Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. A
Umur
: 7 tahun
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Alamat
: Pangkalan Balai
Tanggal masuk
: 23 Juni 2016
: demam (+)
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
:Nadi
Kulit
= 90x/menit
Suhu
= 38 0C
RR
= 24x/menit
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
:I
: Datar
P
Ekstremitas
: Timpani
I.3. RESUME
S
Pada tanggal 23 Juni 2016 An. A, 7 th datang dari IGD pada pukul
10.00 WIB. Pasien mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, demam
dirasakan naik turun, batuk (+) tidak berdahak, batuk dirasakan
sebelum timbulnya gejala demam, pilek (-), nyeri perut (+), mual (+),
muntah (-), BAB lendir (+), BAB terakhir 2 hari yang lalu., flatus (+)
- DHF I
- Typhoid Fever
- infus RL 20 tpm
- Paracetamol 3x250
- Cloramphenicol 3x250
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: Nadi: 80x/menit
Suhu: 37,5 0C
RR: 20x/menit
Kulit
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
:I
: Datar
P
Ekstremitas
:Timpani
Pemeriksaan Penunjang
7
- infus RL 20 tpm
- Paracetamol 3x250
- Cloramphenicol 3x250
: sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: Nadi: 80x/menit
Suhu: 37 0C
RR: 20x/menit
Kulit
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
:I
: Datar
:Timpani
Rencana pulang
BAB II
10
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PENDAHULUAN
Menurut Hadinegoro (1001), demam berdarah dengue adalah salah satu
bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia
sedangkan manifestasi klinis dan infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue
dan demam berdarah dengue.
Dengue adalah penyakit daerah tropis dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti, nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di
Indonesia hal ini tampak dari kenyataan seluruh wilayah di Indonesia mempunyai
resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue. Sebab baik virus
penyebab maupun nyamuk penularanya sudah tersebar
luas di perumahan-
perumahan penduduk.
Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung meningkat dari tahun ke
tahun sebaliknya angka kematian cenderung menurun , karena semakin dini
penderita mendapat penanganan oleh petugas kesehatan yang ada di daerah daerah
(Janus, 2003)
II.2. ISI
II.2.1. Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
dikenal
sebagai
genus
flavivirus,
berdarah
dengue
di Indonesia
pertama
kali
dicurigai
yang
Berdarah
penduduk yang
mempengaruhi
Dengue
tinggi
(2)
peningkatan
sangat
Urbanisasi
dan
penyebaran
kompleks, yaitu
yang
tidak
(1)
terencana
kasus
Pertumbuhan
dan
tidak
terkendali (3) Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis dan (4) Peningkatan sarana transportasi. (Hadinegoro, 2001)
Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap
tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa
pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat
terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April Mei setiap
tahun.
ditularkan
kepada
manusia
melalui
nyamuk
Aedes
Aegypti, Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain
12
dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum
dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus
dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif).
Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 6 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul. (Hadinegoro, 2001)
II.2. 5. Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan
infeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang
amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan.(Hendrawanto, 1996)
Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the
sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat
terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi
berulang dengue lainnya. Reinfeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif
antibody yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue.
Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini
akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibodi (virus
antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem
komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma
dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.
13
II.2. 6. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan
demam
dengue
dengan
demam
berdarah
dengue
ialah
dan
serothin
serta
aktivasi
sistim
kalikrein
yang berakibat
yang
hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada
daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma
yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum
pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau
beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi,
kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di
sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak
teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut. (Widodo,
2002
II.2. 8. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000)
dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting.
Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya
memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan masa perdarahan biasanya
memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX,
dan X. Pada pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia, hiponatremia, dan
hipokloremia.
2. Urine
Ditemukan albuminuria ringan
3. Sumsum Tulang
Gangguan maturasi
4. Serologi
a. Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan
15
Derajat I
(1,3)
yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan
intravenaperlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
17
Cairan pengganti :
Larutan fisiologis NaCl
Larutan Isotonis ringer laktat
Ringer asetat
Glukosa 5%
(Hadinegoro, 2001)
II.2 . 12. Prognosis
Menurut Hendrawanto (1996), kematian akibat demam berdarah dengue cukup tinggi.
