obat pereda nyeri.
Pemeriksaan Fisik
-
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
: >300/180 mmHg
: 98x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
: 36,8 0C
: 20 x/menit, torako-abdominal
Thoraks
-
Paru-paru
Inspeksi
: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, penggunaan otot bantu
pernapasan (-)
-
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
: Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
-
Akral hangat
Edema (-/-)
Pemeriksaan Neurologis
-
Ekstremitas superior & inferior dekstra 5, ekstremitas superior & inferior sinistra
1.
Refleks fisiologis meningkat pada ekstremitas superior & inferior sinistra. Refleks
fisiologis ekstremitas superior dan inferior dekstra normal.
2.5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Leukosit
Eritrosit
Hb
Ht
Trombosit
GDS
Kreatinin
: 6.910/uL
: 3.74 x 106 /uL
: 10.0 g/dL
: 30 %
: 265.000/uL
:152 mg/dL
: 1.00 mg/dL
EKG
Kesan : lesi hipodens pada ganglia basalis yang menunjukkan perdarahan disertai edema
perifokal.
2.6
Diagnosis
Diagnosis Klinis
Stroke hemoragik, hipertensi emergensi
Diagnosis Banding
-
2.7
Stroke hemoragik
Stroke non hemoragik
SOL
Penatalaksaan IGD
-
2.8
Inj. Furosemide 3 x 1 A
Inj. lapibal 2 x 1 A
Konsul neurologi dan bedah saraf
Pasien dianjurkan dirawat di HCU.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
BAB 3
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien di
diagnosis stroke hemoragik dan hipertensi emergensi. Dari anamnesis didapatkan pasien
8
mengeluh kelemahan anggota gerak sejak 2 jam SMRS saat baru bangun tidur lalu disertai
sakit kepala, muntah, dan terdapat riwayat hipertensi tidak terkontrol. Pada pemeriksaan EKG,
dan Foto Thoraks didapatkan gambaran pembesaran ventrikel kiri, pada hasil CT scan
menunjukan lesi hipodens yang menunjukkan perdarahan di ganglia basalis kanan dan terdapat
perifokal edema.
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat
akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak.4,5
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: 6
Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan fungsi hati,
komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan, hipofibrinogenemia, dan hemofilia.
Amiloidosis arteri
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral, dan acute
necrotizing haemorrhagic encephalitis.
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan
intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi biasanya
ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke hemoragik
dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan
intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.2
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika belahan
dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan, kerugian
hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kana terpotong, dan aphasia
mungkin terjadi. Jika belahan nondominant (biasanya kanan)
hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang
visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian dan
kekurangan perhatian pada sisi kiri.2
Gambar 3.1 Skor Penentuan Stroke
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan kompresi batang
otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran, apnea, dan
kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara lain: ekstremitas
ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau
kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan
diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral
tubuh.2,5
Diagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama pasien.
Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain: hemiparesis,
10
gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia,
disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara
mendadak.1
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan menyingkirkan
diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita stroke diantaranya
adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa.2
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak adalah langkah
penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis kedaruratan. Pencitraan otak
membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta dapat menidentifikasi komplikasi seperti
perdarahan intraventrikular, edem otak, dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak
merupakan pilihan yang dapat digunakan.2
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dari stroke
iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT
non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.2
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa diandalkan
daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat mengidentifikasi malformasi vaskular
yang mendasari atau lesi yang menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG) untuk memulai
memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia miokard memiliki kejadian
signifikan dengan stroke.2
Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti: ensefalitis,
meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik, perdarahan subaraknoid,
hematoma subdural, kedaruratan hipertensif, hipoglikemia, labirinitis, dan Transient Ischemic
Attack (TIA).2
Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Terapi medik pada PIS akut:
a. Terapi hemostatik 1
Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat haemostasis
yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten terhadap pengobatan faktor
VIII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang
normal.
11
12
BAB 4
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien Ny. R dengan stroke hemoragik dan hipertensi emergensi.
Diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. stroke
adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)
13
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Setelah hasil CT Scan mengarah pada diagnosis stroke hemoragik, penatalaksanaan yang
diberikan pun sesuai dengan stroke hemoragik yang bertujuan untuk penatalaksanaan dini,
stabilisasi tekanan darah, neuroproteksi, penatalaksanaan simtomatik dan suportif, menjaga vital
jantung, ginjal, dan keseimbangan elektrolit. Penatalaksanaan yang dilakukan di IGD sudah
sesuai dan pasien dikonsulkan ke bagian neurologi dan bedah saraf dan dianjurkan untuk di
observasi di HCU.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guideline Stroke
2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.
[diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
14
15