I.
Defenisi
18
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari yang disebabkan oleh salmonella thypi
atau paratyphi.
II.
Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid
dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat
inap di rumah sakit. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur,
tetapi yang paling sering pada anak besar,umur 5- 9 tahun.
III.
Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram
negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida. Mempunyai
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi
juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap
multipel antibiotik.
IV.
Gejala Klinis
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodormal, yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian
menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus
berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsurangsur turun dan normal kembali pada kahir minggu ketiga.
2. Gangguan saluran pencernaan
19
Pada mulut terdapat nafas berbau tak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung tepinya kemerahan, jarang
disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung.
Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan
konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal, bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma dan gelisah.
V.
Patofisiologi
Masuknya kuman Salmonella typhi (S. Typhi) dan Salmonella paratyphi (S.
Paratyphi) ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi
kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke
dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa
(Ig A) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M)
dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan
difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakteriemia pertama yang simtomatik) dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di
organ-organ ini, kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak
di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
mengakibatkan bakteriemia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik.
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak,
dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermittent ke dalam lumen usus.
Sebagian kuman dikeluarkan melaui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam
sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung
makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella
terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan
20
gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut, instabilitas vascular, gangguan mental, dan koagulasi.
Di dalam plague peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi
hyperplasia jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas
tipe lambat, hyperplasia jaringan, dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna
dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di
dinding usus. Proses patologi jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke
lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. Endotoksin dapat
menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi
seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan, dan gangguan organ
lainnya.
VI.
Penegakkan Diagnosis
Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak kadang-kadang mengalami
kesulitan karena gejala klinik yang sering tidak khas terutama pada anak kecil
(dibawah lima tahun). Gejala klinik biasanya seperti panas 1 minggu atau lebih,
adanya thypoid tongue, pembesaran hati dan limfa, adanya diare atau konstipasi.
Diagnosis pasti demam tifoid ditegakkan dengan ditemukannya kuman
Salmonella typhi dari biakan darah, urin, tinja, sumsum tulang atau dari aspirat
duodenum. Tetapi pemeriksaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga
secara klinik tidak menjadi patokan untuk memberikan terapi. Dengan demikian
secara praktis diagnosis klinis demam tifoid telah dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinik, pemeriksaan darah tepi, dan pemeriksaan serologis.
Pemeriksaan serologis untuk memastikan diagnosa klinis demam tifoid yang
terbanyak dilakukan adalah pemeriksaan dengan tes widal. Pada tes ini yang
dilakukan adalah memeriska titer agglutinin O dan H. Interpretasi terhadap tes
widal
harus
dilakukan
dengan
cermat
mengingat
banyak
faktor
yang
21
Diagnosis Banding
Sesuai dengan perjalan penyakit pada fase awal secara klinik penyakit sukar
dibedakan dengan fase awal penyakit umum lainnya seperti demam berdarah
dengue, gastroenteritis, influenza, dll.
Pada fase lanjut perlu dibedakan dengan penyakit lainnya seperti malaria,
ISK. Maka untuk menyingkirkan semua diagnosa banding tersebut perlu dilakukan
anamnesa detail, pemeriksaan sero-bakteriologis, maupun pemeriksaan lain yang
akurat.
VIII. Penatalaksanaan
1. Indikasi rawat
Jika klinis disertai hiperpireksia, muntah-muntah, intake tidak
2. Perawatan
Penderita harus tirah baring sampai 7 hari bebas panas, kemudian secara
bertahap mulai mobilisasi.
3. Diet
Bubur saring sampai tiga hari bebas panas, lanjutkan bubur biasa (bebas
serat, tidak merangsang) 3 hari, kemudian makan biasa.
4. Medikamentosa
Obat pilihan pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol dengan
dosis 50-100 mg/kgBb/ hari oral atau IV (dosis maksimal 2 gr/hari).
Obat diberikan sampai 7 hari bebas panas, minimal diberikan selama 10
hari.
Bila dalam 10 hari pemberian kloramfenikol panas tidak turun maka obat
dan diberikan sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari dosis tunggal.
Pada ensefalopati tifoid diberikan juga dexamethason dengan dosis awal
3 mg/kgBB/kali, dilanjutkan 1 mg/kgBB/6 jam, sebanyak 8 kali (selama
48 jam), lalu di stop tanpa tapering off, reduksi cairan 4/5 kebutuhan,
lakukan pemeriksaan elektrolit, dan dilakukan Lumbal Punksi bila tidak
terdapat kontraindikasi.
Pengobatan penunjang:
- beri cairan IV bila dehidrasi, KU lemah, tidak dapat makan per-oral.
- Transfusi darah jika hb < 6 gr% atau jika terdapat tanda pendarahan
yang jelas.
IX.
KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :
- Komplikasi intestinal
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
- Ileus paralitik
- Komplikasi ekstraintetstinal
- Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan/sepsis),
-
X.
PENCEGAHAN
Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan
khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan
sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi
demam tifoid (penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah).
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau
dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting
yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan.
Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin
yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua
adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral.
Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau harus
menunggu. Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi (per injeksi)
adalah orang yang memiliki reaksi yang berbahaya saat diberi dosis vaksin
sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan vaksin dengan dosis lainnya. Orang
yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) adalah :
orang yang mengalami reaksi berbahaya saat diberi vaksin sebelumnya maka tidak
boleh mendapatkan dosis lainnya, orang yang memiliki sistem imunitas yang lemah
maka tidak boleh mendapatkan vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin
tifoid yang diinaktifasi, diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau penyakit
lain yang menyerang sistem imunitas, orang yang sedang mengalami pengobatan
dengan obat-obatan yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh semisal steroid
selama 2 minggu atau lebih, penderita kanker dan orang yang mendapatkan
perawatan kanker dengan sinar X atau obat-obatan. Vaksin tifoid oral tidak boleh
diberikan dalam waktu 24 jam bersamaan dengan pemberian antibiotik. [1]
Suatu vaksin, sebagaimana obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan problem
serius seperti reaksi alergi yang parah. Resiko suatu vaksin yang menyebabkan
24
bahaya serius atau kematian sangatlah jarang terjadi. Problem serius dari kedua jenis
vaksin tifoid sangatlah jarang. Pada vaksin tifoid yang diinaktivasi, reaksi ringan
yang dapat terjadi adalah : demam (sekitar 1 orang per 100), sakit kepada (sekitar 3
orang per 100) kemerahan atau pembengkakan pada lokasi injeksi (sekitar 7 orang
per 100). Pada vaksin tifoid yang dilemahkan, reaksi ringan yang dapat terjadi
adalah demam atau sakit kepada (5 orang per 100), perut tidak enak.
BAB III
ANALISIS KASUS
1. Pada tanggal 23 Juni 2016 An. A, 7 th datang ke PKM Pangkalan Balai pada pukul
10.00 WIB. Pasien mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, demam dirasakan naik
turun, batuk (+) tidak berdahak, batuk dirasakan sebelum timbulnya gejala demam,
pilek (-), nyeri perut (+), mual (+), muntah (-), BAB lendir (+), BAB terakhir 2 hari
yang lalu., flatus (+)
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Demam terutama baiasa
terjadi pada infeksi sebagai fase akut. Pada keadaan ini, zat yang menimbulkan
demam (pirogen) menyebabkan perubahan pada set point. Peningkatan suhu ini
biasanya berguna untuk mengahambat pertumbuhan beberapa pathogen.
Keluhan mual dan BAB lendir mungkin disebabkan adanya infeksi bakteri
Salmonella typhi yang dialami pasien yang biasanya menyerang saluran cerna
sehingga menyebabkan diare ataupun konstipasi.
2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran
compos mentis. Pemeriksaan tanda vital didapatkan, nadi 90x/menit, suhu: 380C dan
respirasi 24x/menit. Pada pemeriksaan fisik kepala, wajah, hidung, telinga, leher,
jantung, pulmo dan ekstremitas tidak didapatkan adanya kelainan. Pada pemeriksaan
mulut ditemukan lidah kotor. Pada pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan
epigastrium, terasa perih dan seperti terbakar. Pada pasien ini, disarankan untuk
25
akan
mengakibatkan
pembuluh
darah
peningkatan
permeabilitas
26
DAFTAR PUSTAKA
27